• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biokomposit Serat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Otomotif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Biokomposit Serat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Otomotif"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Biokomposit Serat Kelapa Sawit Sebagai Bahan Otomotif

Siti Agustina

1a)

1Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementerian Perindustrian RI

a)Corresponding author:tinaratujaya @yahoo.com

ABSTRAK

Serat kelapa sawit merupakan hasil samping industri kelapa sawit. Bahan ini dapat digunakan untuk pembuatan biokomposit. Biokomposit serat kelapa sawit dapat digunakan untuk bahan otomotif, elektronik dan bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan biokomposit serat kelapa sawit untuk bahan otomotif. Metode penelitian adalah: Serat dikecilkan ukuran menjadi 50 mesh, selanjutnya direndam di larutan NaOH 10% selama 24 jam. kemudian ,dikeringkan. Serat kelapa sawit dicampur dengan polipropilene, CaCO3 dan gliserin,

selanjutnya proses pencampuran di extruder pada suhu 190oC, kemudian dicetak. Analisa karakteristik

biokomposit serat kelapa sawit, yaitu terdiri dari:densitas, daya tekan, ketahanan tekan, tegangan tarik, regangan tarik dan morfologi permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas = 1, 0278 g/cm3, daya tekan =

3106,250 N, tegangan tarik = 33.9664 N/mm2 , regangan tarik = 8.602 %, ketahanan tekan sebesar 10, 245

N/mm2 dan morfologi permukaaan menunjukkan bahan bercampur secara homogen. Hasil karakteristik

menunjukkan bahwa biokomposit dapat digunakan sebagai bahan otomotif. Kata kunci : biokomposit, otomotif, serat kelapa sawit

Abstract

Palm oil fiber is a by products from palm oil industry. It can be used to make biocomposite. It can be used as material for automotive, electronic and building. The aim this research is to get biocomposite for automotive material. Methodology of research is: Fiber were reduced into 50 mesh, after that it were soaked in NaOH 10% for 24 hours, and then it were dried. Next, palm oil fiber were mixed with CaCO3, polypropylene and glycerin,

and then blend it with extruder in 190oC and mold it. Characteristic analysis for palm oil fiber biocomposite,

consist of: density, pressure power, durability of pressure, stress max, strain max, and surface morphology. Result shows that density = 1, 0278 g/cm3, pressure power = 3106,250 N, stress max = 33.9664 N/mm2, strain

max = 8.602 %, durability of pressure = 10, 245 N/mm2and surface morphology shows homogenously. The

characteristic shows that biocomposite can be used as automotive material. Key words : biocomposite, automotive, fiber of palm oil

PENDAHULUAN

Peningkatan produksi industri kelapa sawit, selain meningkatkan jumlah Crude Palm Oil (CPO), tetapi juga meningkatkan hasil samping, berupa limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, serat buah dan cangkang. Pada produksi 1 ton kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat sebanyak : 23% tandan kosong, 6,5% cangkang, 13% serat buah. Limbah tersebut telah dimanfaatkan, misalnya tandan kosong untuk pupuk, bahan bakar, bioetanol dan cangkang untuk karbon aktif, asap cair, bahan bakar, serta serat buah untuk media tanam, bahan bakar, komposit, pulp [1]. Dalam memenuhi kebutuhan biokomposit yang terus meningkat, dapat memanfaatkan potensi serat buah kelapa sawit sebagai bahan pembuat biokomposit. Biokomposit dapat diaplikasikan pada bidang elektronika, otomotif dan bahan bangunan.. Beberapa komponen otomotif yang potensi untuk menggunakan biokomposit adalah interior dan eksterior. Keuntungan menggunakan biokomposit

(2)

biokomposit serat sisal dan epoksi, biokomposit seratsisal, hemp, jutedanpolyurethane.Ford motor company

menggunakan biokomposit serat hemp dan PolyEthylene Terepthalat (PET) dan vinyl ester. Volkswagen

menggunakan biokompositflaxatau sisal danpolyurethane. [3].

