THE DISCOURSE OF MANTRA BOBIKU IN M ARRIAGE TRADITION OF DAYAK POM PAK’NGH IN SANGAU REGENCY
3. Nopaou badi coli (buang sial/tolak bala) Acara dilanjutkan dengan berdoa tolak
bala sambil tetuah memegang ayam yang diayun-ayunkan dan berkata.
Nyai...dukah...torro...mpat...rrimuh...num...phiju (buru siap bocampur ngan boras, le nomor koni koda tauh, koda kametngan kodak torutu)
Satu...dua...tiga...empat...lima...enam...tujuh. (bulu ayam dan beras ditepas-tepaskan ke bahu sebelah kiri, bahu kanan, punggung dan dada ke dua mempelai)
Okamp to bibu
Okamp nya’ omi nada, okamp nya’omi nasa Okamp nya’omi tiju, okamp nya’omi nuyu Okamp nada nipas, okam nada mulas Nya’ nopaou badi coli, nopau sial dangkal
Nya’ nopaou luka pumu podaya, nya nopaou konapm songket
Nya’ nopaou luka podoranya nopaou tokote tokojot Nya’ nopaou luka podora, nya nopaou mutunt morowa
Kami berdoa
Kepada-Nya kami memohon Engkau yang kami harapkan
Engkau yang menjadi tempat kami mencurah- kan segalanya
Engkau yang mengingatkan dan memberi tegurun
Untuk dapat membuang kemalangan Untuk menyingkirkan segala penyakit
Untuk menghindari luka dan kesusahan yang mendadak
Untuk mengobati luka dan keangkuhan Agant paji iji,...daduh...
Go’ tanan pongodi, go jantoh boba Ngae mongki monu’ burongk biyu’
Supaya ke depannya, di kemudian hari (me- nyebutkan nama kedua mempelai)
Menjaga tingkah laku dan tutur kata Tidak berprasangka buruk
Tapaou koni sopa, koni luar kota Tapaou libo ngorupm, koni libo torupm Tapaou libo nyoa, koni libo gana Tapaou libo komaraou, koni ula samou
Dibuang jauh-jauh, sehingga ke tempat lain Dibuang di malam yang gelap dan jurang yang dalam
Dibuang ke teluk jurang yang luas
Dibuang ketika kemarau, dilemparkan ke udara
Dibuang di hilir, hingga ke pulau jambu (pulau buangan)
Koetn okamp ngorangko, koetn okamp nogo Hingga kita dapat berpelukan dan bersatu
Makna budaya dalam mantra Bobiku tolak bala (buang sial) ialah budaya menjaga tingkah laku dan tutur kata yang sesuai dengan norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Budaya ini mencerminkan agar tidak berprasangka buruk (Ngae mongki monu’ burongk biyu/berprasangka buruk) dan hal tersebut agar dijauhkan dari kehidupan mereka, “Tapaou libo ngorupm, koni libo torupm” (dibuang jauh pada malam yang gelap dan jurang yang dalam).
Tapaou koni rima di’ mada kala di’ ronsa Tapaou koni tapangk di’ mada kala di’ pasa Tapaou koni sungai di’ mada kala’ tuba
Membuang kesialan ke hutan belantara yang belum terjamah
Dibuang di pohon tapang yang belum dirusak (pohon yang menjelang tinggi)
Dibuang ke sungai yang belum pernah di tuba (sungai yang belum pernah didatangi)
Koetn okamp nopaou, koetn okamp mulai Koetn okamp moncae, koetn akamp ngraraei Disitulah kami memulai dan mengakhirinya Di situlah kami ,meletakkan dan menabur Tapaou koni bibeh, koni poya Aceh
Tapaou koni soju, koni poya Molayu Tapaou koni soba, koni poya Jawa
Dibuang ke dalam hingga ke Aceh (tempat yang jauh)
Dibuang ke perhuluan hingga ke pulau Melayu (pulau yang jauh)
Dibuang ke hilir hingga ke seberang pulau Jawa Koetn okamp ngongkah, koetn okam nguah Koetn okamp komat, koetn okamp nsirat
Nada patoh togoh, agatn ngae borancaei boraraei Disitu kami meletakkan, situ juga kami meng- angkatnya
Di situ kami menguatkan, dan mengikatnya Membuat menjadi kuat, agar tidak bercerai- berai.
