• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edited tugas uts Filsafat dan Metodologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Edited tugas uts Filsafat dan Metodologi"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat dan Metodologi Hubungan Internasional

Usulan Tugas Ujian Tengah Semester (UTS)

semester ganjil 2012/2013

Tema: Dialog dan Debat dalam Hubungan

Internasional

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012

Disusun oleh :

Kelompok I

Satria Rangga Hanastyo 170210090004

Mutiara Ikhsani Putri 170210090006

Sherry Lastiany 170210090030 Baiq Nuke Rahmasari 170210090032 Reisa Yosefine 170210090034 Alieqa Mentari Putri 170210090042

Amanda Destiani 170210090052

Fadel Muhammad Iqbal 170210090064

(3)

Vito Satria Wicaksono 170210090082

Muhamad Fadzrul 170210090084

Hidayat 170210090086

Syafa Aulia 170210090092

Raden Prayudi Setia Affandie 170210090098

Yoga Lukiswara 170210090116

Aldi Diaz Dwianto 170210090123

Ahmad Romi Ferdi 170210090126

Adhietya Risanoto 170210060064

(4)

DAFTAR ISI

(5)

1.1 Awal mula Critical Theory dan Frankfurt School...

1.2 Fase Perkembangan Frankfurt School ...5

1.3 Kebangkitan Critical Theory pada masa Max Horkheimer dan Wiesengrund Adorno……….………...6

1.4 Critical Theory pada masa fase terakhir...11

BAB II : Asumsi Epistemologi dan Ontologi Critical Theory...14

2.1. Asumsi Epistemologi Critical Theory………...14

2.1.1 Critical Theory dan Kritikannya terhadap Teori lain………14

2.1.2 Munculnya Critical Theory ke dalam Hubungan Internasional……17

2.2. Asumsi Ontologi Critical Theory………...…20

2.2.1 Konsep Dalam Critical Theory... 30

2.2.2 Para Pemikir Utama Dalam Critical Theory...32

BAB III : Metodologis Pendekatan Critical Theory...35

BAB IV : Kesimpulan dan Relevansi Terkait dengan Isu-isu...49

4.1 Millenium Development Goals dan Kapitalisme, analisis dengan Critical Theory dan Level of Analysis Individu ………51

4.2 Level of Analysis: Negara- Relevansi Critical Theory dalam level Negara……….57

4.3 Level of Analysis : Sub-sistem………..59

4. 4 Level of Analysis: Sistem ………...……62

(6)

BAB I

Deskripsi Historis

Critical Theory

1.1 Awal mula Critical Theory dan Frankfurt School

Asal mula dari Critical Theory berakar pada pemikiran yang sering

mengarahkan kembali pada Pencerahaan dan berkaitan dengan tulisan Kant,

(7)

kelahiran Critical Theory, namun hal ini bukanlah satu-satunya jejak yang

mempengaruhi terbentuknya Critical Theory, karena ada juga jejak pemikiran dari

Yunani Kuno, seperti Nietzche dan Webber. Selain itu, para penganut critical

theory mengikuti jejak dari Antonio Gramsci, yang melihat sebuah hegemoni

sebagai sebuah proses dari terjadinya dominasi, menurut critical theory klasik,

yang pada awalnya melihat masyarakat menjadi sebuah wadah dalam

memperjuangkan ideologi saat itu, dengan adanya hegemoni, masyarakat akan

bersatu dalam mengkounternya, hal inipun menjadi salah satu acuan dasar

munculnya critical theory. Meski demikian, pada abad ke-20 Critical Theory

menjadi lebih berkaitan dengan sebuah kelompok pemikiran asal Jerman yang

dikenal dengan sebutan Frankfurt School.

Adapun tokoh-tokoh yang terkenal dan melahirkan pemikiran ala Frankfut

School ini seperti Max Horkheimer, Theodore Adorno, Walter Benjamin, Herbenrt

Marcuse, Erich Fromm, Leo Lowenthal dan yang paling modern adalah Juergen

Habermas. Berkat pemikir dari Frankfurt School ini, Critical Theory mulai

memperoleh kekuatan yang terus diperbaharui oleh tiap-tiap tokohnya, sehingga

istilah Critical Theory mulai digunakan sebagai lambang filsafat yang

mempertanyakan tatanan modernitas sosial dan politik yang berlaku melalui

sebuah metode kritik. Hal ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk

memperbaiki kekuatan kritis yang mulai tertutupi oleh pemikiran-pemikiran

intelektual, sosial, kultural, ekonomi dan politik dari pemikiran-pemikiran yang

dihasilkan dari pandangan kontemporer. (Scot Burchill dan Andrew Linklater,

(8)

Frankfurt School sendiri bermula dari sebuah institut di Jerman yang

bernama Institut fur Sozialforschung. Institut ini didirikan pada tahun 1923 oleh

Felix Weil, seorang pedagang grosir gandum, yang pada akhir hayat “mencoba

untuk cuci dosa” mau melakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaan di dunia

(termasuk dalam skala mikro: penderitaan sosial dari kerakusan kapitalisme).

Institut ini merupakan awal mula tokoh-tokoh Critical Theory memulai

pemikiran-pemikirannya. Ajaran Karl Marx menjadi ilham dari pemikiran

Frankfurt School dan membuat pemikiran Marx yang baru. “ Critical Society

Theory” adalah sebutan bagi cara pemikiran Frankfurt School ini, dimana mereka

menyatakan diri mereka sebagai pewaris cita-cita emansipatoris Karl Marx . Lebih

lanjut, pembebasan manusia dari belenggu manipulassi teknokrat modern menjadi

maksud dari teori ini. Juga mereka menyebut teori ini dengan sebutan

‘Aufklarung’ yang berarti pencerahan, pembuka tabir yang menutup fakta fakta

yang tidak manusiawi dan tertutup dari kesadaran kita. Apa yang dirasakan oleh

kelas kelas tertindas diungkap oleh teori ini yang bertujuan kepada penyadaran

dan pemberontakan.

Namun, institut tersebut hanya bisa bertahan sampai tahun 1933 di

Frankfurt. Hal ini dikarenakan pada rezim kepemimpinan Hitler dibawah partai

Nasional Nazi, yang bersikap sangat keras dalam mempromosikan antisemitisme

dan secara terang-terangan memusuhi sosialisme dan komunisme yang kemudian

membuat institut tersebut berakhir. Alasan lainpun karena Institut fur

Sozialforschung cenderung sosialis dan hampir semua tokoh lembaga tersebut

adalah keturunan Yahudi. Di samping itu Hitler menggunakan kekuasaanya untuk

(9)

komunis dan anggota Partai Sosial Demokrat dan terjadi tindakan pembunuhan

dan kekerasan terhadap orang-orang Yahudi.

Keadaan yang kacau di Jerman tersebut akhirnya membuat tokoh-tokoh

dari institut tersebut, yaitu Max Horkheimer dan Theodor Wiesengrund Adorno

satu demi satu mulai meninggalkan Jerman dan membuka cabang Institut fur

Sozialforschung di New York, dan bernaung pada Columbia University. Institut

ini berkembang juga di Los Angeles, California. Seiring dengan perkembangan

waktu akhirnya tepat sesudah Perang Dunia II Institut fur Sozialforschung

kembali dibuka di Frankfurt, Jerman dengan Max Horkheimer sebagai

pemimpinnya.

Pada saat itulah Critical Theory atau mazhab dari Frankfurt School ini

mulai disebarluaskan. Namun pemikiran ini baru terkenal di Jerman pada tahun

1960-an. Kemudian, mazhab ini menjadi bahan perbincangan dan diskusi yang

menarik oleh mahasiswa sayap kiri yang menyukai pandangan pandangan sosialis

pada tahun 1960 an serta kemudian menghubungkannya dengan perselisihan

positiime dalam sosiologi Jerman. Mazhab tersebut kemudian diteruskan oleh

para pelajar dan asisten di Institut fur Sozialforschung – insitut yang isinya

banyak tokoh tokoh setelah PD II- oleh karena mazhab tersebut populer dan

berkembang. Inspirasi gerakan sosial kemasyarakatan kemudian diambil dari

Critical Theory. Kaum muda yang tidak ingat lagi pada penderitaan Pasca PD II

menjadi pelopor dari gerakan sosial ini. Faktor kesejahteraan Kapitalisme yang

saat itu menjadi budaya pembangunan fisik rupanya telah menjadi hal yang sangat

(10)

mendalam dan penyangsian terhadap kapitalisme serta disorientasi nilai modern

muncul dalam generasi tersebut. Generasi penerus ini bukanlah berisi orang-orang

Yahudi, seperti ada generasi sebelumnya, dan istilah mazhab sudah tidak

dipergunakan seperti generasi pertama yang menggunakan istilah “ Frankfurt

School”. Walaupun begitu, kedua generasi ini menghasilkan tulisan dan

karya-karya yang sama sama banyak diakui di seluruh dunia. Jadi, kedua generasi

tersebut merupakan sejarah dimana Critical Theory akhirnya terbentuk.