Biokomposit terdiri dari bahan matriks, bahan penguat, bahan pengisi/aditif. Bahan yang digunakan sebagai matriks, biasanya adalah polimer thermoplastik, misalnya polypropylene (PP), polyethylene (PE),

polystyrene (PS) dan polyamides (nylon 6 dan 6.6) [2]. Bahan penguat adalah serat alam, baik berupa serat primer maupun serat sekunder. Serat primer adalah serat yang dihasilkan dari tanaman penghasil serat, diantaranya adalah : kenaf, rami, sisal, jute, hem, abaca, sedangkan serat sekunder adalah serat yang dihasilkan dari hasil samping industri, misalnya bagas tebu, tandan kosong kelapa sawit, serat kelapa, serat buah kelapa sawit. Kelebihan menggunakan serat alam adalah murah, densitas rendah, sifat mekanik baik, hemat energi dan ramah lingkungan [4]. Bahan pengisi dapat sesuai dengan karakteristik biokomposit yang dirancang, misalnya biokomposit akan bersifat antimikroba, maka bahan pengisi/ aditif yang ditambahkan adalah yang bersifat antimikroba, misalnya nano seng oksida, nano titanium oksida, nano perak [5] . Kalau biokomposit anti api , maka yang akan ditambahkan adalah NaSiO3, MgCl2, KSCN [6] . Kalau biokomposit antibakar, maka bahan

yang akan ditambahkan adalah CaCO3 [7.8].

Metode proses pembuatan biokomposit dapat dilakukan dengan proses cetakan terbuka dan cetakan tertutup. Cetakan terbuka terdiri daricontact molding/lay up, vacuum bag, pressure bag, spray up dan filament molding.Sedangkan cetakan tertutup terdiri dari :compression molding, injection molding, extrusion press[13] Metode pembuatan biokomposit yang dapat diaplikasikan pada komponen otomotif adalah : metode press molding, compressing molding, sheet molding compounding (SMC), spray high pressure, injection molding, extrusion press. Karakteristik sifat mekanik biokomposit dapat menentukan untuk aplikasi biokomposit. Biokomposit untuk kemasan akan berbeda dengan biokomposit untuk otomotif [3].

Penelitian yang telah dilakukan tentang biokomposit untuk komponen otomotif, diantaranya : Pemanfaatan serat alam sebagai penguat pada komposit dengan rasio serat dan polimer yang digunakan 10% -80% akan meningkatkan kekuatan komposit sebesar 2-5 kali tergantung jumlah serat yang digunakan [9]. Biokomposit dengan serat batang ( rami, flex, kenaf, jute dan hemp) sebagai penguat dapat diaplikasikan pada interior dan eksterior otomotif [2,10]. Serat tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai penguat pada biokomposit yang diaplikasikan untuk penyerap suara pada komponen otomotif [10]. Biokomposit dengan penguat serat kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembuat helm [12]. Biokomposit tekstil yang menggunakan serat nenas sebagai penguat dan bahan pengisi NaSiO3sebagai bahan anti api, dapat digunakan

sebagai komposit sunvisor untuk komponen otomotif [6]. Biokomposit menggunakan serat bambu betung sebagai komponen otomotif [14]. Kampas rem dapat dibuat dari serat kulit buah pinang sebagai penguat pada biokomposit [15].

Berdasarkan hasil penelitian biokomposit serat alam yang telah dilakukan. Menunjukkan bahwa prospek penggunaan serat alam untuk biokomposit sangat besar, terutama biokomposit untuk industri otomotif. Salah satu serat alam yang berpotensi untuk digunakan adalah serat buah kelapa sawit. Serat ini merupakan hasil samping dari industri kelapa sawit, sehingga kontinuitas dan kuantitasnya tetap tersedia, sesuai dengan kapasitas produksi industri kelapa sawit. Hasil penelitian [16] menunjukkan serat buah kelapa sawit berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penguat pada biokomposit. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode laminat, dengan matriks yang digunakan adalah fiber glass dan penguat serat buah kelapa sawit. Metode ini membutuhkan waktu yang lama pada proses pengeringan setelah pencetakan dan sistem manual untuk menyusun serat dalam cetakan. Dalam memanfaatkan potensi serat buah kelapa sawit dan meningkatkan kualitas biokomposit yang menggunakan serat buah kelapa sawit, maka dilakukan penelitian biokomposit untuk menunjang pengembangan industri komponen otomotif.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan biokomposit untuk bahan otomotif dengan menggunakan serat buah kelapa sawit sebagai penguat danpolypropilene (PP) sebagai matriks polimer, serta bahan pengisi adalah CaCO3dan gliserin. Biokomposit dirancang sebagai biokomposit yang aman digunakan untuk otomotif,

