PROSIDING
HASIL PENELITIAN KEBA HA SA A N DA N KESASTRAA N
Penanggung Jawab: Drs. Pardi, M.Hum.
Narasumber:
Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.A. Universitas Gadjah Mada Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah
Editor:
Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd. Dr. Dwi Atmawati, M.Hum.
Drs. Herry Mardianto
Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Penyelenggara: Kerja sama
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta
Kepanitiaan:
Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd.; Dr. Dwi Atmawati, M.Hum.; Drs. Herry Mardianto; Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.; Linda Candra Ariyani, S.E., M.M.;
Edy Wastana; Karyanta, A.Md.; Sumarjo
Penerbit:
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon: (0274) 562070
Salah satu tugas Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta ialah melakukan pengkajian/ pengembangan kebahasaan dan kesastraan. Satu di antara wujud kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2017, yaitu menerbitkan buku prosiding hasil penelitian kebahasaan dan kesastraan. Kegiatan itu diawali dengan seminar nasional yang diikuti oleh lintas lembaga/ kementerian. Persebaran peserta seminar itu relatif luas merambah ke pelosok nusantara, mereka ada yang berprofesi sebagai peneliti, pengkaji, dosen, dan pemerhati bidang kebahasaan dan kesastraan. Hasil seminar itu—yang telah direviu oleh pakar dan diperbaiki oleh penulisnya—kemudian diterbitkan seperti yang sekarang ada di hadapan sidang pembaca.
Buku-buku yang diterbitkan dan dipublikasikan oleh Balai Bahasa Yogyakarta sesungguh-nya tidak hasesungguh-nya berupa karya ilmiah hasil penelitian dan atau pengembangan, tetapi juga karya hasil pelatihan proses kreatif sebagai realisasi program pembinaan dan atau pe-masyarakatan kebahasaan dan kesastraan kepada masyarakat, misalnya kumpulan esai, cerpen, puisi, naskah drama, dan cerita anak. Hal ini dilakukan bukan semata untuk mewujudkan visi dan misi Balai Bahasa sebagai pusat kajian, dokumentasi, dan informasi yang unggul di bidang kebahasaan dan kesastraan, bahkan yang terpenting ialah untuk mendukung program besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang pada tahapan RPJM 2015—2019 sedang menggalakkan program literasi, sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 23Tahun 2015.
Dukungan program literasi yang berupa penyediaan buku-buku kebahasaan dan ke-sastraan sangat bernilai strategis. Melalui terbitan buku-buku itu masyarakat (pembaca) di-harapkan mampu dan terlatih untuk membangun sikap, tindakan, pola berpikir yang dinamis, kritis, dan kreatif. Hal ini dilandasi suatu keyakinan bahwa sejak awal mula masalah bahasa dan sastra bukan sekadar terkait dengan masalah komunikasi dan seni melainkan berkorelasi dengan masalah mengapa dan bagaimana menyikapi hidup ini dengan cara dan logika berpikir yang jernih.
Penerbitan buku Prosiding Hasil Penelitian Kebahassaan dan Kesastraan ini diharapkan dapat menjadi salah satu dari sekian banyak buku untuk mendukung program literasi. Sangat be-ragam topik yang dibahas dalam 33 tulisan yang dimuat dalam prosiding itu. Karenanya, buku ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca, khususnya para dosen, peneliti, dan pemerhati bahasa dan sastra.
Atas nama Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para narasumber, penulis/ pemakalah, penyunting, panitia,
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHASA
dan beberapa instansi serta pihak lain yang memberikan dukungan kerja sama sehingga buku ini dapat tersaji di hadapan pembaca. Kami yakin bahwa di balik kebermanfaatannya, buku ini masih ada kerumpangannya. Oleh karena itu, buku ini terbuka bagi siapa saja untuk memberi-kan kritik dan saran.
Yogyakarta, November 2017
PENGANTAR PANITIA
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penerbitan Prosiding Hasil Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan ini. Tulisan-tulisan yang dimuat di dalam prosiding ini ialah karya para peneliti dan dosen yang telah melalui proses seminar, perevisian, dan penyuntingan. Tahapan-tahapan itu dilakukan agar tulisan-tulisan yang disajikan kepada pengguna (khalayak) memenuhi standar bobot keilmiahan. Sehubungan dengan itu, hadirnya buku prosiding ini—sejak persiapan hingga terbitnya buku ini—memerlukan waktu yang cukup lama (Mei—Desember 2017).
Dalam kegiatan seminar itu kami juga menghadirkan pakar pada bidangnya yang bertugas mereviu (memberikan catatan dan/ atau komentar kritis) sebagai modal dalam perbaikan tulisan. Selain itu, perbaikan tulisan harus juga memperhatikan masukan dari peserta diskusi. Pakar yang diundang ialah Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.A. (pakar kebahasaan) dan Dr. Tirto Suwondo, M.Hum. (pakar kesastraan). Kehadiran kedua pakar itu sangat memberikan arti dalam mengontrol kualitas tulisan para peserta diskusi.
Proses panjang itu ternyata tidak menjamin semua tulisan peserta dapat termuat dalam buku prosiding ini. Ada beberapa tulisan yang terpaksa tidak diterbitkan dalam prosiding karena beberapa alasan, yaitu (1) sebagian direkomendasikan untuk dipublikasikan melalui jurnal terakreditasi (Widyaparwa); (2) ada beberapa tulisan yang tidak dikirimkan kembali kepada panitia; dan (3) tulisan tidak dipresentasikan saat seminar berlangsung (penulis tidak datang). Oleh karena itu, terdapat perbedaan jumlah makalah yang tertera dalam jadwal seminar dan jumlah makalah yang terdapat di dalam prosiding ini. Pada jadwal seminar terdapat 47 judul tulisan, tetapi yang dapat diterbitkan dalam prosiding ini hanya 33 judul, terdiri atas 20 judul tulisan kebahasaan dan 13 judul kesastraan.
Terkait dengan kegiatan penerbitan prosiding ini, Balai Bahasa DIY mengajak kerja sama dengan dua instansi dengan kementerian yang berbeda, yaitu Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga (Kemenag) dan Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Kerja sama itu bertujuan untuk memperluas jaringan dan sebaran keilmuan yang lebih masif.
Terbitnya prosiding ini diharapkan dapat menjadi khazanah kajian kebahasaan dan kesastraan yang bermanfaat bagi khalayak. Akhirnya, terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan terlibat dalam kegiatan penerbitan prosiding ini.
Yogyakarta, Desember 2017
CATATAN NARASUMBER
Sejumlah ahli mengemukakan bahwa wilayah nusantara dengan bahasa nasional dan beratus-ratus bahasa daerahnya menyimpan nilai-nilai budaya yang tiada taranya di muka bumi ini. Hanya, nilai-nilai luhur yang tersimpan dalam bahasa itu belum mampu digali karena kurangnya bekal teoretis oleh kebanyakan para pakar bahasanya. Kelimpahan data yang ada belum mampu didekati secara maksimal sehingga kemuliaan dan keluhuran Indonesia pun belum mampu diungkapkan. Padahal, nilai-nilai itu amat bermanfaat sebagai penuntun bangsa ini untuk menghadapi pengaruh Barat yang semakin mengglobal. Kita tahu secara persis, nilai-nilai barat itu sering kali tidak sesuai dengan adat ketimuran sehingga bangsa ini sering kali kehilangan pegangan ke mana harus melangkah.
Hasil-hasil penelitian yang terangkum dalam prosiding ini paling tidak merupakan usaha awal yang dirintis oleh Balai Bahasa Yogyakarta dalam upaya menggali nilai-nilai budaya bangsa itu. Tulisan-tulisan yang ada di dalamnya dengan ruang lingkup yang cukup luas diharapkan akan mampu memberi inspirasi para ahli atau para peminat untuk lebih dalam lagi menggeluti persoalan-persoalan itu dan berbagai masalah yang terkait dalam rangka mengukuhkan jati diri bangsa Indonesia.
CATATAN NARASUMBER
Hasil-hasil penelitian kesastraan yang telah diseminarkan dan kemudian dimuat dalam buku (prosiding) ini telah memperlihatkan adanya variasi pemikiran; dalam arti data kesastraan yang menjadi objek penelitian telah dilihat dengan berbagai cara pandang, di antaranya feminisme, sosiologi, hegemoni, studi budaya, representasi, dekonstruksi, ideologi, dan sebagai-nya. Hal demikian berarti pula bahwa para peneliti tidak lagi terkungkung oleh dan/ atau telah berhasil keluar dari mainstream lama dalam memandang dan menyikapi berbagai produk sastra yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Hanya saja, salah satu hal yang masih perlu di-perjuangkan oleh para peneliti dalam melakukan penelitian ialah pematangan cara bagaimana merekonstruksikan konsep dasar teori beserta implikasi metodologisnya. Hal ini penting karena tujuan dari proses itu tidak lain adalah pencapaian kebenaran ilmiah; dan karenanya prosedur ilmiah mesti dilakukan dengan tepat.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan masing-masing, hasil-hasil penelitian kesastraan yang dimuat di dalam buku ini setidaknya dapat (telah) menjadi khazanah penelitian (kajian) sastra (dan budaya) di Indonesia. Kajian-kajian sastra itu juga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu kemanusiaan (humaniora) pada umumnya. Oleh karena ituarena itu, upaya Balai Bahasa DIY mewujudkan buku yang memuat hasil-hasil penelitian semacam ini harus dilakukan dengan lebih intens lagi.
