Tim Penyusun:
Sri Nuryanti
Mouliza K Donna Sweinstani
Sutan Sorik
Editor:
Mouliza K Donna Sweinstani
Policy Brief
Pusat Penelitian Politik
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Jakarta, 2020
Policy Brief
Polemik Penyelenggaraan
Pilkada Serentak
di Masa Pandemi Covid-19
Tim Penyusun:
Sri Nuryanti
Mouliza K Donna Sweinstani Sutan Sorik
Editor:
Mouliza K Donna Sweinstani
Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P - LIPI) Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XI dan III
Jl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIA Tlp./fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI
ISBN: 978-602-5991-49-3
Desain Cover dan Isi: Anggih Tangkas Wibowo iv + 4 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, 2020 © Pusat Penelitian Politik - LIPI, 2020
Policy Brief
Polemik Penyelenggaraan Pilkada Serentak
di Masa Pandemi Covid-19
Tim Penyusun:
Sri Nuryanti
Mouliza K Donna Sweinstani Sutan Sorik
Editor:
1
Policy Brief - Polemik Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19
A.
PRO KONTRA WAKTU
PENYELENGGARAAN
PILKADA
C
ovid-19 yang dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi global secara tidak langsung berdampak pada situasi politik di beberapa negara, termasuk Indonesia, yang salah satu dampaknya dapat dilihat dari penundaan bahkan pembatalan pemilihan umum. Di Indonesia, penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020 yang akan diikuti oleh 270 Daerah yang semula dijadwalkan pada 23 September 2020 mau tidak mau harus dijadwalkan ulang melalui serangkaian proses konsolidasi politik antara lembaga eksekutif, legislatif, dan penyelenggara pemilu. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar pada 27 Maret 2020, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) menyampaikan tiga opsi penyelenggaraan Pilkada Serentak yaitu pada tanggal 9 Desember 2020, tanggal 17 Maret 2021, dan tanggal 29 September 2021. Pada kesempatan lain, DPR, KPU, Bawaslu, dan Mendagri akhirnya mengerucutkan pilihan alternatif jadwal penyelenggaraan Pilkada 2020 pada opsi pertama, yaitu 9 Desember 2020. Keputusan tersebut lantas ditindaklanjuti pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 2 Tahun 2020 yang mengakomodirperubahan jadwal penyelenggaraan Pilkada 2020 sesuai dengan kesepakatan tersebut. Hingga RDP terakhir digelar pada 27 Mei 2020, Komisi II DPR RI, KPU, Bawaslu, dan Mendagri konsisten tidak melakukan perubahan pada opsi yang telah disepakati sebelumnya.
Keputusan untuk menyelenggarakan Pilkada Serentak pada 9 Desember 2020 di atas pada akhirnya menuai polemik. Sebagian pihak menyetujui dengan berbagai alasan, salah satunya adalah untuk menjaga demokrasi dan keberlangsungan tata pemerintahan di daerah. Alasan ini didasari oleh argumen untuk menghindari ketidakpastian kepemimpinan daerah yang dapat berakibat pada terkendalanya pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Namun, banyak juga yang tidak menyetujui dengan berbagai alasan, seperti alasan kesehatan dan keselamatan penyelenggara, peserta, dan pemilih yang harus lebih diperhatikan; kualitas demokrasi; dan hal-hal lain menyangkut teknis penyelenggaraan Pilkada Serentak di tengah pandemi Covid-19.