karena itu menggunakan bahan anti bakar CaCO3sebagai bahan pengisi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

menghasilkan biokomposit yang ramah lingkungan untuk industri otomotif, meningkatkan nilai tambah serat buah kelapa sawit dan memberikan solusi pada industri kelapa sawit untuk memanfaatkan limbah padat industri.

(3)

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan penelitian ini adalah : serat buah kelapa sawit (PTP VIII, Banten), CaCO3(PT.Brataco), polipropilen (PT.

Chandra Asri), gliserin (PT. Brataco)

Prosedur Penelitian

Persiapan Bahan

Serat dibersihkan dari benda asing yang terikut, selanjutnya pengecilan ukuran partikel menjadi ukuran 50 mesh. Kemudian direndam di larutan NaOH 10% selama 24 jam. Selanjutnya dipisahkan dan dikeringkan. Proses pembentukan biokomposit, terdiri dari: polipropilen sebagai matriks, serat buah kelapa sawit sebagai penguat, CaCO3 sebagai pengisi dan gliserin sebagai aditif . Pada formulasi pembentukan biokomposit

menggunakan 2 variabel, yaitu : Pada variabel perbandingan serat dan polypropilene terdiri 1: 30, 1: 15, 1:10, 1:07. Kemudian untuk variabel jenis serat, yaitu serat hasil pengeringan dan serat hasil penghilangan kadar lignin (lignisasi). Bahan pengisi yang digunakan CaCO3sebanyak 5 % dan glyserin sebanyak 1 %. Kemudian

bahan- bahan tersebut diproses blending menggunakan extruder dengan suhu 190oC, selanjutnya hasil blending

dicetak. Setelah dingin komposit dikeluarkan dari cetakan.

Pengujian.

Analisa karakteristik biokomposit serat kelapa sawit terdiri dari densitas, daya tekan, ketahanan tekan, tegangan tarik, regangan tarik dan morfologi. Pengujian densitas dilakukan secara eksperimental dengan metode Archimedes,yang didasarkan pada standar pengujian ASTM D792 (ASM, 2001). Pengujian tekan (compression test) dengan mengacu ASTM D695. Pengujian morfologi permukaan biokomposit menggunakan Scanning Electron Microscope(SEM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pengolahan serat buah kelapa sawit, dilakukan proses penghilangan lignin (delignisasi) yaitu proses perendaman serat menggunakan larutanNatrium hidroksida10%, selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan lignin yang terdapat dalam serat kelapa sawit serta melemaskan serat kelapa sawit. Pada penelitian ini menggunakan dua jenis serat, yaitu serat yang tidak dihilangkan ligninnya (serat hasil pengeringan) dan serat hasil proses penghilangan lignin (delignisasi). Pada proses formulasi pembuatan biokomposit sebagai variabel adalah perbandingan kandungan serat dan polipropilen, yaitu 1:30, 1:15, 1:10 dan 1:07. dan jenis serat, yaitu serat dan serat delignisasi. Agar biokomposit untuk otomotif aman, maka pada formulasi ditambahkan CaCO3 sebagai anti bakar dan gliserin untuk menghomogenkan. Dari hasil formulasi tersebut selanjutnya

dicampur dalamextruderbersuhu tinggi, sehingga akan menghasilkan biokomposit yang homogeny. Kemudian di analisa sifat mekanik biokomposit tersebut. Biokomposit serat kelapa sawit bertujuan untuk diaplikasikan sebagai bahan untuk otomotif, sehingga diperlukan karakteristik biokomposit sebagai berikut: ringan, dapat dibuat dalam bentuk sesuai dengan fungsinya, kekuatan mekaniknya baik dan campuran bahan homogen. Beberapa komponen otomotif yang dapat menggunakan biokomposit diantaranya adalah: pintu, dashboard, dudukan mesin, exterior dan interior mobil.

