• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Pembaca sebagai Laki-Lak

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (1) (Halaman 152-156)

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta

3. Hasil dan Pembahasan

3.2 Representasi Perempuan dalam Perspektif Patriarkhi 1 Perempuan Lemah dan Marjinal

3.2.4 Posisi Pembaca sebagai Laki-Lak

Dalam teks berita, keseluruhan kalimat demi kalimat dalam penceritaan memosisikan laki-laki (Gatot) sebagai subjek dan perempuan (Holly) sebagai objek. Judul berita, teras berita, tubuh berita, dan akhir berita menceritakan Gatot secara dominan. Sementara Holly hanya diceritakan sebagai perempuan yang menyebabkan Gatot menjadi kacau pikirannya dan tertekan. Holly di- tampilkan sebagai perempuan yang banyak menuntut. Dengan kuasanya

sebagai laki-laki, Gatot seakan merasa tidak bersalah melakukan pembunuhan terhadap Holly karena Holly adalah di bawah kuasa, kontrol, dan milik Gatot. Penceritaan dalam teks-teks tersebut tampak jelas memosisikan Gatot sebagai subjek. Pembaca digiring untuk mengikuti alur cerita yang memposi- sikan Gatot sebagai subjek. Gatot adalah seorang laki-laki sehingga pembaca diarahkan untuk membaca teks berita dengan perspektif laki-laki. Sebagai laki-kaki, pembaca tentunya akan satu perspektif dengan Gatot bahwa Holly adalah lemah dan marjinal. Holly adalah perempuan yang buruk. Holly adalah perempuan salah.

4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan

Secara keseluruhan, hasil analisis data dan pembahasan mengarah pada kesimpulan bahwa teks berita tentang pembunuhan Holly di empat media online (www.detik.com, www.kompas.com, www.republika.co.id, dan www.tempo.com) yang dimuat pada tanggal 17 Oktober 2013 menunjukkan bagaimana bahasa melalui komposisi kata dan kalimat, digunakan untuk memproduksi makna tentang perempuan dalam konsep representasi. Representasi yang tampak pada empat teks tersebut terkait dengan representasi perempuan lemah dan marjinal, perempuan buruk, serta perempuan salah. Tiga representasi tersebut mengandung muatan ideologi patriarkhi. Selain itu, teks juga menunjukkan posisi subjek dan objek terkait dengan aktor dalam penceritaan dan posisi pembaca dalam penceritaan.

Representasi perempuan sebagai makhluk yang lemah dan marjinal terli- hat pada penggambaran tentang Holly yang hanya bisa mendapat posisi seba- gai istri siri dan istri kedua, serta tidak bisa mendapatkan statusnya sebagai istri sah. Dalam konsep patriarkhi, perempuan (Holly) dianggap tidak begitu penting keberadaannya. Sebaliknya, laki-laki (Gatot) digambarkan sebagai superordinat yang menjadikan perempuan sebagai subordinatnya. Gatot di- tampilkan sebagai kelas atas dan Holly sebagai kelas kedua.

Representasi perempuan buruk terlihat pada kalimat-kalimat yang meng- gambarkan bahwa Holly sebagai perempuan yang banyak menuntut kepada Gatot. Pikiran Gatot menjadi kacau dan tertekan dengan tuntutan-tuntutan Holly. Dalam konsep patriarkhi, sikap Gatot yang menjadi tertekan karena tuntutan Holly merepresentasikan bagaimana kekuasaan laki-laki terhadap perempuan melalui berbagai cara. Perempuan tidak boleh mempunyai kehen- dak bebas atau menuntut banyak permintaan kepada laki-laki.

Representasi perempuan salah terlihat pada penggambaran tentang Holly yang merusak kebahagian pernikahannya dengan Gatot. Holly memiliki ka- rakter asli yang tidak baik yang mengakibatkan pernikahannnya hanya

seumur jagung. Holly dianggap salah. Dalam konsep patriarkhi, laki-laki tidak bisa menerima kalau ada perempuan yang salah, termasuk memiliki karakter yang bisa mengakibatkan pikiran laki-laki menjadi kacau. Hal ini bisa meng- ganggu stabilitas eksistensi laki-laki yang mempunyai kuasa, hak mengontrol, dan hak memiliki.

Dalam kaitannya dengan posisi subjek-objek, keempat teks cenderung menampilkan laki-laki (Gatot) sebagai subjek dan perempuan (Holly) sebagai objek. Hal ini terlihat pada judul berita, teras berita, tubuh berita, dan akhir berita.

Dalam hal posisi pembaca, teks tampak jelas memosisikan Gatot sebagai subjek. Pembaca digiring untuk mengikuti alur cerita yang memosisikan Gatot sebagai subjek. Gatot adalah seorang laki-laki sehingga pembaca diarahkan untuk membaca teks berita tersebut dengan perspektif laki-laki.

4.2 Saran

Dalam menulis berita, wartawan membawa muatan kekuasaan tertentu. Untuk itu, ada dua saran penting yang perlu diperhatikan. Pertama, wartawan sebaiknya hati-hati dalam mengonstruksi makna agar teks berita bisa mem- berikan pencerahan bagi khalayak. Kedua, khalayak sebaiknya juga mempunyai pola pikir kritis untuk menangkap makna dalam teks berita agar bisa menyi- kapi pilihan makna yang disampaikan wartawan dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Asmaeny. 2007. Feminisme Profetik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Barus, Sedia Willing. 2010. Jurnalistik, Petunjuk Paraktis Menulis Berita. Jakarta: Erlangga.

