• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fitoremediasi Logam Berat Menggunakan Berbagai Jenis Tanaman Sayuran Pada Tanah Mengandung Lumpur Kering Limbah Domestik Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fitoremediasi Logam Berat Menggunakan Berbagai Jenis Tanaman Sayuran Pada Tanah Mengandung Lumpur Kering Limbah Domestik Kota Medan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Fitoremediasi Logam Berat Menggunakan Berbagai Jenis

Tanaman Sayuran Pada Tanah Mengandung Lumpur Kering

Limbah Domestik Kota Medan

Ferisman Tindaon, Susanna Tabah Trina Sumihar dan Benika Naibaho

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen

Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234, Sumatra, Indonesia E-ma

ABSTRAK

Penggunaan lumpur kering yang berasal dari limbah domestik galian parit dan drainase dikota Medan sering dimanfaatkan sebagai sumber organik dianggap menguntungkan dan mengandung nutrisi tanaman. Namum lumpur domestik ini mengandung logam berat (Pb), tembaga (Cu) yang dalam jumlah yang berlebih dapat terakumulasi dan mengkontaminasi bagian tanaman sayuran yang di konsumsi. Penelitian awal dalam pot dilakukan untuk identifikasi kemampuan fitoremediasi logam-logam berat oleh berbagai jenis tanaman sayuran dari lumpur kering domestik di kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tumbuhan sayuran (jumlah tumbuhan dan biomassa) terhadap tingkat penurunan konsentrasi Pb dan Cu yang terdapat di dalam limbah lumpur. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 x 4 yang terdiri dari faktor jenis tanaman sayuran 3 (tiga) jenis tanaman yaitu kangkung darat (Ipomea reptans Poir), sawi (Brassica juncea dan bayam (Amaranthus tricolor L.)) dan faktor jenis media tumbuh yaitu tanah kontrol, tanah dicampur pupuk kandang dan limbah lumpur yang masing-masing diberi penambahan logam berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada lumpur limbah domestik dan tanah yang diberi pupuk kandang ayam dalam penelitian ini sangat tinggi dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kandungan logam berat paling tinggi terdapat pada tanaman sayuran sawi sebesar 1235 ppm Pb dan 62 ppm Cu, diikuti tanaman kangkung 1124 ppm Pb dan 41,1 ppm Cu sedangkan tanaman bayam mengandung Pb sebesar 859 ppm dan Cu sebesar 16 ppm. Tanaman sayuran kangkung, sawi dan bayam dalam penelitian ini memiliki sifat kemampuan sebagai tanaman hiperakumulator terhadap timbal (Pb) dan tembaga (Cu).

Kata kunci: fitoremediasi, tanaman sayuran, logam berat, limbah

PENDAHULUAN

Meningkatnya aktivitas manusia di rumah tangga menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut

(2)

2 menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan. Pencemaran dapat berupa senyawa cair beracun atau berupa logam-logam berat yang berbahaya bagi manusia. Limbah lumpur kering yang mengandung logal logam berat seperti Hg, Pb, Cd dan Cu sering digunakan oleh petani sebagai sumber bahan organik dan nutrisi dalam budidaya tanaman sayuran di lingkungan perkotaan.

Pencemaran tanah merupakan salah satu masalah yang timbul dari pembuangan limbah logam berat. Masalah pencemaran ini semakin penting mengingat bagaimanapun akibatnya adalah kerusakan lingkungan itu sendiri dan menurunnya kualitas hidup organisme disekitarnya. Salah satu logam berat yang banyak mencemari tanah dan air sungai adalah timbal (Pb). Beberapa penelitian telah dilakukan tentang kemampuan beberapa tanaman untuk menyerap logam berat dari air atau lumpur yang tercemar. Ternyata kangkung, bayam dan sawi diduga termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhnya, padahal kangkung banyak dikonsumsi dan sering dijumpai tumbuh atau ditanam di tanah-tanah kosong di sekitar daerah sungai dengan pengairan yang berasal dari sungai tersebut. Ternyata tanaman kangkung yang tumbuh atau ditanam di daerah yang tercemar oleh Pb dapat menyerap Pb dan dibawa ke seluruh bagian tanaman. Jenis tumbuhan secara genetik sangat beragam dalam kemampuannya untuk toleran atau tidak toleran terhadap unsur-unsur tidak esensial seperti Ag, Al, Cd, Hg, Pb, Pt dalam jumlah yang meracuni. Pada jenis tanaman tertentu unsur tersebut tertimbun di akar dan hanya sedikit yang dibawa ke tajuknya. Akar dan tajuk pada jenis tertentu mengandung unsur tersebut lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya .

Bayam (Amaranthus tricolor L.), kangkung darat (Ipomea reptans Poir), dan sawi (Brassica juncea) telah lama mempunyai peranan penting dalam meningkatkan gizi makanan sehari-hari. Ketiga sayur ini mengandung vitamin A, vitamin C dan sedikit vitamin B serta banyak mengandung garam-garam mineral yang penting (kalium, fosfor, besi) untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari akumulasi logam-logam berat seperti Hg, Pb, Cd dan Cu pada ketiga sayuran akibat tingginya konsentrasi logam tersebut pada lumpur limbah dan akibat penambahan konsentrasi logam ke dalam media tumbuhnya.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan. Selanjutnya analisis kadar logam berat timbal (Pb) dan tembaga (Cu) pada masing masing contoh dilakukan di Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman dan Kimia Pangan Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan dan Laboratorium Pendidikan Teknik Kimia Industri Medan dengan menggunakan Spektrocopy Serapan Atom (AAS).

Bahan-bahan yang digunakan adalah kangkung, bayam dan sawi dan bahan kimia analisa logam-logam berat, sampel beberapa jenis tanaman sayuran yang diambil dari beberapa situs pasar di kota Medan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan

(3)

3 standar Cu 0,5 mg/L, 1 mg/L, 1,5 mg/L, 2 mg/L dan 2,5 mg/L, dan larutan standar dari larutan Pb 100 ppm pada konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5 ppm yang diencerkan dengan asam nitrat (HNO3) pekat, sampel tanaman sayuran, air suling dan bahan kimia lainnya.

Media Tumbuh Tanaman Sayuran

Media tumbuh tanaman yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis media tumbuh yaitu: (1). Tanah yang berasal dari daerah Simalingkar Medan Tuntungan (2). Tanah dicampur dengan pupuk kandang dan (3). Lumpur limbah domestik kota Medan. Ketiga jenis media tumbuh tersebut berbeda dalam beberapa sifat kimia dan fisikanya seperti disajikan pada Tabel 1

Larutan standar dan Pengukuran Kandungan Logam Berat

Sebagai contoh larutan standar untuk Cu 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm dan 10 ppm dalam 100 ml larutan. Kemudian dibuat larutan standar dari larutan Pb 100 ppm pada konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5 ppm yang diencerkan dengan asam nitrat. Larutan standar Pb dan larutan standar Cu serta sampel yang mengandung Pb dan Cu, diukur absorbansnya.

Dengan menggunakan grafik Kurva Standar terdapat hubungan antara Konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) maka nilai yang dapat diketahui adalah nilai Slope dan Intersep, Kemudian nilai Konsentrasi sampel dapat diketahui dengan memasukkan ke dalam persamaan regresi linear dengan menggunakan hukum Lambert-Beer yaitu:

Y = Bx + A

Dimana : Y = Absorbansi Sampel B = Slope X = Konsentrasi sampel A = Intersep

Dari perhitungan regresi linear, maka dapat diketahui persentase dari sampel dengan menggunakan rumus :

C = C baca x Vol. preparat x Faktor pengenceran/Berat sampel

Larutan standar logam berat (500 ppm) yaitu, Tembaga (Cu), Chromium (Cr), Lead (Pb) dan Cadmium (Cd) disusun menggunakan sulfat tembaga (CuSO4, 5H2O), kalium dikromat (K2Cr2O7), klorida Lead (PbCl2) dan Kadmium Klorida (CdCl2); menggunakan air suling. Standar kerja yang baru disiapkan dari larutan stok. Konsentrasi logam berat dalam larutan asam diperkirakan dengan menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS. Estimasi dilakukan dengan menggunakan lampu katoda berongga tergantung pada elemen yang akan diuji.

Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan skala lapangan pada daerah pengolahan emas tradisional. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial yang terdiri dari faktor jenis tanaman sayuran dan jenis media tumbuh tanaman. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANAVA dua arah (two-way ANAVA) yaitu untuk melihat

(4)

4 apakah ada perbedaan pengaruh antara jenis tanaman, media tanam, kombinasi biomassa dan jenis tanaman terhadap penurunan konsentrasi (kadar) logam berat yang terdapat di dalam limbah perlakuan. Kriteria pengujian yaitu jika

probabilitas pada taraf α 0,05. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji

beda nyata terkecil (BNT) yaitu melihat perbedaan antar pasangan perlakuan dan uji regresi untuk melihat perbedaan hubungan antar variabel.

HASIL DAN DISKUSI

Sifat Kimia dan Fisika Media Tanam

Media tanam yang digunakan berasal tanah Ultisol Simalingkar, tanah dicampur pupuk kandang dan limbah lumpur domestik kota Medan. Hasil analisa awal sifat kimia dan fisika media tumbuh tanaman terlihat bahwa sifat kimia dan fisika media sangat bervariasi seperti disajikan pada Tabel 1. Tekstur media tumbuh terlihat relatif sama Media tumbuh yang digunakan berbeda dalam beberapa sifat kimia yaitu C/N, kandungan kalium dan fosfor. Kandungan relatif logam berat pada media tumbuh yang dicampur pupuk kandang ayam dan limbah lumpur domestik yang digunakan dalam penelitian relatif tinggi jika dibandingkan dengan media tanah biasa. Konsentrasi logam berat timbal (Pb) dan tembaga (Cu) pada media tanah jauh lebih ren dah dibandingkan dengan tanah yang telah dicampur pupuk kandang ayam maupun limbah lumpur domestik (Tabel. 1).

Tabel 1. Sifat Kimia dan Fisika Tanah Percobaan

Parameter

Jenis Tanah

Tanah Tanah + Pupuk Kandang Limbah lumpur Ct (%) 9,08 7,77 2,85 Nt (%) 0,27 0.22 C/N pHH2O 4,94 5,68 6,00 P-Bray I (ppm) 29,47 146,01 135,76 K-dd (me/100g) 0,84 1,40 1,22 Pb (ppm) 88,13 748,01 684,80 Cu (ppm) 2,86 60,26 37,20 Perlakuan Pb (ppm) M0 = 0 ppm M1 = 50 ppm M2 = 100 ppm 88,13 793,80 922,05 748,01 780,64 870,55 684,80 697,64 760,48 Perlakuan Cu (ppm) M0 = 0 ppm M1 = 50 ppm M2 = 100 ppm 2,86 50,84 72,90 60,26 113,05 134,55 37,20 48,15 107,52 Fraksi (%) Liat Debu pasir 77,06 18,35 4,59 79,58 18,15 2,27 75,58 20,76 3,66

(5)

5 Kandungan logam berat dalam media tanam yang digunakan dalam penelitian ini sangat tinggi yaitu berkisar 88,13 ppm Pb dan 2,86 ppm Cu pada tanah, sedangkan tanah yang diberi pupuk kandang ayam berkisar 748,01 ppm Pb dan 60,26 ppm Cu. Limbah lumpur domestik yang digunakan sebagai media tanam memiliki kandunga Pb sebesar 684, 80 ppm dan kandungan Cu sebesar 37, 20 ppm. Kandungan logam berat di dalam tanah sangat bervariasi terutama di daerah kawasan pertambangan dapat mencapai 3656 ppm Pb, 742 ppm Cu (Storm, et al, 1994) atau didaerah industrinya sangat menonjol seperti Jakarta ditemukan 206-449 mg/kg Pb dan 56-26 mg/kg Cr (Priyanto dan Priyatno, 2006).

Konsentrasi Logam Berat pada berbagai Jenis Media Tanam Media Tanah

Konsentrasi Logam Berat pada berbagai jenis media tanam penelitian seperti disajikan pada Tabel 2. Konsentrasi logam berat Pb terlihat lebih tinggi pada media tanam tanah jika dibandingkan dengan media tanam limbah lumpur domestik atau tanah yang diberi pupuk kandang ayam yaitu masing-masing dengan konsentrasi 1211 ppm; 1209 ppm dan 1196 ppm. Sedangkan kandungan Cu terlihat lebih tinggi pada media tanam tanah yang diberi pupuk kandang ayam diikuti oleh media tanam lumpur limbah domestik dan tanah yaitu masing-masing 57,6 ppm; 42,0 ppm dan 39,0 ppm.

