PT ELNUSA DRILLING SERVICES
SKRIPSI
Diajukan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Disusun Oleh:
Nama : RACHMA SUCHIYANTI Nim : 0420311-034
Jurusan : Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : RACHMA SUCHIYANTI Nim : 0420311-034
Fakultas : Ilmu Komunikasi Bidang Studi : Public Relations
Judul Skripsi : “Jaringan Komunikasi Informal Pada Program Kedisiplinan Kerja Karyawan PT Elnusa Drilling Services”
Jakarta, Oktober 2008 Mengetahui,
Pembimbing
(Drs. Ervan Ismail, M.Si)
Menyetujui,
Dekan Ketua Bidang
Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama : RACHMA SUCHIYANTI Nim : 0420311-034
Fakultas : Ilmu Komunikasi Bidang Studi : Public Relations
Judul Skripsi : “Jaringan Komunikasi Informal Pada Program Kedisiplinan Kerja Karyawan PT Elnusa Drilling Services”
Jakarta, 30 Agustus 2008
1. Ketua Sidang
Heri Budianto, S.Sos, M.Si ( )
2. Penguji Ahli
Dra. Endri Listiani, M.Si ( )
3. Pembimbing
RACHMA SUCHIYANTI (0420311-034)
Jaringan Komunikasi Informal Pada Program Kedisiplinan Kerja Karyawan PT Elnusa Drilling Services
Bibliografi: 5 Bab + 117 Halaman + 3 Lampiran + 27 Tabel + 10 Gambar
Komunikasi adalah bagian terpenting dalam keseharian tiap – tiap individu. Khususnya bagi individu yang bekerja dalam sebuah organisasi, dimana masing – masing individu dituntut untuk saling berinteraksi satu sama lain, untuk bekerjasama dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam pencapaian tujuan perusahaan, tidak hanya dengan jaringan formal yaitu komunikasi secara formal suatu perusahan dapat berjalan dengan baik untuk menyampaikan informasi, khususnya mengenai kedisiplinan kerja karyawan, namun peran komunikasi informal dengan jaringan komunikasi informal dapat pula membantu dalam penyampaian informasi itu sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah jaringan komunikasi informal yang terjadi pada program kedisiplinan kerja karyawan PT Elnusa Drilling Services. Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengertian komunikasi, fungsi komunikasi, organisasi, komunikasi organisasi, fungsi dan tujuan komunikasi organisasi, arus dan aliran komunikasi didalam organisasi, komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, komunikasi diagonal, jaringan komunikasi informal dan pengertian kedisiplinan.
Tipe atau sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada para karyawan PT Elnusa Drilling Services khususnya yang berada di pusat TB. Simatupang, Jakarta. Dengan menggunakan metode survey, dimana memiliki populasi sebanyak 85 orang hingga tahun 2007, dan dengan sampel sebanyak 30 orang.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa terlihat terdapatnya pola jaringan komunikasi informal pada perusahaan yang tergambarkan pada gambar pola jaringan, yang menemukan adanya klik antara karyawan dengan tergambarkannya enam peran dalam jaringan komunikasi yaitu Opinion Leader, Cosmopolite, Bridge, Liaison dan Gate Keepers yang didominasi oleh HRD dan beberapa departemen lainnya setelah HRD, seperti Marketing, Sekretaris dan Admin. Sedangkan untuk Isolate ada terdapat Accounting, Office Boy dan Driver.
Penulis menyarankan adanya penelitian lebih lanjut yang dapat menjelaskan bentuk – bentuk hubungan antar karyawan baik secara formal maupun informal, dnegan menggunakan pendekatan eksplanatif (Sebab Akibat). Sehingga dapat menjelaskan lebih baik, komunikasi yang di dalam PT Elnusa Drilling Services, maupun perusahaan lain.
