• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Lampung No. 04/12/18/Th. IX, 1 Desember 2015

1

BPS PROVINSI LAMPUNG

NTP Provinsi Lampung November 2015 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar 107,20 untuk Subsektor Padi & Palawija (NTP-P), 101,82 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 96,70 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr), 113,36 untuk Subsektor Peternakan (NTP-Pt), 103,71 untuk Subsektor Perikanan Tangkap, dan 95,69 untuk Subsektor Perikanan Budidaya. Sedangkan NTP Provinsi Lampung tercatat sebesar 104,04.

Pada November 2015, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, kecuali pada komoditas ternak, perikanan tangkap, dan perikanan budidaya. Adapun harga-harga yang mengalami kenaikan harga antara lain beberapa jenis sayuran seperti cabai rawit, kol/kubis, dan labu siam, dan beberapa tanaman buah-buahan pada subsektor tanaman hortikultura. Pada komoditas tanaman subsektor perkebunan rakyat seperti kelapa, cengkeh, lada, dan pinang juga mengalami kenaikan. Pada subsektor perternakan mengalami penurunan harga pada ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Pada subsektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap juga mengalami penurunan harga pada beberapa jenis ikan.

Pada November 2015 terjadi penurunan NTP gabungan sebesar 0,05. Sedangkan menurut subsektor, beberapa mengalami penurunan NTP, kecuali subsektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan tanaman perkebunan. Secara rinci, subsektor pertanian tanaman pangan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,33 persen, subsektor tanaman hortikultura naik 0,36 persen, subsektor peternakan turun 0,83 persen, subsektor perikanan tangkap turun 1,13 persen, dan subsektor perikanan budidaya turun 0,20 persen, sementara subsektor perkebunan tidak mengalami perubahan. Dari 33 Provinsi, sebanyak 22 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 11 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan tertinggi NTP terjadi di Provinsi Aceh dengan peningkatan 1,75 persen. Sementara itu, penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang turun sebesar 0,75 persen.

November 2015 di daerah perdesaan di Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 0,54 persen. Inflasi disebabkan oleh naiknya semua indeks harga pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, sandang, perumahan, kesehatan, dan transportasi dan komunikasi, kecuali kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan indeks harga.

No. 04/12/18/Th. IX, 1 Desember 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

(2)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani

terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat

kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk

pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP,

secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Tabel 1. Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi Lampung Per Subsektor Oktober 2015 s.d. November 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

September 2015 Oktober 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Padi & Palawija

a. Indeks yang Diterima (It) 129,10 130,08 0,77

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,82 121,35 0,44

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 106,85 107,20 0,33 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-P) 113,68 114,36 0,60 2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 121,20 122,23 0,84

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,46 120,04 0,48

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 101,46 101,82 0,36 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-H) 109,89 110,66 0,70 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 117,13 117,73 0,51

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,12 121,75 0,52

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 96,71 96,70 0,00 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pr) 104,45 104,85 0,38 4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 131,49 130,84 (0,50)

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,03 115,42 0,34

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 114,31 113,36 (0,83) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pt) 119,78 118,93 (0,71) 5. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 126,89 125,83 (0,83)

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,97 121,33 0,30

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 104,90 103,71 (1,13) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pi) 108,80 107,82 (0,90) 6. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 113,51 113,74 0,21

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,39 118,87 0,41

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 95,8 95,69 (0,20) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP-Pi) 101,39 101,28 (0,11) Gabungan

(3)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 12 (dua belas) kabupaten di Provinsi

Lampung, pada November 2015 NTP Provinsi Lampung mengalami penurunan sebesar 0,12 persen

dibandingkan dengan Oktober 2015 yang sebesar 104,21. Sementara itu, NTP nasional naik sebesar 0,13

persen, dari sebesar 102,33 pada Oktober 2015 menjadi 102,46 pada November 2015.