Afirmasi (pemuasan oleh karena kenyataan sehingga dipersepsikan

menjadi kebenaran sebuah kebenaran) dari teori teori yang tradisional merupakan

alasan kenapa critical theory harus muncul untuk melawan hal tersebut. Sebuah

pencerahan dan kebebasan pengetahuan sehingga dekat dengan realitas atau

kebenaran merupakan tujuan dari teori teori tradisional. Dari situ, tokoh tokoh

Critical Theory kemudian melakukan penyangkalan terhadap teori tradisional

yang menurut mereka gagal untuk melakukan pembebasan dan pencerahan

manusia. Anggapan bahwa ketidakmampuan teori tradisional tidak mampu untuk

mengubah realitas, namun hanya mampu untuk mengubah pengertian realitas,

menjadi kritik dari tokoh tokoh Critical Theory. Juga, tokoh Critical Theory

mengkritik kalau teori tradisional hanya bersifat pandangan tanpa bisa untuk

menjadi praktik yang akhirnya dipakai untuk mengubah realita.

Pandangan filsuf yang berpendapat kalau tugas mereka adalah

memberikan penjelasan teoritis dengan tidak mengubah realita, dan oleh keadaan

(11)

theory melawan hal tersebut dan kemudian memberikan anggapan bahwa setiap

teori hakikatnya memilki segi praktisnya.

1.2Fase Perkembangan Frankfurt School

Secara kesejarahan, gagasan dari Critical Theory aliran Frankfurt ini

berkembang dalam beberapa tiga fase perkembangan, yaitu (Chabib Mustafa,

2008: 2):

1. Fase Pertama: Fase pertama ini adalah fase dimana aliran ini mulai terbentuk, yaitu sekitar tahun 1923-1933, ketika penelitian-penelitian pertama

dilakukan di lembaga penelitian Frankfurt, Jerman. Carl Grunberg menjadi

direktur pertama dari lembaga tersebut, yang juga dia merupakan seorang ahli

ekonomi, sejarawan sosial. Keberhasilannya adalah arahannya kepada kahian

kajian teoritis Franfurt yang berorientasi pada empirisitas dan penekanan

pendekatan ekonomi dalam kajian fenomena sosial. Hal ini mengindikasikan

kekentalan Marxisme dalam pembentukan Critical Theory.

2. Fase kedua: Fase dimana terjadinya pengungsian anggota Aliran Frankfurt ke Amerika Utara pada tahun 1933-1950. Gagasan pemikiran Critical

Theory berpijak pada neo Hegelian pada jaman pengungsian. Direktur pada fase

(12)

teoritis sehingga dijadikan kajian teoritis para pendahulunya. Perubahan orientasi

aliran dari awalnya yang bersifat ekonomis historis Grunberd menjadi orientasi

filosofis dilakukan pada fase ini. Gagasan ini kemudian menjadi dasar Critical

Theory aliran Frankfurt setelah pada tahun 1950 mereka kembali ke Jerman.

3. Fase ketiga: Fase perkembangan aliran Frankfurt ketiga terjadi pada awal 1950 sampai 1973. Pada tahun 1969, Adorno meninggal dan menyusul

Horkheimer pada tahun 1973, sehingga pengaruh aliran ini mulai mengalai

kepudaran. Kematian mereka yang merupakan tokoh-tokoh terkemuka tersebut,

namun tidak membuat aliran Frankfurt yang praktis tidak berhenti. Dunia

pemikiran sosial tidak lagi menjadi bidang dimana aliran ini berperan. Avant

garde intelektual yang dulunya menjadi pamor aliran ini nyaris berakhir dan

untungnya dengan munculnya tokoh baru yakni Jurgen Habermas, aliran ini

kemudian menjajaki kembali masa masa jayanya dengan melestarikan metodologi

serta teori teori yang telah ada dari para pendahulunya yang kemudian diteruskan

kembali.

Jika kita menelusuri tentang perjalanan historis Critical Theory, maka

akan muncul setidaknya 3 nama besar yang sangat berpengaruh dalam

perkembangan teori ini, yaitu Max Horkheimer, Theodor Wiesengrund Adorno,

dan Jurgen Habermas.

1.3 Kebangkitan Critical Theory pada masa Max Horkheimer dan

(13)

Pada pasca Perang Dunia I, banyak para penteori dari Jerman bergabung

ke Frankfurt School yang menganut aliran Marxisme. Dengan mendalami filsafat

dari Kant dan Hegel, Horkheimer mulai berupaya untuk melakukan kritik

terhadap rakyat yang terkekang akan kemajuan dalam kebebasan individunya

terutama pada paska Perang Dunia I.

Pada Januari 1931, Frankfurt School mengangkat Horkheimer sebagai

direktur baru, dan pada masa inilah Frankfurt School mengalami masa

keemasannya. Horkheimer kerap berpidato mengenai filsafat sosial sebagai suatu

interpretasi filosofis tentang nasib manusia sejauh manusia bukan dipandang

sebagai individu, tetapi sebagai anggota (masyarakat). Menurutnya, objek dari

filsafat sosial pada masanya (sekitar tahun 1932) bukan filsafat yang memaksa

nilai filosofis manusia dalam sebuah keterasingan dan penindasan yang dilakukan

oleh kelas penguasa, melainkan terdiri dari semua kelembagaan yang bersifat

material dan spiritual dari kemanusiaan yang bersifat menyeluruh.

Dalam pemikiran Horkheimer tentang critical theory nya, digunakan

pandangan Karl Marx dengan anggapan bahwa kejiwaan dari manusia,

kepribadian, hukum, kesenian, dan filsafat hanya semata-mata merupakan cermin

dari bidang ekonomi yang ada. Disini juga ia memakai pandangan dari Hegel

mengenai kendali roh pada bidang dialetika, antara realitas material dan mental.

Ideologi disini dipandang memiliki andil yang besar dalam kacaunya suatu realita

sosial yang ada. Dua hal utama yang paling disorot oleh teori kemasyarakatan

Horkheimer adalah bidang sosiologi politik dan kebudayaan yang sangat

(14)

Pada tahun 1933, Frankfurt School dibawah pimpinan Horkheimer pun

berpindah tempat ke Amerika dan kemudian berafiliasi dengan Colombia

University. Hal ini terjadi setelah Jerman pada rezim kepemimpinan Hitler

dibawah partai Nasional Nazi, bersikap tegas dalam menjunjung antisemitisme

dan secara terang-terangan memusuhi sosialisme dan komunisme yang kemudian

membuat institut tersebut berakhir. Keprihatinan Horkheimer mengenai

masyarakat kapitalisme pun semakin besar setelah merasakan hidup di Amerika.

Para individu dari masyarakat modern dianggap sangat terbelenggu oleh system,

oleh karena itu Horkheimer dan para pemikir dari Frankfurt School menjadi

sangat pesimis mengenai kemampuan filsafat untuk membawa perubahan kepada

masyarakat modern.

Pada masa itu, banyak sekali terjadi kapitalisme monopolis, yang

merupakan suatu tahap kapitalisme, dimana usaha-usaha raksasa sedang dalam

proses menguasai pasar, dan mengatur serta menentukan harga pasar. Sementara

perusahaan-perusahaan kecil yang tidak dapat mengikuti laju perkembangan mau

tidak mau akan tergulung. Kapitalisme monopolis yang terjadi di Eropa pada saat

itu secara tidak langsung telah menghapuskan peranan pasar dan dinamika dari

suatu persaingan bebas.

Pada dasarnya, pemikiran Horkhemer ini dilandasi oleh keprihtinannya

mengenai hubungan antara individu dan masyarakat (terutama yang mengalami

penderitaan) dengan konsep sebagai suatu dasar. Hotkhrimrt bersikeras bahwa

wawasan pemikiran masing-masing sekolah sendiri tidak memadai untuk dapat

(15)

Horkheimer berfokus kepada hubungan antar struktur sosial, jaringan atau

subkultur dan juga realitas dari suatu individu. Ia menyimpulkan bahwa pada

dasarnya, mansia dipengaruhi dan dibentuk oleh proliferas produk yang ada di

pasar. Dan selain dengan Adorno, Horkheimer juga melakukan berbagai

kolaborasi dengan Herbert Marcuse, Erich Fromm, dan Walter Benjamin. Dengan

menggunakan critical theory, Horkheimer berusaha untuk merevitalisasi kritik

sosial, budaya-budaya radikal, otoritarianisme, militarime, gangguan ekonomi,

dan krisis lingkungan. Horkheimer berusaha untuk menciptakan suatu Critical

Theory melalui gabungan dari pandangan radikal dan konservatif. Ia

mengembangkan Critical Theory dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu

dengan menyaksikan secara langsung kehidupan dan perbedaan dari kaum borjuis

atau penguasa dengan kaum miskin. Horkheimer berusaha untuk mengusahakan

agar para kelas pekerja atau kelas bawah dapat merebut kembali kekuasaan atas

diri mereka yang bertujuan untuk menolak suatu tindak fasisme.

Theodor Wiesengrund Adorno bergabung dengan Horkheimer di Institut

Penelitian Sosial yang selanjutnya dirujuk menjadi Mazhab Frakfurt. Di lembaga

inilah, mereka mengembangkan critical theory sebagai hasil penggabungan

filsafat dan ilmu sosial menjadi critical theory.