KATA PENGANTAR KEPALA BALA I BAHASA
DAERAH ISTIM EW A YOGYAKA RTA ... iii
PENGA NTAR PA NITIA ... v
CA TA TA N NA RA SUM BER... vii
CA TA TA N NA RA SUM BER... ix
DAFTAR ISI ... xi
BIDA NG BA HA SA M AKNA UNGKA PA N PENGHUBUNG SEHUBUNGAN DENGAN PA DA SURA T DINA S THE MEANING OF THE IDIOMATIC CONJUNCTION W ITH RESPECT ON THE OFFICIAL LETTER Sri Nardiati ... 3
ISTILAH PENA MA AN JAJA NA N TRADISIONAL SEBA GA I UPAYA PEM ERTAHANA N BUDAYA M ELA YU DI PONTIA NA K: KA JIA N ETNOLINGUISTIK NAMING OF TRADITIONAL SNACKS AS EFFORT IN DEFENDING MALAY CULTURE IN PONTIANAK: ETNOLINGUISTICS STUDY Ida Herawati ... 13
TINDA K TUTUR KIYAI ABDUL SA TTAR DA LAM CERAM AH AGA MA BERBAHA SA M A DURA : KA JIA N PRA GM ATIK SPEECH ACT OF KIYAI ABDUL SATTAR IN RELIGIOUS SPEECH IN MADURA LANGUAGE: PRAGMATIC STUDY Martina ... 23
DA FTAR KOSA KA TA DIALEK MELA YU JA KA RTA DALAM BA HA SA INDONESIA: KA JIA N LEKSIKOLOGI THE VOCABULARY LIST OF JAKARTA MALAY DIALECT IN INDONESIAN LANGUAGE: LEXICOLOGY STUDY Sudaryanto ... 37
STRUKTUR WACANA DALAM IKLAN MEDIA LUA R RUA NG DISCOURSE STRUCTURE IN OUTDOOR ADVERTISING MEDIA
Wening Handri Purnami ... 51
PENGARUH BUDAYA TERHADA P DIA LEK SEKS PADA M ASYARAKA T JAW A: KA JIAN DALAM TATARAN LEKSIKON DAN KALIM AT
THE INFLUENCE OF CULTURE ON SEX DIALECT IN JAVANESE SOCIETY: STUDY ON LEXICON AND SENTENCE LEVEL
Dwi Atmawati ... 61
DISFEMIA DALAM META FORA PADA JUDUL BERITA PONTIANAK POST DISPHEMIA IN METAPHORE ON NEW S TITLE OF PONTIANAK POST
W ahyu Damayanti ... 73
PERBA NDINGA N UNSUR HEW AN DA LA M PERIBA HA SA PRA NCIS DA N PERIBA HA SA INDONESIA
COMPARISON OF ANIMAL ELEMENTS IN FRENCH AND INDONESIAN PROVERBS Kartika ... 85
W ACANA MA NTRA BOBIKU DA LA M TRA DISI PERKA WINA N DA YA K POM PA K’NGH KA BUPA TEN SA NGGA U
THE DISCOURSE OF MANTRA BOBIKU IN MARRIAGE TRADITION OF DAYAK POMPAK’NGH IN SANGAU REGENCY
Amanah Hijriah... 99
PEM ERTA HA NA N BAHASA MELA YU PONTIA NA K DI WA RUNG KOPI PONTIANAK MALAY LANGUAGE DEFENCE AT COFFEE SHOP
Evi Novianti ... 111
BA HA SA PA PAN NA MA DI YOGYAKARTA SEBAGAI RAGAM BA HA SA NAME BOARD LANGUAGE IN YOGYAKARTA AS LANGUAGE STYLE
Joko Sugiarto ... 121
IM PLIKATUR W ACANA BA LIHO POLITIK CA LON ANGGOTA LEGISLATIF TERPILIH PA DA PEMILIHAN UM UM DA ERAH
IMPLICATUR ON POLITICAL BILLBOARD DISCOURSE OF SELECTED LEGISLATIVE MEMBER AT REGIONAL ELECTION
Syarifah Lubna... 133
VARIASI BENTUK KA TA ATAS PENGARUH METRUM DALA M MACAPAT W ORD FORM VARIATION OF MACAPAT METRUM INFLUENCE
PEMA KA IA N EJAA N BA HASA INDONESIA PA DA KA IN RENTA NG DI KOTA BA NDUNG
THE USE OF INDONESIAN SPELLING ON BANNERS IN BANDUNG
Tri Saptarini ... 155
GAYA BAHA SA BERNUA NSA “M ARA H”: KAJIA N TUTURA N A HOK
LANGUAGE STYLE OF ANGER EXPRESSION: A STUDY OF AHOK’S SPEECH
Restu Sukesti ... 167
VA RIA SI PEMAKAIAN BAHASA JAWA PA DA BERBA GAI RUBRIK MA JALAH TA HUN 50-A N
JAVANESE LANGUAGE VARIATION USE ON ANY RUBRIC MAGAZINES IN 1950
Titik Indiyastini ... 177
METAFORA DALAM KISAH PERJALANAN PAY JAROT SUJARW O KE BELANDA METAPHOR IN THE PAY JAROT SUJARW O TRAVELING STORY TO THE
NETHERLANDS
Irmayani, Eka Winarti ... 193
A KRONIM BERHOM ONIM DA LAM BA HA SA INDONESIA HOMONYM ACRONYMS IN INDONESIAN LANGUAGE
Sariah ... 209
STRUKTUR FRASA PAPAN NAM A HOTEL-HOTEL DI DIY PHRASE STRUCTURE ON THE HOTELS NAME BOARD IN DIY
Aji Prasetyo ... 223
PEMEROLEHAN BAHA SA A NA K: KA SUS PANGUDI SA HYA INDRIYA (UMUR 6— 42 BULA N) KAJIA N FONOM ORFEMIS
CHILD LANGUAGE ACQUISITION: PANGUDI SAHYA INDRIYA CASE (AGE 6— 42 MONTHS) PHONOM ORPHEM IC STUDY
Nani Darheni ... 235
BIDA NG SASTRA
SEMANGAT TOLERANSI DALA M PUISI ZA INA L A RIFIN TOHA DAN RAGIL SUW A RNA PRA GOLA PA TI
TOLERANT SPIRIT IN POEMS OF ZAINAL ARIFIN TOHA AND RAGIL SUW ARNO PRAGOLAPATI
REPRESENTA SI SIM BOL-SIMBOL HINDU DA LA M ILUM INASI MA NUSKRIP-M A NUSKRIP JA W A
REPRESENTATION OFHINDU SYMBOL IN THEILLUMINATIONOF JAVANESE M ANUSCRIPT
Venny Indria Ekowati, Doni Dwi Hartanto, Sri Hertanti Wulan, Aran Handoko ... 259
EKOKRITIK DALAM CERPEN “BUKIT CAHAYA” KARYA M . MAHFUDZ FAUZI S ECOCRITIC IN “BUKIT CAHAYA” SHORT STORY BY KARYA M. MAHFUDZ FAUZI S
Ninawati Syahrul ... 273
BELANTIK: DALA M PA NDA NGA N FEM INISM E BELANTIK: IN THE VIEW OF FEMINISM
Asep Supriadi ... 287
KISAH DEWA WISNU DI CANDI SIWA: SEBUAH TAFSIR KEBUDAYAA N1 TALE OF W ISNU GOD IN SIW A TEMPLE: A CULTURAL INTERPRETATION
Ratun Untoro... 301
FA KTA INDONESIA DA LAM KESASTRAA N A RAB: TELA AH ATAS NOVEL A¯ RA JAKARTA KA RYA NA JÎB AL-KAILÂ NIY
THE FACT OF INDONESIA IN ARABIC LITERATURE: ANALYSIS OF NAJÎB AL-KAILÂNIY’S NOVEL A¯ RA JAKARTA
Moh. W akhid Hidayat ... 313
SOSOK ANAK HEBAT DALAM BUKU CERITA ANAK HEBAT SORT OF GREAT CHIDL IN CERITA ANAK HEBAT BOOK
Nia Kurnia ... 327
REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM CINTA LAKI- LAKI BIASA KA RYA A SMA NA DIA DKK
W OMEN’S REPRESENTATION IN CINTA LAKI-LAKI BIASA BY ASMA NADIA et al. Binar Kurniasari Febrianti ... 339
KONTESTASI IDEOLOGI DALAM KUMPULA N CERPEN ANJING BAGUS KA RYA HARRIS EFFENDI THA HA R
IDEOLOGY CONTESTATION OF HARRIS EFFENDI THAHAR’S SHORT STORIES COLLECTION “ANJING BAGUS”
Ahmad Zamzuri ... 351
DEMITOLOGISA SI KEKUASAAN DALA M NOV EL MANTRA PEJINAK ULAR KA RYA KUNTOW IJOYO
DEM YTHOLOGIZATION ON AUTHORITY IN MANTRA PEJINAK ULAR, NOVEL BY KUNTOW IJOYO
PANTUN PANTAT GOSONG DI FACEBOOK: KA JIAN RESEPSI SASTRA “PA NTAT GOSONG” POEM IN FACEBOOK: LITERARY RECEPTION REVIEW
Dewi Juliastuty ... 371
SERAT W ULANG REH KARYA KANJENG SUNAN PAKUBUWANA IV : KAJIAN ESTETIKA
SERAT W ULANG REH BY KANJENG SUNAN PAKUBUW ANA IV: ASETETHIC REVIEW Prapti Rahayu ... 387
AJARA N-AJA RAN SYEKH A BDUL QODIR JA ELA NI DA LAM SUJARAH PARA W ALI LAN PARA NATA: SEBUAH LEGALISASI AJARAN JAWA
TEACHINGS OF SYEKH ABDUL QODIR JAELANI IN SUJARAH PARA W ALI LAN PARA NATA: A LEGALIZATION OF JAVANESE TEACHING
xvi
PROSIDING
NO. WAKTU ACARA PELAKSANA
1 07.30--08.00 Registrasi dan penyerahan lembar kesediaan Panitia
2 08.00--08.30 Pembukaan Kepala Balai Bahasa DIY
NO. WAKTU JUDUL PEMAKALAH INSTANSI MODERATOR NOTULIS
1
SESI I 08.30--10.00
(Termasuk masukan narasumber)
Makna Ungkapan Penghubung ‘sehubungan
dengan’ pada Surat Dinas Sri Nardiati Balai Bahasa DIY
Wahyu Damayanti
Wiwin Erni Siti Nurlina. 2
Kesalahan Diksi Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas, Laporan, dan Papan Nama Ruang pada Badan Publik di DIY
Sumadi Balai Bahasa DIY
3
