BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh. Gangguan alam perasaan bisa mempengaruhi oleh syndrom depresif sebagian atau penuh. Gangguan alam perasaan bisa mempengaruhi kesehatan jiwa karena tak mampu menghadapi stressor dengan intensitas berat dan dalam kesehatan jiwa karena tak mampu menghadapi stressor dengan intensitas berat dan dalam jangka waktu yang
jangka waktu yang lama.lama.
Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Kota Kediri, saat ini terdapat 3.400 lebih Berdasarkan penelitian Dinas Kesehatan Kota Kediri, saat ini terdapat 3.400 lebih warga Kota Kediri yang menderita gangguan jiwa. Mulai gangguan ringan hingga berat. warga Kota Kediri yang menderita gangguan jiwa. Mulai gangguan ringan hingga berat. Sebagian besar penderita akibat depresi, karena tekanan masalah ekonomi dan Sebagian besar penderita akibat depresi, karena tekanan masalah ekonomi dan lingkungan. Angka te5ebut terbilang tinggi, dan diperkirakan tiap tahun ak
lingkungan. Angka te5ebut terbilang tinggi, dan diperkirakan tiap tahun ak an meningkat.an meningkat. Gangguan alam perasaan khususnya depresi merupakan salah satu jenis gangguan Gangguan alam perasaan khususnya depresi merupakan salah satu jenis gangguan jiwa
jiwa yang yang popular popular dikalangan dikalangan masyarakat. masyarakat. Hal Hal ini ini bisa bisa disebabkan disebabkan karena karena minimnyaminimnya pengetahuan
pengetahuan masyarakat masyarakat tentang tentang proses proses gangguan gangguan alam alam perasaan: perasaan: depresi depresi sehinggasehingga semakin banyak korban yang berjatuhan.
semakin banyak korban yang berjatuhan.
Angka kejadian akibat gangguan alam perasaan: depresi diperkirakan akan semakin Angka kejadian akibat gangguan alam perasaan: depresi diperkirakan akan semakin meningkat. Hal tersebut bisa dikurangi dengan cara meningkatkan pemahaman tenaga meningkat. Hal tersebut bisa dikurangi dengan cara meningkatkan pemahaman tenaga medis, khususnya perawat yang nantinya diharapkan bisa langsung terjun ke masyarakat medis, khususnya perawat yang nantinya diharapkan bisa langsung terjun ke masyarakat untuk memberikan tindakan preventif dengan cara memberikan
untuk memberikan tindakan preventif dengan cara memberikan health educationhealth education padapada masyarakat.
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah 1.2 Rumusan Masalah
1.
1. Apakah konsep mengenai gangguan alam perasaan?Apakah konsep mengenai gangguan alam perasaan? 2.
2. Bagaimana askep pada pasien gangguan alam perasaan?Bagaimana askep pada pasien gangguan alam perasaan? 1.3
1.3 TujuanTujuan
1.3.1 Tujuan umum 1.3.1 Tujuan umum
1.
1. Menjelaskan konsep gangguan alam perasaanMenjelaskan konsep gangguan alam perasaan 2.
2. Mendiskusikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alamMendiskusikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan
perasaan 1.3.2
1.3.2 Tujuan khususTujuan khusus 1.
1. Menjelaskan Menjelaskan konsep konsep dasar dasar depresidepresi 2.
2. Menjelaskan konsep dasar maniaMenjelaskan konsep dasar mania 3.
1.4 Manfaat 1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami materi tentang gangguan alam perasaan, khususnya Mahasiswa dapat memahami materi tentang gangguan alam perasaan, khususnya depresi dan mania sehingga nantinya mahasiswa mengerti dan dapat mengaplikasikan depresi dan mania sehingga nantinya mahasiswa mengerti dan dapat mengaplikasikan dalam tindakan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Sheila L. Videbeck. 2008 menyatakan bahwa : perubahan pervasive emosi individu, yang ditandai dengan depresi atau mania.
Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing. 1998 menyatakan bahwa: keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama dengan keadaaan perasaan atau emosi. Ada 4 fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk dari komunikasi sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif dan mekanisme pertahanan psikodinamis.
Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and Behaviour: kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk gangguan tipe bipolar.