B. TANTANGAN
PENYELENG-GARAAN PILKADA DI
TENGAH PANDEMI
Keputusan tetap menyelenggaraan Pilkada serentak di tengah belum surutnya gelombang pandemi Covid-19 memunculkan kerisauan banyak pihak,
Policy Brief
POLEMIK PENYELENGGARAAN PILKADA SERENTAK
DI MASA PANDEMI COVID-19
Policy Brief - Polemik Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19
2
baik pemerintah, DPR, penyelenggara, pengamat maupun masyarakat pada umumnya. Beragam kerisauan tersebut dapat dilatar belakangi oleh beberapa potensi permasalahan baru yang dapat muncul jika Pilkada tetap dilaksanakan di tengah masa pandemi. Berikut empat permasalahan utama yang dapat menjadi tantangan penyelenggaraan Pilkada di tengah pandemi Covid-19:
2.1. Kesehatan dan keselamatan Penyelenggara, peserta dan pemilih.
Sekalipun gugus tugas penanganan Covid-19 telah memberikan rekomendasi dan memperbolehkan Pilkada Serentak diadakan sepanjang memberlakukan protokol kesehatan yang ketat, masalah kesehatan dan keselamatan penyelenggara, peserta dan pemilih tetap menjadi perhatian utama dalam penyelenggaraan Pilkada Serentak tanggal 9 Desember 2020. Dari segi penyelenggaraan, antisipasi berupa penambahan anggaran yang telah disetujui sejumlah 4,7 Milyar untuk pemenuhan alat kebutuhan pemilihan dengan standar protokol kesehatan yang ketat memang telah disanggupi oleh pemerintah. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kekhawatiran ketika Pilkada tetap dilaksanakan pada tahun 2020 masih dirasakan oleh beberapa pihak termasuk masyarakat sendiri. Salah satu alasan mengapa kekhawatiran tersebut adalah penyelenggaraan Pilkada yang dapat berpotensi
menjadi cluster Covid-19 baru. Oleh karena itu sudah menjadi hal wajar jika aspek kesehatan dan keselamatan harus menjadi perhatian utama pemerintah dalam penyelenggaraan Pilkada di masa pandemi.
2.2. Format Pilkada Aman Covid dan Kepercayaan Publik
Dalam merespon tantangan ini, KPU telah menyiapkan SOP penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020 dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan baik yang berkaitan dengan jadwal, program, maupun tahapan. Penyelenggara pemilu perlu untuk memastikan seluruh persiapan dan tahapan penyelenggaraan Pilkada di tengah pandemi ini dengan matang. Hal ini dikarenakan kualitas penyelenggaraan Pilkada erat kaitannya dengan kualitas dan kapasitas penyelenggara pemilu itu sendiri. Kepercayaan publik akan menjadi ujian berat bagi penyelanggara mengingat pada Pemilu 2019, akibat besarnya beban kerja penyelenggara, banyak di antara mereka yang gugur. Pertimbangan risiko dalam penyelenggaraan pemilu yang demikian menjadi salah satu indikator kepercayaan masyarakat pada penyelenggara. Oleh karena itu, jika penyelenggara mampu menjaga kualitas penyelenggaraan Pilkada dengan tetap demokratis, aman, dan bisa menjamin kesehatan serta keselamatan seluruh pihak meskipun di tengah pandemi,
3
Policy Brief - Polemik Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19
penambahan anggaran dan penyesuaian jadwal, program dan tahapan yang menyesuaikan protokol kesehatan, juga harus didukung oleh pemerintah dan para pihak pengambil kebijakan agar tidak terjadi deviasi yang merusak implementasi demokrasi itu sendiri.
2.4. Isu Anggaran dan permasalahan teknis lainnya
Penambahan anggaran penyeleng-garaan Pilkada Serentak sejumlah 4,7 M membuat Pilkada menjadi pemilu berbiaya mahal karena pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) dan alat bantu pemilihan di TPS yang harus memenuhi standar aman Covid 19. Meskipun anggaran ini sudah disetujui, pada praktiknya hingga Juli 2020 di mana tahapan Pilkada Serentak sudah dimulai kembali sejak 15 Juni 2020, baru sebagian dari anggaran di atas yang sudah didistribusikan ke daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada. Apabila pencairan dan pendistribusian anggaran ini lambat, dikhawatirkan akan mengganggu rangkaian tahapan Pilkada Serentak. Oleh sebab itu, perlu kerjasama pihak terkait agar penambahan anggaran Pilkada Serentak segera dapat dicairkan dan didistribusikan. Pengawasan yang ketat atas anggaran tersebut juga perlu dilakukan agar anggaran tersebut keluar tidak disalahgunakan oleh pihak manapun.
kepercayaan publik terhadap penyelenggara juga dapat tetap terjaga. Kepercayaan masyarakat harus diupayakan sedemikian rupa sehingga masyarakat tetap percaya pada proses penyelenggaraan pilkada, pada penyelenggara yang profesional, termasuk pada calon kepala daerah yang memiliki kualitas dan integritas serta daya inovasi yang tinggi.