Istilah Penamaan Jajanan Tradisional sebagai Upaya Pemertahanan Budaya Melayu di Pontianak: Kajian Etnolinguistik
Ida Herawati
Balai Bahasa Kalimatan Barat 4 SESI II
10.00--11.30 (Termasuk masukan narasumber)
Tindak Tutur Kiyai Abdul Sattar dalam Ceramah
Agama Berbahasa Madura: Kajian Pragmatik Martina
Balai Bahasa Kalimatan
Barat Amanah Hijriah Sri Nardiati 5 Daftar Kosakata Dialek Melayu Jakarta dalam Bahasa Indonesia: Kajian Leksikologi Sudaryanto UAD
Yogyakarta
JADWAL DISKUSI ILMIAH PENERBITAN PROSIDING KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BIDANG BAHASA
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Oktober 2017
xvii
PROSIDING
11.30—12.30 Istirahat
7
SESI III 12.30—14.30
(Termasuk masukan narasumber)
Realisasi Tindak Tutur ‘Marah’ Masyarakat Suku Betawi di Kecamatan Beji, Depok: Penelitian Sosiopragmatik
Wiwiek Dwi
Astuti Badan Bahasa
Joko Sugiarto Mulyanto 8
Pengaruh Budaya terhadap Dialek Seks pada Masyarakat Jawa: Kajian dalam Tataran Leksikon dan Kalimat
Dwi Atmawati Balai Bahasa
DIY
9 Disfemia dalam Metafora pada Judul Berita Pontianak Post Wahyu Damayanti
Balai Bahasa Kalimatan Barat
10 Perbandingan Unsur Hewan dalam
Peribahasa Prancis dan Peribahasa Indonesia
Kartika Balai Bahasa
Jawa Barat
14.30—15.00 Istirahat
11
SESI IV 15.00—16.30
(Termasuk masukan narasumber)
Wacana Mantra Bobiku dalam Tradisi
Perkawinan Dayak Pompak’ngh Kabupaten Sanggau
Amanah Hijriah
Balai Bahasa Kalimantan Barat
Ida Herawati Sumadi
12
Strategi dan Fungsitindak Tutur Direktif
dalam Poster Pendidikan Nanik Sumarsih Balai Bahasa
DIY
13
Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Portugis dan Tetun: Studi Kasus di Pusat Budaya Indonesia di Dilli, Timor Leste
Linda Wahyu Setyaningrum
Univ. Mercu Buana, Yogyakarta
14 Pemertahanan Bahasa Melayu Pontianak di
Warung Kopi Evi Novianti
xviii
PROSIDING Hari : Rabu
Tanggal : 11 Oktober 2017
Ruang : Aula Balai Bahasa DIY, Lantai 3 Narasumber : Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana
NO. WAKTU JUDUL PEMAKALAH INSTANSI MODERATOR NOTULIS
1
SESI I 08.30—10.00
(Termasuk masukan narasumber)
Bahasa Papan Nama di Yogyakarta sebagai Ragam Bahasa
Joko Sugiarto, S.S. Balai Bahasa DIY
Evi Novianti Aji Prasetyo
2
Implikatur Wacana Baliho Politik Calon Anggota Legislatif Terpilih pada Pemilihan Umum Daerah
Syarifah Lubna Balai Bahasa
Kalimantan Barat
3 Variasi Bentuk Kata atas
Pengaruh Metrum Macapat Mulyanto Balai Bahasa DIY
4
SESI II 10.00—11.30 (Termasuk
masukan narasumber)
Pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia pada Kain Rentang di Kota Bandung
Tri Saptarini Balai Bahasa Jawa
Barat
Sariah
Edi Setiyanto 5
Gaya Bahasa Bernuansa “Marah” Kajian Tuturan Ahok
Restu Sukesti Balai Bahasa DIY
6
Variasi Pemakaian Bahasa Jawa pada Berbagai Rubrik
Majalah Tahun 50-an Titik Indiyastini Balai Bahasa DIY
7
Metafora dalam Kisah
Perjalanan Pay Jarot Sujarwo ke Belanda
Irmayani Eka Winarti
xix
PROSIDING
11.30—12.30 Istirahat
8
SESI III 12.30—14.30
(Termasuk masukan narasumber)
Akronim Berhomonim
dalam Bahasa Indonesia Sariah
Balai Bahasa Jawa Barat
Kartika Wening Handri
Purnami 9
Struktur Frasa Papan Nama
Hotel-Hotel di DIY Aji Prasetyo Balai Bahasa DIY
10
Tindak Tutur pada Iklan
Media Luar Ruang di DIY Edi Setiyanto Balai Bahasa DIY
11
Pemerolehan Bahasa Anak: Kasus Pangudi Sahya Indriya (Umur 6--42 Bulan) Kajian Fonomorfemis
Nani Daheni Balai Bahasa Jawa
Barat
14.30—15.00 Istirahat
12
SESI IV 15.00—16.30 (Termasuk
masukan narasumber)
Tulisan pada Kain Rentang Ketika Bulan Ramadan dan Lebaran: Kajian Tindak Tutur
Wiwin Erni Siti
Nurlina Balai Bahasa DIY
Nani Daheni Nanik Sumarsih
13
Punan-Merap: sebuah Kajian Holistik tentang Pemetaan Bahasa Merap
Johanes Radjaban
Universitas Teknologi Yogyakarta
14
Literasi Digital untuk Meminimalkan Kekerasan Berbahasa Berbahasa Para Netizen
Darmanto BPPKI Yogyakarta
15 Permainan Bahasa pada
Whats App
Tarti Khusnul
xx
PROSIDING
JADWAL DISKUSI ILMIAH PENERBITAN PROSIDING KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN BALAI BAHASA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BIDANG SASTRA
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Oktober 2017
Ruang : Aula Lantai 2, Balai Bahasa DIY Narasumber : Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.
WAKTU ACARA PELAKSANA
1 07.30--08.00
Registrasi dan penyerahan lembar
kesediaan Panitia
2 08.00--08.30 Pembukaan Kepala Balai Bahasa DIY
WAKTU JUDUL PEMAKALAH INSTANSI MODERATOR NOTULIS
1
SESI I 08.30--10.00
(Termasuk masukan narasumber)
Semangat Toleransi dalam Puisi-Puisi Zainal Arifin Thoha dan Suwarno Pragolapati
Dhanu Priyo
Prabowa Balai Bahasa
DIY
Ratun Untoro Prapti
Rahayu
2 Representasi Simbol-Simbol Hindu dalam
Iluminasi Manuskrip-Manuskrip Jawa
Doni Dwi
Hartanto, Venny Indria Ekowati, Sri Hertanti, Aran Handoko
Universitas Negeri Yogyakarta
3 Ekokritik dalam Cerpen “Bukit Cahaya”
Karya M. Mahfud Fauzi S. Ninawati Syahrul
Badan Bahasa
NO
xxi
PROSIDING
4
SESI II 10.00--11.30
(Termasuk masukan narasumber)
Sastra Sufistik Muhammad Zuhri Aning Ayu
Kusumawati
UIN SUKA, Yogyakarta
Oktavia
Vidiyanti Umar Sidik
5 Belantik dalam Pandangan Femenisme Asep Supriyadi Balai Bahasa
Jawa Barat
6 Kisah Dewa Wisnu di Candi Siwa: Sebuah
Tafsir Kebudayaan Ratun Untoro
Balai Bahasa DIY
11.30—12.30 Istirahat
7
SESI III 12.30--14.30
(Termasuk masukan narasumber)
Formasi Ideologi dalam Novel Ciuman di Bawah Hujan Karya Lan Fang: Kajian Hegemoni Gramsci
Oktavia Vidiyanti Balai Bahasa Jawa Timur
Sarip Hidayat Umar Sidik
8
Fakta Indonesia dalam Kesastraan Arab: Telaah atas Novel Azra Jakarta Karya Najib Al-Kailaniy
Moh. Wahid Hidayat
UIN SUKA, Yogyakarta
9 Sosok Anak Hebat dalam Buku Cerita
Anak Hebat Nia Kurnia
Balai Bahasa Jawa Barat
14.30—15.00 Istirahat
10
SESI IV 15.00--16.30
(Termasuk masukan narasumber)
Arketipe Cerita Anak dalam Antologi Guruku Idolaku dan Implikasinya dalam Pendidikan Karakter Anak
Umar Sidik Balai Bahasa
DIY
Resti Nurfaidah Ahmad
Zamzuri
11 Representasi Maskulinitas dalam Museum
Ibu Resti Nurfaidah
Balai Bahasa Jawa Barat
12 Representasi Perempuan dalam Cinta
Laki-Laki Biasa Karya Asma Nadia, dkk. Binar Kurniasari
Balai Bahasa Prov. Kalbar
13 Tema Kuliner dalam Antologi Puisi Rahasia
Dapur Bahagia Karya Hasta Indriyana Sarip Hidayat
xxii
PROSIDING
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Oktober 2017
Ruang : Aula Balai Bahasa DIY, Lantai 3 Narasumber : Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.