1. NTP Subsektor

a. Subsektor Padi & Palawija (NTP-P)

Pada November 2015 NTP-P Provinsi Lampung mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen karena

indeks yang diterima mengalami kenaikan sebesar 0,77

persen akibat naiknya harga komoditas padi dan

palawija seperti kacang hijau, walaupun Ib juga mengalami kenaikan sebesar 0,44

persen. Naiknya Ib

sebesar 0,44 persen disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) dan indeks biaya

produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), masing-masing sebesar 0,50 persen dan 0,17 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP-H pada bulan November 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen karena indeks yang

diterima mengalami kenaikan sebesar 0,84

persen. Kenaikan It yang sebesar 0,84

persen akibat adanya

kenaikan harga beberapa komoditas sayuran seperti cabai rawit, beberapa jenis sayuran seperti kol/kubis

dan labu siam dan beberapa komoditas buah-buahan seperti alpukat dan pisang. Sementara Ib juga

mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Naiknya Ib sebesar 0,48 persen disebabkan oleh naiknya

indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)

masing-masing sebesar 0,58 persen dan 0,14 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

NTP-Pr bulan November 2015 tidak mengalami perubahan karena kenaikan indeks yang diterima

petani sebesar 0,51 persen akibat naiknya harga beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa,

cengkeh, dan lada, setara dengan kenaikan indeks yang dibayar petani, akibat dari naiknya harga

konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,60 persen dan 0,13 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Pada November 2015 NTP subsektor Peternakan mengalami penurunan sebesar 0,83 persen yang

disebabkan oleh turunnya It sebesar 0,50 persen yang disebabkan turunnya harga ternak besar, ternak

kecil, dan unggas, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen akibat dari naiknya IKRT

sebesar 0,48 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,21 persen.

e. Subsektor Perikanan Tangkap

Pada November 2015 NTP subsektor Perikanan Tangkap mengalami penurunan sebesar 1,13 persen

yang disebabkan oleh turunnya It sebesar 0,83 persen yang disebabkan turunnya harga beberapa ikan

tangkap, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen akibat dari naiknya IKRT dan BPPBM

masing-masing sebesar 0,47 persen dan 0,06 persen.

f. Subsektor Perikanan Budidaya

Pada November 2015 NTP subsektor Perikanan Budidaya mengalami penurunan sebesar 0,20

persen yang disebabkan turunnya harga beberapa jenis ikan budidaya air tawar seperti ikan mas. Ib

mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen akibat dari naiknya IKRT dan indeks BPPBM masing-masing

sebesar 0,47 persen dan 0,32 persen.

(4)

Tabel 2. Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya

Oktober 2015 s.d. November 2015 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

Oktober 2015 November 2015 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 129,10 133,08 0,77

- Padi 129,60 133,32 2,87

- Palawija 128,69 127,50 (0,93)

b. Indeks Dibayar Petani 120,82 121,35 0,44

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,76 123,38 0,50

- Indeks BPPBM 113,56 113,72 0,17

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 121,20 122,23 0,84

- Sayur-sayuran 126,60 128,23 1,29

- Buah-buahan 114,93 115,30 0,32

- Tanaman Obat 119,24 116,60 (2,21)

b. Indeks Dibayar Petani 119,46 120,04 0,48

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,48 123,20 0,58

- Indeks BPPBM 110,30 110,45 0,14

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 117,13 117,73 0,51

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 117,13 117,73 0,51

b. Indeks Dibayar Petani 121,12 121,75 0,52

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,38 124,12 0,60

- Indeks BPPBM 112,15 112,29 0,13

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 131,49 130,84 (0,50)

- Ternak Besar 134,58 133,74 (0,62)

- Ternak Kecil 135,84 135,25 (0,44)

- Unggas 125,97 124,77 (0,95)

- Hasil Ternak 117,31 118,50 1,01

b. Indeks Dibayar Petani 115,03 115,42 0,34

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,13 122,72 0,48

- Indeks BPPBM 109,78 110,01 0,21

5. Perikanan Tangkap

a. Indeks Diterima Petani 126,89 125,83 (0,83)

