• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekolah Masa Depan pada masa sekarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sekolah Masa Depan pada masa sekarang "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SEBUAH KARYA ESSAY

SEKOLAH MASA DEPAN: JANGAN PREDIKSI

MASA DEPAN, TAPI BUATLAH MASA DEPAN ITU

DENGAN TANGAN KITA SENDIRI

YANG DI TULIS OLEH: DWI INDRA CAHYA, S.Pd.

(2)

A. PENDAHULUAN

ekolah merupakan sebuah tempat dimana terjadinya interaksi pentrasferan ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, membuat anak yang tadinya tidak tau menjadi tahu dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sekolah juga idealnya tidak menempatkan peserta didik sebagai gelas kosong yang siap diisi dengan berbagai macam pengetahuan, namun sekolah harusnya menempatkan peserta didiknya sebagai sebuah bibit unggul yang beraneka ragam.

S

Kondisi peserta didik dalam lingkup persekolahan berasal dari berbagai latar belakang suku, ras, agama dan kebudayaan, sehingga sekolah harus mampu mengakomodir segala kebutuhan dari peserta didik yang beraneka ragam tersebut. Kenyataannya sekarang sekolah hanya dipandang sebuah lembaga formal yang mentransfer pengetahuan saja, tanpa adanya transfer nilai-nilai multikultural.

(3)

akan tetapi sebagai potensi yang dapat diintegrasikan menjadi sebuah keunggulan dan pengembangan potensi peserta didik.

Ada berbagai pendapat yang mengemukakan berbagai nilai-nilai yang terkandung dalam sekolah, dalam buku The Intelligent School yang ditulis oleh

MacGilchrist, B. at al (2004) bahwa sekolah yang mampu menerapkan sembilan kecerdasan dinamakan sebagai sekolah cerdas. Sekolah cerdas adalah sekolah yang mewujudkan suatu makna komunitas dimana hak, tanggungjawab dan kebutuhan pembelajar adalah jantung dari usaha yang timbul menggunakan paling tidak perpaduan. Sembilan kecerdasan tersebut meliputi Ethical Intelligence, Spiritual Intelligence, Contextual Intelligence, Operational Intelligence, Emotional Intelligence, Collegial Intelligence, Reflective Intelligence, dan Paedagogic Intelligence, Systemic Intelegence.

(4)

Macgilchrist B et.al, (2004: 115) mengemukakan bahwa:

“Ketika remaja terikat oleh sebuah komunitas sekolah sehari-harinya mereka belajar pelajaran tentang kepedulian, penghormatan, dan pelayanan satu sama lain dengan berbagai bantuan dari pasangan dan pendidiknya, mereka juga belajar bagaimana memaafkan, memperbaiki hubungan yang renggang, menerima kritik serta memperdebatkan pandangan yang berbeda. Semua ini adalah tanda dari sebuah lingkungan sekolah yang menghargai orang sebagai mana layaknya.”

B. SEKOLAH MASA DEPAN (HARAPAN KU)

da beberapa nasihat bijak yang di ungkapkan oleh para ahli:

“Dunia yang akan ditinggali anak-anak kita berubah empat kali lebih cepat daripada sekolah-sekolah kita(Williard Daggett). Dan nasihat berikutnya “Satu-satunya cara untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya.”(Alan Kay)

A

Dalam nasihat tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi di masa depan dimana anak dan anak didik kita nantinya tinggali akan mengalami perubahan 4 kali lipat dari apa yang kita sudah tinggali dan jalani. Perbedaan-perbedaan ini mungkin sudah ada beberapa yang kita sehari-hari rasakan sebagai pendidik atau orang tua. Dan bagaimana kita bisa meramalkan atau mengetahui apa yang nantinya akan kita hadapi di masa depan adalah dengan cara membuat atau menciptakan masa depan itu sendiri. Namun sejatinya kita mengetahui bahwa masa depan tersebut tidak dapat kita prediksi secara pasti dan valid karena banyak kemungkinan yang akan terjadi dan berubah dari apa yang kita telah siapkan dan alami sekarang dengan apa yang akan kita hadapi di masa yang akan datang.

(5)

depan yang baik sesuai dengan harapan dan keinginannya atau cita-citanya. Oleh karena itu penulis menganggap tugas lembaga sekolah adalah sangat berat, sekolah berwenang akan terciptanya dan terwujudnya cita-cita yang hendak di capai oleh setiap peserta didik yang belajar. Maka dari itu sekolah harusnya bersifat futuristik, memiliki hal-hal baru yang up to date terhadap tiap detik perubahan yang terjadi di dunia ini, bukannya menyajikan hal-hal yang basi dan ketinggalan jaman atau memberikan hal-hal yang tidak relevan dan tidak berguna bagi masa depan karena hal tersebut telah di anggap usang.