Densitas Biokomposit

Densitas biokomposit menunjukkan sifat berat biokomposit. Semakin tinggi densitas biokomposit, maka akan semakin berat biokomposit tersebut. Densitas merupakan banyak massa biokomposit per volume biokomposit. Biokomposit yang diaplikasikan untuk bahan yang bergerak diharapkan mempunyai nilai densitas

(4)

densitas makin tinggi dibanding dengan biokomposit yang mengandung perbandingan serat danpolyropilene

lebih kecil, akan menghasilkan densitas lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak serat yang ditambahkan dalam biokomposit, akan menghasilkan biokomposit yang lebih ringan.Ini dikarenakan densitas serat sebagai penguat lebih kecil dari densitas polypropilene sebagai matriks. Pada variabel pembentukan biokomposit menggunakan serat yang tidak dihilangkan ligninnya menghasilkan biokomposit dengan densitas lebih tinggi dibanding dengan biokomposit yang menggunakan serat dihilangkan ligninnya. Hal ini menunjukkan bahwa kadar lignin mempengaruhi densitas serat yang digunakan sebagai penguat pada biokomposit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian [17] menyatakan makin banyak serat ijuk yang ditambahkan pada biokomposit, akan mengakibatkan densitas semakin kecil dan menyebabkan biokomposit semakin ringan.

Gambar 1 : Hubungan Densitas (gr/cm³)dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)

Daya Tekan Biokomposit

Sifat mekanis biokomposit yang diperlukan untuk karakteristik biokomposit yang diaplikasikan pada produk bergerak, misalnya biokomposit untuk otomotif, kincir angin, kursi roda. Salah satu kriterianya adalah daya tekan biokomposit. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarrnya beban yang dapat diberikan pada biokomposit, sehingga biokomposit tersebut tetap baik.

Hasil penelitian tentang daya tekan biokomposit dapat dilihat pada Gambar 2. Daya tekan biokomposit menunjukkan makin tinggi perbandingan serat dan polypropilene akan menghasilkan daya tekan biokomposit makin tinggi, dibandingkan dengan daya tekan biokomposit dari perbandingan serat dan polyropilene yang rendah. Hal ini menunjukkan kekuatan daya tekan dominan pada polypropilene sebagai matriks pada biokomposit. Pada variabel pembentukan biokomposit menggunakan serat yang tidak dihilangkan ligninnya menghasilkan biokomposit dengan daya tekan lebih rendah dibanding dengan biokomposit yang menggunakan serat dihilangkan ligninnya Hal ini menunjukkan bahwa kadar lignin mempengaruhi daya tekan biokomposit pada serat yang digunakan sebagai penguat.

(5)

Gambar 2 : Hubungan Daya Tekan (N) dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)

Ketahanan Tekan Biokomposit

Sifat mekanis biokomposit yang juga diperlukan untuk karakteristik biokomposit yang diaplikasikan pada produk bergerak, adalah ketahanan tekan biokomposit. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan daya ikat antara serat sebagai penguat dan resin atau polimer sebagai matriks dalam biokomposit apabila diberi tekanan secara maksimal..

Hasil penelitian tentang ketahanan tekan biokomposit dapat dilihat pada Gambar 3. Ketahanan tekan biokomposit menunjukkan makin tinggi perbandingan serat dan polypropilene akan menghasilkan ketahanan tekan biokomposit makin tinggi, dibandingkan dengan ketahanan tekan biokomposit dari perbandingan serat dan polyropilene yang rendah. Pada variabel pembentukan biokomposit menggunakan serat yang tidak dihilangkan ligninnya menghasilkan biokomposit dengan ketahanan tekan lebih tinggi dibanding dengan biokomposit yang menggunakan serat dihilangkan ligninnya Hal ini menunjukkan bahwa kadar lignin mempengaruhi ketahanan tekan biokomposit dengan serat yang akan digunakan sebagai penguat pada biokomposit. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [18] pada ketahanan tekan biokomposit dengan bahan penguat serat rami, rotan, bambu dan pisang dengan bahan matriks epoksi..Penelitian biokomposit serat batang kedelai sebagai penguat dan formaldehyde sebagai matrik [19] serta penelitian biokomposit serat bamboo sebagai penguat dan epoksi sebagai maktriks [20].