2.2 Kategori Gangguan Mood
Gangguan mood dibagi menjadi dua kategori utama (Sheila, 2008) :
a. Gangguan unipolar, yang mencakup depresi mayor dan gangguan distimia, yang selama gangguan tersebut individu memperlihatkan kesedihan, agitasi, dn kemarahan karena satu perubahan mood yang ekstrem akibat depresi.
b. Gangguan bipolar (sebelumnya dikenal sebagai gangguan manik-depresif), ketika siklus mood individu antara mania dan depresi yang ekstrem, yakni antara depresi dan keadaan normal, atau mania dan keadaan normal.
2.3 Etiologi
Gangguan mood diyakini menggambarkan disfungsi sistem limbik, hipotalamus, dan ganglia basalis, yang membentuk kesatuan pada emosi manusia. Sebelum intrumen riset noninvasif yang menakjubkan ditemukan, yang saat ini tersedia untuk mengobservasi area fisiologi tubuh yang paling kecil, teori tentang gangguan mood difokuskan pada pengalaman hidup dan bagaimana individu memilih untuk meresponnya. Apakah individu belajar dan tumbuh dari pengalaman hidup yang negatif dan positif, atau apakah pengalaman tersebut mendorong terjadinya depresi atau mania? Beberapa teori ini memiliki fokus “menyalahkan korban”,
sedangkan riset saat ini berfokus pada keyakinan bahwa gangguan mood merupakan ketidak seimbangan kimiawi yang bersifat biologis (hormonal, neurologis, atau genetik). Fakta bahwa tubuh manusia merupakan suatu alat luar biasa yang mampu mengatur dan memulihkan diri sendiri, yang dapat diperkuat oleh keinginan individu untuk berubah adalah alasan mengapa kombinasi psikoterapi dan obat-obatan psikotropik lebih efektif untuk membantu individu yang mengalami gangguan mood .
2.4 Faktor Predisposisi a. Faktor Genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote.
b. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu mekanisme kompensasi)
c. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d. Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami mania.
e. Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
f. Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
g. Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi kortisol.
2.5 Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya.
a. Faktor Biologis
Meliputi perubahan fisiologis yang disebakan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolisme. b. Faktor Psikologis
Meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang dan kehilangan harga diri.
c. Faktor Sosial Budaya
Meliputi kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan. Rentang Emosi Emotional Responsive Reaksi kehilangan yang wajar Supresi Reaksi kehilangan yang memanjang Mania atau Depresi Keterangan:
Rentang emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis tidak merupakan suatu titik yang statis yang tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada klien yang mengalami gangguan perasaan, reaksinya cenderung menetap dan memanjang. Tetapi hal tersebut, juga sangat tergantung pada tipe gangguan alam perasaannya. Apakah termasuk tipe manik atau depresif,atau kombinasi dari keduanya. Rentang respon emosi bergerak dari emosional responsive sampai mania/depresi dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Responsif: Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal (memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal( memahami harapan orang lain) 2. Reaksi kehilangan yang wajar: Klien merasa bersedih, kegiatan sehari-hari klien berhenti
(misalnya bekerja, sekolah), pikiran dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung hanya sementara
3. Supresi : Merupakan tahap dimana koping individu termasuk maladaptive, klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan perhatiannya terhadap lingkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus atau memanjang, maka hakl tersebut dapat mengganggu individu.
4. Depresi: Gangguan alam perasaan ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, sampai ada ide bunuh diri.
Mania: Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan
terangsang.
2.6 Macam Gangguan Alam Perasaan 2.6.1 Depresi
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedah¬an, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti
kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
2.6.1.1 Tanda dan Gejala Depresi
1. Kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gairah hidup dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa dan tidak berguna serta putus asa
2. Sulit klonsentrasi dan daya ingat menurun 3. Nafsu makan dan berat badan menurun
4. Sulit tidur atau tidur berlebihan disertai mimpi-mimpi tidak menyenangkan 5. Agitasi
6. Retardasi (perlambatan gerakan) motorik 7. Hilang perasaan senang, meninggalkan hobi 8. Kreatifitas dan produktifitas menurun
10. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri 2.6.1.2 Ciri-Ciri Klien Yang Rentan Menderita Depresi
a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah, khawatir, iri, dan tegang
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah, dan lebih senagn berdamai untuk menghindari konflik/konfrontasi, merasa gagal dalam usaha dan sering mengeluh
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, lebih suka menarik diri, sulit mengambil keputusan, enggan bicara/pendiam, pemalu, menghindari keterlibatan dengan orang lain
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain, atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
2.6.2 Mania
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang-kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan kepadanya.
Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan menolak karena sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan kecemasannya bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
2.6.2.1 Tanda dan Gejala Mania
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka
menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap banyak bicara, banyak pikiran dan cepat ber pindah topiknya tetapi tidak dapat memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa permusuhannya timbul, ia bertindak seolah olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak memiliki kepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk
menutupi perasaan tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif. Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikologikal yang tinggi. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Afektif
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa
rendah diri, merasa tak berharga.
Kognitif
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran merusak diri, rasa
tidak menentu, pesimis.
Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada, over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan, gangguan menstruasi,
impoten, tidak berespon terhadap seksual. Tingkah
laku
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas, kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable, berkesan menyedihkan,
kurang spontan, gangguan kebersihan.
2.7 Proses terjadinya masalah
Keterangan:
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari persepsinya yang negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah sebagai sesuatu yang 100% buruk. Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya dukungan yang adekuat seperti dari
Negativeperception to roblem Stressor Potential self destruction Helplessness depretion Accumulation of stressor Maladaptive coping
keluarga, sahabat, ibu, tetangga, terutama keyakinannya kepada sang Maha Kuasa. Muncullah fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.
BAB 3
Asuhan Keperawatan 3.1 Depresi
3.1.1 Pengkajian 1. Data demografi
a. Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawatn, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor rekam medik
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat 2. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit? b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
c. Hasil dari alat pengkajian yang terstandardisasi untuk depresi (misal, Beck Depression Inventory, Hamilton Rating Scale of Depression, Geriatric Depression Scale, dan Self-Rating Depression Scale)
d. Episode-episode gangguan mood atau perilaku bunuh diri di mas a lalu e. Riwayat pengobatan
f. Penyalahgunaan obat dan alkohol g. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu dengan gangguan mood
5. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit) b. Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan, keparahan gangguan mood)
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat. 6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga
tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
3.1.2 Analisis Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: klien merasa tidak berguna, merasa kosong
DO: kehilangan minat melakukan aktivitas
Merasa tidak berguna
Sedih yang berlebihan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
DS: klien merasa minder kepada kedua adiknya, sedih yang berlebihan
DO: klien menghindar dan mengurung diri
Sedih yang berlebihan
minder
Mengurung diri, menghindar
Isolasi sosial: menarik diri
Isolasi sosial: menarik diri
DS: klien malas mandi dan mandi jika perlu saja
DO: kuku panjang dan hitam, kulit banyak daki dan kering, rambut berantakan, gigi kuning
Isolasi sosial: menarik diri
Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
DS: ibu merasa frustasi
DO: keluarga tidak peduli pada klien, keluarga membawa klien ke rumah sakit jiwa, dan dirawat untuk ketiga kalinya
Murung
Berdiam diri (tak peduli orang lain: keluarga) Keluarga frsutasi Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat pasien di rumah
DS: tidak mau makan DO: berat badan turun
Tidak mau makan
Berat badan turun
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
3.1.3 WOC
3.1.4 Rencana dan Intervensi Keperawatan NO Diagnosis
Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan Kriteria Hasil
1 Risiko perilaku mencederai diri b.d perilaku kekerasan TUM:
Klien tidak mencederai diri sendiri TUK: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Klien mau membalas salam
1.2 KLien mau menjabat tangan
1.3 Klien mau menyebutkan nama
1.4 Klien mau tersenyum 1.5 Klien mau kontak mata 1.6 Klien mau mengetahui
nama perawat
1.1.1 Beri salam atau anggil nama
1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan 1.1.3 Jelaskan maksud
hubungan interaksi
1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati
Isolasi sosial : menarik diri Defisit Perawatan diri : mandi dan berhias
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan
keluarga merawat klien di rumah
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri-sendiri
Gangguan alam perasaan: depresi
1.1.6 Lakukan kontak singkat tapi sering 2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2.1 Klien mengungkapkan perasaannya 2.2 Klien dapat mengungkapkan perasaan jengkel ataupun kesal
2.1.1 Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya 2.1.2 Bantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
3.1 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah
atau jengkel 3.2 Klien dapat
menyimpulkan tanda dan gejala jengkel atau kesal yang dialaminya
3.1.1 Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakannya saat jengkel atau marah 3.1.2 Observasi tanda dan
gejala perilaku
kekerasan pada klien 3.2.1 Simpulkan bersama
klien yanda dan gejala jengkel atau kesal yang
dialami klien 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.1 Klien dapat mengungkapkan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.2 Klien dapatbermain peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
4.3 Klien dapat
menngetahui cara yang biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah
4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan
perilaku kekeraan yang biasa dilakukan klien 4.2.1 Bantu klien bermain
peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah dengan cara klien lakukan
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien: akibat pada klien sendiri,
akibat pada orang lain, dan akibat pada
lingkungan
5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien
5.1.2 bersama klien
menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien
5.1.3 Tanyakan pada klien apakah dia ingin
mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mendemonstrasi kan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan 6.1 klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku
kekerasan secara fisik: tarik napas dalam, pukul kasur, dan bantal
6.2 klien dapat
mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
6.3 Klien mempunyai jadwak untuk melatih
cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya
6.4 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal yang disusun
6.1.1 diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
6.1.2 beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa
dilakukan klien
6.1.3 diskusikan dua cara fisik yang paling mudah
untuk mencegah perilaku kekerasan 6.2.1 Diskusikan cara
melakukan tarik napas dalam dengan klien 6.2.2 Beri contoh klien cara
menarik napas dalam 6.2.3 Minta klien untuk
mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai 6.3.1 diskusikan dengan klien
mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien
6.3.2 susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang dipelajari 6.4.1 klien mengevaluasi peaksanaan latihan 6.4.2 validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan 6.4.3 beikan pujian atas
keberhasilan klien 6.4.4 Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah 7. Klien dapat mendemonstrasikan cara social untuk mencegah perilaku kekerasan
7.1 Klien dapat
menyebutkan cara bicara yang baik dalam
mencegah perilaku kekerasan Meminta dengan baik Menolak dengan baik Mengungkapkan perasaan baik
7.1.1. diskusikan cara bicara yang baik dengan klien 7.1.2. Beri contoh cara bicara
yang baik :
Meminta dengan
baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan
perasaan dengan baik 7.2.1. Minta klien mengikuti
7.2 Klien dapat
mendemonstrasikan cara verbal yang baik 7.3 Klien mumpunyai
jadwal untuk melatih cara bicara yang baik 7.4 Klien melakukan
evaluasi terhadap
kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang telah
disusun
Meminta dengan baik
: “Saya minta uang untuk beli makanan”
Menolak dengan baik
: “ Maaf, saya tidak dapat melakukannya karena ada kegiatan lain.
Mengungkapkan
perasaan dengan baik : “Saya kesal karena permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai nada suara yang rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang sendiri
7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien 7.3.1. Diskusikan dengan
klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur tidak pada waktunya; menceritakan kekesalan pada perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara
bicara yang baik dengan mengisi dengan kegiatan jadwal kegiatan ( self-evaluation ) 7.4.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan 7.4.3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “ Bagaimana perasaan Budi setelah latihan bicara yang baik?
Apakah keinginan marah berkurang?”
8. Klien dapat mendemonstrasi kan cara spiritual untuk mencegah perilaku
kekerasan
8.1 Klien dapat
menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan 8.2 Klien dapat
mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih 8.3 Klien mempunyai
jadwal untuk melatih kegiatan ibadah 8.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan ibadah 8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan 8.2.1. Bantu klien menilai
kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di ruang rawat
8.2.2. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan dilakukan
8.2.3. Minta klien
mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih
8.2.4. Beri pujian atas keberhasilan klien
8.3.1 Diskusikan dengan klien tentang waktu
pelaksanaan kegiatan ibadah
8.3.2. Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah
8.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian
( self-evaluation) 8.4.2. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan 8.4.3. Berikan pujian atas
keberhasilan klien
8.4.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaimana perasaan Budi setelah teratur melakukan ibadah? Apakah keinginan marah berkurang 9. Klien dapat mendemonstrasi kan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan 9.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5 benar: benar orang,
obat, dosis, waktu dan cara pemberian)
9.2 Klien
mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00,
19.00); cara minum obat.