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEBAIKAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah / Penelitian... 1
1.2 Pokok Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
- Manfaat Akademis ... 7
- Manfaat Praktis ... 8
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi ... 9
2.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Organisasi ... 15
2.6 Arus dan Aliran Komunikasi di Dalam Organisasi... 17
2.6.1 Arus komunikasi ...17 2.6.1.1 Komunikasi Vertikal ... 17 2.6.1.1.1 Komunikasi Downward...17 2.6.1.1.2 Komunikasi Upward...18 2.6.1.2 Komunikasi Horizontal ... 18 2.6.1.3 Komunikasi Diagonal ...19 2.6.2 Aliran Komunikasi ... 20
2.7 Jaringan Komunikasi Informal... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe / Sifat Penelitian ... 31
3.2 Metode Penelitian ... 31
3.3 Tehnik Pengumpulan Data ... 32
- Data Primer ... 32
- Data Sekunder... 33
3.4 Populasi dan Sampel ... 33
- Populasi... 33
- Sampel ... 33
3.5 Definisi Konsep dan Operasionalisasi Konsep ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 42
4.1.1 Visi Perusahaan ... 42
4.1.2 Misi Perusahaan ... 42
4.1.3 Struktur Organisasi ... 43
4.1.4 Maksud dan Tujuan Perusahaan... 44
4.1.5 Hak dan Kewajiban Perusahaan dan Pekerja ... 45
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.2.1 Identitas Responden ... 47
4.3 Pembahasan Komunikasi Informal ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 114
5.2 Saran... 115
DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI
1. Surat Izin Penelitian Universitas Mercu Buana
2. Surat Konfirmasi Izin Penelitian PT Elnusa Drilling Services 3. Form Kuesioner
Tabel 4.1 Jenis Kelamin ... 47
Tabel 4.2 Usia ... 48
Tabel 4.3 Agama ... 49
Tabel 4.4 Status Perkawinan ... 50
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Responden... 51
Tabel 4.6 Lama Bekerja ... 52
Tabel 4.7 Jabatan / Bagian Dept. ... 53
Tabel 4.8 Pembicaraan Permasalahan Kedisiplinan Kerja Karyawan Dalam Pelaksanaan Peraturan Perusahaan dengan Rekan Kerja... 54
Tabel 4.9 Mencari Tahu Ketidakjelasan Informasi Peraturan Perusahaan Lebih Lanjut... 55
Tabel 4.10 Kebiasaan yang Terjadi Bila Rekan Kerja Mengalami Penurunan Kualitas ... 56
Tabel 4.11 Adakah Teman yang Biasanya Membicarakan Issue, Gosip Ataupun Informasi yang Berhubungan dengan Masalah Kedisiplinan... 57
Tabel 4.12 Jumlah Orang-orang Terdekat dalam Sebuah Kelompok ... 58
Tabel 4.13 Dengan Adanya Kelompok Dapat Membantu Menyelesaikan Masalah-masalah Dalam Perusahaan... 59 Tabel 4.14 Penyebab yang Menjadi Faktor Seseorang Kurang
Setiap Waktunya ... 61 Tabel 4.16 Tempat Dimana Sering Berkomunikasi dengan Rekan-rekan
Kantor... 69 Tabel 4.17 Rutinitas Komunikasi Kepada Siapa Responden Utama Sering
Membicaakan Masalah-Masalah Kedisiplinan Dalam Menjalani Peraturan Perusahaan ... 70 Tabel 4.18 Mengapa Memilih Orang-orang Di Atas (Pada Tabel 4.17)
Untuk Sering Diajak Membicarakan Masalah-masalah
Peraturan Perusahaan ... 75 Tabel 4.19 Topik yang Lebih Dominan untuk Dibicarakan... 77 Tabel 4.20 Orang yang Dominan Mengetahui Informasi Mengenai
Masalah-masalah Kedisiplinan Kerja Karyawan ... 78 Tabel 4.21 Orang yang Dapat Mempengaruhi Anggota Kelompok
Lainnya (Opinion Leader)... 80 Tabel 4.22 Orang yang Dapat Berperan untuk Menampung dan
Menyampaikan setiap Informasi yang Masuk atau Informasi yang Keluar Khususnya Mengenai Masalah-masalah
Kedisiplinan Kerja di Perusahaan ... 84 Tabel 4.23 Orang yang Dapat Menjembatani Antara Anda dengan rekan
Kerja Lainnya Khususnya Mengenai Masalah-masalah
Tabel 4.25 Orang-orang Yang jarang Berinteraksi dengan Rekan Kerja Lainnya... 97 Tabel 4.26 Orang-orang yang Dalam Lingkungan Anda Bekerja yang Dapat
Menghubungkan Antara Kelompok di Dalam Internal Perusahaan dengan Kelompok Di Luar Internal Perusahaan Dalam Penyebaran Pesan Mengenai Program Kedisiplinan Dalam Pengaturan Kerja di Perusahaan ... 101 Tabel 4.27 Peran Jaringan Komunikasi Yang Terbentuk ... 101
Gambar 2.1 Sebuah Contoh Tentang Komunikasi Ke Bawah dan Ke Atas
Melalui Jalur Komando... 18