(6)

Regangan tarik merupakan sifat mekanis biokomposit, yang juga diperlukan untuk karakteristik biokomposit yang diaplikasikan pada produk bergerak. Analisa regangan tarik biokomposit bertujuan untuk mengetahui besarnya pergeseran perubahan biokomposit apabila diberi kuat tarik secara maksimal pada biokomposit.

Hasil penelitian tentang regangan tarik biokomposit dapat dilihat pada Gambar 4. Regangan tarik biokomposit menunjukkan makin tinggi perbandingan serat dan polypropilene akan menghasilkan regangan tarik biokomposit makin tinggi, dibandingkan dengan regangan tarik biokomposit dari perbandingan serat dan

polyropileneyang rendah. Hal ini menunjukkan makin banyak serat yang ditambahkan maka regangan tariknya makin kecil. Pada variabel pembentukan biokomposit menggunakan serat yang tidak dihilangkan ligninnya menghasilkan biokomposit dengan regangan tarik lebih tinggi dibanding dengan biokomposit yang menggunakan serat dihilangkan ligninnya Hal ini menunjukkan bahwa kadar lignin mempengaruhi regangan tarik biokomposit yang dihasilkan dengan serat buah sawit sebagai penguat. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian penentuan kekuatan tarik material komposit epoxy dengan pengisi serat rockwool [21].

Gambar 4 : Hubungan Regangan Tarik (%) dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)

Tegangan Tarik Biokomposit

Tegangan tarik diperoleh dari beban maksimum yang diberikan pada luas penampang biokomposit. Tujuannya untuk mengetahui beban maksimum yang dapat diberikan biokomposit, agar biokomposit tetap baik.

Hasil penelitian tentang tegangan tarik biokomposit dapat dilihat pada Gambar 5. Tegangan tarik biokomposit menunjukkan makin tinggi perbandingan serat dan polypropilene akan menghasilkan tegangan tarik biokomposit makin tinggi, dibandingkan dengan tegangan tarik biokomposit dari perbandingan serat dan

polyropilene yang rendah. Hal ini menunjukkan makin banyak serat yang ditambahkan maka tegangan tarik makin kecil. Pada variabel pembentukan biokomposit menggunakan serat yang tidak dihilangkan ligninnya menghasilkan biokomposit dengan tegangan tarik lebih rendah dibanding dengan biokomposit yang menggunakan serat dihilangkan ligninnya Hal ini menunjukkan bahwa kadar lignin mempengaruhi tegangan tarik biokomposit yang dihasilkan dengan serat buah sawit sebagai penguat. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian uji mekanik material komposit serat pinang [22]

(7)

Gambar 5 : Hubungan Tegangan Tarik (N/mm

2

) dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)

Morfologi Permukaan Biokomposit

Analisa morfologi permukaan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), bertujuan untuk mengetahui kehomogenan pencampuran bahan dalam biokomposit. SEM dapat mengamati struktur mikro karena bekerja memanfaatka elektron dengan resolusi 0,1 - 0,2 nm. Resolusi elektron jauh lebih tinggi dibandingkan cahaya yang hanya mampu mencapai 200 nm, sehingga dengan menggunakan elektron dapat diperoleh beberapa jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi bahan ;[23].

Hasil penelitian morofologi permukaan biokomposit dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan percampuran antara serat sebagai penguat dan polypropilen sebagai matriks bercampur secara homogen dan merata serta kalsium karbonat sebagai bahan pengisi tersebar merata pada biokomposit.

