• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5.1.3 Klasifikasi Penutupan Lahan

Klasifikasi data Citra Landsat dilakukan untuk pengelompokan penutupan lahan pada tahun 2004. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing

(Supervised Classification). Sebelum melakukan proses klasifikasi terbimbing

(Supervised Classification), terlebih dahulu dibuat Training Areanya (Signature) kemudian dideliniasi dengan menggunakan AOI tools sampel-sampel wilayah tiap kategori kelas yang akan diklasifikasi. Dari hasil klasifikasi diperoleh pembagian kelas dan luas areal. Klasifikasi penutupan lahan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Klasifikasi Penutupan Lahan (hektar) Kecamatan

Hutan Perkebunan Permukiman Semak Rumput Lahan

Terbuka Air Pekanbaru Kota 0 0,353 249,202 0 0 25,740 0 Senapelan 0 3,173 175,332 0 0 56,328 3,085 Limapuluh 0.529 48,747 345,992 0,970 0 109,131 34,996 Sukajadi 0,353 1,499 476,103 0 0 53,155 0 Sail 3,438 25,123 234,746 0,088 0 90,443 0,353 Rumbai 2.279,492 7.115,182 259,163 160,523 41,783 8.450,755 586,820 Bukit Raya 2.572,594 15.724,167 1.142,258 431,146 201,160 11.261,884 320,605 Tampan 407,698 2.689,482 622,874 23,536 19,305 6.966,824 9,873 Total 5.264,103 25.607,725 3.505,670 616,262 262,249 27.014,260 955,731 Sumber : Hasil Analisis

Luas total penutupan lahan berjumlah 63.226 hektar. Penutupan lahan dikelaskan menjadi tujuh kelas yaitu :

1. Hutan, polanya dengan bentuk bergerombol diantara semak dan permukiman, ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan tekstur relatif kasar dengan luas berdasarkan klasifikasi adalah sekitar 5.264,103 hektar.

2. Perkebunan, memiliki karakter bentuk dan pola bergerombol hingga menyebar terletak diantara hutan dan lahan-lahan terbuka, terkadang bercampur dengan kawasan permukiman, mempunyai luas sekitar 25.607,725 hektar.

3. Pemukiman, memiliki tekstur halus sampai kasar, warna magenta, ungu kemerahan, pola di sekitar jalan utama, luas sekitar 3.505,670 hektar.

4. Semak, tekstur yang relatif lebih halus daripada hutan lebat, berwarna hijau agak terang dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara perkebunan dan ada juga yang berbentuk spot dengan luas sekitar 616,262 hektar.

(2)

perkebunan dan menyebar berbentuk spot dengan luas sekitar 262,249 hektar. 6. Lahan terbuka mempunyai bentuk dan pola yang menyebar di antara hutan,

pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga merah jambu dengan tekstur halus dengan luas sekitar 27.014,260 hektar.

7. Tubuh air berwarna biru, untuk sungai dengan bentuk yang berkelok-kelok

(meander), danau dengan bentuk mengumpul dan relatif besar,

genangan-genangan air berbentuk spot dengan luas sekitar 955,731 hektar.

Persentase masing-masing kelas penutupan lahan untuk Kota Pekanbaru disajikan pada Gambar 15.

42.73% 1.51% 8.33% 40.50% 0.97% 5.54% 0.41%

Hutan Perkebunan Permukiman Semak Rumput Lahan Terbuka Air

Gambar 15. Persentase Kelas Penutupan Lahan Tahun 2004 di Kota Pekanbaru

Kawasan yang mempunyai banyak vegetasi terdapat pada daerah yang mempunyai sedikit permukiman. Keberadaan vegetasi dimungkinkan karena perkembangan kota masih memusat pada kawasan yang berada pada pusat kota. Daerah pemukiman terdapat pada pusat aktifitas kota dengan bentuk bergerombol. Pemukiman pada kecamatan lain yang berbatasan dengan kecamatan di pusat kota, polanya mengikuti bentuk pemukiman yang ada pada pusat kota yaitu bergerombol dan menyebar pada kawasan yang lainnya. Penutupan lahan yang diperoleh dari analisis citra di Kota Pekanbaru pada tahun 2004 di masing-masing kecamatan disajikan pada Gambar 16.

(3)
(4)

terdapat 953 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 18 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 30 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 7 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas hutan 323 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 2 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 16 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 57 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas permukiman 1 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 3 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 340 piksel masuk ke dalam kelas lahan terbuka, dan 14 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas lahan terbuka 249 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 47 piksel masuk ke dalam kelas hutan, 402 piksel masuk ke dalam kelas permukiman, 1 piksel masuk ke dalam kelas semak, dan 34 piksel masuk ke dalam kelas air. Anggota kelas rumput 65 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 1 piksel ke dalam kelas permukiman, 13 piksel ke dalam kelas lahan terbuka, dan 3 piksel ke dalam kelas semak. Anggota kelas semak 3 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 1 piksel ke dalam kelas permukiman, 15 piksel ke dalam kelas lahan terbuka, dan 3 piksel ke dalam kelas rumput. Anggota kelas air 1 piksel masuk ke dalam kelas perkebunan, 16 piksel ke dalam kelas hutan, 2 piksel ke dalam kelas permukiman, dan 5 piksel ke dalam kelas lahan terbuka. Nilai persentase untuk akurasi klasifikasi disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Matrik Kesalahan

Classified

Data Perkebunan Hutan Permukiman Lahan Terbuka Rumput Semak Air Row Total Producer's accuracy

Perkebunan 28.327 953 18 30 0 0 7 29.335 96,56 Hutan 323 9.976 2 16 0 0 57 10.374 96,16 Permukiman 1 3 12.296 340 0 0 14 12.654 97,17 Lahan Terb 249 47 402 10.790 0 1 34 11.523 93,64 Rumput 65 0 1 13 380 3 0 462 82,25 Semak 3 0 1 15 3 115 0 137 83,94 Air 1 16 2 5 0 0 3.056 3.080 99,22 Column Total 28.969 10.995 12.722 11.209 383 119 3.168 67.565 User's accuracy 97,78 90,73 96,65 96,26 99,22 96,64 96,46 Over all accuracy : 96,11 Sumber: Hasil Analisis

(5)

Hasil perhitungan akurasi menunjukkan bahwa overall accuracy sebesar 96,11 %. Nilai kappa accuracy yang diperoleh sebesar 94,63 %. Nilai akurasi di atas 85% berarti hasil klasifikasi dapat diterima dengan tingkat kesalahan kurang atau sama dengan 15%. Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS) telah memberikan syarat untuk tingkat ketelitian/akurasi sebagai kriteria utama bagi sistem klasifikasi penutupan lahan yang disusun. Tingkat ketelitian klasifikasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%.

5.2 Analisis Serapan Karbon Dioksida

Penghitungan perkiraan serapan karbon dioksida dilakukan melalui pendekatan dengan proses klasifikasi Citra Landsat TM untuk mendapatkan sebaran dan luas areal yang bervegetasi pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru. Kecukupan vegetasi untuk menyerap emisi karbon dioksida dari kebutuhan energi akan didapatkan berdasarkan hasil sebaran emisi karbon dioksida untuk masing-masing kecamatan. Serapan karbon dioksida yang ada dalam bentuk vegetasi akan dihitung pada analisis kesesuaian antara serapan dan emisi karbon dioksida. Nilai-nilai luas kelas vegetasi yang telah diklasifikasi disajikan pada Tabel 11, dengan menggunakan data-data sekunder yaitu kemampuan serapan berdasarkan kelas vegetasi maka dapat diketahui kemampuan exsisting condition vegetasi untuk menyerap karbon dioksida.

Nilai serapan karbon dioksida yang dianalisis merupakan keadaan vegetasi saat ini yang dianalisis dari Citra Landsat. Nilai ini perlu diketahui untuk melihat berapa perbedaan sebaran dan luas vegetasi berdasarkan Citra serta jumlah dan sebaran vegetasi berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Pekanbaru tahun 2004.

Kemampuan vegetasi untuk menyerap karbon dioksida menurut Iverson, et al. 1993 yaitu untuk vegetasi rumput 3,2976 ton karbon dioksida/ha/tahun, semak belukar 3,2976 ton karbon dioksida/ha/tahun, perkebunan 52,3952 ton karbondioksida/ha/tahun, dan hutan 58,2576 ton karbondioksida/ha/tahun. Pendekatan perkiraan serapan karbon dioksida menggunakan studi literatur sehingga akan diperoleh nilai serapan vegetasi untuk masing-masing kecamatan

(6)

Berdasarkan data pada Tabel 13, perkiraan serapan karbon dioksida oleh vegetasi terbesar terdapat pada Kecamatan Bukit Raya yaitu sekitar 975.829,119 ton karbon dioksida. Serapan terbesar di Kecamatan Bukit Raya disebabkan jumlah areal bervegetasi di Kecamatan ini masih banyak yaitu dengan luas 18.929,067 hektar dengan perincian 2.572,594 hektar untuk hutan, 15.724,167 hektar untuk perkebunan 431,146 hektar untuk semak dan 201,160 hektar untuk rumput. Secara administratif, Kecamatan Bukit Raya merupakan kecamatan yang paling luas di Kota Pekanbaru yaitu 29.908 hektar. Aktifitas kegiatan masyarakat juga masih terfokus pada pusat kota, sehingga kawasan hijau masih dapat terjaga meskipun untuk perkembangan kota selanjutnya kawasan hijau tersebut dapat dikonversi menjadi kawasan lain.