Pada tahun 1944, Horkheimer berkerjasama dengan Adorno, membuat

suatu karya buku yang berjudul Dialectics of Enlightenment. Buku tersebut

menceritakan mengenai kritik keduanya terhadap modernitas yang mereka

pandang sebagai suatu sejarah dominasi atas suatu tindak penguasaan. Pemikiran

(16)

adalah Horkhemier dan Adorno tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari

hubungan produksi, melainkan menjelaskan sejarah penguasaan dari dorongan

psikologis manusia, yaitu sifat dasar dan kehendak manusia untuk berkuasa.

Paham mengenai kehendak manusia dalam berkuasa ini mereka ambil dari

Nietzche. Horkheimer dan Adorno mengkiritik mengenai kesadaran masyarakat

itu sendiri, yaitu mengenai kesadaran modern dengan rasio sebagai suatu alat

utama dalam melakukan dominasi. Mereka menarik kesimpulan bahwa

Enlightenment yang merupakan suatu kemajuan dari cara pandang mitologis,

sebenarnya secara perlahan telah berubah menjadi mitos itu sendiri. Mitos ini

menjadi pemicu dari penindasan dan penguasaan yang dilakukan oleh suatu

kelompok manusia kepada pihak lainnya. Contoh nyata yang mereka paparkan

adalah munculnya ideologi fasisme Jerman dan juga kemajuan-kemajuan

teknologi yang sangat pesat yang berhasil memanipulasi manusia.

Akan tetapi, selain menggunakan teori dari Marx, Nietzche, dan

pemikir-pemikir lainnya, Horkheimer dan Adorno juga mengkritik teori-teori tersebut.

Apabila didalam pandangannya, Marx hanya berpusat pada kapitalisme, maka

Horkheimer dan Adorno memiliki lebih banyak aspek utama yang dpikirkan,

seperti politik, alam, kemanusiaan, dan aspek-aspek lainnya.

Mereka juga mengkritik mengenai suatu dominasi yang biasa dilakukan

oleh para filsuf barat. Para filsuf barat yang terlalu mementingkan suatu kemajuan

dan aspek rasionalisasi, telah memandang alam hanya sebagai suatu objek untuk

dikuasai. Hasil dari alam yang menunjang perkembangan teknologi memanglah

(17)

bisa dikendalikan agar tidak membuat martabat manusia mengalami suatu

kemunduran.

Objek sentral dalam critical theory Adorno adalah hubungan saling

keterpengaruhan antara pertentangan-pertentangan dalam masyarakat sebagai

sebuah totalitas dan bentuk konkrit kehidupan subjek-subjek dalam masyarakat.

Critical theory diorientasikan pada ide tentang masyarakat sebagai subjek, dengan

individu sebagai pusat. Sebuah teori menjadi ”kritis” dengan menegasikan

ketidakadilan, egoisme, dan alienasi yang dihasilkan oleh kondisi sosial dibawah

ekonomi kapitalis.

1.4 Critical Theory pada masa fase terakhir

Jurgen Habermas merupakan seorang filsuf Jerman yang cara berpikirnya

banyak dipengaruhi oleh Max Horkheimer dan Theodore Adorno sebagai tokoh

critical theory sebelum Habermas. Dalam critical theory yang dikemukakannya,

Habermas berhasil mengembangkan kembali pemikiran kritis dari para

pendahulunya yang telah berakhir dengan pesimisme yang kemudian

dibangkitkan kembali oleh Habermas menjadi sebuah cara pandang baru dalam

merespon kondisi dunia pada saat itu.

Filsafat kritis yang dikembangkan Habermas terinspirasi oleh pemikiran

Marxisme. Secara garis besar Habermas menarik pemikiran Marxisme mengenai

struktur kelas yang membentuk relasi sosial masyarakat akibat kapitalisme.

(18)

kekuasaan dan penindasan Kemajuan industri, pengetahuan ilmiah, dan

lingkungan sosial yang semakin kapitalis telah menggiring manusia ke dalam pola

pikir yang irasional yang berada dalam kotak ideologi kapitalis. Inilah yang coba

dikritisi Habermas dalam hal pola pikir manusia terlalu meninggikan pada

kebenaran/pengetahuan yang berasal dari struktur politik dan ekonomi yang

dikendalikan oleh kekuatan hegemon sedangkan melunturkan

kejernihan/kebebasan berpikir manusia.

Melihat kebuntuan terhadap critical theory dari para pendahulunya,

Habermas melihat adanya kekurangan dari para pendahulunya untuk kemudian

disempurnakan menjadi critical theory yang lebih dapat diterima. Pada intinya,

Habermas menambahkan konsep komunikasi. Habermas melihat cara penyampain

critical theory yang dilakukan oleh pendahulunya lebih mengedepankan aspek

praktis melalui cara-cara fisik yang cenderung keras seperti revolusi sebagaimana

terpengaruhi oleh pemikiran Marxisme. Padahal dia menekankan pentingnya

komunikasi dalam menyampaikan kritik karena melalui argumentasi dan

diskursus wacana, pemahaman terhadap kritik tersebut dapat lebih mudah

dipahami dan diterima oleh objek. Hasilnya, seperti critical theory yang kita kenal

saat ini bagaimana kritisasi dilakukan melalui argumen atau analisa bukan melalui

tindakan fisik.

Dasar pemikiran critical theory Habermas juga berasal dari adanya

pemerintahan otoriter dari Hitler pada saat itu. Berawal dari tindak kejahatan yang

dilakukan oleh Nazi, Habermas kemudian menggagas konsep demokrasi. Dalam

(19)

manusia. Habermas melihat konsep demokrasi yang coba diangkatnya memiliki

nilai-nilai kebebasan. Dalam artian secara umum, manusia dapat berpikir secara

bebas tanpa ada kekuasaan atau dominasi sistem yang mampu mempengaruhi

pemikirannya. Dalam hal ini, demokrasi dan critical theory yang dimunculkan

Habermas memiliki suatu benang merah yaitu berusaha membebaskan pemikiran

manusia dari dogma-dogma, rasionalisasi, atau ideologi yang dimiliki oleh

penguasa/hegemon.

Jadi kesimpulannya, critical theory yang dikemukakan oleh Habermas

tidak lepas dari realitas sejarah yang terjadi secara nyata berdasarkan pengalaman

yang dimiliki. Pemikiran kritisnya banyak dipengaruhi oleh pandangan Marxisme

dalam melihat adanya faktor kekuasaan dalam suatu hubungan relasional antar

subjek. Kekuasaan tersebut telah menciptakan pemikiran, dogma, maupun

ideologi yang membatasi tingkat kejernihan berpikir manusia. Dalam artian

manusia terpaku pada pemikiran yang telah digariskan oleh penguasa/hegemon.

Berdasarkan hal itu, muncullah ide-ide penentangan terhadap dominasi

pengetahuan dari penguasa yang dalam Marxisme dilakukan dengan revolusi

proletarian, sedangkan dalam pandangan Habermas bentuk penentangan itu

dikejawantahkan ke dalam pemikiran critical theory yang bersifat “kritik

ideologi”.

Selain Marxisme, dasar pemikiran kritis Habermas juga berangkat dari

nilai demokrasi yang jika ditarik suatu benang merah akan memiliki

(20)

pemikiran manusia dari dogma-dogma, rasionalisasi, atau ideologi yang dimiliki

oleh penguasa/hegemon.

Bab II

Epistemologi & Ontologi dari Critical Theory

2.1. Epistemologi dan Ontologi Critical Theory

(21)

pemikiran tokoh generasi pertama ini mempengaruhi pemikiran Jurgen Habermas. Habermans mengemukakan adanya hubungan intersubjektivitas antara rasionalitas dan demokrasi, serta peran komunikasi dalam membuat konsensus di masyrakat.

Frankrut School berdiri pada awalnya untuk membangun Marxisme di Jerman, namun dalam perjalanannya dikembangkan pemikiran khusus setelah di tutup oleh NAZI pada tahun 1933, dan pindah ke Amerika Serikat. Sewaktu dipimpin oleh Horkheimer perkembangan penelitian ini juga merambah ke ilmu – ilmu lain. Adorno juga kembali menginterpretasi ulang terhadap Marx.

Habermas juga mengemukakan 3 perbedaan pokok kepentingan, yaitu kepentingan koginitf teknis, praktis, dan emansipasi. Emansipasi merupakan Critical Theory itu sendiri, bahwa masyarakat memiliki power untuk berjuang dengan potensi yang dimilikinya, namun menurut Habermas, bukan berarti setiap teori yang mengemukakan emansipasi itu benar, karena kebenaran harusnya dibentuk dengan konsensus rasional.

