• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peribahasa dengan Unsur Hewan yang Sama

Dalam dokumen Prosiding Hasil Penelitian Bahasa dan Sa (1) (Halaman 113-115)

COM PARISON OF ANIM AL ELEMENTS IN FRENCH AND INDONESIAN PROVERBS

3.2.1 Peribahasa dengan Unsur Hewan yang Sama

dalam nilai positif dan negatif.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian

Dalam proses pengumpulan data, peri- bahasa Prancis yang mengandung unsur hewan cukup banyak jumlahnya, berasal dari 35 jenis hew an, yaitu anjing (chien), ayam (poulet), perkutut/ balam (genoux), anguille (belut), kera/ monyet/ beruk (singe), kadal (lézard), burung (oiseaux), cacing (vers), elang (aigle), gagak (corbeau), gajah (éléphant), macan/ harimau (tigre), ikan (poisson), itik (canards), sapi/ lembu (vache), kambing (chèvre), katak (grenouille), keledai (âne), kuda (cheval), kura- kura (tortue), lalat (mouche), lebah (abeilles), kerbau (boeuf), merpati (pigeon), naga (dragon), rusa (cerfs), pipit (moineau), semut (fourmis), serigala (loup), rubah (renard), singa (lion), tikus (souris, rats), udang (crevettes), ular (serpent), dan ulat (chenille). Sementara itu, hew an-

hewan yang muncul dalam peribahasa Indo- nesia jumlahnya jauh lebih banyak, mencapai 65 jenis hew an, yaitu anjing, ayam, badak, balam, bangau, belalang, belalang, belut, beruk, biaw ak, buaya, burung, cacing, elang, enggang, gagak, gajah, kera, kerbau, kesturi, ketam, kodok, kucing, harimau, ikan, itik, kambing, katak, keled ai, kep iting, kuda, kumbang, kura-kura, kutu, labah-labah, lalat, landak, langau, lebah, lembu, macan, merpati, monyet, musang, naga, nyamuk, pelanduk, p enyu, p ip it, p ukang, rusa, sap i, semut, serigala, siamang, singa, tekukur, tupai, toman, tuma, tungau, udang, ular, ulat, dan umang- umang.

Dari hasil klasifikasi data ditemukan peri- bahasa Prancis dan Indonesia yang betul-betul identik; peribahasa yang memiliki kesamaan unsur hewan, kesamaan makna, tetapi me- miliki struktur yang berbeda; peribahasa yang menggunakan unsur hewan yang berbeda, memiliki kesamaan makna, dan menampilkan struktur yang berbeda, dan peribahasa yang memiliki unsur yang berbeda, memiliki kesama- an makna, dan memiliki struktur yang berbeda. Hasil analisis terhadap temuan-temuan itu akan dibahas pada bagian pembahasan di bawah ini.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Peribahasa dengan Unsur Hewan yang Sama

Kategori peribahasa yang menggunakan unsur hewan yang sama terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah peri- bahasa berunsur hewan sama bermakna sama, dan berstruktur sama, seperti pada peribahasa berikut ini.

(1) Kucing dan Tikus > Kucing dan Tikus a. “Quand le chat n’est pas là, les souris dansent

(ketika kucing tidak ada, tikus-tikus menari) ‘tanpa pemimpin yang ditakuti, para bawah- an berlaku sekehendak hati’.

b. “ Kucing pergi tikus menari” ‘jika kepala (kantor, perusahaan, dan sebagainya) pergi, bawahan bersuka ria’.

Pad a conto h (1) p asangan peribahasa Prancis dan peribahasa Indonesia mengguna- kan unsur hewan yang sama, yaitu kucing dan tikus, mengandung makna yang sama, dan memiliki struktur kata yang sama. Dapat di- katakan bahwa pasangan peribahasa ini iden- tik. Dari maknanya dapat diketahui bahwa dalam budaya masyarakat Prancis dan Indo- nesia, kucing dipersepsi positif, sedangkan tikus dipersepsi negatif. Kucing menempati ke- dudukan lebih tinggi dibandingkan tikus dalam persepsi budaya masyarakat Prancis dan Indo- nesia, sehingga kucing merepresentasikan atas- an/ pimpinan, sedangkan tikus merepresentasi- kan ked ud ukan yang lebih rend ah, yaitu bawahan/ anak buah.