Gambar 2.2 Contoh Komunikasi Horizontal ... 19
Gambar 2.3 Contoh Komunikasi Diagonal... 20
Gambar 2.4 Jaringan yang Menunjukkan Peranan Jaringan Kerja Komunikasi ... 38
Gambar 4.1 Gambar Struktur Organisasi... 43
Gambar 4.2 Pola Jaringan Penggunaan Waktu... 67
Gambar 4.3 Pola Jaringan Opinion Leader ... 82
Gambar 4.4 Pola Jaringan Gate Keeper ... 86
Gambar 4.5 Pola Jaringan Bridge ... 90
Gambar 4.6 Pola Jaringan Liason ... 95
Gambar 4.7 Pola Jaringan Isolate ... 99
Gambar 4.8 Pola Jaringan Cosmopolites ... 104
Gambar 4.9 Model Roda Wheel ... 112
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari – hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan dalam suatu organisasi, dalam pergaulan di dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi1.
Organisasi merupakan suatu sistem yang mapan dari orang – orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian kerja2. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, maka organisasi dapat terhambat dan berantakan.
Untuk mencapai tujuan bersama itu maka didalam organisasi diperlukan komunikasi yang baik antara karyawan dan atasan, karena tanpa adanya komunikasi yang baik maka tidak akan tercapai tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut. Komunikasi yang efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan setiap organisasi.
1
Arni Muhammad , Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta 2007, Hal. 1
2Onong U Effendy , Human Relations dan Public Relations, CV. Mandar Maju, Bandung 1993,
Bentuk komunikasi di dalam organisasi dapat terjadi secara formal dan informal. Di dalam komunikasi formal biasanya pesan yang disampaikan berupa instruksi, pemberitahuan yang menyangkut tentang pekerjaan baik berupa tulisan atau pemberitahuan yang menyangkut tentang pekerjaan baik berupa tulisan atau pemberitahuan secara langsung sesuai dengan prosedur yang berlaku. Komunikasi formal ini terjadi secara downward communication (dari atasan kepada bawahan) ini berupa perintah atau upward communication (dari bawahan kepada atasan) ini berupa masukan, saran dan secara horizontal communication.
Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak berhubungan dengan struktur organisasi, jadi lebih menyangkut pribadi biasanya komunikasi ini terjadi tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi dan komunikasi ini lebih memerlukan aspek human relations didalamnya. Komunikasi informal ini berupa selentingan yang bebas bergerak kesegala arah, melewati tingkat wewenang dan kemungkinan besar memenuhi kebutuhan sosial anggota kelompok karena mempermudah penyelesaian tugas.
Suatu jaringan komunikasi ini mencakup dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Analisa jaringan juga dapat menunjukkan apakah kelompok kerja terlalu besar atau terlalu kurang terpadu untuk bekerja secara efektif. Di dalam suatu organisasi tidak hanya diperlukan komunikasi yang terjadi secara formal tapi lebih dibutuhkan komunikasi yang bersifat informal, karena dari komunikasi informal ini dapat menimbulkan kepuasan bekerja bagi para karyawan dan dari komunikasi informal yang terjadi secara pribadi tersebut akan dapat meningkatkan hubungan yang baik di dalam organisasi sehingga
menciptakan situasi yang sinergis serta kondusif di organisasi / perusahaan dalam peningkatan efektifitas kerja karyawan.
Jaringan komunikasi informal lebih dikenal dengan desas – desus (Grapevine) atau kabar angin. Melalui desas – desus inilah maka terbentuk jaringan komunikasi informal, dimana didalamnya akan terjadi pertukaran pesan dan akan membuat mereka saling berinteraksi antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dalam istilah grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari individu ke individu yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Dalam jaringan komunikasi informal responden diminta untuk berfikir mengenai keterlibatan dalam struktur komunikasi obrolan seperti percakapan, pertemuan spontan tanpa terencana, nota pribadi dan telepon pribadi.
Komunikasi informal terjadi diantara orang – orang dalam suatu organisasi yang hubungannya satu sama lain tidak bergantungan kepada otoritas dan fungsi – fungsi pekerjaan mereka. Komunikasi informal terjadi sebagai akibat keinginan – keinginan mereka untuk mensosialisasikan dan untuk menceritakan informasi yang mereka menganggap teman – teman mungkin tidak memilikinya.
Komunikasi informal dapat menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang – orang dan mengalir keseluruh organisasi tanpa diperkirakan. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian – kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Aktvitas grapevine dalam organisasi bukanlah tanda – tanda ketidaksehatan organisasi tetapi merupakan gejala yang normal.
Permasalahan program kedisiplinan inilah yang dijadikan sebagai topik yang menarik untuk dibicarakan diantara mereka karyawan – karyawan yang bekerja, karena sering kali masalah kedisiplinan seperti secara informal dapat menjadi tolak ukur penilaian perusahaan terhadap karyawan yang mematuhi peraturan perusahaan dengan baik, dan sebaliknya pula bagi yang tidak melaksanakan kedisiplinan dalam menjalani peraturan perusahaan. Dimana disini penulis ingin melihat peran dari jaringan komunikasi yang terjadi pada perusahaan PT Elnusa Drilling Services, dari masing – masing responden utama yang memiliki hubungan komunikasi dengan rekan – rekan divisinya yang lain, yang terdiri dari divisi: HRD, Marketing, Accounting, Asset, Procurement, Secretary, Securtiy, Office Boy dan Driver. Dengan siapa masing – masing individu berinteraksi satu dengan yang lainnya, teruta dalam jaringan informal dalam sebuah perusahaan.
Penulis memfokuskan penelitian komunikasi organisasi pada perusahaan PT. Elnusa Drilling Services yang bergerak pada bidang industri energi khususnya di bidang pengeboran minyak dan gas bumi yang berlokasi di Graha Elnusa Building, Jl. TB. Simatupang Kav. 1B, Cilandak, Jakarta, 12560, Indonesia.3 Sebagai anak perusahaan PT PERTAMINA (Persero) dan dibawah naungan PT. ELNUSA, PT. Elnusa Drilling Services memiliki dasar umum dalam pelaksanaan kedisiplinan kerja karyawan, dimana PT. Elnusa Drilling Services mengacu pada ketetapan peraturan perusahaan itu sendiri, terdapat dimana perusahaan berkewajiban membangun dan mempertahankan disiplin pekerja yang tinggi dan
mengembangkan perasaan saling hormat menghormati serta penuh pengertian sesama pekerja dan antara pimpinan perusahaaan dengan pekerja. Pimpinan perusahaan perlu memberikan petunjuk, bimbingan dan instruksi (melalui berbagai tingkatan manager lini) kepada pekerja supaya dapat menjalankan tanggung jawabnya secara berdisiplin serta menurut ketentuan kerja dan peraturan perusahaan.4
Dimana bagi pekerja yang melanggar peraturan pada dasarnya selalu diberikan kesempatan untuk memperbaiki sikapnya. Adapun bentuk tindakan disiplin dapat berbentuk; teguran lisan, peringatan tertulis, pencabutan fasilitas, penundaan kenaikan upah, penundaan kenaikan golongan jabatan, penurunan upah, demosi (penurunan golongan jabatan) dan pemecatan (pemutusan hubungan kerja).5
Pelanggaran – pelanggaran tersebut bisa saja seperti; kekurangan dalam prestasi (seperti tidak melaksanakan perintah dengan sebagaimana mestinya), sering datang terlambat tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan kurang bertanggungjawab menjalankan kewajibannya dapat berupa penggunaan barang – barang perusahaan untuk kepentingan pribadi.
Departemen Sumber Daya memegang peranan penting dalam membantu pencapaian sasaran dan visi PT. Elnusa Drilling Services. Departemen SDM secara konsisten melakukan program-program yang dapat mendorong upaya-upaya pencapaian sasaran strategik perusahaan, diantaranya melalui:
1. Membangun SDM yang kompetitif melalui program pelatihan dan
4Peraturan Perusahaan, PT. Elnusa Drilling Services, 2005 – 2007, hal.66 5Peraturan Perusahaan, Op.Cit, 2005 – 2007, hal. 67
pengembangan yang terencana, terintegrasi dan tepat sasaran.