Teori ini disebut sebagai critical theory karena menggunakan kapasitas manusia dalam hal mengkritik melalui pandangan individu itu terhadap dunia berdasarkan pengetahuan yang dimiliki individu tersebut. Critical theory

(22)

Critical theory bertujuan untuk menjelaskan dan mentransformasi keadaan manusia dari keterbudakannya, maka secara lebih luas critical theory dimaksudkan dengan segala pergerakan atau pemikiran yang bertujuan untuk pembebasan manusia di segala dimensi dari segala bentuk pengekangan. Saat ini critical theory menjadi salah satu alat epistemologis yang dibutuhkan dalam studi humaniora. Hal ini didorong oleh kesadaran bahwa makna bukanlah sesuatu yang alamiah dan langsung. Bahasa bukanlah media transparan yang dapat menyampaikan ide-ide tanpa distorsi, sebaliknya ia adalah seperangkat kesepakatan yang berpengaruh dan menentukan jenis-jenis ide dan pengalaman manusia. Dengan berusaha memahami proses dimana teks, objek, dan manusia diasosiasikan dengan makna-makna tertentu, critical theory memertanyakan legitimasi anggapan umum tentang pengalaman, pengetahuan, dan kebenaran.

(23)

Menurut perspektif realisme, negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional. Namun dalam critical theory, ia menekankan pada emansipasi manusia sebagai subjek dalam hubungan internasional. Mengkritisi tentang ide yang menyatakan pentingnya meraih power dan kepentingan strategis oleh negara. Menilik pada masa dimana sistem konstitusi negara (nation society) terdapat berbagai macam organisasi politik yang menurut kritikal teori tidak dapat dipisahkan dari sistem kapitalisme (sistem ekonomi).

Negara menjadi aktor yang berperan penting dalam sistem ekonomi kapitalis dalam menentukan sistem hukum untuk meregulasi hubungan perdagangan dan menentukan kebijakan untuk menentukan ketertiban suatu masyarakat. Critical theory mempertahankan pemikirannya dalam pencerahan dan mempertahankan universalisme dalam dialog terbuka tidak hanya antar sesama negara tapi lebih radikal yaitu antara seluruh manusia di dunia. (Linklater 1996)

Critical theory melihat ketimpangan yang diakibatkan oleh pemikiran liberal antara lain: liberalisme tidak menjelaskan kebenaran tentang sifat dasar

manusia dan masyarakat. Selain itu, liberalisme sudah menjadikannya sebagai pemahaman dan penjelasan yang paling dominan mengenai dunia ini, sebagai sebuah common sense yang menjadikannya sebagai pendukung dari sistem kapitalis.

(24)

kritis muncul dari hasil dialektika dari banyak pemikiran tradisi kritis sebelumnya. Sebuah perpaduan dari pemikiran Kant, Hegel, Marx dab Freud. Kant memahami kritik sebagai upaya untuk mengenal keterbatasan rasio dalam setiap klaim pengetahuan; Hegel memahami kritik sebagai refleksi diri atas berbagai rintangan, tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri dari rasio dalam sejarah. Marx memahami kritik sebagai usaha emansipatoris dari penindasan dan usaha alienasi yang dihasilkan oleh hubungan kekuasaan dalam masyarakat, sementara Freud memahami kritik sebagai pembebasan individu dan irrasionalitas dari ketidaksadaran menjadi sadar.

2.2. Munculnya Critical Theory ke dalam Hubungan Internasional

(25)

Critical Theory ini diakui sebagai teori alternative bagi disiplin ilmu Hubungan Internasional. Para pemikir seperti Andrew Linklater, Robert W.Cox dan Richard Ashley mencoba untuk mengaplikasikan teori dan gagasan dari pemikiran Frankfurt School terhadap teori Hubungan Internasional. Dalam HI sendiri, teori ini masuk ke HI sendiri dari pemikiran Robert Cox, yang mengemukakan konsep knowledge dan interest, serta adanya problem solving theory dan Critical Theory. Problem solving theory untuk menemukan jawaban atas permasalahan, sedangkan Critical Theory adalah presumsi teori dan proses teoritisasi, kebebasan untuk menentukan teori. Selain itu, Andrew Linklater juga merupakan tokohnya, yang mengungkapkan adany komunitas manusia dan mengkonstruksi kembali hubungan politik, bahwa semua orang memiliki kedudukan yang sama.

Dalam Critical Theory, Hubungan Internasional harus memfokuskan diri pada emansipasi politik jadi tidak adanya ketergantungan antara Negara dengan individu, karena dalam Critical Theory ini meyakini adanya self determining yaitu individu – individu tidak harus dihalangi oleh Negara untuk memutuskan masa depannya. Dalam Critical Theory ini Negara bukan aktor utama karena Negara lebih berfokus pada power. (Griffiths, 1999)

(26)

critical theory ini lebih melihat kedalam sektor domestik tetapi seiring perkembangan critical theory ini dapat menjawab isu – isu internasional.

Dalam Hubungan Internasional, teori kritis tidak terbatas pada suatu pengujian negara dan sistem negara tetapi memfokuskan lebih luas pada kekuatan dan dominasi di dunia secara umum. Teori kritis mencari pengetahuan bagi tujuan politis: untuk membebaskan kemanusiaan dari struktur politik dan ekonomi dunia yang “menekan” yang dikendalikan oleh kekuatan hegemon, khususnya negara kapitalis Amerika Serikat. Mereka berupaya untuk mendobrak dominasi global negara – negara kaya di belahan bumi Utara atas negara – negara miskin di belahan bumi Selatan. Teori Kritis dalam hal ini hampir tidak dapat dibedakan dari ilmuwan EPI Marxis. Orientasi mereka menuju perubahan progresif dan keinginan mereka menggunakan teori untuk menolong membawa perubahan tersebut juga merupakan pengenalan idealisme. (Robert Jackson and Georg Sorensen, 2009)

Munculnya Critical Theory dalam ilmu Hubungan internasional ini mengkritik teori – teori mainstream yang berkembang seperti realisme dan liberalisme. Dalam ilmu Hubungan Internasional, pandangan Critical Theory ini melihat konsep negara. Negara disini merupakan kekuatan sosial yang akan berbeda dengan perkembangan. Keteraturan sosial dan politik yang ada merupakan produk dari sejarah yang dijelaskan. Maksudnya, dalam critical theory ini suatu keteraturan sosial dan politik ini muncul pasti ada sejarahnya.

(27)

mereka berupaya menggunakan pengetahuannya untuk meningkatkan apa yang mereka yakin yaitu tujuan akhir dari semua pengetahuan : tujuan terbesar emansipasi manusia dari struktur sosial global yang hingga sekarang telah mengitismewakan minoritas penduduk dunia. Teori Kritis HI dengan demikian dapat dipahami secara eksplisit dan diakui revolusioner : teori kritis berupaya merobohkan sistem ekonomi dan politik dunia yang ada. (Robert Jackson and Georg Sorensen, 2009)

Ontologi

(28)

politik. Seperti halnya idealis, penteori Critical Theory mencoba untuk membawa revolusi sosial dan politik sebagaimana dinyatakan oleh ideologinya. Perbedaannya adalah Critical Theory menolak kemungkinan adanya kelepasan (detachment) dan objektivitas, dimana idealis seakan tidak menyadarinya.

Pandangan mengenai pengetahuan yang dinyatakan inheren dengan politik memisahkan Critical Theory dengan behavioralis, dan positivis yang menghina digunakannya scientific knowledge bagi keperluan politik, dan dan penteori klasik. Menurut Critical Theory, sarjana Hubunngan Internasional tidak bisa lepas dan subjek matter yang dipelajarinya karena mereka berhubungan dengannya dibanyak jalan yang kentara maupun tidak. Mereka adalah bagian dan dunia manusia yang mereka pelajari. Mereka terlibat di dunia itu.

Apakah mereka menyadarinya atau tidak, ilmuwan sosial dan ilmu sosial adalah instrumen dan power. Critical Theory mencoba untuk mengidentifikasi kepentingan politik yang disajikan berbeda oleh teori dan penteori Hubungan Internasional. Mereka mencoba untuk menggunakan penngetahuan mereka untuk mengembangkan apa yang mereka percayai sebagai tujuan utama dan pengetahuan yaitu: tujuan besar emansipasi manusia dan struktur sosial global yang lebih memberikan hak-hak istimewa pada golongan kaya yang minoritas. Teori kritik HI bisa dipahami sebagai hal yang secara eksplisit dan revolusioner mereka mencoba untuk merobohkan world politics dan economic system yang ada sekarang.

(29)

penelitian ilmiah. Jika teori itu selalu untuk seseorang dan untuk suatu keperluan (purpose), bagaimana orang bisa memutuskan apakah Ia suatu teori yang baik dalam term akademik yang murni ? setiap values dan teori berdasar pada nilai politik, tapi apakah ia mewakili kepercayaan politik dan ideology saya? Jika teori Hubungan Internasional itu lebih kearah politis daripada scientific atau kesarjanaan, tidak ada cara yang netral untuk menentukan apakah teori itu terbaik secara akademik. Jika demikian, tidak akan ada suatu ketidasepakatan dan controversial yang murni secara akademik.

Debat akademis adalah debat politik. Jika semua teori Hubungan Internasional dan seluruh teori ilmu social adalah politik, bagaimana kita menjustifikasi mereka sebagal subjek akademik? Mengapa Critical Theory harus atapun teori Hubungan Internasional lainnya diterima sebagai pernyataan akadmik bila ia sebenarnya adalah pernyataan poiitik? Jika teori lebih menggambarkan kepentingan politik daripada keingintahuan akademis, maka apapaun itu adalah politik. Hal ini memang mungkin terjadi tapi bisa membawa ke kaburan.