WAKTU JUDUL PEMAKALAH INSTANSI MODERATOR NOTULIS
1
SESI I 08.30--10.00
(Termasuk masukan narasumber)
Kontestasi Ideologi dalam Kumpulan Cerpen Anjing Bagus Karya Ahmad Effendi Thahar
Ahmad Zamzuri Balai Bahasa
DIY
Asep Supriyadi Ratun
Untoro
2 Demitologisasi Kekuasaan dalam Novel
Mantra Penjinak Ular Karya Kontowijoyo Y. Adhi Satiyoko
Balai Bahasa DIY
3
Pantun “Pantat Gosong” di Facebook:
Kajian Resepsi Sastra Dewi Julianti
Balai Bahasa Kalimantan Barat
4 SESI II 10.00--11.30
(Termasuk masukan narasumber)
Serat Wulang Reh Karya Kanjeng Sunan
Pakubuwana IV: Kajian Estetika Prapti Rahayu
Balai Bahasa DIY
Yohanes Adhi Satiyoko
Ahmad Zamzuri 5
Ajaran-Ajaran Syeh Abdul Qodir Jaelani dalam Sujarah Para Wali lan Para Nata: Sarana Legitimasi Ajaran Jawa
Sri Haryatmo Balai Bahasa
DIY
M A KNA UNGKA PAN PENGHUBUNG
SEHUBUNGAN DENGAN
PADA SURAT DINAS
THE M EANING OF THE IDIOMATIC CONJUNCTION
W ITH RESPECT ON THE OFFICIAL LETTER
Sri Nardiati
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta sri_nardiati@yahoo.co.id
Inti Sari
Pada penelitian ini dikaji makna ungkapan penghubung sehubungan dengan pada surat dinas. Kajian ini penting karena penggunaan ungkapan penghubung sehubungan dengan mempunyai frekuensi yang cukup tinggi. Keberadaannya sering berada pada kalimat yang kompleks sehingga sulit dimengerti maksudnya. Tujuan yang ingin dicapai ialah untuk mengetahui hubungan makna beserta perilaku sehubungan dengan pada surat dinas. Adapun manfaat penelitian ini ialah bahwa halnya dapat melengkapi teori pembelajaran surat dinas. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembinaan mengenai bahasa surat dinas. Teori yang digunakan ialah struktural deskriptif sinkronis. Unsur-unsur internal sangatlah penting dalam membangun konstruksi. Metode yang digunakan ialah padan dan agih. Pelaksanaannya digunakan teknik ekspansi, substitusi, interupsi, permutasi, dan parafrasa. Ungkapan penghubung sehubungan dengan hadir sebagai penanda hubungan makna kausalitas, yang bersifat endoforik dan eksoforik. Pada penanda hubungan eksoforik, fasa nominal yang mengikuti sehubungan dengan dapat disulih dengan pronomina (hal) itu atau hal tersebut. Sebagai penanda endoforik, frasa nominal yang mengikuti sehubungan dengan tidak dapat diganti dengan (hal) itu atau hal tersebut. Apabila berposisi di bagian tengah, ungkapan penghubung (hal) itu atau hal tersebut sebagai penanda tunjuk anaforik. Surat berfungsi memberi tahu dari O1 kepada O2, kadang terkait pula dengan O3. Verba tipe ‘siar’ beri tahu atau tipe verba tipe ‘minta’ misalnya mohon sering digunakan. Ungkapan penghubung sehubungan
dengan menyatakan hubungan makna ‘kausalitas’ antara satuan lingual sebelum dan yang
mengikutinya. Namun, sering berwujud kalimat kompleks. Untuk itu, kalimat perlu disederhanakan sehingga terbentuk paragraf yang satu, padu, logis, dan sistematis.
Kata kunci: ungkapan penghubung, eksoforik, endoforik, kausalitas
Abstract
1. Pendahuluan
Pada makalah ini dibahas masalah keutuh-an makna paragraf ykeutuh-ang menggunakkeutuh-an ung-kapan sehubungan dengan pada surat dinas. Objek ini menarik untuk dikaji mengingat surat mempunyai fungsi sangat penting, yaitu se-bagai wakil untuk memberikan informasi ke-pada pihak lain. Surat berfungsi sebagai peng-ganti bagi orang pertama (O1) untuk menyam-paikan maksud dan tujuan. Budaya menulis surat dimulai sejak zaman Sultan Pontianak, Sultan Syarif Hamid Bin Sultan Syarif U’sman Alqodri pada abad 18-an (Jaruki, 2017: 141). Sehubugan dengan hal itu, bahasa yang di-gunakan untuk mengemas komponen infor-masi yang disampaikan hendaklah jelas dan benar sehingga membangun keutuhan makna satuan lingual yang bersangkutan.
Pernyataan surat dinas cenderung dikemas dalam kalimat yang kompleks. Seandainya kemasan itu sederhana, unsur-unsur yang di-bangun cenderung bersifat kompleks. Kekom-pleksan itu terjadi karena adanya pengembang-an dengpengembang-an konstrusi yang. Karena kompleks-nya, informasi yang dinyatakan menjadi ber-tumpuk, sulit dikenali satuan lingual yang menjadi intinya.
Penggunaan ungkapan penghubung se-hubungan dengan mempunyai frekuensi peng-gunaan yang tinggi pada surat dinas. Satuan lingual tersebut kadang bervariasi dengan berhubungan dengan. Kedua penghubung ter-sebut mempunyai kesamaan bentuk dasar, yaitu hubung. Bedanya ialah imbuhan se-/-an melekat pada sehubungan dan ber-/-an melekat pada berhubungan. Berdasarkan kategorinya, kata sehubungan berstatus sebagai kata tugas, sedangkan berhubungan berstatus sebagai kata kerja. Kehadirannya berpotensi sebagai pengisi
functions to inform from 1st person to 2nd person, sometimes with 3rd person. Verbs in ‘inform’ type, beri tahu
or verbs in ‘asking’ type like mohon are also usually used. The connector expression sehubungan dengan states ‘causative’ meaning relation between lingual unit before and after it. However, it occur in complex sentences. Therefore sentence need to be simplified to form one, united, logic, and systematic paragraph.
Keywords: connector expression, exospheric, endospheric, causative
predikat sebuah kalimat. Namun, ada sebagian penutur beranggapan bahwa kedua satuan lingual tersebut dapat saling menggantikan. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa satuan lingual berhubungan dengan dipandang lebih formal daripada sehubungan dengan.
Data menunjukkan bahwa satuan lingual sehubungan dengan cenderung diikuti frasa no-minal. Frasa nominal tersebut dapat diganti dengan kata ganti tunjuk itu sehingga mem-bentuk satuan lingual sehubungan dengan itu. Sering pula, frasa nominal tersebut diganti de-ngan unsur yang lebih eksplisit hal itu sehingga menjadi sehubungan dengan hal itu. Namun, perlu diakui bahwa ada satuan lingual se-hubungan dengan yang hanya dapat diikuti frasa nominal yang tidak dapat diganti dengan (hal) itu. Frasa nominal tipe ini biasanya dapat dijabarkan ke dalam isi pokok surat yang di-nyatakan pada tubuh surat.