- Penangkapan Perairan Umum 141,71 142,34 0,44

- Penangkapan Laut 126,41 125,30 (0,88)

b. Indeks Dibayar Petani 120,97 121,33 0,30

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,22 124,80 0,47

- Indeks BPPBM 116,63 116,70 0,06

6. Perikanan Budidaya

a. Indeks Diterima Petani 113,51 113,74 0,21

- Budidaya Air Tawar 122,94 123,35 0,33

- Budidaya Laut 100,00 100,00 0,00

- Budidaya Air Payau 121,17 121,51 0,27

(5)

2. Perbandingan Antar Provinsi

Dari 33 provinsi yang diamati perkembangan harganya pada November 2015, ada 22 provinsi

mengalami kenaikan NTP dan 11 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di

Provinsi Aceh dengan peningkatan sebesar 1,75 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di

Provinsi Bangka Belitung yang turun sebesar 0,75 persen. (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi-Provinsi dan Persentase Perubahannya

November 2015 (2012=100)

Provinsi

IT IB NTP NTUP

Indeks % Perb Indeks % Perb Rasio % Perb Rasio % Perb

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Aceh 117,04 2,19 118,93 0,43 98,41 1,75 103,62 1,97 Sumatera Utara 120,41 1,31 120,97 0,52 99,54 0,78 104,75 1,12 Sumatera Barat 116,99 1,41 119,30 0,72 98,06 0,69 105,35 1,29 Riau 114,14 0,95 120,53 0,33 94,70 0,62 100,87 0,68 Jambi 114,75 0,04 120,60 0,39 95,15 (0,35) 99,99 (0,21) Sumatera Selatan 115,25 0,42 119,67 0,36 96,30 0,06 102,68 0,30 Bengkulu 112,85 036 120,77 0,63 93,44 (0,27) 101,34 0,12 Lampung 124,78 0,40 119,94 0,45 104,04 (0,05) 111,46 0,23 Bangka Belitung 122,08 (0,88) 117,45 (0,13) 103,94 (0,75) 109,37 (0,83) Kep. Riau 115,80 0,59 116,98 0,17 98,99 0,43 105,01 0,53 DKI Jakarta 117,34 0,32 119,78 0,19 97,97 0,13 100,50 0,27 Jawa Barat 131,25 0,69 122,43 0,31 107,20 0,38 114,09 0,36 Jawa Tengah 122,76 0,98 120,27 0,41 102,07 0,56 107,46 0,69 DI Yogyakarta 123,64 0,76 120,02 0,57 103,01 0,19 110,85 0,39 Jawa Timur 129,55 1,04 121,57 0,28 106,56 0,76 112,92 0,90 Banten 128,17 1,66 119,19 0,29 107,53 1,37 112,51 1,39 Bali 124,69 0,84 118,28 0,36 105,41 0,48 111,70 0,62

Nusa Tenggara Barat 125,78 0,77 118,18 0,34 106,43 0,44 111,61 0,72 Nusa Tenggara Timur 121,79 0,53 117,68 0,43 103,49 0,10 110,10 0,39 Kalimantan Barat 115,07 (0,52) 119,72 0,14 96,12 (0,66) 101,35 (0,71) Kalimantan Tengah 117,46 (0,05) 119,70 0,38 98,13 (0,43) 104,06 (0,26) Kalimantan Selatan 115,83 0,43 116,48 0,47 99,44 (0,04) 105,00 0,36 Kalimantan Timur 117,39 (0,22) 119,75 (0,01) 98,02 (0,22) 104,70 (0,50) Sulawesi Utara 118,32 0,56 122,06 0,04 96,93 0,52 106,74 0,39 Sulawesi Tengah 118,80 1,15 119,25 0,18 99,62 0,97 106,99 1,04 Sulawesi Selatan 129,10 0,94 121,31 0,38 106,42 0,56 114,41 0,64 Sulawesi Tenggara 120,24 0,30 119,47 0,28 100,64 0,02 107,27 0,09 Gorontalo 127,40 0,63 122,38 0,63 104,10 (0,01) 115,35 0,35 Sulawesi Barat 123,80 0,52 116,28 0,37 106,47 0,15 113,49 0,39 Maluku 124,57 1,61 121,73 0,38 102,34 1,22 115,98 1,47 Maluku Utara 120,96 1,04 117,57 0,24 102,89 0,80 108,69 0,94 Papua Barat 119,71 (0,09) 119,79 0,01 99,93 (0,10) 106,48 (0,25) Papua 113,74 0,56 117,50 0,64 96,80 (0,08) 107,06 0,34 Nasional 123,91 0,85 120,36 0,37 102,95 0,48 109,38 0,63