Makna budaya pada Bobiku di atas ialah budaya untuk selalu menjaga persatuan di antara meraka. Ikatan persatuan dan per-
saudaraan akan menjad ikan mereka bisa mengatasi setiap kesulitan yang datang. 3. Simpulan
Dalam tradisi perkaw inan Dayak Pom-
pak’ngh, khususnya pada ritual Bobiku (pem- bacaan doa) yang terbagi menjadi tiga tahap- an, yaitu, minte prasi bidek (mohon doa restu), minte tuah limpah (minta banyak berkah), dan nopaou badi coli (buang sial/ tolak bala) dibaca- kan dalam bentuk mantra.
Makna-makna bud aya yang terd ap at dalam mantra Bobiku mencerminkan budaya- budaya yang biasakan dilakukan masyarakat Dayak Pompak’ngh yang berhubungan dengan keadaan alam tempat mereka tinggal. Budaya yang biasa mereka lakukan, yaitu pekerja keras diw ujudkan dalam berladang dan berburu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, menabung, bergotong royong, menjaga tingkah laku, dan menjaga persatuan.
Daftar Pustaka
Gafar Abdul. 2012. “ Peranan Seloka Dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Kota Jambi” . Dalam Jurnal Ilmiah Pena, Vol. 2, No. 3, Desember 2012.
Kadarisman, A.E. 2005. “ Revitalisasi Bahasa dan Revitalisasi Budaya” . Dalam Jurnal Ilmiah M asyarakat Linguistik Indonesia, Agustus 2005.
Liliweri. A. 2016. Konfigurasi Dasar Teori-Teori Kominikasi Antar Budaya. Bandung: Nusa Media.
Martina dan Binar K.F. 2015. “ Mengungkap Pemaknaan dalam Tradisi dan Budaya Pernikahan Sambas” . Dalam Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Tuah Talino, Tahun IX, Volume 9, Edisi September 2015.
Mercy Mantau. 2016. “ Ungkapan Bermakna Budaya dalam Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Etnik Gorontalo” . Dalam Kadera Bahasa:Jurnal Ilmiah dan Kebahasa- an dan Kesastraan, Volume 8, No 1, Edisi April 2016..
Puji, Neni N. 2014. Inventarisasi Komunitas Adat Dayak Pompakng di Kab. Sanggau Kaliman- tan Barat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Kebuda- yaan.
Saloy R. dan MAS Kartini. 2012. Adat Istiadat Kabupaten Sanggau. Prosesi Perkawinan Dayak Pompak’ ngh. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sanggau. Sumarsono. 2012. Pengantar Semantik. Yogya-
NOTULA PRESENTA SI
Nama Pemakalah : Amanah Hijriah
Judul Makalah : Wacana Mantra Bobiku Dalam Tradisi Perkawinan Dayak Pompak;ngh Kabupaten Sanggau
Nama Penanya : Sri Nadiarti
Instansi : Balai Bahasa Yogyakarta
Pertanyaan:
(1) Apakah ada tanda-tanda khusus dalam tradisi perkawinan pada Dayak Pompak’ngh (tanda-tanda peralihan dalam tiap bagian-bagian pelaksanaan upacara perkawinan) Jaw aban:
(1) Tradisi perkawinan pada Dayak Pompak’ngh terdapat beberapa tradisi (bagian-bagian) yang harus dilakukan, dari satu tradisi ke tradisi berikutnya setahu saya tidak ada tanda- tanda secara bahasa, tetapi pada acara tersebut mereka mempergunakan beberapa kelengkapan, seperti gong, ayam merah yang sudah bertaji, beras pulut, tepung beras yang sudah diberi air. Fungsi gong di sini sebagai tanda pembuka dan penutup suatu kegiatan. Gong akan dibunyikan jika akan memulai suatu kegiatan atau mengakhiri kegiatan tersebut. Catatan Narasumber:
(1) Sebaiknya judul diganti menjadi “ Wacana Mantra Bobiku dalam Tradisi Perkawinan Dayak Pompak,ngh.
(2) Membatasi masalah
(3) Memberi pilihan untuk mengkaji secara semantis atau etnoliguistik . (4) Makna-makna pada mantra Bobiku lebih ditekankan lagi (fokus)
1. Pendahuluan
Kota Pontianak adalah kota multietnis. Keadaan itu imbas d ari perkembangan di berbagai sektor yang terjadi di Kota Pontianak. Kondisi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang dari berbagai daerah. Bagi para pengusaha, perkembangan Kota Pontianak