Dalam buku Seri Penyuluhan 2 Surat-Me-ny urat dalam Bahasa Indonesia d isebutkan bahwa dalam surat sekurang-kurangnya ter-dapat tiga paragraf, yaitu paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup (Pusat Pem-binaan dan Pengembangan Bahasa, 1991: 34). Apabila berpijak pada konsep umum yakni paragraf merupakan kumpulan kalimat yang mempunyai gagasan pokok, pernyataan ter-sebut tidak seratus persen benar. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak surat dinas yang hanya dibangun atas dua kalimat, yaitu pem-buka yang menyatu dengan isi dan penutup. Bahkan, paragraf penutup surat sering berupa satu kalimat saja (Ramlan, 1993: 1; Sabariyanto, 1998: 55).
alinea isi, dan alinea penutup. Buku tersebut berisi pembinaan terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada surat dinas. Buku tersebut mengarahkan agar surat dinas dibangun atas tiga alinea, yaitu alinea pembuka, alinea isi, dan alinea penutup. Pernyataan ini pada dasarnya sama dengan buku seri penyuluhan yang di-keluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengem-bangan Bahasa.
Data menunjukkan bahwa teori tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada surat-surat dinas. Untuk itu, pada penelitian ini penulis mengambil topik makna satuan lingual ung-kapan penghubung sehubungan dengan pada surat dinas. Tujuannya ialah untuk menge-tahui makna beserta perilaku sehubungan de-ngan pada surat dinas tersebut. Mungkinkan pernyataan yang dihubungkannya itu diwujud-kan ke dalam sebuah paragraf? Berkenaan dengan hal itu, pada penelitian ini penulis ingin mengetahui jenis satuan lingual yang d i-hubungkan oleh ungkapan penghubung ter-sebut.
Hasil penelitian ini mempunyai dua man-faat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini dapat di-gunakan untuk melengkapi teori pembelajaran surat dinas. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembinaan penyusunan surat dinas bagi aparatur pada tata pemerintahan. Selain itu, secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penyusunan buku pembinaan surat dinas bahasa Indonesia.
2. Teori dan Metode
Teori yang digunakan pada penelitian ini ialah struktural deskriptif sinkronis. Struktural maksudnya berkaitan dengan struktur, hu-bungan antarunsur pada sebuah objek menjadi penting. Deskriptif sinkronis bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa (Kridalaksana, 2001). Berdasarkan teori struk-tural, objek penelitian terbangun dari unsur-unsur internal tertentu yang pada gilirannya
dapat dirumuskan kaidah tertentu yg dapat digunakan untuk mengatur struktur objek ba-hasa yg bersangkutan. Dalam analisis diguna-kan metode dan teknik tertentu (Baryadi, 2015: 2).
Ungkapan penghubung sehubungan dengan cenderung berada pada kalimat yang kom-pleks. Terkait dengan teori bahwa surat dinas hendaknya dibangun atas alinea, kalimat kom-pleks tersebut hendaknya diurai ke dalam satu-an lingual ysatu-ang lebih sederhsatu-ana sehingga ter-susun sebuah paragraf. Paragraf adalah satuan kebahasaan yang dibangun atas sekurang-kurangnya dua kalimat. Hubungannya bersifat satu, padu, logis, sistematis. Kalimat yang di-susun hendaknya saling berkaitan (Krida-laksana, 2001: 154). Melalui paragraf seseorang mudah memahami jalan pikiran (Tarigan, 1991: 11). Kalimat-kalimat pembangun paragraf itu hendaknya dikendalikan oleh gagasan pokok (Ramlan, 1993: 1). Ide pokok beserta penjelasan-nya membentuk satu satuan makna (Ramlan, 1993: 2).
melalui berbagai teknik, misalnya penggantian, pengulangan, pelesapan, perluasan, penyisip-an, penunjukpenyisip-an, dan sebagainya.
Berbicara masalah keutuhan makna, erat kaitannya dengan masalah koherensi atau kepaduan di bidang makna. Masalah kepaduan bentuk atau kohesi sangatlah penting (Ramlan, 1993: 10). Unsur-unsur kebahasaan yang ber-fungsi menghubungkan kalimat-kalimat dalam suatu paragraf itu di sini disebut penanda hu-bungan antarkalimat atau disingkat penanda hubungan (Ramlan, 1993: 11).
Halliday dan Ruqaiya Hasan (1976) me-nyebutkan ada lima penanda hubungan makna pada sebuah paragraf, yaitu referensi atau pe-nunjukan, substitusi atau penggantian, elipsasi atau pelesapan, konjungsi atau perangkaian, dan hubungan leksikal. Selanjutnya, Ramlan (1993: 12) menyebutkan ada dua macam hu-bungan dalam paragraf, yaitu endoforik dan eksoforik. Hubungan endoforik adalah hu-bungan kalimat yang satu dengan yang lain di dalam teks, sedangkan hubungan eksoforik adalah hubungan dengan yang berada di luar teks. Sebagai contohnya, kata demikian sebagai penanda hubungan penggantian dalam hu-bungan endoforik. (Hal) itu pada sehubungan dengan hal itu menyatakan hubungan eksoforik. Data penelitian ini dikumpulkan berdasar-kan metode simak dengan teknik catat terhadap penggunaan satuan lingual yang berungkapan penghubung sehubungan dengan pada surat dinas. Data yang sudah terkumpul, diseleksi, diidentifikasi, dan diklasifikasi. Data pilihan di-ambil sebagai percontoh yang dianalisis. Dalam analisis data digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (Sudaryanto, 2015: 18). Metode agih ini dilaksanakan dengan nik substansi atau teknik ganti, repetisi atau tek-nik ulang, delisi atau tektek-nik lesap, permutasi atau teknik balik, ekspansi atau teknik rentang, dan parafrasa atau ubah bentuk. Selain diguna-kan metode agih, pada penelitian ini digunadiguna-kan metode padan. Alat penentu dari metode ini ialah kenyataan yang diacu bahasa itu sendiri.
Teknik dari metode ini berupa pilah unsur pe-nentu (PUP) atau d aya p ilah referensial (Sudaryanto, 2015: 26). Teknik-teknik tersebut d igunakan sebagai alat untuk melalukan pembuktian dalam analisis penelitian.
3. Pembahasan
Data menunjukkan bahwa informasi utama sebuah surat terdapat pada bagian tubuh surat. Pernyataan yang terdapat di dalam surat dinas tidak selalu dikemas ke dalam alinea-alinea atau paragraf-paragraf, tetapi cenderung di-kemas ke dalam kalimat-kalimat. Satuan lingual sehubungan dengan mempunyai fungsi meng-hubungkan pernyataan pada urutan sebelum dan sesudahnya. Namun, ada ungkapan peng-hubung sehubungan dengan yang mengawali pembuka surat langsung menyatu dengan per-nyataan isi pada tubuh surat.
Data menunjukkan bahw a pad a surat dinas dilibatkan dua atau tiga pihak yang mem-bangun komunikasi, yaitu orang pertama (O1), orang kedua (O2), dan/ atau orang ketiga (O3). Kaitan dengan penggunaan ungkapan peng-hubung sehubungan dengan cenderung diikuti nomina atau frasa nominal yang diandaikan sebagai O3. Pernyataan berikutnya dapat di-kelompokkan menjadi dua, yaitu dengan eksplisitkan orang pertama (O1) dan meng-eksplisitkan verba pasif pengisi predikat. Pesan yang d inyatakan d itujukan kepada pihak kedua (O2).
se-hubungan dengan bersifat eksoforik yang diikuti O1 serta ungkapan penghubung sehubungan dengan bersifat eksoforik diikuti verba pasif pengisi predikat dan ungkapan penghubung sehubungan dengan bersifat endoforik. Kedua permasalahan itu dibicarakan pada bagian berikut.
2.1 Sehubungan dengan Penanda Kausalitas Eksoforik Diikuti O1
Ungkapan penghubung sehubungan dengan pada surat dinas sebagai penanda hubungan makna kausalitas. Pada bagian ini ungkapan penghubung sehubungan dengan yang hadir selalu bersama dengan satuan lingual prono-mina (hal) itu. Satuan lingual tersebut cen-derung berada pada tataran frasa, yaitu frasa preposisional. Namun, kehadirannya mem-punyai fungsi sebagai ungkapan penghubung kausalitas, yaitu antara pernyataan yang ber-posisi di sebelah kiri dan kanan yang meng-ikutinya.
Satuan lingual yang berkategori pronomina berupa itu atau hal itu cenderung bersifat ekso-forik, merujuk pada satuan lingual yang berada di luar. Sebagai penjelasnya, diutarakan contoh sebagai berikut.
(1) Dengan hormat, kami beritahukan bahwa Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta akan melaksanakan Kegiatan Seminar .... Sehubungan dengan itu, kami mo ho n Bapak/ Ibu Kepala untuk menunjuk atau menugaskan 1 (satu) orang staf peneliti untuk menjadi peserta aktif dalam kegiat-an tersebut.
Satuan lingual sehubungan dengan itu pada (1) diikuti frasa pronominal (hal) itu sebagai petandanya. Ungkapan penghubung sehubung-an dengsehubung-an pada (1) menghubungkan satuan lingual yang berposisi di sebelah kiri dan kanannya. Pronomia itu merujuk pada satuan lingual yang berada di luar di sebelah kiri, yaitu Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta akan
melaksanakan Kegiatan Seminar .... A dapun satuan lingual di sebelah kanan berupa kami mohon Bapak/Ibu Kepala untuk menunjuk atau menugaskan 1 (satu) orang staf peneliti .... Di dalam satuan lingual tersebut terdapat prono-mina O1 kami yang dieksplisitkan.