(6)

Di wilayah Sumatera hampir semua provinsi mengalami kenaikan NTP kecuali Provinsi Jambi,

Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung.. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Aceh yang

mengalami kenaikan 1,75 persen, sedangkan penurunan NTP terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung

yaitu sebesar 0,75 persen. NTP Provinsi Lampung pada bulan November 2015 sebesar 104,04 persen

merupakan NTP tertinggi pertama di Sumatera. Sedangkan NTP terendah terjadi di Provinsi Bengkulu

sebesar 93,44 persen. Penurunan NTP Provinsi Lampung yang sebesar 0,05 persen menempati peringkat

ke-7 di wilayah Sumatera dan peringkat ke-25 secara nasional. (Tabel 4).

Tabel 4. Perbandingan NTP dan Perubahan NTP November 2015

Menurut Provinsi se-Sumatera (2012=100)

Provinsi NTP Ranking Perubahan NTP (%) Ranking

(1) (2) (3) (4) (5) Aceh 98,41 5 1,75 1 Sumatera Utara 99,54 3 0,78 2 Sumatera Barat 98,06 6 0,69 3 Riau 94,70 9 0,62 4 Jambi 95,15 8 (0,35) 9 Sumatera Selatan 96,30 7 0,06 6 Bengkulu 93,44 10 (0,27) 8 Lampung 104,04 1 (0,05) 7 Bangka Belitung 103,94 2 (0,75) 10 Kep. Riau 98,99 4 0,43 5

3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Pada November 2015 di daerah perdesaan di Provinsi Lampung mengalami inflasi sebesar 0,54

persen yang disebabkan adanya kenaikan harga pada berbagai kelompok pengeluaran kecuali pada

kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga. Secara rinci sebagai berikut : kelompok bahan makanan

(0,87 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,77 persen), kelompok

perumahan (0,09 persen), sandang (0,28 persen), kelompok kesehatan (0,00 persen), kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olah raga (-0,01 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar

(0,03 persen).

Keterbandingan inflasi perdesaan di seluruh Indonesia pada bulan November 2015, inflasi perdesaan

tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 0,89 persen dan terrendah di Provinsi Bangka

Belitung sebesar 0,16 persen. Provinsi Lampung dengan inflasi perdesaan sebesar 0,54 persen

menempati peringkat ke-8 secara nasional. (Tabel 5).

(7)

Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan

menurut Provinsi November 2015 (2012=100)