Tabel 2. Pengaruh jenis media tumbuh terhadap konsentrasi Pb dan Cu berbagai jenis sayuran kangkung, sawi dan bayam

Jenis Media Tumbuh Tanaman Sayuran Konsentrasi (ppm)

Pb Cu

Tanah Kangkung 1063 39,2

Sawi/Selada 1236 62,0

Bayam 1335 16,0

Rerata 1211 39,0

Tanah +pupuk Kandang Kangkung 1110 41.1 Sawi/Selada 1213 84,0 Bayam 1267 47,8 Rerata 1196 57,6 Lumpur limbah Rerata Kangkung 1149 49,3 Sawi/Selada 1206 48,4 Bayam 1273 28,4 Rerata 1209 42,0

Tanah yang diberi pupuk kandang.

Serapan Pb oleh tanaman sawi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kangkung ataupun tanaman bayam yaitu masing-masing 1213 ppm; 1110 ppm dan 934 ppm. Sedangkan konsentrasi Cu pada media tanam tanah lebih tinggi pada tanaman bayam dibandingkan tanaman kangkung dan tanaman sawi yaitu 48,8 ppm: 43,5 ppm dan 36,3 ppm.

(6)

6

Limbah lumpur domestik.

Serapan Pb oleh tanaman bayam lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman sawi ataupun tanaman kangkung yaitu masing-masing 1273 ppm; 1206 ppm dan 1149 ppm. Sedangkan konsentrasi Cu pada media tanam limbah lumpur domestik lebih tinggi pada tanaman kangkung dibandingkan tanaman sawi dan tanaman bayam yaitu 48,6 ppm: 38,5 ppm dan 28,5 ppm.

Konsentrasi Logam Berat pada Berbagai Jenis Tanaman Sayuran Timbal (Pb).

Pengaruh pemberian logam berat Pb dan Cu terhadap serapan Pb dan Cu oleh tanaman kangkung, sawi dan bayam pada berbagai jenis media tanam disajikan pada Tabel 3. Serapan Pb oleh tanaman sawi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kangkung ataupun tanaman bayam yaitu masing-masing 1235 ppm; 1124 ppm dan 859 ppm. Sedangkan konsentrasi Cu pada media tanam tanah lebih tinggi pada tanaman sawi dibandingkan tanaman kangkung dan tanaman bayam yaitu 62 ppm: 41,1 ppm dan 16 ppm.

Tabel 3. Konsentrasi Pb dan Cu dalam sayuran kangkung, sawi dan bayam yang ditanam berbagai jenis media tumbuh

Jenis Tanaman Sayuran

Media Tumbuh Konsentrasi (ppm)

Pb Cu

Kangkung Tanah 1063 43,4

Tanah +Pupuk Kandang 1110 41,1

Lumpur Limbah 1247 49,3

Rerata 1103 44,6

Sawi Tanah 1235 62,0

Tanah +Pupuk Kandang 1213 84,0

Lumpur Limbah 1206 48,4

Rerata 1228 64,8

Bayam Tanah 1256 16

Tanah +Pupuk Kandang 1267 47,8

Lumpur Limbah 1273 28,4

Rerata 1265 30,7

Kisaran kandungan Pb yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 1063 ppm – 1267 ppm, artinya kandungan Pb dalam tanaman sayuran sudah sangat tinggi melebihi ambang batas kandungan Pb yang diijinkan dalam sayuran. Tanaman kangkung, sawi dan bayam dalam penelitian ini ternyata memiliki kemampuan sebagai tumbuhan yang berperan dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan sebagai tumbuhan hiperakumulator. Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi (Pierzynzky, et. Al,

(7)

7 2002; Prasad and Freitas, 2003). Batas hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya misalnya timbal (Pb), cobalt (Co) dan tembaga ( Cu) adalah 0,1 % ( 1.000 mg/kg BK). Konsentrasi logam berat Pb terlihat lebih tinggi pada tanaman bayam jika dibandingkan dengan tanaman sawi atau tanaman kangkung yaitu masing-masing 1265 ppm; 1228 ppm dan 1103 ppm.