2. Membangun lingkungan kerja yang kondusif melalui pembentukan budaya perusahaan dan komunikasi yang terbuka.
3. Memberikan bantuan yang optimal bagi manajemen dan karyawan dalam membantu pencapaian kinerjanya melalui program pengelolaan kinerja dan
reward manajemen.
Untuk itu, departemen SDM secara terus-menerus membuat program-program untuk meningkatkan kompetensi SDM dan perusahaan. Program berbasis kompetensi menjadi pilihan dalam pengembangan organisasi dan SDM. Sinergi yang telah terjadi di antara anak-anak perusahaan berserta PT. Elnusa Drilling Services sebagai anak perusahan dari PT. ELNUSA adalah dalam membuat analisa kebutuhan, membuat dan mengevaluasi program menguatkan dukungan atas teridentifikasinya kompetensi yang dibutuhkan dan pemastian pencapaian tingkat kompetensi yang mendukung pencapaian hasil yang maksimal.
1.2 Pokok Masalah
Permasalahan yang akan diangkat berdasarkan judul penelitian yaitu “Jaringan Komunikasi Informal Pada Program Kedisiplinan Kerja Karyawan PT. Elnusa Drilling Services” yaitu:
- Bagaimana jaringan komunikasi informal dalam perusahaan PT. Elnusa Drilling Services berperan dalam program kedisiplinan kerja karyawan.
1.3 Tujuan Penelitian
- Mengetahui jaringan komunikasi informal PT. Elnusa Drilling Services dalam program kedisiplinan kerja karyawan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi perusahaan PT. Elnusa Drilling Services khususnya pada divisi Sumber Daya Manusia dan Humas disamping untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilaksanakan dalam proses penyampaian pesan / informasi dari manajemen hingga kepada karyawan di dalam suatu divisi sudah dapat diterima dengan baik atau tidak dan apakah bentuk komunikasi informal dapat mempengaruhi hubungan komunikasi terhadap kediplinan kerja karyawan kepada perusahaan. Serta menjadi masukan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, yang lebih rincinya manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis.
- Penelitian ini relevan memberikan masukan untuk ilmu komunikasi dan diharapkan dapat memberikan kontribusi upaya pengembangan jaringan komunikasi informal dalam organisasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola jaringan komunikasi informal yang terdapat didalam organisasi, suatu lingkungan dan peran individu – individu di dalam jaringan tersebut sehingga dapat menjadi masukan – masukan bagi penelitian sejenis dan pengembangan aspek – aspek yang diteliti.
2. Manfaat Praktis.
- Sebagai masukan saran dan referensi bagi Pengelola Manajemen PT. Elnusa Drilling Services untuk lebih meningkatkan kegiatan hubungan komunikasi yang baik, baik secara verbal maupun non verbal, secara formal ataupun informal dengan karyawan di dalam internal organisasi dalam kelangsungan kedisiplinan kerja karyawan. Dimana dengan peran jaringan komunikasi informal dapat membantu proses hubungan komunikasi yang tidak berstruktur diluar hubungan jaringan komunikasi formal.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang fital dalam organisasi, karena komunikasi penting sekali bagi semua proses organisasi. Jaringan – jaringan komunikasi dalam organisasi mendapatkan dan membagikan informasi untuk pusat – pusat pemrosesan informasi dan pembuatan keputusan. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Begitupun sebaliknya apabila kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat tidak berjalan atau berantakan. Pengertian Komunikasi dapat diartikan sebagai berikut:
1. Pengertian Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley seperti yang dikemukakan oleh Forsdale (1981) adalah ahli sosiologi Amerika, mengatakan bahwa:”Communication is the process by which an individual transmits
stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”. Dengan
kata lain “Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang
biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain”. Pada
definisi ini mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal.
2. Sedangkan menurut Louis Forsdale (1981) seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi yaitu:
“Communication is the process by which a system is established, maintained
and altered by means of shared signals that operate according to rules”.
Dengan kata lain “Komunikasi adalah suatu proses memberikan signal
menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan diubah”.
3. Menurut William J. Seller (1988) memberikan definisi Komunikasi yaitu; “Komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan non verbal
dikirimkan, diterima dan diberi arti ”.
Dari beberapa definisi diatas, terlihat pada dasarnya pengertian dari para ahli tersebut adalah sama mengenai komunikasi. Hanya sudut pandang nya saja yang berbeda. Selain definisi diatas, Muhammad Arni dalam bukunya menyatakan bahwa komunikasi merupakan pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
2.2 Fungsi Komunikasi
Komunikasi di dalam organisasi penting sekali dan dapat dipakai untuk melaksanakan fungsi – fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Kontrol.
- Komunikasi dapat dipakai untuk mengontrol atau mengendalikan perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara. Organisasi memiliki hirarki wewenang dan pedoman yang diikuti oleh pekerja. Manakala para pekerja diminta untuk melaporkan hasil kerja atau keluhannya, menjalankan tugas sesuai dengan deskripsi, maka komunikasi sebagai pengontrol.
2. Fungsi Motivasi.
- Komunikasi dapat juga dipakai sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana pekerja seharusnya bekerja agar dapat meningkatkan kemampuan dan kinerjanya. Dalam hal seperti ini, komunikasi berfungsi sebagai motivasi. 3. Fungsi Informasi.
- Pengambilan keputusandalam organisasi memerlukan informasi. Komunikasi berfungsi menyediakan informasi yang berguna bagi individu atau kelompok untuk membuat keputusan yang dikehendaki.6
Ketiga fungsi diatas sama pentingnya bagi organisasi. Tak ada satu fungsi pun yang bisa dikatakan lebih penting dari yang lainnya. Sebab, untuk dapat menghasilkan kinerja yang efektif, kelompok atau organisasi perlu mengontrol perilku anggotanya, memotivasi, mewadahi ekspresi perasaan angggota dan membuat keputusan.7
2.3 Organisasi
Komunikasi dilakukan oleh semua individunya di semua bidang kehidupan. Termasuk dalam kehidupan berorganisasi. Organisasi memiliki pengertian dari beberapa ahli, yaitu :
1. Schein mengatakan, organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain (suatu sistem) dan tergantung 6
Sofyandi Herman dan Garniwa Iwa, Perilaku Organisasional, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007, Hal. 158
kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
2. Kohler mengatakan, Organisasi adalah hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. 3. Wright mengatakan, Organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari
aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Dari ketiga pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang mapan dari orang – orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian kerjanya.8
Organisasi memiliki karakteristik yang spesifik sebagai suatu aktivitas, hal ini terlihat dari penjabaran berikut9:
1. Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut. 2. Memerlukan Informasi
Semua Organisasi memerlukan informasi. Dengan adanya informasi, bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
8Onong U Effendy, Op.Cit, 1993 Hal. 3 9Arni. Muhammad. Op. Cit. 2007 Hal. 29-31
3. Mempunyai Tujuan
Organisasi merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap organisasi memiliki tujuannya sendiri, berbeda dengan tujuan dari organisasi lainnya.
4. Berstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan – aturan, undang – undang dan hierarki hubungan dalam organisasi. Hal inilah yang dinamakan Struktur Organisasi.
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan
2.4 Komunikasi Organisasi
Ada beberapa persepsi mengenai pengertian dari komunikasi organisasi itu sendiri, diantaranya yaitu sebagai berikut10:
1. Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang – orang yang sama
level atau tingkatan dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.
2. Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.
3. Menurut Thayer, komunikasi organisasi adalah suatu arus data yang melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. 4. Greenbaum mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk dalam
komunikasi formal dan informal dalam organisasi Dia membedakan komunikasi internal dan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.
Meskipun bermacam – macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu:
1. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. 2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media. 3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya,
2.5 Fungsi Dan Tujuan Komunikasi Organisasi
Fungsi dan tujuan komunikasi dalam Organisasi merupakan faktor – faktor terpenting dalam usaha mempertahankan kesatuan dalam kelompok organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi komunikasi dalam organisasi menurut A.W Widjaja dirumuskan sebagai berikut11:
1. Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang benar. 2. Sosialisasi, yakni menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif hingga sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam masyarakat.
3. Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginan serta mendorong kegiatan individu.
4. Diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk persetujuan.
Dengan adanya komunikasi di dalam organisasi, maka akan terjadi interaksi diantara mereka, dimana mereka dapat saling bertukar informasi, berdiskusi dan melalui komunikasi dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja.
11 A.W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. 1993
Komunikasi dalam organisasi dapat berjalan efektif bila setiap individu dalam organisasi dapat memahami tujuan dari komunikasi organisasi itu sendiri. Tujuan komunikasi organisasi menurut Joseph A. Devito dirumuskan menjadi 4 hal yaitu12:
1. Untuk Penemuan Diri (Personal Discovery)
Maksudnya dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak berkomunikasi, tetapi dengan berkomunikasi juga bias memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang tidak sepenuhnya terjangkau oleh kita sebelumnya.
2. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial.
3. Untuk Meyakinkan
Komunikasi digunakan untuk mengubah diri seseorang agar mau mengikuti seperti yang diinginkan, untuk merubah sikap itu kita harus bisa meyakinkan orang yang akan diajak berbicara.
4. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita banyak mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku
komunikasi dirancang untuk menghibur orang lain.
Tanpa memahami benar- benar mengenai fungsi dan tujuan komunikasi dalam organisasi, setiap individu organisasi tidak akan mampu berkerja sama secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
2.6 Arus Dan Aliran Komunikasi Di Dalam Organisasi
2.6.1 Arus Komunikasi
Dalam Organisasi yang efektif, komunikasi mengalir berbagai arah. Arus komunikasi dalam organisasi meliputi :
2.6.1.1 Komunikasi Vertikal
Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Dalam Komunikasi vertikal memiliki 2 karakteristik pula, yaitu Komunikasi Downward dan Upward.
2.6.1.1.1 Komunikasi Downward
Komunikasi Downward terjadi dari atasan kepada bawahan melalui suatu hierarki, biasanya berbentuk perintah, larangan atau petunjuk. Jenis komunikasi lisan kebawah dapat berupa instruksi, pidato, dan rapat. Sedangkan komunikasi tulisan kebawah dapat berupa surat, pamflet dan papan pengumuman.
2.6.1.1.2 Komunikasi Upward
Komunikasi Upward terjadi dari bawahan kepada atasan melalui struktur hierarki, biasanya memuat tentang laporan – laporan / usulan-usulan. Namun umunya dalam suatu struktur hierarki, komunikasi upward sangat jarang terjadi.
Gambar 2 – 1. Sebuah Contoh Tentang Komunikasi Ke Bawah Dan ke Atas Melalui Jalur Komando.13
2.6.1.2 Komunikasi Horizontal
Yaitu Komunikasi antara karyawan pada tingkat jabatan yang kurang lebih sejajar.
Aliran informasi didalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamika,
13 Wexley Kenneth N. and Yuki Gary A, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, PT.
Rineka Cipta, Jakarta, 2005, Hal. 78
Wk. Presiden Manajer Dept. Presiden Pengawas Seksi Pekerja - Pekerja Komunikasi ke bawah Komunikasi ke atas
dalam proses inilah pesan-pesan secara tetap dan berkesinambungan diciptakan, ditampilkan, dan diinterprestasikan. Proses ini berlangsung terus dan berubah secara konstan, yang artinya komunikasi organisasi bukanlah sesuatu yang terjadi kemudian berhenti tapi komunikasi terjadi sepanjang waktu.
Gambar 2 – 2. Contoh Komunikasi Horizontal14
2.6.1.3 Komunikasi Diagonal
Yaitu komunikasi antara orang – orang pada jenjang berbeda yang tidak memiliki kekuasaan langsung atas satu dengan lainnya .
Komunikasi terjadi secara teratur diantara para pekerja yang bekerja sama sebagai satu tim, diantara anggota dari kelompok keja yang berbeda dengan ketergantungan pekerjaan, antara anggota departemen departemen fungsional yang terpisah, dan antara personalia lini dengan staff.