Bayram, Salih. 2013. “Partisanship In The Content And Readership Of British Newspapers: Post-War Trends”..Journal for Communication and Culture vol. 3, no. 1 (spring 2013): 72-87. http://jcc.icc.org.ro/wp-content/-uploads/ 2013/06/Salih_Bayram_72_87.pdf, diakses pada 4 September 2013 Burton, Graeme.2005.Media and Society, Critical Perspectives.England:Open

University Press.

Eriyanto. 2005. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Hall , Stuart. 2000.Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage Publications.

Hasfi, Nurul. 2011. Analisis Framing Pemberitaan Malinda Dee Di Detikcom, Tempo Dan Metro TV. http://eprints.undip.ac.id/33338/1 / Analisis_ Framing_ Pemberitaan_Malinda_Dee_di_Majalah_Tempo_Metro_TV_dan_Detikcom.pdf, diakses 10 September 2013.

Kasmani, Mohd Faizal.2013. “The BBC and Al Jazeera English: The Similarities and Differences in the Discourse of the Pre-Election Coverage of the 2009 Iranian Election”. International Journal of Communication 7 (2013) 1718- 1739. http://ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/2053/965 , diakses 4 September 2013

Purbani, Widyastuti.2009. Analisis Wacana Kritis dan Analisis Wacana Feminis. Makalah dibentangkan pada Seminar Metode Penelitian Berbasis Gender di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 30 Mei 2009. http:// staff.uny.ac.id/system/files/ pengabdian/dr-widyastuti-purbani-ma/ analisis-wacana-kritis.pdf, diakses pada 9 Oktober 2013.

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analaisi Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan, Gender dan Inferioritas Perempuan, Praktik

Kritik Sastra Feminis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Thompson, John B., Kritik Ideologi Global, Teori Sosialis Kritis tentang Relasi Ideologi dan Komunikasi Massa, Penerjemaha: Haqqul Yaqqin, Yogyakarta: IRCiSoD, 2006.

Wodak, Ruth, Michael Meyer.2008. Critical Discourse Analysis: History, Agenda, Theory, and Methodology. http://www.corwin.com/upm-data/ 24615_01_Wodak_Ch_01.pdf, diakses pada 26 September 2013.

Sumber Internet:

http://news.detik.com/read/2013/10/17/070421/2387664/10/1/minta- apartemen-hingga-ceraikan-istri-gatot-ini-motif-pembunuhan-holly, diakses pada 17 Oktober 2013.

h t t p : / / n a s i o n a l . k o m p a s . c o m / r e a d / 2 0 1 3 / 1 0 / 1 7 / 0 9 2 0 3 7 4 / Jadi.Tersangka.Gatot.Diperiksa.Lagi.Hari.Ini, diakses pada 17 Oktober 2013.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/10/ 17/murrt1-polisi-duga-gatot-bunuh-holly-karena-tertekan, doakses pada 17 Oktober 2013.

http://www.tempo.co/read/news/2013/10/16/064522247/Gatot-Diduga- Membunuh-Holly-karena-Alasan-Ini, diakses pada 17 Oktober 2013.

Inti Sari

Makalah ini bertujuan mendeskripsikan medan leksikal seperangkat leksem nomina dalam bahasa Jawa yang berkonsep ’tempat’ yang terbuat dari tanah liat dalam bahasa Jawa. Sebagai objek kajian dalam penelitian ini adalah leksem nomina berkonsep ’tempat’ yang terbuat dari tanah liat dalam bahasa Jawa yang tergolong leksikon aktif. Se- bagai landasan kerja digunakan teori yang bertalian dengan medan leksikal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan lang- kah kerja pengumpulan data, pengolahan data, dan pemaparan hasil pengolahan data. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa leksem no- mina berkonsep wadhah ’tempat ’ yang terbuat dari tanah liat yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 20 leksem, yaitu asbak ‘as- bak’, cèlèngan’cèlèngan’, cemplon ’buyung kecil’, cowèk’cobèk’, empluk, klemuk ‘guri’, genuk, kendhil, genthong ‘gentong’, jembangan, pot ’pot’, jun ’buyung besar’, klenthing ’buyung’, kuwali ’belanga’, padhasan, pengaron, kendhi ’kendi’, prathola, téko ’morong’, dan poci.

Kata kunci: medan leksikal,leksem, wadah, tanah liat Abstrak

This paper aims to describe lexical field of nomina lexeme in Javanese which has Javanese ‘place’ concept that is made of clay. As object of study in the research is nomina ‘place’ concept made of clay in Javanese categorized active lexicon. As working ground some theories related to lexical field are used. The research employs descriptive method with working step such as collecting data, analyzing data, and explaining the result of data analysis. The result of discussion shows that there are 20 lexemes of wadhah ’container’ concept made of clay, namely

MEDAN LEKSIKAL NOMINA BERKONSEP “TEMPAT”

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (1) (Halaman 152-156)