Tabel 13. Serapan Karbon Dioksida dengan Tipe Vegetasi

Serapan CO2 Dengan Tipe Vegetasi (Ton)/Tahun

Kecamatan

Hutan Perkebunan Semak Rumput Total

Pekanbaru Kota 0 18.496 0 0 18.496 Senapelan 0 166.250 0 0 166.250 Limapuluh 30.818 2,554.109 3.199 0 2,588.126 Sukajadi 20.565 78.540 0.000 0 99.105 Sail 200.290 1,316.325 0.290 0 1,516.904 Rumbai 132,797.733 372,801.384 529.341 137.784 506,266.241 Bukit Raya 149,873.152 823,870.875 1,421.747 663.345 975,829.119 Tampan 23,751.507 140,915.947 77.612 63.660 164,808.727 Total 306,674.065 1,341,721.925 2,032.189 864.789 1,651,292.968

Sumber: Hasil Analisis

Perkiraan total karbon dioksida yang dapat diserap adalah sebesar 1.651.292,968 ton. Serapan karbon dioksida yang mampu dilakukan oleh vegetasi di masing-masing kecamatan secara berurutan adalah Kecamatan Bukit Raya dengan perkiraan total serapan vegetasi sebesar 975.829,119 ton karbon dioksida. Kecamatan Rumbai dengan perkiraan total serapan vegetasi sebesar 506,266.241 ton karbon dioksida, Kecamatan Tampan dengan perkiraan serapan sebesar 164,808.727 ton karbon dioksida, Kecamatan Limapuluh dengan perkiraan serapan sebesar 2,588.126 ton karbon dioksida, Kecamatan Sail dengan perkiraan serapan sebesar 1,516.904 ton karbon dioksida, Kecamatan Senapelan dengan

(7)

perkiraan serapan sebesar 166.250 ton karbon dioksida, Kecamatan Sukajadi dengan perkiraan serapan sebesar 99.105 ton karbon dioksida, dan Kecamatan Pekanbaru Kota dengan perkiraan serapan sebesar 18.496 ton karbon dioksida.

Perkiraan jumlah total karbon dioksida yang dapat diserap dengan tipe vegetasi berdasarkan exsisting condition vegetasi adalah sekitar 1.651.292,968 ton. Lima kecamatan yang berada pada pusat kota mempunyai perkiraan serapan sangat kecil. Luas kecamatan juga lebih kecil sehingga sulit mendapatkan ruang tempat tumbuhnya vegetasi. Sebagian besar vegetasi yang ada merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami. Bentuknya yaitu pepohonan dalam kesatuan ekosistem hutan, pembukaan hutan yang menjadi areal perkebunan dan semak belukar dan rumput. Grafik perkiraan serapan emisi karbon dioksida disajikan pada Gambar 17. 0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 T o n C O 2 Pekanb aru Ko ta

Senap elan Limap uluh Sukajad i Sail Rumb ai Bukit Raya Tamp an

Hutan Perkebunan Semak Rumput

Gambar 17. Grafik Serapan Emisi Karbon Dioksida Oleh Vegetasi

5.3 Analisis Emisi Karbon Dioksida

Emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari kebutuhan energi (listrik, minyak tanah, premium, dan solar) di Kota Pekanbaru diperoleh dengan perhitungan tabulasi data yang menggunakan data-data konsumsi. Data yang diperlukan diperoleh dari PT. PLN (Persero) Wilayah Riau Cabang Pekanbaru dan PT. Pertamina (Persero) Cabang Pemasaran Pekanbaru, dengan acuan data-data sekunder yang disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 mengenai faktor emisi.

Gambar

Tabel 11. Klasifikasi  Penutupan  Lahan  Data  Citra  Landsat  7  ETM,  Maret 2004
Tabel 12. Matrik Kesalahan
Tabel 13. Serapan Karbon Dioksida dengan Tipe Vegetasi
Gambar 17. Grafik Serapan Emisi Karbon Dioksida Oleh Vegetasi 5.3 Analisis Emisi Karbon Dioksida

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hasil analisis, hasil analisis model aktansial dalam penelitian ini adalah adanya upaya Mata Najwa untuk mendapatkan informasi mengenai kasus

memberikan pengaruh yang sangat nyata pada parameter penambahan panjang axis embrio dan panjang plumula, tetapi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada parameter

Peningkatan Indeks keanekaragaman hayati untuk varietas tanaman bawah dan semai di area budidaya Toga Gunung puntang belum dapat diketahui karena progra ini baru berjalan

9 10 11 12 13 14 15 16 17 PEMANFAATAN PEKARANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA JML. PENYULUHAN WARUNG

2* Perencanaan agregat adalah jangka menengah untuk jangka waktu dua tahun ke depan digunakan dalam semua kerangka kerja rencana jangka  panjang* 'eberapa jauh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maeda (2004), salah satu bakteri agen biokontrol diterapkan pada pemeliharaan larva kepiting (Portunus trituberculatus) dan hasilnya

Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan molecular docking andrografolid dari sambiloto terhadap protein memicu kanker kolon

Siswa mampu menyebutkan contoh bahan-bahan kimia buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet dan  penyedap yang terdapat dalam bahan