2.3. Kualitas Demokrasi Daerah
Apabila Pilkada Serentak tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020, potensi penurunan kualitas demokrasi di daerah, baik yang berkaitan dengan partisipasi pemilih, pelanggaran pemilu, maupun konsekuensi teknis lainnya perlu diperhatikan dan diantisipasi. Pertama, partisipasi pemilih mungkin akan menurun sebagai akibat dari kekhawatiran menyebarnya pandemi COVID 19. Kedua, penyelenggara pemilu juga perlu mengantisipasi munculnya modus potensi pelanggaran baru yang mungkin saja memanfaatkan dalih solidaritas sosial maupun alasan lain yang menyelewengkan agenda demokrasi. Misalnya, beberapa oknum yang justru memanfaatkan situasi pandemi ini untuk mendulang suara melalui politik transaksional melalui pemberian bantuan kemanusiaan akibat pandemi Covid-19. Terakhir, konsekuensi teknis sebagai akibat yang menyertai penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020 seperti
Policy Brief - Polemik Penyelenggaraan Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19
4
C. REKOMENDASI
Sebagai jalan keluar atas polemik penyelenggaraan Pilkada di tengah masa pandemi ini, maka tim P2 Politik LIPI merekomendasikan beberapa hal, yaitu:
1. Pentingnya format penyeleng-garaan Pilkada Serentak yang aman Covid. Dengan demikian seluruh tahapan dan proses penyelenggaraannya harus mempertimbangan kesehatan dan keselamatan penyelenggara, peserta dan pemilih.
2. Untuk mengantisipasi kualitas demokrasi, potensi penurunan partisipasi pemilih, dan potensi pelanggaran pemilu model baru, penyelenggara harus dapat melakukan sosialisasi jadwal, program, dan tahapan secara massif dan tepat sasaran dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan pada setiap tahapannya. 3. KPU harus mengembangkan
tatacara baru yang aman Covid-19 dan mengantisipasinya dengan analisis resiko yang cermat dan tepat.
4. Melakukan antisipasi terukur dengan membentuk gugus tugas Pilkada Serentak yang melibatkan berbagai elemen terkait baik dari unsur pemerintah, ahli kepemiluan, akademisi dan pegiat kepemiluan untuk bersama-sama mengawal penyelenggaraan Pilkada Serentak.
5. Posisi penanggungjawab utama dalam pengalokasian tambahan anggaran dana selama Pilkada Serentak berlangsung berada pada Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan tambahan dana sesuai kemampuan daerah masing-masing.
6. Menjajagi penggunaan teknologi informasi dalam pemilu, misalnya penerapan e-recap hingga kemungkinan penerapan e-voting.
Policy Brief ini diolah dari buah pemikiran peneliti P2P LIPI bidang kepemiluan dan partai politik, webinar dengan narasumber Arief Budiman, S.S., S.IP., MA (Ketua KPU RI), Dr. H. Ahmad Doli Kurnia Tandjung (Ketua Komisi II DPR RI), H. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP (Gubernur Jawa Tengah), H. Moch Nurhasim, S.IP., M.Si (Peneliti P2P LIPI), dan Titi Anggraeni, S.H.,MH (Direktur Eksekutif Perludem), serta sumber-sumber lain yang relevan.
Pusat Penelitian Politik (P2 Politik) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XI
Jl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIA Tlp. / fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI
Diterbitkan oleh:
Policy Brief