Sekolah yang tidak mampu membawa dan mengantarkan cita-cita peserta didiknya adalah sekolah yang gagal. Sekolah yang seperti ini hendaknya segera melakukan evalusi total, secara menyeluruh dari akar hingga pucuknya, dari lapis pertama hingga lapisan paling atas, karena apabila hal ini tidak dilakukan maka sama saja sekolah tersebut mencetak generasi masa depan yang usang secara massal dan berkelanjutan. Mengevaluasi total sama saja seperti merevolusi sekolah tersebut dengan membentuk atau mendesain sekolah masa depan. Sekolah harus mampu meninggalkan sistem pendidikan tradisional yang sudah kadaluwarsa atau usang. Sekolah tradisional yang masih banyak kita lihat di lingkungan kita merupakan model pembelajaran abad ke-19 yang memiliki beberapa kekurangan antara lain; kehilangan konteks dengan dunia nyata, kurang menghargai kemajemukan peserta didik, dan terpusat pada pendidik. Bahkan dari sisi fasilitas, lembaga sekolah di tanah air masih jauh dari standar pelayanan minimal pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah.

(6)

pengetahuan-pengetahuan abad 21 yang terus berubah dan butuh adanya penyesuaian dalam penyampaian pengetahuan tersebut kepada peserta didik, hal ini di anggap tidak berjalan kedepan malah cenderung penulis anggap berdiri static di tempat karena semua hal ini sayangnya tidak diiringin oleh kemauan serta usaha dari para pendidik yang kurang adaptif dalam menyikapi dinamika perubahan kurikulum.

C. KONSEP SEKOLAH MASA DEPAN

embentuk sekolah masa depan ada beberapa aspek yang harus di perhatikan yang terutama dalam aspek apa yang yang akan kita ajarkan kepada peserta didik kita nantinya. Ada lima teori utama tentang apa yang harus diajarkan di sekolah (Dryden dan Vos, 1999):

M

1. Pertama; esensialisme, berisikan mata pelajaran inti, dibutuhkan untuk pendidikan yang baik. Essensialisme diberikan kepada usia dini. Materinya berkaitan dengan penanaman nilai untuk membangun karakter. 2. Kedua; ensiklopedisme, mencakup mata pelajaran dasar dengan cakupan

yang lebih luas dan terbuka bagi semua orang.

3. Ketiga; model pendidikan awal yang berbasis indera, model ini pertama kali diusung oleh Aristoteles kemudian dikembangkan oleh Itard, Seguin, Rousseau, Pestallozi, Froebel, dan Montessori.

(7)

5. Kelima; pendekatan akal sehat (common sense), dalam pendekatan ini menggunakan akal sehat dan kritis terhadap dogma. Pendekatan akal sehat menggunakan prisip-prinsip filsafatai yang mencakup tiga domain utama yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Aspek yang kedua adalah tentang tujuan belajar, tujuan ini seharusnya sangat bergantung terhadap visi-misi yang telah di tetapkan oleh institusi sekolah tersebut. Namun, menurut Dryden dan Vos (1999), tetap saja sebuah sekolah harus memiliki tiga tujuan belajar, antara lain:

1. Mempelajarai keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik.

2. Mengembangkan kemampuan konseptual umum.

3. Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.

Membentuk rencana strategis (action plan), penulis ingin mengajak pembaca untuk sekedar memperhatikan apa yang telah negara tetangga kita Singapura dalam merencanakan kemajuan pendidikan mereka. Menteri Pendidikan Singapura Teo Chee Hean tanggal 27 April 2007 dalam pidatonya yang penulis kutip dari beberapa situs, menyampaikan tujuh rencana induk pendidikan di Singapura, antara lain:

(8)

2. Disediakan 2,5 juta dollar Amerika bagi setiap sekolah untuk pengadaan teknologi informasi. Di negara kita sudah digulirkan Jardiknas hanya saja belum semua siap menyambut kebijakan tersebut.

3. Satu komputer di sekolah untuk setiap dua peserta didik dalam lima tahun. 4. Berpikir kreatif sebagai bagian dari kurikulum baru untuk mencapai

keunnguulan di bidang matematika dan sains.

5. Kurikulum juga ditujukan untuk membangun kebanggaan atas prestasi yang diraih.

6. Inovasi yang bersifat ‘top down’ ditinggalkan. Di negara kita telah dikembangkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), hanya implementasi-nya yang relatif kurang.

7. Sekolah-sekolah dikelompokkan untuk menyebarluaskan praktik-praktik terbaik. Dalam konteks ini dapat didesain madrasah atau sekolah satelit yang bertugas meningkatkan kualitas madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.

Dari tujuh rencana strategi ini bisa kita lihat sangat terencananya tiap langkah yang pemeritah Singapura ambil dalam meningkatkan mutu serta perwujudan cita-cita pembelajar di dalam sekolah. Mungkin beberapa dari poin tersebut sudah dan telah di aplikasikan di system pendidikan di Indonesia namun kurang konsistennya dan kurangnya persiapan dalam penerapannya maka banyak darinya yang gagal berkembang dan akhirnya menerapkan pola lama.