(8)

Pada penelitian pembuatan biokomposit menggunakan serat kelapa sawit sebagai penguat dan polipropilene sebagai matriks serta kalsium karbonat dan glyserin sebagai bahan pengisi menghasilkan sifat mekanik biokomposit sebagai berikut : Densitas = 1, 0278 g/cm3, daya tekan = 3106,250 N, tegangan tarik =

33.9664 N/mm2 , regangan tarik = 8.602 %, ketahanan tekan sebesar 10, 245 N/mm2 dan morfologi

permukaaan menunjukkan bahan berrcampur secara homogen dan bahan pengisi merata. . Berdasarkan karakteristik diatas, menunjukkan bahwa biokomposit dapat digunakan sebagai bahan yang aman untuk otomotif.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kami ucapkan pada perusahaan kelapa sawit PTP VIII Banten, yang telah memberikan limbah padat kelapa sawit sebagai bahan untuk penelitian dan terimaksih kami juga kami ucapkan pada R & D PERTAMINA, atas diberikan waktu untuk menggunakan peralatan untuk blending polimer serta terima kasih pada semua pihak yang membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Haryanti. A, Nursamsi, Fanny.P.S, Sholiha, Putri N.P. 2014. Studi pemanfaatan limbah padat kelapa sawit. Konversi. Vol 3. No2. 20-29 Muhammad. 2013. Potensi serat batang (bast fibers) sebagai penguat biokomposit untuk aplikasi otomoti. Traksi. Vol 13. No 2. 33-51

2. Obed Akampurmuza, Paul.M. Wambua, Azzam Ahmed, Wei Li, Xiao Hong Qin. 2016. Review of application of biocomposites in the automotive industry. Polymer composites. DOI 10.0021/pc 23847. Wiley online library (wiley inlibrary.com.@2016) society of plastics engineering.

3. N. Ramli, N Mazlan, Y Ando, Z Leman, K Abdan, A.A.Aziz and N.A.Sairy. 2017. Natural fiber for green technology in automotive industry. A brief review. IOP Conf series :Material Science and Engineering 368. 012012. Doi : 10.10.88/1757-899x/368/1/2012.

4. Agustina S, Indrati NS, Suprihatin, Rochman NT. 2015. The effect of nano zinc oxide for characteristic bionanocomposite. Proceeding international conference on adaptive and intelligent agroindustry. IPB. Bogor.

5. Rifaida Eriningsih, Theresia Mutia, Hermawan Yudanisastra. 2011. Komposit survisor tahan api dari bahan baku serat nenas. Jurnal riset industry. Vol V. No 2. 181-203.

6. Apriliani.N.F. 2016. Studi literature PRC ( precipitated calcium carbonat) untuk aplikasi bidang teknik. Jurnal teknika. Vo; 8. No. 1. ISSN no 2085- 0859. 777-780

7. Kasmudjiastuti. E dan Yuniarti A. 2011. Pengaruh filler PCC ( precipitated calcium carbonat) terhadap sifat mekanik, elektrik, termal dan morfologi komposit HDPE. Majalah kulit,karet dan plastic.Vo; 27. No 1. 34-42

8. Subyakto dan Mohammad Gopur. 2009. Tinjauan penelitian terkini tentang pemanfaatan komposisi serat alam untuk komponen otomotif. J. Tro[ical wood science & technology. Vol 7. No. 2. 92-97.

9. Mardiyati, .Nurdesri Syahputri,.Stevan, R.Suratman . 2017. Sifat tarik dan sifat impak komposit polipropilene high impact berpenguat serat rami acak yang dibuat dengan metode injection molding. Mesin. Vol. 26. No1. 8-16.

10. Rahmasia M.E, Farid.M dan Ardyamanta Hosta. 2017. Analisa morfologi serat tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan penguat komposit absorpsi suara. Jurnal teknik ITS. Vol 6. No2. 2337-3520.

11. Muhammad Amin, R Samsudi. 2010. Pemanfaatan limbah serat sabut kelapa sebagai bahan pembuat helm pengendara kendaraan roda dua. Prosiding seminar nasional UNIMUS. 2010. ISBN 078.979.704.883.9. 12. R. Hari Setyanto. 2012. Review : telnik manufaktur komposit hijau dan aplikasinya. Performa. Vil 11. No

1. 9-18

13. Hidayat Ade, Farid M, Wibisono Toto. 2017. Karakterisasi morfologi sifat akustik dan sifat fisik komposit po;ypropilene berpenguat serat Dendrocalamus asper untuk otomotif. Jurnal teknik ITS. Vol 6 no 2. ISSN 2337- 3539.