Pro no mina itu p ad a co nto h (1) d apat direntangkan ke sebeiah kiri dengan nomina hal sehingga membentuk satuan lingual frasa nominal hal itu, seperti berikut ini.
(1a) Dengan hormat, kami beritahukan bahwa Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta akan melaksanakan Kegiatan Seminar .... Sehubungan dengan (hal) itu, kami mohon Bapak/ Ibu Kepala untuk menunjuk atau menugaskan 1 (satu) orang staf peneliti untuk menjadi peserta aktif dalam ke-giatan tersebut.
Selain itu, p rono mina (hal) itu, dapat diparafrasa, diwujudkan ke dalam bentuknya semula menjadi berikut ini.
(1b) Sehubungan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta akan melaksanakan Kegiatan Seminar .... , kami mohon Bapak/ Ibu Kepala untuk menunjuk atau menugas-kan 1 (satu) orang staf peneliti untuk men-jadi peserta aktif dalam kegiatan tersebut. Dari uraian tersebut jelas bahwa satuan lingual sehubungan dengan berfungsi se-bagai penghubung antara satuan lingual yang berposisi di sebelah kiri dan kanan-nya. Pronomina (hal) itu bersifat eksoforik sebab kehadirannya merujuk pada stuan lingual di luar teks yang sudah disebut. 2.2 Sehubungan dengan Penanda Kausalitas
Eksoforik Diikuti Verba Pasif Pengisi Predikat
(2) Dalam rangka Peringatan Hari Ulang Tahun ke-69 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2014 di Kabu-paten Gunungkidul, akan dilaksanakan Senam Massal dilanjutkan Jalan Santai. Sehubungan dengan hal itu dimohon ke-pada Bapak/ Ibu/ Saudara Kepala SKPD/ Instansi Vertikal/ BUMN/ BUMD d i Kabupaten Gunungkidul dimohon parti-sipasinya dengan mengirimkan karyawan/ kary awati di lingkungan kerja Bapak/ Ibu/ Saudara untuk mengikuti Senam Massal tersebut dan mohon perkenannya untuk setiap SKPD/ Instansi Vertikal/ BUMN/ BUMD 7) memberikan 2 (dua) buah Dooprize sesuai kemampuan ins-tansi Bapak/ Ibu/ Saudara.
Pada contoh (2) tersebut digunakan ung-kapan penghubung sehubungan dengan yang diikuti pronomina eksoforik hal itu. Satuan lingual tersebut merujuk pada satuan lingual berupa kalimat Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-69 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul akan di-laksanakan senam massal dilanjutkan jalan santai. Kehadiran ungkapan penghubung sehubungan dengan menghubungkan satuan lingual hal itu dan dimohon kepada Bapak/Ibu/Saudara Kepala SKPD/Instansi Vertikal/BUMN/BUMD .... Frasa nominal hal itu dapat diganti dengan satuan lingual yang dirujuk sehingga menjadi kalimat berikut.
(2a) Sehubungan dengan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-69 Proklamasi Kemerdekaan Re-publik Indonesia Tahun 2014 di Kabupaten Gunungkidul akan dilaksanakan Senam Massal dilanjutkan Jalan Santai. dimohon kepada Bap ak/ Ibu/ Saudara Kepala SKPD/ Instansi Vertikal/ BUMN/ BUMD di Kabupaten Gunungkidul dimohon parti-sipasinya dengan mengirimkan kary a-wan/karyawati di lingkungan kerja Bapak/ Ibu/ Saudara untuk mengikuti Senam
Massal tersebut dan mohon perkenannya untuk setiap SKPD/ Instansi Vertikal/ BUMN/ BUMD 7) memberikan 2 (dua) buah Doorprize sesuai kemampuan ins-tansi Bapak/ Ibu/ Saudara.
Satuan lingual O1 pada (2) tidak dieks-plisitkan dan langsung diikuti verba pasif ben-tuk di- sebagai pengisi predikat. Contoh tersebut berupa kalimat kompleks yang terdiri atas tujuh satuan informasi, yaitu 1) sehubungan dengan hal itu, 2) dimohon kepada Bapak/Ibu/Saudara Kepala SKPD/Instansi Vertikal/BUMN/BUMD di Kabupaten Gunungkidul, 3) dimohon partisipasi-nya, 4) dengan mengirimkan karyawan/karya-wati di lingkungan kerja Bapak/Ibu/Saudara, 5) untuk mengikuti Senam Massal tersebut, 6) dan mohon perkenannya untuk setiap SKPD/Instansi Vertikal/BUMN/BUMD, dan7) memberikan 2 (dua) buah doorprize sesuai kemampuan instansi Bapak/ Ibu/Saudara.
Kalimat kompleks tersebut dapat diurai menjadi kalimat-kalimat yang lebih sederhana sehingga tersusun sebuah paragraf yang maknanya padu. Teknik yang digunakan ialah parafrasa, sisip, lesap. Pada informasi 2) perlu diubah bentuknya dari dimohon kepada menjadi kami mohon, yaitu memunculkan kata ganti orang pertama jamak kami sebagai O1. Pada informasi (3) terjadi pelesapan satuan lingual dan permutasian satuan lingual partisipasinya. Kata tunjuk anaforis -nya dihilangkan karena maknanya menyatu dengan satuan lingual Bapak/Ibu/Saudara Kepala SKPD/Instansi Vertikal/ BUMN/BUMD. Pada informasi (4) terjadi pe-lesapan satuan lingual di lingkungan kerja Bapak/Ibu/Saudara. Pada informasi (7) terjadi penyisipan satuan lingual pronomina kami yang merujuk pada O1. Dengan demikian, kalimat yang kompleks tersebut dapat diurai menjadi paragraf yang lebih padu, logis, dan sistematis seperti berikut.
Kabu-paten Gunungkidul (4) dengan mengirimkan karyawan/karyawati(5) untuk mengikuti senam massal. (6) Selain itu, kami mohon Saudara (7) berkenan memberikan dua buah doorprize yang sesuai dengan kemampuan.
Frasa nominal (hal) itu dapat diganti dengan hal tersebut sehingga membentuk paragraf berikut.
(2c) (1) Sehubungan dengan hal tersebut, (2) kami mohon partisipasi Saudara Kepala SKPD/ Instansi Vertikal/BUMN/BUMD di Kabu-paten Gunungkidul (4) dengan mengirim-kan karyawan/karyawati (5) untuk meng-ikuti senam massal. (6) Selain itu, kami mo-hon Saudara (7) berkenan memberikan dua buah dooprize yang sesuai dengan kemampu-an.
2.3 Sehubungan dengan Penanda Makna Kausalitas yang Bersifat Endoforik Pada bagian ini dibicarakan ungkapan penghubung sehubungan dengan yang diikuti frasa nominal. Satuan lingual O1 pada contoh tersebut dieksplisitkan. Sebagai penjelasnya diberikan contoh berikut.
(3) Sehubungan dengan pelaksanaan Pendidik-an dPendidik-an PelatihPendidik-an Sistem akuntPendidik-ansi Peme-rintahan Berbasis accrual oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang akan di-laksanakan mulai akhir Februari 2015 ber-tempat di aula UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul, maka dengan ini kami mohon bantuan sebanyak 2 (dua) orang Narasumber untuk kegiatan dimaksud (dua) hari.
Pada contoh (3) satuan lingual sehubungan dengan menandai hubungan makna kausalitas. Keberadaannya menghubungkan satuan li-ngual pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Sistem akuntansi Pemerintahan Berbasis accrual .... dan kami mohon bantuan sebanyak 2 (dua) orang Narasumber untuk kegiatan dimaksud (dua)
hari. Makna kausalitas tersebut dieksplisitkan dengan satuan lingual konjungsi maka.
Frasa nominal yang ditandai sehubungan dengan pada contoh (3) bersifat endoforik. Unsur yang dinyatakan berupa frasa nominal kom-pleks pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sistem akuntansi pemerintahan berbasis accrual oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yang akan dilaksanakan mulai akhir Februari bertempat di aula UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Badan Kepegawaian D aerah Kabupaten Gunungkidul. Unsur tersebut tidak dapat diganti dengan frasa nominal (hal) itu/tersebut. Pernyataan tersebut diikuti satuan informasi maka dengan ini kami mohon bantuan sebanyak 2 (dua) orang Nara-sumber untuk kegiatan dimaksud (dua) hari.
Contoh (3) tidak komunikatif karena tidak padu, tidak logis, dan tidak sistematis. Peng-gunaan konjungsi maka tidak dibenarkan karena dapat mengaburkan status induk kalimat yang wajib hadir. Begitu pula kehadiran frasa dengan ini tidak diperlukan sebab pada pernyataan tersebut tidak diperlukan ‘keterangan cara’.
Contoh (3) berupa kalimat yang sangat kompleks. Supaya menjadi komunikatif, ka-limat tersebut perlu dijabarkan ke dalam kali-mat yang sederhana sehingga tercipta sebuah paragraf. Untuk itu, perlu deskripsi situasi yang biasanya berisi gagasan pokok. Kehadirannya sebagai pengendali bagi gagasan-gagasan penjelas berikutnya. Dengan demikian, tersusun-lah paragraf berikut ini.
orang narasumber untuk memberikan materi pada kegiatan tersebut.