(2) Anjing > Anjing

a. “Chien qui aboie ne mord pas” (anjing yang menyalak tidak menggigit) ‘ancaman yang tidak membahayakan’

b. “ A njing menyalak takkan menggigit” ‘Ancaman yang tidak akan membahaya- kan’

Pad a co nto h (2), anjing sama-sama dipersepsi oleh budaya yang berbeda sebagai representasi nilai negatif, yaitu ancaman/ gangguan. Namun kadar ancaman itu diang- gap tidak terlalu membahayakan. Peribahasa pada contoh (2) termasuk ke dalam kelompok peribahasa yang identik karena memiliki unsur hew an, makna, dan struktur yang sama. Kesamaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh peminjaman peribahasa akibat kontak bahasa antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang terjadi melalui penerjemahan sebagaimana yang dijelaskan oleh Mieder (2004). Peribahasa Prancis diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara setia sehingga pesan dan bentuk peribahasa asli dapat diper- tahankan.

Sementara itu, kelompok kedua adalah p eribahasa yang berunsur hew an sama, bermakna sama, tetapi berstruktur berbeda seperti pada tiga pasangan peribahasa berikut ini.

(3) Ikan > Ikan

a. “ Les gros poissons mangent les petits” (ikan besar memakan ikan kecil) ‘pihak yang kuat selalu menguasai pihak yang lemah’. b. “ Anak-anak ikan kecil menjadi makanan ikan besar” ‘orang kecil selalu di bawah pe- rintah orang besar dalam segala ihwalnya’. c. “Ou il y a du poisson il y a de l’eau” (di mana ada ikan, ada airnya) ‘di tempat kita tinggal ada penghidupan’.

d. “ Ada air ada ikan” ‘dimana kita tinggal di situlah kita mendapatkan rezeki’.

Contoh (3) menggunakan unsur hew an yang sama, yaitu ikan. Keempat peribahasa memiliki unsur hewan yang sama, setiap pa- sangan peribahasa mengandung makna yang sama, tetapi ada perbedaan pada strukturnya. Urutan kata pada peribahasa Prancis berbeda dengan urutan kata pada peribahasa Indonesia. Pada contoh (3a) dan (3b), ikan besar disebut- kan lebih dahulu diikuti ikan kecil, sedangkan dalam peribahasa Indonesia ikan kecil dimun- culkan sebelum ikan besar. Sementara itu pada contoh (3c) ikan mendahului air, sedangkan pada contoh (3d) air mendahului ikan. Dalam peribahasa pada contoh (3) ikan merepresen- tasikan nilai budaya yang netral, yaitu sebagai rakyat/ masyarakat. Ikan besar dipersepsi se- bagai kekuatan, sed angkan ikan kecil d i- persepsi sebagai kelemahan.

(4) Anjing > Anjing

a. “Les chiens aboient, la carravane passe” (anjing menggonggong, caravan berlalu) ‘ancaman yang tidak terlalu mengganggu’. b. “ Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu” ‘ancaman yang tidak terlalu membahayakan’.

Pada contoh (4) unsur hewan, yaitu anjing dipersepsi secara negatif oleh budaya Prancis dan Indonesia, merepresentasikan ancaman walaupun dianggap tidak terlalu membahaya- kan. Anjing dipersepsi negatif karena memiliki sifat buas sebagai hewan keturunan serigala. Peribahasa pada contoh (4) ini pun kemung- kinan adalah peribahasa pinjaman dari Prancis yang masuk ke Indonesia melalui penerjemah- an. Struktur peribahasa Indonesia pada contoh (4) berbeda dari struktur peribahasa Prancis karena terdapat penambahan kata biarkan dan pemadanan carravan dengan kafilah. Pemadan- an carravan dengan kafilah merupakan upaya mendekatkan peribahasa ini dengan budaya Indonesia karena masyarakat Indonesia yang banyak dipengaruhi budaya Islam lebih me- ngenal kalifah alih-alih carravan.

Diskusi mengenai adanya unsur pinjaman melalui penerjemahan peribahasa seperti pada contoh (1)—(4) di atas akan melahirkan per- tanyaan siapakah yang meminjam dari siapa? Dalam teori linguistik historis komparatif, satu- an linguistik menyebar dari pusat kebudayaan ke daerah sekitarnya laksana gelombang air, sehingga yang terlalui oleh gelombang adalah daerah yang paling dekat dengan pusat penye- baran. Bila peribahasa sejenis banyak ditemu- kan di wilayah Eropa, yaitu benua tempat ke- budayaan Prancis berada, berarti peribahasa itu dipinjam dari Eropa. Dengan demikian, masyarakat Indonesia meminjam peribahasa itu dari masyarakat Prancis melalui pener- jemahan. Penelitian Mieder (2004) menjelaskan hal itu.

3.2.2 Peribahasa dengan Unsur Hewan

Dalam dokumen Prosiding Hasil Penelitian Bahasa dan Sa (1) (Halaman 113-115)