(9)

14. Aminur, Muhammad Hasbi, Yuspian Dunamawan, 2015. Proses pembuatan biokomposir polimer serat batang kedelai untuk aplikasi kampas rem. Jurnal FT UMJ. ac.id/index.php/ semnastek.

15. Hutabarat.U.J. 2014. Sifat mekanik komposit fibreglass dengan penguat serat sabut buh kelapa sawit berorientasi presentasi jumlah serat secara random. Jurnal poliprofesi. Vol VIII no.2. ISSN : 1979 - 9241. 18-27.

16. Untoro Budi surino, Sukoco. 2016. Analisis sifat fisik dan mekanis serat ijuk dengan bahan matriks polyester. Prosiding seminar nasional XI : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasio. Sekolah Toinggi Teknologi nasional Yogjakarta. 218-303.

17. Agustinus Purna Irawan, I wayan Sukari.2015. Kekuatan tekan komposit serat limbah pisang dengan matriks epoksi sebagai bahan socket prosthesis. Prosiding KNEP VI : ISSN 2338-414x. 201-295.

18. Nasmi Herlina Sri, Sumarep, Azizul Ahyaroni. 2013. Analisis sifat kekuatan tekan dan foto mikro komposit urea formaldehyde diperkuat serat batang kedelai. Jurnal energy dan manufaktur. Vo; 6. No 1. 87-94.

19. Dian Wahid Hernawan, Masturi dan Ian Yulianti. 2015. Ketahan tekan komposit dari resin epoksi berpenguat serat bamboo. Jurnal Fisika. Vol 13. No 1; 31-35.

20. Nurdiana, Zulkifli, Nutya Vanosa. 2013. Penentuan kekuatan tarik material komposit epoxy dengan pengisi serat rockwool secara eksperiment. Jurnal Dinamis. Vol 1. No 13. ISSN 0216 – 1492. 52-59. 21. Pathul Hafiz, Aris Dayan, Prapti Sedijani. 2018. Uji mekanik material komposit serat pisang. Jurnal

penelitian pendidikan IPA. ISSN : 2460-2385/ISSN : 2407-795x. 1-10.

22. Sujatno.A, Selan,R,Badriyana, dan Dimyati .A. 2015. Studi scanning electron microscopy (SEM) untuk karakterisasi proses oxidasi pada zirconium. Jurnal Forum Nuklir (JFN) vol 9. N0o 2. 44-50

Gambar

Gambar 1 : Hubungan Densitas (gr/cm³)dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)
Gambar 4 : Hubungan Regangan Tarik (%) dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)
Gambar 5 : Hubungan Tegangan Tarik (N/mm 2 ) dengan Perbandingan Serat dan Polipropilene (%)

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori dasar, rumusan dan konsep yang melatar belakangi perencanaan ini yang nantinya digunakan dalam perhitungan elemen mesin yaitu,

Pada tanaman manggis yang berumur kurang dari 30 tahun pemberian cycocel sebanyak 4.500 mg/L dapat meningkatkan jumlah dan bobot buah yang tidak bergetah kuning

Kontrak yang diperpanjang pada investasi bersih beresiko dalam entitas asing dimana fungsi mata uangnya adalah dollar AS yang diidentifikasi / dicatat sebagai spekulasi.Hal

Politeknik Elektronik Negeri Surabaya 005018 PROTON 4 Politeknik Manufaktur Bandung 005001 RUPANTAMA 2 Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 005028 TE-PAK 1. Politeknik

HUMMER H2 Tahun 2008 Warna Hitam, Body Mulus, Terawat, Pajak Panjang, Siap Pakai.. W Hitam Mulus Mesin Halus

$!#p %K&L$' $!#p %K&L$' KELAS ( KELAS ( SEMESTER II SEMESTER II SMK MUHAMMADIYAH SINGKUT SMK MUHAMMADIYAH SINGKUT

Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi berupa modul praktikum yang dicetak untuk materi optik geometris kelas X semester 2 untuk kurikulum

Nanahnyotorahwono.blogspot pengobatan gonore sipilis pengobatan kemaluan keluar cairan nanahKami tawarkan pengobatan herbal ampuh yang sudah terbukti mampu