Tembaga (Cu)

Hasil penelitian menunjukkan adanya pencemaran Cu dengan konsentrasi yang sangat tinggi dalam sayuran kangkung, sawi dan bayam dalam penelitian ini. Konsentrasi logam berat Cu terlihat lebih tinggi pada tanaman sawi diikuti oleh tanaman kangkung dan tanaman bayam yaitu masing-masing 64,8 ppm; 44,6 ppm dan 30,7 ppm. Logam Cu berpotensi toksik terhadap tanaman dan berbahaya bagi manusia karena bersifat karsinogenik (Notodarmojo, 2005). Kandungan logam Cu dalam jaringan tanaman yang tumbuh normal sekitar 5-20 mg/kg. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai terhambat sebagai akibat keracunan Cu (Alloway, 1995) dan menurut Lasat (2003) konsentrasi lebih dari 10 ppm dapat menjadi racun terhadap tanaman. Menurut AFS-NFA kandungan Cu yang diperbolehkan dalam sayuran adalah 10 ppm, sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Ditjen POM) sebesar 5,0 ppm. Penyerapan dan akumulasi logam oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang bersinambungan, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tanaman dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan/tanaman tersebut (Priyanto dan Priyatno, 2006). Proses fitoremediasi yang mungkin terjadi untuk logam berat yaitu fitoekstraksi, fitostabilisasi, rizofiltrasi dan fitovolatisasi (Henry, 2000). Mekanisme yang mungkin terjadi pada tanama sayuran kangkung, sawi dan bayam ini dalam mengakumulasikan logam Pb dan Cu ke dalam jaringannya adalah mekanisme rizofiltrasi dan fitoekstraksi. Mekanisme ini terjadi ketika akar tumbuhan mengabsorbsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar, selanjutnya ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan melalui pembuluh xylem. Proses ini cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik seperti logam-logam beart (Erakhrumen dan Agbontalor, 2007).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu: 1. Kandungan logam berat pada lumpur limbah domestik dan tanah yang

diberi pupuk kandang ayam dalam penelitian ini sangat tinggi dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

2. Kandungan logam berat paling tinggi terdapat pada tanaman sayuran sawi sebesar 1235 ppm Pb dan 62 ppm Cu, diikuti tanaman kangkung 1124 ppm Pb dan 41,1 ppm Cu sedangkan tanaman bayam mengandung Pb sebesar 859 ppm dan Cu sebesar 16 ppm.

3. Tanaman sayuran kangkung, sawi dan bayam dalam penelitian ini memiliki sifat kemampuan sebagai tanaman hiperakumulator terhadap timbal (Pb) dan tembaga (Cu).

(8)

8 Perlu dikaji lebih mendalam mengenai komposisi media tanam (tanah), pestisida maupun pupuk yang digunakan untuk menghindari akumulasi logam berat Pb dan Cu dalam tanaman pangan. Penggunaan limbah lumpur domestik sebagai lahan pertanian untuk tanaman pangan dan teknik fitoremediasi untuk proses perbaikan lingkungan pada tanah-tanah tercemar sedapatnya tidak dianjurkan untuk menghindari adanya logam-logam berat yang diserap oleh tanaman dan jika dikonsumsi membahayakan kesehatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara manfaat dan efek penggunaannya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. USU Press: Medan

2. Alloway, B.J. 1995. Heavy metals in soils. Published by Blackie Academic and Professional.

3. Anonim. 2003. Fitoremediasi, Upaya Mengolah Air Limbah Dengan Media Tanaman. Direktorat Perkotaan dan Perdesaan Wilayah Barat. Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta

4. Anonim. 2007. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Pencemaran Logam Berat. Diakses dari http://lets-belajar.blogspot. com/2007/08/adaptasi-tumbuhan-terhadap-pencemaran .html, pada tanggal 14 Januari 2010 pukul 14.25 WIB Hidayati N,

5. Ayu, C.C. 2002: Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi Sayuran Segar di Beberapa Pasar di Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor

6. Erakhrumen and Agbontalor,A, 2007. Phytoremediation: An enviromnemtally sound technology for pollution prevention, controll and remediation in developing countries. Educational Research and Review. Vol 2 Nr. 7. pp. 151-156

7. Henry, J.R, 2000. An overview of the phytoremediation of lead and mercury. USEPA. Washington.DC

8. Juhaeti T dan Syarif F. 2007. Hiperakumulasi Logam pada „Tanaman-Biodiversity Prospecting‟ untuk Teknologi Fitoremediasi Lingkungan Tercemar. Puslit Biology-LIPI Cibinong Science Centre

9. Juhaeti, T., F. Syarif dan E. Komarudin. 2003. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Hipertoleran Tailing Limbah Pengolahan Emas PT. Antam Pongkor. Laporan Teknik Puslit Biologi-LIPI: Bogor

10. Lasat,M.M. 2003. The use of plants fro removal of toxic metals from contaminated soils. American Association for the Advancement of Science Environmental Science and Engieering Fellow.

11. Mangkoedihardjo, S. 2005. Remediation Technologies Selection for Oil-Polluted Marine Ecosystem. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya 12. Nirwana, TD. 2008. Studi Anatomi Akar dan Konsentrasi Klorofil Daun

Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor, L.) Yang Tercekam Kadmium (Cd). Program Studi Biologi, FMIPA ITS. Surabaya

(9)

9 13. Notodarmojo, T, 2006. Pencemaran Media dan Air Media. Penerbit Institu

Teknologi Bandung/

14. Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineke Cipta: Jakarta 42

15. Mukono H.J., 2004. Toksikologi Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) Khususnya Logam Berat Timbal (Pb),Merkuri (Hg), dan Cadmium (Cd) serta Dampaknya Terhadap Kesehatan. FKM Unair: Surabaya

16. Pierzynsky, G; Kulakow, P; Erickson, L and Jackson, L, 2002. Plant syatem technologies for environmental management of metals in soils : Education materials. J.Nat. Resour. Life Sci. Educ. Vol. 31. pp. 31-37

17. Prasad, M.N.V and H.M.O. Freitas, 2003. Metal hyperaccumulation in plants- Biodiversity prospecting for phytoremediation technology. Electronic Journ. Of. Biotechn. Vol. 6.No. 3 pp. 285 – 321.

18. Priyanto, B dan Priyatno J.2006. Fitoremediasi sebuah teknologi pemulihan pencemaran khusus logam berat 30 Agustus 2012

19. Storm, G.L; G.J. Fosmire and E.d. Bellis, 1994. Persistence of metals in soils and selected vertebrates in the vicinity of the Palmerton zinc smelters. J.Environ. Qual. 23: 508-514.

20. Whitten, K.W; Garlet, K.D; Davis, R.E, 1992. General Chemistry. Saunders. College. Publishing, USA

Gambar

Tabel 1. Sifat Kimia dan Fisika Tanah Percobaan
Tabel 2.  Pengaruh jenis media tumbuh terhadap konsentrasi  Pb dan Cu berbagai  jenis sayuran kangkung, sawi dan bayam
Tabel 3. Konsentrasi Pb dan Cu dalam sayuran kangkung, sawi dan bayam  yang ditanam berbagai jenis media tumbuh

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dilakukan penelitian tentang hal tersebut dengan tujuan untuk menganalisis kondisi ADIZ Indonesia saat ini, upaya-upaya apa yang telah dilakukan untuk

Pada hari ini kamis tanggal delapan bulan agustua tahun dua ribu dua belas, berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi, penawaran dan pembuktian

Purwanto, SE, M.Cs selaku Kepala Program Studi Diploma Komputerisasi Akuntansi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan

Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru.. Jakarta:

Universitas Kristen Maranatha Dengan demikian, merek menjadi hal yang penting bagi sebuah produk karena merek bukan hanya menjadi identitas dari suatu produk, melainkan

[r]

Interaksi antara konsentrasi starter dengan lama fermentasi yang paling berpengaruh terhadap kadar gula reduksi yang paling tinggi pada perlakuan KcLc

Berdasarkan observasi pada bulan Juni 2016 yang dilakukan oleh guru disekolah SMK Negeri 1 Laguboti, jurusan tata busana pada mata pelajaran produktif (pembuatan