Contoh lain yang setipe sebagai berikut. (4) Sehubungan dengan penyusunan laporan
keuangan Perwakilan BPKP DIY Tahun Anggaran 2015 yang di dalamnya disaji-kan informasi dana bantuan kedinasan oleh mitra kerjayang digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP DIY pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2015, maka dengan ini kami meminta konfirmasi ke-sesuaian data dengan administrasi yang ada pada kantor Saudara sebagaimana data terlampir.
Co nto h (4) d imulai dengan ungkap an penghubung sehubungan dengan yang me-nandai hubungan makna kausalitas endoforik. Satuan lingual tersebut diikuti frasa nominal kompleks penyusunan laporan keuangan Per-wakilan BPKP DIY Tahun Anggaran 2015 yang di dalamnya menyajikan informasi dana bantuan kedinasan oleh mitra kerja yang digunakan untuk membiay ai kegiatan y ang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP DIY pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2015. Selanjutnya, diikuti satuan informasi 4) maka dengan ini kami meminta konfirmasi kesesuaiandata dengan administrasi, dan 5) yang ada pada kantor Saudara sebagaimana data terlampir. Contoh tersebut tidak komuni-katif karena terlalu kompleks.
Supaya menjadi komunikatif, contoh ter-sebut perlu diubah ke dalam kalimat yang sederhana menjadi sebuah paragraf yang utuh informasinya, Untuk itu, diperlukan deskripsi situasi yang dapat mendasari ditulisnya isi pokok surat. Pengubahan tersebut diperlukan berbagai teknik. Untuk pernyataan yang per-tama diperlukan teknik parafrasa atau ubah bentuk sehingga tercipta deskripsi situasi yang mendasari pernyataan penjelas pada urutan berikutnya. Dengan demikian, tercipta
para-graf yang padu, logis, dan sistematis, seperti berikut.
(4a) (1) Kami beri tahukan kepada Saudara bahwa realisasi penggunaan dana dengan administrasi harus sesuai. 2) Sehubungan dengan Perw akilan BPKP DIY Tahun A nggaran 2015 memanfaatkan d ana bantuan kedinasan mitra kerjasama, 3) kami memohon agar laporan yang di-susun menyajikan informasi dana bantu-an kedinasbantu-an tersebut. 4) Sejalbantu-an dengbantu-an itu, kami meminta konfirmasi kesesuaian data dengan administrasi penggunaan biaya kegiatan pada periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2015, sebagaimana data terlampir.
4. Simpulan
Data yang dianalisis pada penelitian ini ialah satuan lingual yang berungkapan peng-hubung sehubungan dengan pada surat dinas. Satuan lingual tersebut berada pada kalimat yang kompleks, mengandung beberapa satuan informasi. Akibatnya, maksud yang disampai-kan kurang komunikatif karena tidak koheren, kurang runtut, dan tidak sistematis.
Ungkapan penghubung sehubungan dengan had ir sebagai p enand a hubungan makna kausalitas, yang bersifat endoforik dan ekso-forik. Unsur yang berada pada urutan sebelah kanan berkategori frasa nominal atau prono-mina (hal) itu atau hal tersebut. Ungkapan peng-hubung sehubungan dengan ... menandai hu-bungan eksoforik jika satuan lingual yang mengikutinya berupa pronomina (hal) itu atau hal tersebut. Apabila berposisi di bagian tengah, kehadirannya sebagai penanda hubungan anaforik.
mengikutinya biasanya bertipe ‘siar’, misalnya beri tahu atau tipe verba tipe ‘minta’ misalnya mohon. Pernyataan pembuka surat dinas biasa-nya mebiasa-nyatu dengan perbiasa-nyataan isi surat dinas dalam wujud kalimat kompleks.
Kalimat yang kompleks tersebut hendak-nya diurai ke dalam kalimat sederhana sehingga tercipta sebuah paragraf. Apabila kalimat yang bersangkutan tidak dapat diurai menjadi para-graf, perlu deskripsi situasi yang biasanya berisi gagasan pokok. Dari gagasan pokok ini dapat dikembangkan ke dalam gagasan-gagasan penjelas sehingga tersusun menjadi paragraf. Tersusunnya paragraf dari kalimat yang kom-pleks digunakan berbagai teknik antara lain ekspansi, substitusi, interupsi, permutasi, dan parafrasa. Kemasan deskripsi situasi biasanya mengawali pernyataan pembuka surat, biasa-nya disusun dengan teknik parafrasa atau alih bentuk. Melalui berbagai teknik tersebut, kali-mat yang kompleks dapat diurai menjadi para-graf yang padu, logis, dan sistematis.
Berdasarkan analisis data yang sudah di-lakukan dapat diketahui bahwa ungkapan penghubung sehubungan dengan kadang meng-awali pernyataan pembuka surat. Namun, per-nyataan tersebut sering menyatu menjadi satu dalam bentuk kalimat kompleks yang sulit diketahui maksudnya. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini memberikan rekomendasi dipro-gramkannya kegiatan pembinaan penulisan surat dinas bagi aparatur pemerintah.
Daftar Pustaka
Baryad i, I. Prap to mo . 2015. Teori-Teori Linguistik Pascastruktural. Yo gyakarta: Penerbit PT Kanisius.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1976. Cohesion in English. London: Longman. Jaruki, Muhammad. 2017. “ Naskah
Doku-men/ Surat Raja Kesultanan Kalimantan Barat: Kajian Struktur, Paleografi, dan Kebahasaan. d alam Kandai V olume 13, Nomor 1, Mei 2017. Kendari: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Krid alaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Edisi Ketiga Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sudaryanto. 2015. M etode dan A neka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma Universitas Press.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Seri Penyuluhan 2 Surat-M enyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ramlan, M. 1993. Paragraf: Alur Pikiran dan Kepaduanny a dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
Sabariyanto, Dirgo. 1998. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Percetakan Mitra Gama Widya. Sukard i d kk. 2006. “ Penyusunan Bahan Penyuluhan Tata Naskah Tahap I: Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta.
Sumadi. 2017. “ Koherensi Antarkalimat pada Paragraf dalam Wacana Ilmiah Bahasa Jawa” dalam Kandai Volume 13, Nomor 1, Mei 2017. Kendari: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
NOTULA PRESENTA SI
Nama Pemakalah : Sri Nardiati
Judul Makalah : Makna Ungkapan Penghubung Sehubungan dengan pada Surat Dinas Nama Penanya
dan Instansi : Joko Sugiyarto, S.S. (Balai Bahasa DIY)
Ada kalimat yang menggunakan kata tersebut. Hendaknya dimunculkan satuan lingual yang dirujuk. Selain itu, ejaan perlu ditertibkan.
Jawaban:
Pertanyaan yang baik. Kata tersebut merujuk pada satuan lingual sebelumnya. Boleh rujukan itu diwujudkan, hanya saja dapat mempertebal halaman. Adapun yang terkait dengan EYD harus ditertibkan. Misalnya, penggunaan di- sebagai awalan diserangkaikan dengan bentuk dasarnya, sedangkan di- sebagai preposisi dipisah penulisannya.
Catatan Narasumber:
1. Sebaiknya judul makalah ialah “ Preposisi sehubungan dengan dalam Bahasa Indonesia” . Yang dibahas adalah berbagai kemungkinan konstituen yang mengikutinya, misalnya sehubungan dengan itu; sehubungan dengan diadakannya; sehubungan dengan kebutuhan air, dan sebagainya. Preposisi ini penting dan banyak digunakan dalam surat-menyurat resmi. 2. Hal lain yang bisa dibahas adalah variasinya, misalnya sejalan dengan itu, berkenaan dengan
itu, dan sebagainya.
1. Pendahuluan
Bahasa merupakan alat untuk berkomuni-kasi dan berinteraksi dengan orang lain dalam menyampaikan informasi. Dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan seluruh ide dan gagasan mereka. Bahasa dan budaya me-rupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, bahkan bahasa bisa memengaruhi budaya. Nababan (1991: 50) menyatakan bahwa bahasa sebagai suatu sistem komunikasi dan bagian
ISTILAH PENAM AAN JAJANAN TRADISIONAL SEBAGAI UPAYA
PEM ERTAHANAN BUDAYA M ELAYU DI PONTIANAK: KAJIAN
ETNOLINGUISTIK
NAMING OF TRADITIONAL SNACKS AS EFFORT IN DEFENDING
M ALAY CULTURE IN PONTIANAK: ETNOLINGUISTICS STUDY
Ida Herawati
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat wida.garini@gmail.com
Inti Sari
Jajanan tradisional merupakan salah satu peninggalan budaya dari nenek moyang kita. Istilah-istilah penamaan jajanan tradisional sangat unik. Hal ini terjadi dikarenakan mengacu pada suatu peristiwa, tindakan, bentuk, dan keadaannya. Di Pontinak terdapat jajanan tradisional yang kebanyakan berkaitan erat dengan tradisi budaya Melayu di Pontianak, seperti saprahan,
potong rambut, naik ayun (naek tojang), tanggal tali pusat, buang-buang, orang meninggal, dan lain-lain. Beberapa jajanan tradisional menggunakan beberapa bahan dasar, seperti ketan dan beras. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sebagian besar data diperoleh dari para pelaku tradisi dan pembuat makanan tradisional yang memahami istilah-istilah penamaanmakanan atau jajanan tradisional tersebut.