9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur :
sesuai jadwal yang ditetapkan
9.3 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat
Beda perasaan
sebelum minum obat dan sesudah minum obat
Jelaskan bahwa dosis
hanya boleh diubah oleh dokter
Jelaskan mengenai
akibat minum obat yang tidak teratur, misalnya, penyakit kambuh
9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :
Klien meminat obat
kepada perawat ( jika di rumah sakit),
kepada keluarga (jika di rumah)
Klien memeriksa obat
susuai dosis
Klien meminum obat
pada waktu yang tepat. 9.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien 9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian
( self-evaluation) 9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien 9.3.3 Beri pujian atas
9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman perasaan Budi setelah minum obat secara teratur? Apakah keinginan untuk marah berkurang?” 10. Klien dapat mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan
10.1 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan
10.2 Klien mempunyai jadwal TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan 10.3 Klien melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan TAK
10.1.1 Anjurkan klien untuk mengikuti TAK :
stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan
10.1.2 Klien mengikuti TAK : stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan (kegiatan tersendiri)
10.1.3 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan TAK da beri pujian atas
keberhasilannya 10.2.1 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal TAK
10.2.2 Masukkan jadwak TAK ke dalam jadwal kegiatan harian ( self-evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan klien dalam mengikuti TAK
10.3.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien: “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti TAK?” 11. Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan cara pencegahan perilaku kekerasan 11.1 Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien
11.1.1 Identifikasi
kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
11.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga
dalam merawat klien 11.1.3 Jelaskan cara- cara
merawat klien :
Terkait dengan cara
mengontrol perilaku marah secara
konstruktif
Sikap dan cara bicara
Membantu klien mengenal penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan 11.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien 11.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi 11.1.6 Anjurkan keluarga mempraktikannya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah. 3.2 Mania 3.2.1 Pengkajian a. Data subyektif :
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik (flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.
b. Data obyektif:
Ekspresi wajah tegang, riang berlebihan, kurang memperhatikan makan dan minum, kurang istirahat / tidur, tidak bertanggungjawab, mudah tersinggung / terangsang, tidak tahan kritik, aktivitas motorik meningkat, berdandan aneh dan berlebihan, menantang bahaya, kacau, kebersihan diri kurang.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan mania. 2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan mania. 5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif. Intervensi Keperawatan
3.2.3 Intervensi
a. Tujuan umum :
Sesuai masalah (problem). b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling perca ya. Tindakan :
Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.
Tindakan :
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Beri kesempatan klien mengutarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik focusing.
Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien. 3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
Tindakan :
Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal, marah, dan tak menyenangkan.
Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima.
Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tindakan :
Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak peralatan.
Jauhkan dan simpan alat alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan terkunci.
Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya.
5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah. Tindakan :
Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal: menyapu, joging dll.
Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh klien.
Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien. 6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Tindakan :
Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna. 7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya.
Tindakan :
Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dll. 8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
Bimbing pasien berhias.
Beri pujian bila klien berhias secara wajar.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat. Tindakan :
Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar. 10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli en.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 3.2.4 Evaluasi
1. Klien dapat membina hubungan saling perca ya. 2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya. 3. Klien dapat menggunakan koping adaptif.
4. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan. 5. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
6. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
7. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya. 8. Klien terpenuhi kebersihan dirinya.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat. 10. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
BAB 4 PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euphoria) dan gerak yang berlebihan (agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai gangguan tipe bipolar. Depresi terdapat klasifikasi dan tingkatan nya. Tanda dan gejala yang timbul pada depresi bisa bermacam-macam karena tiap individu itu unik.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya depresi. Bisa karena faktor prepitasi maupun faktor prediposisi. Asuhan keperawatan yang dibeikan pada pasien berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pasien dengan gangguan alam perasaan menunjukkan pribadi yang unik.
5.2 Saran
Kesehatan jiwa dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara pasien, keluarga dan tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah satu dari komponen tersebut, maka akan menghambat proses penyembuhan.