Kesimpulannya, ini adalah pandangan yang ekstrim dan penteori kritik yang menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah politik. Versi yang lebih moderat dan pandangan ini menyatakan bahwa pengetahuan itu adalah bebas nilai sepenuhnya, namun demikian ada suatu perbedaan antara yang murni politik dan dalam memahami dan inenjelaskan dan sisi akademis Hubungan Internasional.

(30)

sebuah kebutuhan masyarakat mengenai “teori kebenaran” yang didalam dunia bersifat emansipasi (bebas) disegala kepentingan manusia. Terdapat asumsi bahwa apa yang “benar” adalah apa yang dianggap dan disepakati benar oleh masyarakat. Akan tetapi konsep tersebut akan menghilangkan esensi dari “kebenaran” itu sendiri.

Critical Theory merupakan sebuah teori yang menuntut seseorang agar dapat berpikir mendalam tentang segala sesuatu yang dilakukan manusia serta hubungan antara teori dengan cara bertindak. Critical Theory didalam hubungan internasional berperan menganalisis hubungan social terhadap kaitannya dengan system ekonomi kapitalis, mulai dari perusahaan besar dan monopolinya, teknologi, kebudayaan serta menolak individualism dalam masyarakat kapitalis. Teori kritis mengacu pada berbagai untaian pemikiran sosial, politik dan filosofis Barat untuk mendirikan sebuah kerangka teoritis mampu mencerminkan pada sifat dan tujuan teori dan mengungkapkan bentuk jelas dan halus atas ketidakadilan dan dominasi dalam masyarakat. Teori Kritis tidak hanya tantangan dan membongkar bentuk teori tradisional, namun juga berusaha untuk membongkar bentuk-bentuk tetap dari kehidupan sosial yang membatasi kebebasan manusia. Teori kritis internasional adalah perluasan dari kritik ini ke domain internasional.

(31)

Melalui modernisasi, Critical Theory melihat adanya ketidaadilan yang terjadi seperti apa yang telah dikatakan oleh Marxism. Dalam hal ini, Critical Theory tidak lagi melihat hubungan internasional berdasarkan suatu Negara saja, melainkan lebih jauh lagi didalam cara berpikirnya. Teori ini memfokuskan diri pada siapa yang ada dalam negara dan berusaha membebaskan diri dari keterkungkungan yang kerap ditimbulkan oleh negara. Selain itu, Critical Theory juga berasumsi bahwa sesuatu itu tidak given. Pada saat itu, terdapat mindset yang berkembang dalam intelektual bahwa yang terjadi di lingkungan sekitar adalah hal yang given. Mindset yang berkembang menyebabkan kaum borjuis berhak menindas kaum proletar, karena struktur dalam masyarakat (borjuis dan proletarian) dianggap sebagai sesuatu yang given.

Teori kritis dibutuhkan masyarakat itu sendiri sebagai objek analisis, dan karena teori dan tindakan berteori tidak pernah independen dari masyarakat, ruang lingkup teori kritis dari analisis tentu harus mencakup refleksi pada teori. Critical Theory berpendapat bahwa hubungan internasional harusnya diorientasikan dengan emansipasi politik yang mana tidak ada ketergantungan, ketidakadilan, ketidaktahuan, yang biasanya dilakukan oleh Negara. Pada intinya, Critical Theory bersifat ingin menyadarkan masyarakat dan membebaskan dari adanya ketergantungan, ketidakadilan, ketidaktahuan. Critical Theory menganggap semua itu bukan ada tanpa sebab. Tapi sebenarnya itu hanyalah mindset dari para pemimpin ataupun penguasa.

(32)

Critical Theory mempertannyakan sumber dan legitimasi dari suatu institusi politik dan sosial dan juga termasuk perubahan-perubahan mereka. Sejarah adalah sebuah perubahan yang berlanjut atau secara terus menerus. Dan teori kritis mencoba untuk menentukan elemen mana yang universal untuk digunakan dalam aturan dunia dan mana yang tentunya menyatukan sejarah.

Critical theory adalah sebuah teori yang mencoba mencari jalan lain dalam menggambarkaan dan menganalisis fenomena-fenomena dalam hubungan internasional. Tidak seperti teori-teori lainnya, critical teori tumbuh dengan asumsi-asumsi kritikan tajam terhadap pandangan-pandangan sebelumnya yang gagal mencari pemecahan solusi atau masalah dalam hubungan internasional. Critical theory memandangan peristiwa dan fenomena dalam hubungan internasional tidak terbentuk karena adanya hukum sosial yang kekal dalam masyarakat, melainkan adanya dinamika perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

(33)

critical theory meyakini bahwa pengetahun tersebut membuka suatu kecenderungan menuju kepentingan, nilai, kelompok, golongan, kelas, dan bangsa tertentu. Seperti yang telah dikatakan oleh Robert Cox bahwa teori selalu bagi seseorang dan untuk tujuan tertentu.

Pada hakikatnya critical theory tersebut ada untuk membebaskan manusia dari struktur politik dan ekonomi dunia yang dikendalikan oleh great power. Banyak aspek-aspek yang telah dibelengu oleh para negara adi kuasa, sehingga masyarakat tidak bisa bergerak dengan bebas dan tidak bisa mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya. Semuanya bisa dengan mudah dikekang dan diatur oleh negara-negara yang memiliki power yang kuat. Untuk itulah critical theory menemukan hakikatnya sebagai teori yang mencoba untuk melepaskan belenggu dari pemikiran-pemikiran mainstream.

Berbeda, itulah yang membuat critical theory tetap menjadi dirinya dan eksis sebagai teori yang senantiasa mengkritik kegagalan-kegagalan yang terjadi. Critical theory adalah teori yang mendukung tatanan sosial politik yang berbeda dari tatanan yang sedang berlaku, sehingga tidak ada kekekalan dalam tatanan internasional. Critical theory menolak alternative yang tidak meyakinkan seperti ia menolak kekekalan terhadap tatanan yang terjadi.

(34)

bisa memeriksa dengan teliti dirinya sendiri. Kemudian Cox membedakan dua pandangan teori yang bergantung kepada maksudnya. Pertama, adalah teori yang mencoba untuk menyelesaikan masalah, yaitu teori yang menyediakan sebuah panduan untuk menemukan solusi terhadap masalah. Kedua, critical theory itu sendiri yang mana terdapat anggapan-anggapan terhadap teori dan proses teorisi yang dicerminkan diatasnya.

Critical theory adalah teori yang mempertanyakan dominasi dari tatanan dunia dan legitiasi politik sosial. Pandangannya percaya bahwa sejarah yang telah dialami tidak selalu sama namun terus berlanjut dengan proses yang bertukar-tukar.

Horkheimer (1937) mengatakan Critical Theory merupakan teori sosial yang digunakan untuk mengkritik dan mengubah masyarakat secara keseluruhan, tidak sekedar memahami dan menjelaskannya. Pada dasarnya apa yang ingin di lakukan teori adalah untuk mencapai kebebasan dalam berpikir dari dominasi pemikiran yang telah ada. Dengan membuat realita virtual dalam beberapa aspek dalam kehidupan seperi sosial, politik, budaya, ekonomi, ethnic, dan gender. Teori yang berasal dari seuntai pemikiran yang sering di telusuri kembali pada zaman pencerahan dimana tulisan tulisan immanuel kant dan marx masih memberikan kontribusi akan akar dari pemikiran tersebut.

(35)

mempertanyakan sosial modern dan kehidupan politik melalui metode kritik imanen. Itu sebagian besar upaya untuk memulihkan potensi kritis dan emansipatoris yang memiliki telah dikuasai oleh intelektual baru-baru ini, sosial, budaya, politik, ekonomi tren teknologi dan.

Penting untuk teori kritis Sekolah Frankfurt adalah perhatian memahami fitur utama masyarakat kontemporer dengan memahami sejarah dan pembangunan sosial, dan kontradiksi dalam menelusuri hadir yang mungkin membuka kemungkinan melampaui kontemporer masyarakat dan built-in patologi dan bentuk dominasi.

Teori kritis dimaksudkan 'tidak hanya untuk menghilangkan satu atau pelecehan lain, tetapi untuk menganalisis struktur sosial yang mendasari yang menyebabkan pelanggaran ini dengan maksud mengatasi mereka (Horkheimer 1972: 206).

Hal ini tidak sulit untuk melihat keberadaan di sini dari tema diajukan oleh Marx dalam tesis kesebelas tentang Feuerbach: 'filsuf hanya menafsirkan dunia dalam berbagai cara, intinya adalah untuk mengubahnya '(Marx 1977a: 158). Ini bunga normatif dalam mengidentifikasi kemungkinan imanen untuk sosial transformasi merupakan ciri khas dari garis pemikiran yang meluas, setidaknya, dari Kant, melalui Marx, untuk kritis kontemporer teoretisi seperti Habermas.

(36)

kecenderungan imanen terhadap, 'yang rasional organisasi aktivitas manusia’ (Horkheimer 1972: 223).

Memang, hal ini keprihatinan meluas garis pemikiran kembali melampaui Kant ke klasik Yunani keyakinan bahwa konstitusi rasional polis menemukan ekspresi dalam otonomi individu dan pembentukan keadilan dan demokrasi. Politik, pemahaman ini, adalah wilayah yang bersangkutan dengan mewujudkan kehidupan adil.

Walaupun ini merupakan keturunan penting dalam kelahiran teori kritis itu bukan satu-satunya kemungkinan yang bisa ditelusuri, karena ada juga Jejak pemikiran Yunani klasik tentang otonomi dan demokrasi dipertimbangkan, serta pemikiran Nietzsche dan Weber. Namun, pada abad kedua puluh teori kritis menjadi paling erat terkait dengan tubuh yang berbeda pemikiran yang dikenal sebagai Sekolah Frankfurt.

Teori kritis Menggunakan “Language, Symbolism dan Communication”

 Melibatkan “Construction” : proses sintesis dan produksi dimana

fenomena dan obyek komunikasi, budaya dll datang bersamaan melalui:

 Transformation yang mengubah “deep structure of language” menjadi

“surface language” (Chomsky)

 Universal Pragmatic principles yang menghasilkan “mutual

(37)

 Semiotics Rules dimana obyek kehidupan sehari hari menentukan

maknanya sendiri (Barthes)

 Cognitive formation (Focault)

 Psychoanalitic melalui kesadaran individu

Untuk meringkas, teori kritis mengacu pada berbagai untaian Barat sosial pemikiran, politik dan filosofis dalam rangka untuk mendirikan sebuah teoritis mampu merefleksikan alam kerangka dan tujuan teori dan mengungkapkan bentuk baik jelas dan halus ketidakadilan dan dominasi dalam masyarakat.

Teori Kritis tidak hanya tantangan dan membongkar tradisional bentuk berteori, juga problematizes dan berusaha untuk membongkar mengakar bentuk-bentuk kehidupan sosial yang membatasi kebebasan manusia. kritis internasional Teori merupakan perpanjangan dari kritik ini ke domain internasional. itu bagian selanjutnya dari bab ini berfokus pada upaya oleh internasional kritis teoretikus untuk membongkar bentuk-bentuk tradisional berteori dengan mempromosikan lebih self-reflektif teori.

2.3. Konsep Dalam Critical Theory

(38)

menerima bahwa manusia tidak membuat sejarah dalam kondisi yang mereka pilih sendiri, sebagaimana Marx diamati dalam Brumaire XVIII Louis Bonaparte (1977e), dan sehingga pemeriksaan rinci kondisi sekarang tentu harus dilakukan. Namun demikian, urutan yang telah 'diberikan' kepada kita adalah dengan tidak berarti alami, diperlukan atau historis invariabel. kritis internasional Teori mengambil konfigurasi global hubungan kekuasaan sebagai obyek dan bertanya bagaimana konfigurasi yang muncul, apa biaya itu membawa dengan itu dan apa kemungkinan alternatif tetap imanen dalam sejarah.

(39)

peran, dan tanggung jawab yang secara sosial dan historis ditentukan. Sedangkan negara diambil untuk diberikan oleh realisme, kritis Teori internasional berusaha untuk memberikan teori sosial negara.

(40)

manusia di sisi lain. Dengan kata lain, penjara konsisten dengan masyarakat modern dan mode modern menangkap dunia 'manusia'.

2.4. Para Pemikir Utama Dalam Critical Theory

Critical theory mengacu pada suatu analisis mendasar marxisme mengenai teori dan praktis hubungan internasional, dan pertama kali muncul pada tahun 1937 sebagai sebuah karya penelitian “Frankfurt Institute of Social Research” yang meneliti mengenai fasisme dan otoriterisme dengan alasan-alasan kritis.

Para pemikir-pemikir teori kritis seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, dan Herbert Marcuse sebenarnya menginspirasi pandangan Jurgens Habermas mengenai hubungan intersubjektif dalam demokrasi.

(41)

 Robert Cox juga setuju bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan kepentingan, dan dia juga menekankan pada refleksifitas yaitu bahwa sebuah teori harus dapat diuji kebenarannya. Cox membedakan dua perspektif teori berdasarkan tujuannya. Yang pertama adalah “problem solving theory”, yaitu teori yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang kontekstual. Kedua adalah “Critical Theory” (teori kritis) yang digunakan untuk mencari asumsi dasar teori dan proses perumusan teorinya. Untuk itu dibutuhkan sebuah pilihan yang memungkinkan. Cox sebagai teoritisi hubungan internasional menggambarkan secara umum aplikasi teori kritis dalam hubungan internasional, yaitu critical theory mempertanyakan peraturan dunia yang dominan dengan menggunakan reflektifitas aturan tersebut. Kemudia juga teori kritis mempertannyakan sumber dan legitimasi dari suatu institusi politik dan sosial dan juga termasuk perubahan-perubahan mereka. Sejarah adalah sebuah perubahan yang kontiniu atau secara terus menerus. Dan teori kritis mencoba untuk menentukan elemen mana yang universal untuk digunakan dalam aturan dunia dan mana yang tentunya menyatukan sejarah.

(42)
(43)

BAB III

METODOLOGİS PENDEKATAN

CRİTİCAL THEORY

Konsep critical theory itu pertama kali ditemukan dan diperkenalkan oleh Max Horkheimer sekitar tahun 30-an. Pada mulanya critical theory ini berarti pemaknaan kembali ideal-ideal modernitas mengenai nalar dan kebebasan dengan mengungkap deviasi dari ideal-ideal tersebut dalam bentuk saintisme, kapitalisme, industri kebudayaan dan institusi politik borjuis, yang pada sebelumnya pemikiran

critical theory ini bermula dari pemikiran Hegel, Kant dan Marx yang ditujukan untuk mengkritik terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi sebagai respon dari ilmu sosial yang seiring nya mendapatkan pengaruh dari aliran positivism dan neorealisme. Max Hokheimer berusaha untuk membedakan antara dua konsep teori yang dikaitkan dengan critical theory dan teori tradisional. Ciri-ciri teori tradisional itu sendiri dilihat dari adanya pemisahan antara objek kajian nya dan subjek (teoritisi), teori tradisional ini berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada diluar pengamat. Sedangkan perbedaan nya dengan critical theory itu sendiri dimana tidak adanya pemisahan antara subjek objek serta ia berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu.

(44)

disimpulkan bahwa Kant telah menemukan otonomi subyek dalam membentuk pengetahuannya, namun pemikiran Kant tersebut tetap dikritik karena masih berupa historis. Bagi Hegel, kesadaran diri yang lengkap justru ketika adanya tekanan-tekanan yang membuatnya untuk dapat bertarung atau lebih survive. Dimana masing-masing unsur mengandung kebenaran, pemikiran Hegel tersebutlah yang membuat Hokheimer tertarik dengan cara pemikiran Hegel yang dialektika tersebut, dan menurutnya cara berpikir dialektis itu adalah cara berpikir yang sangat kritis. Setelah itu pemikiran Karl Marx sendiri akan kritikan nya terhadap sistem ekonomi kapitalis sangatlah merendahkan derajat manusia, dimana akibat berkompetisi memenangkan bisnis, para borjuis yang sekaligus pemilik modal mengeksploitasi para kaum proletar. Hampir sama dengan Hegel dalam membongkar apa yang menjadi persoalan masyarakat, Karl Marx memperkenalkan konsep dialektika. Hanya saja dialektika Marx tidak bersifat idealis, tetapi materialis dengan melakukan kritik-kritik politik dan ekonomi masyarakat.

(45)

ekonomi, akan tetapi sudah ada intervensi kekuatan yang lebih besar, yakni negara.

Pada tahun 1937, Max Horkheimer menerbitkan karyanya yang terkenal “Traditional and Critical Theory”, dalam bukunya tersebut Horkheimer mendefinisikan Critical Theory sebagai suatu kritik sosial yang timbul dari kesadaran pribadi yang diarahkan pada perubahan emansipasi melalui pencerahan, dan secara dogmatis tidak melekat pada asumsi doktrinnya sendiri. Dengan kata lain, lebih menekankan untuk bersikap kritis dan lebih selektif dalam menerima aksioma. Selain itu menurut Horkheimer sendiri ilmu sosial itu tidak dapat ditelaah dengan cara-cara penelaahan ilmu eksak. Horkheimer mencoba membuat pembedaan antara rasional dengan rasionalisasi, dimana rasional diartikan sebagai sesbuatu yang berdasar pertimbangan akal sehat yang layak dipercaya sebagai sesuatu yang masuk akal, sedangkan rasionalisasi adalah upaya manipulative yang diartikan untuk menunjukan bahwa sesuatu itu seolah-olah masuk akal. Upaya rasionalisasi ini menjadi dikenal ketika August Comte dengan positivisme mulai memperkenalkan pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan suatu realita. Statistik kemudian dianggap cukup mewakili untuk menjelaskan realitas itu. Akibat dari pendekatan kuantitatif Comte ini mendorong semua negara dalam menjelaskan kondisi negaranya dengan angka presentase, mulai dari kemiskinan, pengangguran, kematian, pendidikan, kelahiran, kesehatan, dan lain-lain.

(46)

sebagai tragedi. Namun, kematian tragis ratusan atau ribuan orang, ironisnya, hanya akan kita pahami sebagai statistik. Secara tidak langsung kita sudah terpengaruh akan pemikiran Comte hingga saat ini. Kehadiran teori kritis memang bertujuan untuk mengkritisi cara berpikir yang kuantitatif seperti ini. Sekaligus, untuk mengungkap dan membuktikan bahwa rasionalisasi sangat sarat dengan kebohongan.

Adanya kapitalisme pada saat itu membukakan mata para tokoh Frankfurt School untuk mengkritisi adanya dominasi dari suatu bangsa atas bangsa lain. Penelitian tidak hanya dilakukan oleh Horkheimer tetapi juga oleh Adorno. Adorno menyatakan ketertarikannya terhadap pemikiran Karl Marx yang disebabkan antara lain oleh karena rasa ketidakpuasan mereka pada penggunaan teori-teori Marxisme itu sendiri. Teori-teori Marxisme dianggap tidak mampu memberikan jawaban atas situasi yang mereka alami di Jerman pada saat itu, yakni dominasi dari Partai Nazi terhadap masyarakat Yahudi. Adorno bersama anggota-anggota Frankfut School lain kemudian semakin gencar melakukan modifikasi di berbagai hal, sehingga lahirlah sebuah konsep baru yang dikenal sebagai critical theory, suatu teori yang mencoba untuk memberikan jawaban atas masalah-masalah yang sebelumnya belum terpecahkan (Geuss, 1989).

(47)

dasarnya, melalui bukunya, Adorno dan Horkheimer tidak serta merta menolak adanya Enlightenment, yang menjadi permasalahan ialah Enlightenment yang tidak juga dapat menjawab mitos sebelumnya. Enlightenment yang diciptakan untuk memberikan jaminan atas kebebasan manusia dari rasa takut terhadap otoritas pihak pendominasi, justru menciptakan bentuk-bentuk dominasi baru dalam bidang politik, sosial, dan budaya (Marcuse, 1964).

Enlightenment yang menawarkan konsep modernitas kepada masyarakat dunia, dalam praktiknya malah semakin memperjelas gap di antara pihak-pihak pendominasi dengan pihak-pihak yang didominasi. Tidak heran bila melihat asal-usul modernitas itu sendiri yang keseluruhan konsep maupun pengejawantahannya berasal dari Barat, sedangkan pihak-pihak lain di samping Barat belum sama sekali mengenal konsep modernitas itu sendiri, sehingga terjadilah dominasi oleh Barat terhadap pihak-pihak lain di samping Barat dalam wujud modernisasi. Critical theory yang diciptakan oleh Adorno dan Horkheimer sangat jelas diterapkan di dalam buku tersebut yang merupakan hasil karya mereka sendiri.

Sekarang telah menjadi jelas apabila sejumlah hasil pemikiran dan realita yang telah diobservasi oleh pribadi Theodor W. Adorno, kemudian dibekukan ke dalam suatu konsep yang dikenal sebagai critical theory. Maka metodologis

(48)

Marcuse juga mengkritisi akan konsep Marx tentang kapitalisme dan sosialisme yang dikatakan sangat ditentukan oleh fungsi dari tenaga kerja manusia, tenaga kerja dalam reproduksi sosial. Penggambaran Marx akan suatu kebutuhan tidak sesuai dengan keadaan negara industri maju pada saat ini. Keinginan akan sebuah kebebasan yang nyata dan juga keadilan yang nyata yang merupakan inti dari teori sosialis pada masa itu tidak dapat berjalan sendiri, karena untuk menciptakan kesejahteraan, teknologi dan juga produktivitas masyarakat membutuhkan suatu tatanan kelas. Jadi dalam hal ini revolusi yang diinginkan akan suatu bentuk kapitalisme pada masa itu belum benar-benar berkembang, karena belum memahami bahwa kebutuhan akan suatu kesejahteraan itu tidak dapat diwujudkan melalui kebebasan yang sebebas-bebasnya dan keadilan yang sepenuhnya.

Dalam buku Marcuse “Negation” ini juga mengungkapkan bahwa pemikiran Marxis akan abolisi tenaga kerja itu merupakan hal yang dilebih-lebihkan. Melihat keinginan untuk menghapuskan hal tidak berkeprikemanusiaan yang terjadi di bawah kapitalisme, kemungkinan yang terjadi adalah munculnya sebuah bentuk industri yang berteknologi tinggi dimana manusia tidak terjun langsung menjadi pekerja. Hal ini untuk benar-benar mewujudkan keinginan masyarakat akan penghapusan kelas pekerja tersebut. Yang ini yang dikritisi oleh Marcuse karena teknologi pada masa itu belum mampu untuk mewujudkan hal yang dicita-citakan ini.

(49)

teknologi saja tanpa ingin terlibat disana. Disini Marcuse beranggapan bahwa pemikiran yang muncul akan suatu kontradiksi, untuk dapat menggulingkan tatanan yang ada, haruslah lebih berkebalikan dan lebih utopis untuk bertentangan dengan status quo yang ada.

Sebagai kesimpulannya, Marcuse beranggapan bahwa untuk memperjuangkan penghapusan kemiskinan secara material di masyarakat seharusnya tetap pada status quo karena butuh suatu tatanan yang tenang, damai untuk menciptakan kondisi yang lebih baik, bukannya abolisi tenaga kerja. Perjuangan masyarakat totalitarian dimasa lalu yang menginginkan kebebasan di luar adanya kebutuhan hidup sangat kontradiksi dalam penerapannya di masa kini. Hal ini membutuhkan sebuah teknologi, yang merupakan jawaban keinginan atas kebebasan yang tetap berada dalam wilayah pemenuhan kebutuhan. Bagaimanapun juga, hal ini berarti kebebasan tersebut hanya mungkin sebagai perwujudan yang pada masa kini disebut sebagai utopia.

Secara umum Herbert Marcus ini merupakan salah seorang pemikir dalam

(50)

dengan pemikiran barat, beliau juga memperhatikan akan permasalahan kebahagiaan manusia, yang hanya dapat diperoleh melalui transformasi keberadaan suatu kondisi material.

Negations memunculkan critical theory dalam masyarakat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi kecenderungan yang menghubungkan masa lalu liberal dengan abolisi totalitariannya itu sendiri. Abolisi ini memang tidak terbatas sama sekali bagi negara totalitarian apalagi semenjak hal ini kemudian menjadi realitas di banyak negara demokrasi. Marcuse melihat abolisi ini tidak serta merta muncul sebagai bentuk oposisi dari masa lalu, dan juga menunjukan mediasi perubahan penting ketika kebebasan para borjuis kemudian menjadi suatu bentuk ketidak bebasan. Marcuse dalam hal politikal ekonomi juga cenderung mencari kecenderungan dalam hal budaya, khususnya filosofi mengenai perwakilan.

(51)

Secara mental dan spiritual, seseorang diharapkan mampu memiliki sebesar-besarnya otonomi dalam dirinya, inilah yang merupakan kebebasan yang mendalam yang sangat otentik dan penting; kebebasan yang lain ditangani oleh perekonomian dan negara. Hal inilah apa yang marcuse lihat pada masa itu ketika pasar teregulasi untuk kondisi operasi yang terbaik maupun yang buruk sekalipun dan output yang dihasilkan para pekerja tidak tergantung pada konsumsi masa yang tidak pernah terganggu. Namun, kondisi saat ini berbeda jauh, dimana saat ini segala bentuk administrasi adalah penting mulai dari peralatan, gratifikasi masa, penelitian pasar, psikologi industri, perhitungan komputer, dan pengetahuan akan hubungan manusia.

Hal inilah yang kemudian akan menciptakan harmonisasi spontan-otomatis antara individu dan masyarakat yang sangat membutuhkan otonomi dan heteronomy. Abolisi demokari akan pemikiran, dimana ‘common man’ mengalami secara otomatis dan membawa dirinya keluar untuk kemudian belajar lebih ‘tinggi’ oleh para positifistik dan tren-tren positif akan filosofi, sosiologi, dan psikologi yang akan membentuk sistem kepada ‘insuperable framwork’ untuk suatu pemikiran konseptual.

(52)

hegelian, kontradiksi menjadi bentuk utama dari kejujuran dan pergerakan, hanya untuk lebih mendekati sistem dan internalisasi. Namun dengan mengikuti alasan sebagai power merupakan hal negatif, idealisme membentuk pernyataan yang baik akan pandangan dari kondisi yang bebas itu.

Hubungan klasik antara idealisme Jerman dan pergerakan pekerja Marxian adalah benar, dan tidak hanya sekedar fakta bagi sejarah ide. Dalam perspektif ini isa terkait dengan warisan idealisme, dengan elemen kebenaran didalam fiosofinya yang menekan. Namun kelegalan dan kebenaran materialisme, dan bukan hanya historical materialism. Dalam desakan pemikiran atas abolisi penderitaan dan kebutuhan, pada kebahagiaan sebagai makna dari kebebasan manusia itu sendiri. Masyarakat di negara-negara industri maju akan menjadi lebih materialisti, karena semakin tingginya strata hidup dalam penduduk yang besar, yang jelas menunjukan sejauh mana kemajuan kesengsaraan dan ketidakbahagiananya.

(53)

Hebermas membedakan ilmu pengetahuan menjadi tiga kategori menurut dengan kepentingannya masing-masing;

Ilmu empiris, yaitu ilmu alam yang menggunakan pendekatan positivism dan memiliki kepentingan untuk menaklukan, menemukan hukum-hukum dan mengontrol alam.

Ilmu-ilmu humaniora, ilmu memiliki kepentingan praktis dan saling memahami, seperti ilmu pengetahuan sosial budaya. Kepentingan ilmu ini bukan untuk mendominasi atau menguasai, juga bukan membebaskan, tetapi memperluas saling pemahaman.

Ilmu kritis, ilmu ini dikembangkan melalui refleksi diri, sehinga melalui refleksi diri, kita dapat memahami kondisi-kondisi yang tidak adil dan tidak manusiawi dalam kehidupan. Kepentingannya adalah emansipatoris.

Berdasarkan definisi kepentingan-kepentingan yang membentuk pengetahuan ini, Habermas ingin untuk membuat kita waspada terhadap klaim bahwa pengetahuan diidentifikasikan melalui kepentingan yang tunggal. Dengan demikian dia menekankan bahwa pengetahuan ilmiah bukanlah satu-satunya pengetahuan yang harus diperhitungkan di dunia.

(54)

gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata. Jugern Habermas adalah pewaris dan pembaharu Teori Kritis. Meskipun ia sendiri tidak lagi dapat dikatakan termasuk Mazhab Frankfurt, arah penelitian Habermas justru membuat subur gaya pemikiran “Frankfurt” itu bagi filsafat dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya.

Karya-karya pemikiran Habermas dengan jelas menunjukkan adanya perbedaan epistemologis yang cukup mendasar dibanding konsepsi yang dimiliki para filsufuf Frankfurt School, walaupun tetap mempertahankan tradisi serta cirinya sebagai bagian dari teori kritis. Contohnya seperti tentang konsepsi Habermas tentang communicative rationality, dapat dinilai sebagai perpecahan epistemologi dengan philosophy of consciousness yang digunakan generasi pertama Frankfurt School, seperti Horkheimer, Adorno, atau Marcuse.

Titik tolak pemikiran J. Habermas adalah pada faham Horkheimer dan Adrono. Dalam pemikiran Habermas, Teori Kritis dirumuskan sebagai sebuah “filsafat empiris sejarah dengan maksud praktis”. Empiris dan ilmiah, tetapi tidak dikembalikan kepada ilmu-ilmu empiris-analitis; filsafat di sini berarti refleksi kritis bukan dalam arti menetapkan prinsip-prinsip dasar; historis tanpa jatuh ke dalam historisistik, kemudian praktis, dalam arti terarah pada tindakan politis emansipatoris.

(55)

nilai-nilai dari fakta-fakta sama artinya dengan mempertentangan Sein (Ada) yang murni dengan Sollen (seharusnya) yang abstrak. Di dalam pengertian mengenai kepentingan dan mengarahkan pengetahuan tercakup dua momen: pengetahuan dan kepentingan. Dari pengalaman sehari-hari diketahui, bahwa ide-ide seringkali berfungsi memberikan arah kepada tindakan-tindakan. Atau ide-ide merupakan motif pembenaran atas tindakan. Apa yang pada tingkat tertentu disebut

rasionalisasi, pada tingkat kolektif dinamakan ideology.

Habermas lebih lanjut membedakan empat taraf rasionalisasi. Pertama, rasionali-sasi membuka kemungkinan aplikasi metodologi ilmu-ilmu empiris dalam tingkah laku rasional untuk mewujudkan sasaran-sasaran. Kedua, rasionalisasi mencakup pilihan pilihan atas teknik-teknik untuk penerapan. Pertimbangan-pertimbangan teknis diterjemahkan ke dalam praksis, yaitu teknologi dan industri sistem sosial. Dalam kedua taraf ini, nilai-nilai normatif disingkirkan sebagai irrasional, tetapi untuk mengadakan pilihan teknik yang sesuai dengan rasionalitas teknologis, duperlukan teori keputusan dan di sini ada nilai implisit, yaitu: “ekonomis dan “efisiensi . ‟ ‟ Ketiga, rasionalisasi sebagai usaha-usaha untuk memenangkan kontrol atas proses-proses tertentu dengan prediksi ilmiah. Pada taraf ketiga ini, menurut Habermas, nilai-nilai bukannya disingkirkan, melainkan justru ditetapkan. Keempat, rasionalisasi mencakup penerjemahan pengambilan keputusan ke dalam mesin. Mesin akan melakukan rutinisasi keputusan atas dasar nilai-nilai seperti: efiseiensi, efektivitas, produktivitas dan seterusnya.

(56)

objektif, berarti mencapai “klaim kebenaran” (truth). Kalau ada kesepakatan tentang pelaksanaan norma-norma dalam dunia sosial, berarti mencapai “klaim ketepatan” (rightness). Kalau ada kesepakatan tentang kesesuaian antara dunia batiniah dan ekspresi seseorang, berarti mencapai “klaim autentisitas atau kejujuran” (sincerety). Akhirnya, kalau mencapai kesepakatan atas klaim-klaim di atas secara keseluruhan, berarti mencapai “klaim komprehensibilitas” (comprehensibility). Setiap komunikasi yang efektif harus mencapai klaim keempat ini, dan mereka yang mampu melakukannya disebut memiliki „ kompe-tensi komunikatif.

BAB 4

(57)

Critical Theory (Teori Kritis) bisa dikatakan sebagai teori baru dalam Hubungan Internasional. Critical Theory awalnya bukan berasal dari perspektif Hubungan Internasional, tetapi berasal dari ilmu sosial (sosiologi) yang berakar dari pemikiran Marxis. Critical Theory diawali dengan berkembangnya Frankfurt School of thought pada tahun 1920an-1930an. Tokoh – tokoh yang terkenal adalah Jurgens Habermas dan Gramsci, namun yang paling berpengaruh sebenarnya adalah Habermas. Pemikir teori – teori kritis seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno dan Herbert Marcuse lah yang menginspirasi kritik Habermas. Habermas menekankan pada sebuah kebutuhan masyarakat mengenai “teori kebenaran” di dalam dunia yang bersifat emansipasi (bebas) di segala kepentingan manusia. Ia berasumsi bahwa apa yang “benar” adalah apa yang dianggap dan disepakati benar oleh masyarakat. Teori kritis berusaha untuk membuka pemikiran baru dengan cara membandingkan atau mengkritik dengan cara pandang yang berbeda.

(58)

dan proses perumusan teori. Menurut Cox, Critical theory itu mempertanyakan adanya peraturan dunia yang dominan dengan menggunakan reflektifitas dari aturan tersebut. Menurutnya, sejarah adalah sebuah perubahan yang terjadi secara berkala atau terus – menerus dan Critical Theory disini mencoba untuk menemukan elemen apa yang secara universal bisa digunakan dalam aturan – aturan dunia.

Critical Theory ini sudah masuk dalam ranah Hubungan Internasional sejak tahun 1980an. Berkembang dan berakar dari pemikiran Marx yang berdasarkan pada emansipatoris atau pembebasan. Teori ini yang sebelumnya bukan merupakan teori yang berasal dari Hubungan Internasional dan lama kelamaan mulai dijadikan salah satu teori penting dalam Hubungan Internasional. Hal ini dikarenakan Critical Theory berani untuk mencari tahu penyebab dari gagalnya teori – teori sebelumnya dalam praktik kehidupan dunia nyata. Dalam bidang ilmu filsafat, critical theory ini dibagi menjadi dua, yang pertama adalah segala pemikiran yang mengedepankan pada emansipatoris seperti feminisme, post –kolonial dan Critical Theory menurut Frankfurt School, dengan tokohnya yang terkenal seperti Habermas dan Gramsci. Habermas lambat laun menghilangkan budaya Marxis (Cris Brown 1994) kemudian timbul pemikir – pemikir yang epistemologis, ontologis, dan aksiologis seperti Richard Ashley, Robert Cox, Andrew Linklater, dan Mark Hoffman.

Referensi

Dokumen terkait

(CD Driver ini biasanya disertakan di dalam kemasan kabel Data pada saat kita membeli kabel data tersebut. Jika tidak ada, anda masih bisa mencari dan mendownload Driver

[r]

Menuurut pamuji (2014), menyatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah

Rencana Strategis tahun 2015-2019 disusun untuk memenuhi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang sekaligus sebagai dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan

Contoh virus batch sederhana ini telah dibuat dan diujikan ke dalam sistem operasi Windows, ternyata bisa dikatakan cukup berhasil, dan yang menjadi sasaran penyerangan sebagian

A range of RPM scales is available and all models feature dual voltage connection..

Jadi, Pengendalian Internal merupakan suatu proses mencapai tujuan, serta pengendalian internal dilakukan oleh setiap jenjang di organisasi yang mencakup komisaris,

Pada layar update akan ditampilkan data dari promo yang akan di-update dalam. bentuk form yang dapat