(9)

dirinya ke arah yang lebih baik jika tidak maka ungkapan “school is dead” seperti yang dikumandangkan Neil Postman akan jadi kenyataan.

Menurut sebuah penelitian yang di lakukan di negara Jerman tepatnya di kota Dortmund Utara, terdapat sebuah sekolah dasar yang terletak tengah-tengah bangunan industry yang tinggi dan hunia yang berisikan 1000 orang dari 30 negara yang berbeda. Perbedaan Bahasa, kebudayaan, pengangguran serta kemiskinan menjadi pemandangan yang biasa di keseharian mereka. Gisela Schultebraucks-Burgkart, yang telah menjadi kepala sekolah tersebut sejak tahun 1994 mengatakan, "Murid-murid kami hanya punya satu peluang, yaitu pendidikan."

Pada tahun 1994, kepala sekolah usia 61 tahun tersebut menerapkan sebuah ide yang dianggap bisa memperbaiki hal tersebut untuk membantu siswa secara individual dan kerjasama dengan orangtua. Sebab di Jerman, peran orangtua sangat menentukan dalam keberhasilan pendidikan sekolah anak. Hal ini telah membuat kegagalan banyak anak imigran dan anak dari keluarga yang secara sosial terabaikan.

(10)

Ali Döhler, seorang pelatih, mengatakan, "Sekolah-sekolah mendapat tekanan besar untuk meningkatkan prestasi siswa. Namun di sisi lain, tidak semua siswa menghasilkan prestasi yang sama." Jadi metode klasik belajar dan mengajar kewalahan menghadapi tuntutan ini. Bagi Döhler yang menentukan adalah membangun hubungan individu dengan masing-masing siswa. Untuk itu dibutuhkan perubahan struktur. Misalnya, kelas sebisanya dibagi dua. Ia juga menyarankan untuk tidak lagi mengajar secara frontal, tetapi siswa diberikan kemungkinan untuk menentukan, bagaimana mereka menggarap tema pelajaran. Pengajar mengawasi proses pembelajaran ini sebagai "tutor". Menurut Döhler, reformasi ini memerlukan lima sampai enam tahun. Sedangkan reformasi "dari bawah" butuh lebih lama lagi. Namun ia yakin, upaya ini akan berhasil karena memang sudah waktunya.

D. KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP.

(11)

Yakinlah bahwa anak didik kita adalah seseorang yang nantinya akan membentuk masa depan, kita tidak bisa memprediksi minggu depan akan terjadi apa, bulan depan akan muncul hal baru apa, atau tahun depan lahir teknologi apa. Akan tetapi satu hal yang kita bisa lakukan selaku pendidik adalah memberikan kesempatan bagi anak didik kita untuk melangkah kedepan dengan membawa cita-cita membangun masa depan yang lebih baik, oleh karena itu bantu mereka, fasilitasi mereka, beri mereka ruang untuk tumbuh serta bergerak, dan siapkan tangan kita yang terbuka lebar dibelakang mereka agar mereka tidak takut untuk berlari kedepan dan kita siap membantu mereka untuk bangun ketika mereka jatuh.

(12)

BIODATA PENULIS

1. NAMA : DWI INDRA CAHYA, S.Pd.

2. TEMPAT LAHIR : PROBOLINGGO 3. TANGGAL LAHIR : 11 JANUARI 1986

4. AGAMA : ISLAM

5. ALAMAT : JL. CENDRAWASIH XVIII BLOK F/310

PERUM. PEJUANG JAYA – BEKASI BARAT 17131

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan terapi kelompok dan optimisme masa depan untuk memperhatikan pengukuran optimisme masa depan yang sebaiknya dilakukan di awal untuk melihat

• Bayangkan jika kita masih hidup dengan sistem operasi sebelumnya yang harus sistem operasi sebelumnya yang harus lebih banyak mengetik dan memprogram, tentunya pengguna komputer

Remaja yang mengalami perceraian orangtua cenderung sulit dalam menata masa depan, karena dampak yang. ditimbulkan dapat

Observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui orientasi masa depan pada remaja yang mengalami perceraian orangtua berdasarkan aspek- aspek orientasi masa

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecemasan orang tua terhadap orientasi masa depan anak yang mengalami tunarungu ditinjau dari tugas perkembangan masa

Manakala Responden E tidak dapat membuat jangkaan terhadap keperluan tenaga kerja masa depan. Ini adalah kerana Responden E mengatakan bahawa masa depan adalah sesuatu yang kita

Masa depan selalu memiliki sejumlah tantangan, untuk konteks Pohuwato tantangan yang kedepan akan dihadapi adalah pola demografi dan perubahan politik, perubahan ekonomi,

Bagaimanapun cara kita menempuh pendidikan tersebut, asal kita mau serius dalam menjalaninya maka, sangat berdampak besar bagi masa depan diri sendiri maupun orang lain..