Provinsi Makanan Bahan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan

Pendidikan, Transportasi

Inflasi

Perdesaan Ranking Inflasi Rekreasi Dan

& Olahraga Komunikasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Aceh 0,84 0,44 0,27 0,03 0,26 0,04 0,09 0,51 9 Sumatera Utara 1,04 0,54 0,38 0,37 0,18 (0,02) (0,17) 0,61 7 Sumatera Barat 1,90 0,22 (0,03) 0,03 0,22 (0,04) 0,11 0,89 1 Riau 0,43 0,72 0,02 (0,14) 0,07 0,17 0,03 0,34 21 Jambi 0,56 0,58 0,43 0,17 0,23 (0,04) 0,01 0,42 16 Sumatera Selatan 0,92 0,05 (0,10) 0,04 0,03 0,38 0,06 0,46 12 Bengkulu 1,29 0,46 0,21 0,25 0,52 0,04 0,23 0,71 4 Lampung 0,87 0,77 0,09 0,28 0,00 (0,01) 0,03 0,54 8 Bangka Belitung (0,84) 0,40 0,36 0,01 0,25 0,01 0,30 (0,16) 33 Kep. Riau 0,02 0,78 0,40 0,23 0,51 (0,10) (0,03) 0,22 27 DKI Jakarta 0,66 0,00 0,00 (0,61) 0,00 0,00 0,48 0,27 26 Jawa Barat 0,27 0,29 0,72 0,19 0,19 0,00 0,19 0,30 24 Jawa Tengah 0,75 0,42 0,31 0,20 0,11 0,15 0,13 0,47 11 DI Yogyakarta 1,15 0,81 0,28 0,20 0,40 0,06 0,05 0,65 5 Jawa Timur 0,36 0,61 0,23 0,08 0,39 0,44 0,15 0,36 20 Banten 0,16 0,39 0,70 (0,30) 0,14 0,22 0,68 0,30 22 Bali 0,71 0,26 0,08 0,40 0,27 0,72 0,04 0,41 18 Nusa Tenggara Barat 0,59 0,55 0,26 (0,06) 0,08 0,43 0,16 0,44 14 Nusa Tenggara Timur 0,74 0,49 0,04 0,45 0,21 0,00 0,22 0,50 10 Kalimantan Barat (0,18) 0,72 0,22 0,65 0,16 0,01 0,05 0,13 29 Kalimantan Tengah 0,84 0,17 (0,05) 0,14 0,39 0,01 (0,05) 0,43 15 Kalimantan Selatan 1,21 0,14 (0,19) 0,48 0,21 0,54 0,33 0,61 6 Kalimantan Timur (0,36) 0,34 0,12 0,24 0,36 (0,05) 0,04 (0,06) 32 Sulawesi Utara (0,05) (0,03) 0,21 0,11 0,11 0,12 (0,05) 0,01 30 Sulawesi Tengah 0,24 0,21 0,10 0,05 0,26 0,02 0,33 0,21 28 Sulawesi Selatan 0,65 0,42 0,20 0,46 0,15 0,01 0,00 0,41 19 Sulawesi Tenggara 0,32 0,45 0,52 0,00 0,16 0,00 0,04 0,30 23 Gorontalo 1,27 0,43 0,11 0,09 0,11 0,14 0,17 0,76 3 Sulawesi Barat 1,10 (0,50) 0,00 0,17 0,07 0,16 0,14 0,42 17 Maluku 0,74 0,23 0,24 0,05 0,24 0,03 0,10 0,44 13 Maluku Utara 0,05 0,73 0,70 0,08 0,20 0,00 0,08 0,28 25 Papua Barat (0,58) 0,73 0,10 0,05 0,28 0,66 0,07 (0,04) 31 Papua 1,01 0,81 0,48 0,07 0,24 0,54 0,52 0,77 2

(8)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG

Jl. Basuki Rahmat No. 54 Teluk Betung Bandar Lampung 35215 Telepon (0721) 482909, 484329; Faksimili (0721) 484329

Email: [email protected] Website: lampung.bps.go.id Keterangan lebih lanjut hubungi : Kepala Bidang Statistik Distribusi

Bambang Widjonarko, SP Telpon (0721) 482909/484329

Gambar

Tabel 1. Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi Lampung Per Subsektor                                  Oktober 2015 s.d
Tabel 2. Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya       Oktober 2015 s.d. November 2015 (2012=100)
Tabel 3.  Nilai Tukar Petani Provinsi-Provinsi dan Persentase Perubahannya                                 November 2015 (2012=100)
Tabel 4.   Perbandingan NTP dan Perubahan NTP November 2015                                               Menurut Provinsi se-Sumatera (2012=100)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga tidak disarankan untuk mengidentifikasikan waktu baku suatu pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan yang tinggi.  Adanya

bahwa dalam upaya optimalisasi tugas dan fungsi Camat dan Lurah sebagai perangkat daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta upaya peningkatan pelayanan

Pada rumus power diatas teoritis ini menunjukan bahwa kemampuan aliran untuk melumasi bagian mesin yang munggunakan pelumas mineral lebih baik dari pada pelumas

Hal tersebut berakibat berakibat semakin banyak GT-Calls sehingga berdampak menurunnya biaya alur (channel fee) sebesar 31% dibanding dengan tarif sebelumnya menjadi Rp5.402

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,

Massa bangunan fasilitas pendukung merupakan bangunan dengan skala lebih intim dibandingkan dengan bangunan hunian untuk memberikan suasana kampung bagi pengguna dan

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan