• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

THE INFLUENCE OF CULTURE ON SEX DIALECT IN JAVANESE SOCIETY: STUDY ON LEXICON AND SENTENCE LEVEL

3.1 Hasil Penelitian

Pada paparan hasil penelitian ini disajikan data dan deskripsinya. Berikut ini merupakan sampel data yang terkumpul dalam penelitian ini dan deskripsinya.

Data (1)

Meski Nd o ro Putri, Ibu Farid a, sud ah membekalinya dengan berbagai pengetahuan kehidupan di kota, tak urung dia tetap merasa aneh. (Sumber: http s:/ / cerp enko mp as. wordpress.com/ 2010/ 06/ 06/ pilihan-ibu/ ). Data tersebut muncul dalam konteks masya- rakat Jaw a yang dikutip dari cerpen yang dipublikasikan secara daring.

Data (2)

Perempuan itu punya nama, tapi Kangmas lebih suka memanggilnya Diajeng karena p eremp uan itu p un suka memanggilnya Kangmas.

( Su m b e r: h ttp : / / u s m an n u rd i a n s y ah . blo g sp o t.co .id / 2012/ 01/ kang m as-d an- diajeng.html).

Data tersebut diambil dari cerpen yang berkisah tentang percintaan dalam masyarakat Jawa. Data (3)

“ Mayaaa! Lagi lagi lo dipanggil Pak Sopyan ke ruang guru! Gih buruan, d arip ad a nilai matematika lo jadi taruhan!” Teriak Rania dari depan pintu kelas. (Sumber: http:/ / cerpenmu. com/ cerpen-cinta/ rangga-part-2.html) Data tersebut diambil dari cerpen yang berjudul “ Rangga” karya Hana Nur A. Cerpen tersebut berkisah tentang cinta remaja.

Data (4)

“ Jadi, apa maumu? Sekarang terserah kamu, keputusan ada di tanganmu”

(Sumber: http:/ / cerpenmu.com/ cerpen-cinta- sedih/ terserah.html).

Data tersebut dikutip dari cerpen. Cerpen tersebut berkisah tentang percintaan remaja. Data (5)

Kamu adalah lelaki dalam topeng buatanmu sendiri, sebab kamu adalah bocah yang malu pada realitas yang menghantui.... Bagimu ayahmu serupa monster penghisap darah dengan w ajah mengerikan dan bau men- jijikkan.

(Sumber: http:/ / www.alisakit.com/ 2014/ 08/ l e l a k i - p a h l a w a n k u - s e b u a h - c e r p e n - tentang.html).

Data tersebut dikutip dari cerpen yang berkisah tentang gay atau homo.

Data (6)

Sebagai istri aku…. Menikahlah denganku! Kamu kamu kan?” pinta Arian.

(Sumber: http :/ / ahmadkhairun.blogsp ot. co.id/ 2011/ 11/ cerpen-by-mas-raden-risalah- hati-cinta.html)

Data (7)

Aku terus mencari tanpa lelah dan tanpa putus harapan. Tapi apa yang aku dapat. Apa???” Suara Arian meninggi.

(Sumber: http :/ / ahmadkhairun.blogsp ot. co.id/ 2011/ 11/ cerpen-by-mas-raden-risalah- hati-cinta.html)

Data (6) dan (7) tersebut diambil dari cerpen percintaan yang berjudul “ Risalah Hati” . Arian merupakan to koh laki-laki dalam cerpen tersebut.

Data (8)

Dia ad alah sisw a tamp an d an cerd as d i sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjuk- kan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa ataupun menegur- nya. Aku menyukainya lewat diam. (Sumber: http:/ / www.lokerseni.web.id/ 2013/ 01/ true- love-cerpen-cinta-romantis.html).

Data (8) dikutip dari cerpen remaja yang berjudul “ True Love” karya Dina Pertiwi. Data (9)

“ Hey mau ke mana kalian, mau minggat ya?” hardik si preman dengan kasar.

“ Kami mau ke rumah teman.” (Sumber: http:/ / c e rp e n m u . c o m / c e rp e n - k e h i d u p a n / perisai.html).

Data tersebut dikutip dari cerpen yang ber- judul “ Perisai” karya Iqbal Hidayat. Cerpen ter- sebut menceritakan kehidupan preman. 3.2 Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini disajikan klasifikasi data beserta analisisnya. Pengklasi- fikasian data dilakukan berdasarkan kesamaan data yang diperoleh. Dialek seks pada laki-laki dan perempuan berdasarkan data yang diper- oleh diklasifikasikan menjadi empat. Dialek seks pada laki-laki dan perempuan mencakup kata sapaan; cara mengungkapkan perasaan; pilih- an leksikon; serta intonasi. Berikut ini disajikan klasifikasi tersebut dan pembahasannya.

(1) Kata sapaan

Dalam gramatika gender dikemukakan bahwa hambatan tentang sexims dalam bahasa yang banyak memunculkan komentar yakni adanya sistem gender sehingga bahasa Inggris memiliki he-she-it atau dalam bahasa Prancis dikenal dengan le-la, dan dalam bahasa Jerman dikenal dengan der-die-das. Sistem penanda jenis kelamin misalnya she untuk perempuan, he untuk laki-laki (bahasa Inggris); la maison ’rumah’ untuk menunjukkan jenis kelamin pe- rempuan dan le crayon ’ pensil’ untuk me- nunjukkan jenis kelamin laki-laki. Jadi, la untuk menunjukkan jenis kelamin perempuan dan le untuk menunjukkan jenis kelamin laki-laki (bahasa Prancis) (Wardhaugh, 1986: 306— 307).

Adapun dalam dialek seks, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam bentuk sapaan. Dalam masyarakat Jawa dikenal ada- nya unda-usuk. Unda-usuk tersebut dipeng- aruhi antara lain oleh faktor budaya, status sosial, usia, situasi tutur, jenis kelamin, tujuan tuturan. Dalam masyarakat Indonesia (Jawa) dikenal kata sapaan kangmas, diajeng. Kata sapaan kangmas cenderung digunakan untuk menyebut laki-laki suku Jawa dengan status sosial menengah ke atas yang berusia sebaya atau di atasnya penutur. Selain itu, kata sapaan kangmas dan diajeng juga digunakan untuk sapaan peran laki-laki dan perempuan dalam kesenian ketoprak. Berikut ini sampel data yang diperoleh.

a. Meski Ndoro Putri, Ibu Farida, sudah membekalinya dengan berbagai penge- tahuan kehidupan di kota, tak urung dia tetap merasa aneh. (Sumber: https:/ / cerpenkompas.wordpress.com/ 2010/ 06/ 06/ pilihan-ibu/ )

Bentuk sapaan Ndara Putri digunakan untuk menyebut majikan perempuan yang dianggap masih keturunan bangsawan. Sapaan tersebut sampai sekarang masih digunakan terutama dilingkungan keraton.

b. Perempuan itu punya nama, tapi Kangmas lebih suka memanggilnya Diajeng karena perempuan itu pun suka memanggilnya Kangmas. (Data 2)

(Sumber: http:/ / usmannurd iansyah. blogspot.co.id/ 2012/ 01/ kangmas-dan- diajeng.html).

Kata sapaan kangmas dalam konteks itudi- gunakan oleh seorang perempuan untuk me- nyapa laki-laki. Dalam masyarakat Jawa ada anggapan bahwa laki-laki memiliki dominasi terhadap perempuan atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, digunakan kata sapaan kangmas sebagai bentuk peng- hormatan.

Selain itu, masih ada bentuk sapaan yang digunakan oleh masyarakat Jaw a. Bentuk sapaan untuk laki-laki yang digunakan dalam masyarakat Jawa, yakni sebagai berikut. - Bentuk sapaan pak, bapak ‘ayah’ diguna-

kan untuk menyapa kepada ayah atau laki-laki yang berusia lebih tua dalam masyarakat biasa atau menengah ke baw ah.

- Bentuk sapaan rama digunakan untuk menyapaayah atau laki-laki yang berusia lebih tua dan dihormati dalam kalangan ningrat.

- Kata raden dalam masyarakat Jawa me- rupakan gelar putra dan putri raja; gelar keturunan raja; sapaan atau panggilan kepada bangsawan yang merupakan ke- turunan raja.

- Bentuk sapaan ndara dalam masyarakat Jawa untuk kalangan tertentu digunakan untuk menyap a pembantu kep ad a majikannya.

- Bentuk sapaan eyang kakung digunakan untuk menyapa kakek dalam masyarakat dengan status sosial menengah ke atas. - Bentuk sapaan mbah kakung ‘kakek’ di-

gunakan untuk menyapa kakek dalam masyarakat dengan status sosial menengah ke bawah.

- Bentuk sapaan thole, nang digunakan orang tua untuk menyapa anak laki- lakinya yang masih kecil dalam kalangan masyarakat menengah ke bawah.

- Bentuk sapaan pak lik digunakan untuk menyapa saudara laki-laki ayah/ ibu yang lebih muda dari ayah/ ibu.

- Bentuk sapaan pak dhe digunakan untuk menyapa saudara laki-laki ayah/ ibu yang lebih tua dari ayah/ ibu.

- Bentuk sapaan mas digunakan untuk me- nyapa saudara laki-laki yang lebih tua atau laki-laki yang belum dikenal dan berusia relatif muda.

Adapun bentuk sapaan untuk perempuan yang digunakan dalam masyarakat Jawa yakni sebagai berikut.

- Bentuk sapaan ibu, bu digunakan untuk menyapa orang tua perempuan/ perem- puan paruh baya dalam masyarakat me- nengah.

- Bentuk sapaan biyung, mbok, simbok, mbok digunakan untuk menyapa orang tua pe- rempuan dalam masyarakat bawah yang tinggal di pedesaan atau dengan status sosial yang rendah.

- Bentuk sapaan embah, mbah putri ‘nenek’ digunakan untuk menyapa orang tua pe- rempuan dari ibu/ ayah dalam masya- rakat dengan status sosial menengah ke baw ah.

- Bentuk sapaan eyang, eyang putri diguna- kan untuk menyapa orang tua perem- puan dari ibu/ ayah dalam masyarakat dengan status sosial menengah ke atas. - Bentuk sapaan mbok, yu digunakan untuk

menyapa pembantu atau orang yang status sosialnya dianggap lebih rendah. - Bentuk sapaan jeng digunakan untuk me-

nyapa orang yang dihormati, berusia muda/ dewasa, tinggal di perkotaan, atau keturunan ningrat.

- Bentuk sapaan mbak digunakan untuk menyapa saudara perempuan yang lebih tua atau sapaan adik kepada kakak pe- rempuannya atau perempuan yang be- lum dikenal dan berusia relatif muda. - Bentuk sapaan mbakyu/yu digunakan

untuk menyapa saudara perempuan yang lebih tua atau perempuan yang belum dikenal dan berusia relatif muda dan memiliki status sosial lebih rendah. - Bentuk sapaan wuk, ndhuk digunakan

orang tua untuk menyapa anak perem- puannya yang masih kecil.

- Bentuk sapaan bu lik digunakan untuk menyapa adik perempuan ibu/ bapak dalam masyarakat menengah).

- Kata sapaan tante digunakan untuk me- nyapa saudara perempuan ibu/ bapak atau perempuan yang sebaya dengan ibu dalam masyarakat dengan status sosial menengah ke atas.

- Kata sapaan bu dhe digunakan untuk menyapa kakak perempuan ibu/ bapak dalam masyarakat menengah.

- Kata sapaan mbok dhe digunakan untuk menyapa kakak perempuan ibu/ bapak dalam masyarakat yang tinggal di desa. Selain bentuk-bentuk sapaan tersebut ada juga bentuk sapaan yang bisa digunakan untuk menyapa laki-laki dan perempuan misalnya dik, adik digunakan untuk menyapa orang yang relatif lebih muda, baik yang sudah dikenal maup un belum. Bentuk sap aan mas bisa digunakan untuk menyapa laki-laki yang relatif berusia muda atau perempuan yang dianggap keturunan ningrat.

(2) Pengungkapan perasaan

Menurut Tannen perempuan biasanya menggunakan bahasa yang bermakna tidak langsung/ tidak terus terang, sedangkan laki- laki biasanya memilih menggunakan bahasa yang bermakna terus terang (Tannen, 1984: 193). Dalam mengungkapkan perasaannya

laki-laki cenderung lebih terus terang/ langsung daripada perempuan. Perempuan cenderung menyembunyikan perasaannya atau berbelit- belit bila berbicara. Data berikut ini menggam- barkan hal tersebut.

a. Sebagai istri aku…. M enikahlah denganku!

Kamu, kamu kan?” pinta Arian. (Data 6). (Sumber: http:/ / ahmadkhairun.blogspot. co.id / 2011/ 11/ cerpen-by -m as-r aden- risalah-hati-cinta.html).

Arian sebagai tokoh laki-laki dalam cerpen tersebut mengungkapkan perasaannya secara terus terang. Kalimat Menikahlah dengan aku merupakan tuturan langsung/ terus terang. Tuturan seperti itu dalam budaya masyarakat Jawa hanya lazim disampaikan oleh laki-laki. Perempuan Jawa biasanya merasa tabu untuk mengungkapkan perasaannya secara terus terang. Dengan demikian, yang lazim dalam budaya Jawa yakni Arian menikahi Saskia; Arian memperistri Saskia; Arian melamar Saskia bukan sebaliknya.

b. “ Jadi, ap a maumu? Sekarang terserah kamu, keputusan ada di tanganmu” . (Data 4). (Sumber: http :/ / cerp enmu.co m/ cerpen-cinta-sedih/ terserah.html).

Perempuan ketika marah atau kecew a kadang-kadang mengucapkan kata-kata “ ter- serah kamu” . Sebenarnya kata-kata tersebut diucapkan untuk menghindari konflik yang berkepanjangan. Data tersebut menunjukkan bahwa perempuan cenderung tidak berbicara secara terus terang dan menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

c. Dia adalah siswa tampan dan cerdas di se- kolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjukkan diri bahwa aku menyukai- nya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa

ataupun menegurnya. Aku menyukainya lewat diam. (Data 8)

(Sumber: http:/ / www.lokerseni.web.id/ 2 0 1 3 / 0 1 / tr u e - l o v e - c e rp e n - c i n ta - romantis.html).

Data tersebut dikutip dari cerpen remaja yang berjudul “ True Love” karya Dina Pertiwi. Dalam cerpen tersebut dilukiskan seorang tokoh perempuan yang bersifat tidak terus terang atau menyembunyikan perasaan. Ketidakterus- terangan tersebut biasa ada dalam perempuan (Jaw a). Kalimat yang menunjukkan hal itu yakni Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjuk- kan diri bahwa aku menyukainya. Dari kalimat tersebut diketahui bahwa tokoh perempuan yang digambarkan itu menyembunyikan pe- rasaannya agar tidak diketahui orang lain. Sikap perempuan tersebut merupakan bagian dari norma budaya Jawa.

(3) Pemilihan leksikon

Labov (1972) dan Trudgill (1972) dalam penelitiannya membuktikan secara empiris bahwa perempuan lebih banyak menggunakan bahasa sopan. Apa yang dikemukakan oleh Labov, Trudgill, dan Tannen tersebut tampak- nya berlaku juga di beberapa negara lain misal- nya Indonesia dan Jepang.

Pada bagian ini disajikan pembahasan data terkait dengan pilihan berbahasa pada laki-laki yang cenderung vulgar daripada pilihan ber- bahasa pada perempuan. Berikut ini data dan pembahasannya.

a. Kamu adalah lelaki dalam topeng buatan- mu sendiri, sebab kamu adalah bocah yang malu pada realitas yang menghantui.... Bagimu ayahmu serupa monster penghisap darah dengan wajah mengerikan dan bau menjijikkan. (Data 8). (Sumber: http:/ / w w w .alisakit.co m / 2014/ 08/ lelaki- pahlawanku-sebuah-cerpen-tentang.html). Pada kalimat tersebut yang merupakan leksikon vulgar yakni monster penghisap darah, mengerikan, bau menjijikkan. Leksikon tersebut terasa vulgar dan tidak santun ketika diguna-

kan untuk mengacu kondisi seorang ayah. Dalam cerpen itu leksikon vulgar tersebut di- gunakan oleh tokoh laki-laki. Bila dibanding- kan dengan perempuan, bahasa yang diguna- kan oleh perempuan cenderung tidak sevulgar itu.

b. “ Hey mau ke mana kalian, mau minggat ya?” hardik si preman dengan kasar. “ Kami mau ke rumah teman.” (Data 9). (Sumber: http:/ / cerpenmu.com/ cerpen- kehidupan/ perisai.html).

Data tersebut dikutip dari cerpen yang men- ceritakan kerasnya kehidupan preman. Ke- kerasan tersebut terlihat dari pilihan leksikon minggat ‘pergi’. Dalam cerpen tersebut dikisah- kan preman menghard ik temannya yang diduga akan melarikan diri dengan bertanya, “ Hey mau ke mana kalian, mau minggat ya?” Dalam bahasa Jawa leksikon minggat menun- jukkan bentuk verbal yang sangat kasar dan tidak santun.

(4) Intonasi

Dalam hal intonasi laki-laki ketika bertutur cend erung menggunakan into nasi d atar, sedangkan perempuan cenderung mengguna- kan intonasi panjang pada akhir kalimat. Into- nasi panjang tersebut digunakan untuk me- nunjukkan rasa manjanya. Intonasi panjang pada akhir kalimat tersebut tidak biasa terdapat pada laki-laki. Akan tetapi, ketika seorang perempuan tidak menyukai mitra tuturnya, perempuan tersebut akan menggunakan into- nasi pendek-pendek. Dalam masyarakat Jawa intonasi tinggi biasanya digunakan seseorang ketika sedang marah.

a. Aku terus mencari tanpa lelah dan tanpa putus harapan. Tapi apa yang aku dapat. Apa???” Suara Arian meninggi. Data (7) (Sumber: http:/ / ahmadkhairun.blogspot. co .id / 2011/ 11/ cerp en-by-mas-rad en- risalah-hati-cinta.html)

Intonasi tinggi dalam data tersebut di- ketahui dari kalimat Suara Arian meninggi. Dalam cerpen tersebut diceritakan bahw a

A rian marah terhad ap sahabat lamanya. Kemarahan tersebut digambarkan dengan suara yang meninggi.

b. “ Mayaaa! Lagi lagi lo dipanggil Pak Sopyan ke ruang guru! Gih buruan, daripada nilai matematika lo jadi taruhan!” Teriak Rania dari depan pintu kelas. (Data 3) (Sumber: http :/ / cerp enmu.co m/ cerp en-cinta/ rangga-part-2.html).

Dalam data tersebut dilukiskan Rania se- orang remaja putri memanggil temannya yang bernama Maya dengan panggilan “ Mayaaa” . Intonasi panjang tersebut biasanya hanya digunakan oleh perempuan. Intonasi panjang tidak biasa digunakan oleh laki-laki.

4. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya berpengaruh terhadap dialek seks pada masyarakat Jawa. Berdasarkan klasifikasi dan analisis data diketahui bahwa dialek seks pada laki-laki dan perempuan mencakup kata sapa- an; cara mengungkapkan perasaan; pilihan leksikon; dan intonasi. Berdasarkan kata sapa- an yang digunakan diketahui bahwa laki-laki dan perempuan Jawa mengenal kata sapaan yang berunda-usuk. Berdasarkan cara meng- ungkapkan perasaan, laki-laki cenderung lebih terus terang daripada perempuan. Berdasar- kan pilihan leksikon, laki-laki kadang-kadang memilih kata-kata yang lebih vulgar daripada perempuan. Berdasarkan intonasi, perempuan biasanya menggunakan intonasi panjang pada akhir kalimat. Intonasi panjang pada akhir kalimat tersebut tidak biasa terdapat pada laki- laki.

Daftar Pustaka

Allan dan Barbara Pease. 2001. Why Men Don’t Listen & Women Can’t Read Maps. London: Orion Publishing Co.

Baganu, Frengki. 2014. Perbedaan Gaya Bahasa dalam Komunikasi antara Pria dan Wanita. S-2 MPDK Universitas Kristen Immanuel

Yo gyakarta. http :/ / w w w .acad emia. ed u/ 7667712/ PERBEDA A N_GA YA _ BA HA SA _D A LA M _KO M UNIKA SI_ ANTARA_PRIA_DAN_WANITA. Bogdan, Robert and Steven J. Taylor. 1975.

Introduction to Qualitative Research Method – A Phenomenological Approach to the Social Sciences. New York: John Wiley & Sons. Djajasudarma, Hj. T. Fatimah. 2006. Metode

Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Harimansyah, Ganjar. 2013. “ Perempuan dan Bahasanya: Cermin Pengaruh Jenis Kelamin dalam Faktor Pilihan Berbahasa

dan Mitos di Sekitarnya”. Dalam Tabloid

Sastra. https:/ / tabloidsastra.wordpress. co m / 2014/ 12/ 03/ p erem p u an-d an- bahasany a-cerm in-p eng aru h-jenis- kelamin-dalam-faktor-pilihan-berbahasa- dan-mitos-di-sekitarnya/ . Diunduh 26 September 2017.

Hidayat, Iqbal. 2015. “ Perisai” . Cerpenmu. h t t p : / / c e r p e n m u . c o m / c e r p e n - kehidupan/ perisai.html. Dunduh pada 24 Oktober 2017.

https:/ / cerpenkompas.wordpress.com/ 2010/ 06/ 06/ pilihan-ibu/

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2017. https:/ / kbbi.kemdikbud.go .id/ entri/ w anita. Diunduh pada 3 Oktober 2017.

Kasmeri, Nuzul. 208. “ Strategi Kesantunan Danseigo ‘Bahasa Laki-Laki’ dan Joseigo ‘Ba- hasa Perempuan’ dalam Bahasa Jepang” . Tesis. Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Jepang. Universitas Andalas, Padang. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguis-

tik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Labov, William. 1972. Sociolinguistic Patterns. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Lauder, R.M.T. Multamia dan Basuki Rahardi. 1989. “ Sikap Kebahasaan Kaum Wanita” . Makalah dalam Seminar Sosiolinguistik, Jakarta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Ja- karta: PT Raya Grafindo Persada.

Mas, Raden. “ Risalah Hati” . 2011. http:/ / ahmadkhairun.blogspot.co.id/ 2011/ 11/ cerp en-by -m as-rad en-risalah-hati- cinta.html. Diunduh pada 18 Oktober 2017.

Munjin. 2008. “ Ekspresi Bahasa dan Gender: Sebuah Kajian Sosiolinguistik” . Jurnal Studi Gender dan Anak Yin Yang, Vol. 3, No. 2, Juli—Desember 2008. Purwokerto: PSG STAIN.

Nur, A . Hana. 2017. “ Rangga” . http :/ / cerpenmu.co m/ cerp en-cinta/ rangga- part-2.html. Diunduh pada 23 Oktober 2017.

Paisak, Taufik. 2002. Revolusi IQ/EQ/SQ: Antara Neurosains dan A l-Q uran. Band ung: Mizan.

Pertiw i, Dina. 2013. “ True Love” . http:/ / w w w .lokerseni.w eb.id/ 2013/ 01/ true- lo v e-cerp en-cinta-ro m antis.htm l). Diunduh pada 19 Oktober 2017.

“ Pilihan Ibu” . 2010. https:/ / cerpenkompas. w o rd press.co m/ 2010/ 06/ 06/ pilihan- ibu/ . Diunduh pada 24 Oktober 2017. Prayo gi, Icuk. 2011. “ Sekilas Perbed aan

Pemakaian “ Bahasa Pria” dan “ Bahasa

Wanita””. 17 Desember 2011   09:46.

http :/ / w w w .ko m p asiana.co m / icuk prayogi/ sekilas-perbedaan-pemakaian- b a h a s a- p ri a- d an - b a h a s a- w an ita_ 550af024a33311d 01c2e3ba8. Diunduh pada 26 September 2017

PuJa. 2012. Kangmas dan Diajeng. Cerpen. Dipos- kan 14 Januari 2012. http :/ / usman nurdiansyah.blogspot.co.id/ 2012/ 01/ kangmas-dan-diajeng.html. Diunduh pada 8 Oktober 2017.

Saidulloh, Devi. 2014. “ Terserah” . Dalam Cerpenmu: Komunitas Penulis Cerpen Ind onesia, Kump ulan Cerp en Karya A nak Bangsa. http:/ / cerpenmu.com/ cerpen-cinta-sedih/ terserah.html

Sobara, Iwa dan Dewi Kartika Ardiyani. 2013. “ Sikap Bahasa Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan di Jurusan Sastra Jerman Universitas Negeri Malang” . Jurnal Bahasa dan Seni, Tahun 41, Nomor 1, Februari 2013.

Slametmuljana. 1964. Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara. Djakarta: Balai Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Ana-

lisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tannen, Deborah. 1984. “ The Pragmatics of Cross-Cultural Communication” . Applied Linguistics, Vol. 5, No. 3. Washington: Georgetown University.

Trudgill, Peter. 1972. Sociolinguistics: An Intro- duction. Hardmonsworth: Penguin Books, Ltd.

_____. 1983. On Dialect: Social and Geographical Perspectives. New York: Basil Blackwell. Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction to

Sociolinguistics. New York: Basil Blackwell Inc.

W irasatriaji. 2014. “ Lelaki Pahlaw anku: Sebuah Cerpen tentang Gay/ Homo” . http :/ / w w w .alisakit.co m/ 2014/ 08/ lelaki-p ahlaw anku-seb uah-cerp en- tentang.html). Diunduh pada 9 Oktober 2017.

NOTULA PRESENTA SI

Nama Pemakalah : Dwi Atmawati

Judul Makalah : Pengaruh Budaya Terhadap Dialek Seks Pada Masyarakat Jawa: Kajian Dalam Tataran Leksikon Dan Kalimat

Nama Penanya dan Instansi : (a) Sumadi (Balai Bahasa DIY)

Kata “ cenderung” itu sebatas apa? Mungkinkah sekarang sudah terjadi pegeseran budaya karena data tidak disebutkan kapan diperoleh? Sekarang laki-laki ada yang tidak apa adanya.

(b) Edi Setiyanto (Balai Bahasa DIY)

Tadi dijelaskan bahwa perempuan cenderung tidak berterus-terang. Kalimat pada data “Kangmas, kula tresna penjenengan” tersebut menunjukkan hal kontradiksi. Ini bagaimana? Jaw aban:

(a) Kata kecenderungan menyatakan bahwa “ tidak semua” atau “ sebagian besar” . Kalau saya tidak menggunakan kata kecenderungan, berarti penjelasan tentang hal tersebut berlaku menyeluruh atau semua. Menurut hemat saya, hal itu akan mengacu secara ekstrem dan tidak betul.

Data diperoleh tahun 2013. Di dalam catatan sumber sudah ditera (data laman). Perubahan budaya itu memang ada.

(b) Oleh karena itu, tadi saya gunakan kata kecenderungan. Data “Kangmas, aku tresna sliramu” menunjukkan bahwa tidak semua perempuan tertutup, tetapi ada juga yang terus terang. Kata kecenderungan merupakan ungkapan yang tepat akibat beberapa faktor perubahan situasi/ budaya.

Catatan Narasumber:

Bahasa menurut jenis kelamin ada dua, yaitu dialek seks atau gramatikal gender. Topik ini