Kata kunci: jajanan tradisional, budaya Melayu, tradisi
Abstract
Traditional snacks are one of the cultural heritages of our ancestors. Names of traditional snacks are very unique. The names refer to an event, actions, forms, and circumstances. In Pontianak most of traditional snacks are tightly related to Malay culture like saprahan,cutting hair, swinging (naektojang), umbilical cut, offering, dead person, and so on. Some traditional snacks used some basic ingredients such as sticky rice and rice. The approach in this research is qualitative descriptive. Most of the data was obtained from traditional doers and food makers who understood naming of the traditional food or snacks.
Keywords: traditional food, Malay culture, tradition
ini sejalan dengan pendapat dua pakar, yaitu Edwar Sapir dan Benjamin Lee Whorf (Chaer, 2012:70). Mereka menyatakan bahwa bahasa memengaruhi kebudayaan. Bahasa itu meme-ngaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Dengan kata lain, ba-hasa menguasai cara berpikir dan bertindak manusia.
Pamungkas (2012: 189) menyatakan bahwa apa yang dilakukan manusia selalu dipengaruhi oleh sifat-sifat bahasanya. Dia berpendapat ke-budayaan akan memengaruhi tingkat penge-tahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organi-sasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang ke-semuanya ditujukan untuk membantu manu-sia dalam melangsungkan kehidupan ber-masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat dalam Pamungkas (2012: 189) ada tujuh unsur kebudayaan uni-versal, yaitu (1) sistem religi dan upacara ke-agamaan yang meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan; (2) sistem ke-masyarakatan atau organisasi sosial yang me-liputi kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan; (3) sistem pengetahuan meliputi flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia, dan perilaku antarsesama manusia; (4) Bahasa, yaitu alat untuk ber-komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan; (5) kesenian yang meliputi seni patung/ pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal, musik, ba-ngunan, kesusasteraan, drama; (6) sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi berburu dan mengumpulkan makan-an, bercocok tanam, peternakmakan-an, perikanmakan-an, perdagangan; (7) sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi produksi, distribusi,
transportasi, perumahan, pakaian, dan per-hiasan.
Jajanan tradisional merupakan makanan khas yang sudah ada sejak nenek moyang kita dan biasanya digunakan untuk acara atau tra-disi. Jajanan atau makanan tradisional juga telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut Winarno dalam Sabana (2007), makanan tradisional ialah makanan yang pekat dengan tradisi setempat. Hadisantosa dalam Sabana (2007) mendefinisikan pangan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat.
Hal-hal yang berkaitan dengan jajanan atau makanan tradisional tidak luput dari me-nyiapkan bahan makanan, proses memasak, mengemas, menyajikan hingga proses me-makannya. Pembuatan jajanan tradisional ini biasanya tidak bisa kita nikmati setiap hari dan terjadi pada momen-momen tertentu. Jajanan tradisional biasa disebut juga dengan jajanan pasar. Ini disebabkan makanan atau jajanan tersebut banyak dijual di pasar-pasar tradi-sional. Di zaman yang cukup modern ini, se-ring kita temui pedagang tidak hanya menjual menjual makanan-makanan tradisional, akan tetapi makanan-makanan mod ern, sep erti dorayaki, rainbow cake, burger, pizza, pancake, dan lain-lainnya. Di samping bentuk penampil-an ypenampil-ang cukup menarik, penyajipenampil-annya ypenampil-ang praktis, dan cara pembuatan yang tidak rumit makanan-makanan tersebut gampang di-jumpai.
diguna-kan juga tergolong tradisional bahdiguna-kan cara pengolahannya pun juga masih tradisional.
Makanan atau jajanan tradisional merupa-kan salah satu warisan nenek moyang kita yang perlu dijaga dan dilestarikan, jangan sampai warisan tersebut punah. Dalam budaya Melayu Pontianak terdapat beberapa upacara adat yang salah satu unsur utamanya mengguna-kan mamengguna-kanan atau jajanan tradisional sebagai salah satu persyaratan. Penggunaan makanan atau jajanan tradisional tersebut dikarenakan memiliki makna-makna khusus. Sebagian masyarakat Melayu khususnya yang ada di Pontianak masih sering menggunakan makan-an atau jajmakan-anmakan-an tradisional dalam upacara-upacara adat tertentu, seperti tradisi potong rambut, tradisi naek ayon/ tojang kematian, dan lain-lainnya.
Budaya Melayu yang ada di Pontianak banyak dipengaruhi oleh budaya Bugis. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan makanan atau jajanan tradisional yang digunakan. Di Pontianak yang merupakan ibukota provinsi banyak sekali suku yang tinggal di sana. Suku Jawa, suku Madura, suku Batak, dan beberapa suku pendatang lainnya merupakan suku minoritas yang banyak mendiami beberapa daerah yang ada di Pontianak. Hal ini juga me-rupakan salah satu penyebab yang meme-ngaruhi kondisi kebahasaan dan kebudayaan masyarakat Melayu yang ada di Pontianak. Tidak terkecuali jajanan tradisionalnya. Ba-nyak jajanan tradisional Melayu di Pontianak merupakan adaptasi dari jajanan tradisional daerah lainnya, seperti kue pasong.
Penelitian ini membahas pemakaian istilah-istilah jajanan tradisional pada budaya Melayu, khususnya yang ada di Pontianak. Kajian dalam penelitian ini berkaitan dengan erat dengan kajian etnolinguistik, yaitu subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor etnis (Suparno, 2002: 25). Penulis tertarik mengkaji hal ini di-karenakan terdapat keunikan-keunikan ter-tentu dalam istilah penamaan makanan atau
jajanan tradisional dilihat dari sisi etnolinguis-tiknya.
Permasalahan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut. (1) Istilah penamaan jajanan tradisional apa sajakah yang ada pada budaya Melayu yang ada di Pontianak? (2) Bagaimana deskripsi hubungan istilah penamaan jajanan tradisional dengan budaya Melayu yang ada di Pontianak?
Berdasarkan masalah di atas tujuan yang akan dicapai, yaitu (1) mendeskripsikan istilah penamaan jajanan tradisional yang ada pada budaya Melayu yang ada di Pontianak; (2) mendeskripsikan hubungan istilah penamaan jajanan tradisional dengan budaya Melayu yang ada di Pontianak.
2. M etode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan. Hal ini sejalan dengan Sudaryanto dalam Kusumaningtyas (2013), yaitu (a) tahap penyedian data, (b) tahap analisis data, dan (c) tahap penyajian hasil analisis data. Menurut Sudaryanto (2015: 202) pada prinsipnya dalam tahap penyediaan data terdapat dua metode yang digunakan, yaitu metode simak dan metode cakap. Teknik dasar dalam metode simak ialah teknik sadap. Pada praktiknya, penyimakan atau metode simak itu diwujudkan dengan penyadapan. Artinya peneliti bisa menggunakan segala ke-mampuan dan kecerdikannya untuk bisa me-nyadap pembicaraan (penggunaan bahasa) seseorang atau beberapa orang (Sudaryanto, 2015:203).
yang dibicarakan) oleh orang-orang yang ha-nyut dalam proses dialog (Sudaryanto, 2015: 204). Teknik berikutnya dilanjutkan dengan perekaman dan pencatatan.
Untuk tahap kedua berupa analisis data, metode yang digunakan ialah metode des-kriptif. Tujuan dari teknik tersebut ialah untuk mendeskripsikan masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini. Tahap berikutnya, yaitu penyajian analisis data. Dalam penyajian analisis data digunakan dua metode, yaitu informal dan formal (Sudaryanto, 2015: 241).
3. Hasil dan Pembahasan
Permasalahan yang menjadi pokok bahas-an dalam penelitibahas-an ini ialah (1) istilah penama-an makpenama-anpenama-an atau jajpenama-anpenama-an tradisional ypenama-ang ada pada budaya Melayu di Pontianak; dan (2) deskrisi hubungan istilah penamaan makanan atau jajanan trad isio nal d engan bud aya Melayu yang ada di Pontianak.
3.1 Nama M akanan atau Jajanan Tradi-sional pada Budaya Melayu di Pontianak.
Istilah makanan atau jajanan tradisional dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua ben-tuk, yaitu kata dan frasa. Hal ini dikarenakan memudahkan peneliti membuat acuan dalam mengklasifikasikannya. Berikut beberapa istilah makanan atau jajanan tradisional dalam ben-tuk kata yang berhasil ditemukan peneliti.
NO
KATA
JENIS
1.
jorong-jorong
jajanan
2.
blodar
jajanan
3.
ongol-ongol
jajanan
4.
nagesari
jajanan
5.
lempar
jajanan
6.
deram
jajanan
6.
deram
jajanan
7.
merekeh
jajanan
8.
kokes
jajanan
9.
doko-doko
jajanan
9.
kriya
jajanan
10.
cengkarok
jajanan
11.
masekat
jajanan
12.
apam
jajanan
13.
putu
jajanan
14.
merekeh
jajanan
Berikut beberapa istilah makanan atau jajanan tradisional dalam bentuk frasa yang berhasil ditemukan peneliti.