14Wexley Kenneth N. and Yuki Gary A, Ibid, Hal. 80
Wk. Presiden Poduksi
Pengawas Seksi Manajer Departemen
Pengawas Seksi Manajer Departemen
Gambar 2 – 3. Contoh Komunikasi Diagonal15
2.6.2 Aliran Komunikasi
Aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu : secara serentak, secara berurutan atau kombinasi dari kedua cara ini16. Dalam suatu komunikasi, tidak dapat ditentukan alirannya apalagi dalam komunikasi informal, Aliran dalam komunikasi terjadi sendirinya dan akan terbentuk dengan sendirinya pula tanpa ada yang mengarahkan.
2.7 Jaringan Komunikasi Informal
Organisasi adalah komposisi sejumlah orang-orang yang menduduki posisi atau peran tertentu, diantara orang-orang ini saling terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan terjadi melalui jalan tertentu yang dinamakan Jaringan Komunikasi17.
Secara umum, jaringan komunikasi terbagi dua, yaitu Jaringan
15Wexley Kenneth N. and Yuki Gary A, Op. Cit, Hal. 80 16
Pace Wayne and Don Faules, Komunikasi Organisasi Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan, PT. Rosda Remaja, Bandung 1993. Hal. 170 - 171
17Muhammad. Arni, Loc Cit. 2000. Hal. 102
Wk. Presiden Poduksi
Manajer Departemen Manajer Departemen
Komunikasi Formal (posisional) dan Jaringan Komunikasi Informal (pribadi). Jaringan komunikasi formal megalir melalui jalur resmi yang ditentukan secara hierarki dalam organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak melalui jalur resmi dan komunikasi ini terjadi tanpa melihat kedudukan atau posisi mereka dalam organisasi18.
Terbentuknya jaringan komunikasi informal karena adanya berbagai maksud yaitu19:
1. Pemuasan kebutuhan manusiawi.
2. Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan. 3. Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
4. Sumber Informasi hubungan kerja.
Jaringan komunikasi informal itu terbentuk karena adanya informasi yang belum tentu kebenarannya ada di dalam organisasi. Komunikasi informal ini merupakan suatu desas desus atau kabar angin yang belum tentu benar keberadaannya. Karakteristik jaringan komunikasi informal yaitu20:
1. Jaringan komunikasi informal umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi jaringan kerja komunikai informal digambarkan sebagai suatu rantai kelompok, karena setiap orang yang menyampaikan selentingan cenderung mengabarkannya kepada sekelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja.
2. Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, 18
Pace Wayne and Don Faules, Loc cit, 1993. Hal 199
19Andre Handjana, Audit Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Grasindo Jakarta.2001.Hal.67-68 20Pace Wayne and Don Faules, LocCit. 1993. Hal 200
semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang-orang lainnya. 3. Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu
yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada orang – orang lainnya.
Komunikasi informal ini sering dilakukan individu dalam organisasi, apalagi menyangkut tentang permasalahan yang ada di organisasi tersebut. Komunikasi informal ini berguna untuk menyeimbangi komunikasi formal yang beredar. Jaringan komunikasi informal bersifat universal yang dalam arti komunikasi sering berkisar seputar organisasinya ( pekerjaanya ).
Meskipun tidak terbentuk secara formal namun, jaringan komunikasi informal mempunyai beberapa kegunaan atau fungsi, yaitu21:
1. Jaringan Komunikasi informal dapat memuaskan salah satu kebutuhan karyawan, yaitu dapat memelihara dan menikmati hubungan persahabatan dengan rekan sekerjanya.
2. Jaringan komunikasi dapat membantu karyawan dalam memahami lingkungan kerjanya, terutama dalam menginterprestasikan perintah – perintah yang kurang jelas dari atasannya.
3. Jaringan komunikasi dapat berfungsi sebagai katup pengaman pada orang – orang yang sedang bingung atau kurang jelas dengan apa yang sedang terjadi pada mereka. Mereka dapat menggunakan jaringan komunikasi ini untuk memperbesar rasa keingintahuan mereka atau untuk mengurangi kegelisahan mereka. Setiap individu akan merasa gelisah apabila ada suatu ketidakpastian
21 Jack Halloran, Applied Human Relations Organisational Approach, New York. USA
maka dengan komunikasi informal ini ketidakpastian itu akan terjawab. 4. Ketika orang – orang menggosipkan seseorang yang tidak ada, mereka sering
mengadili. Beberapa orang menghakimi orang lain tentang keberadaannya. Ini merupakan suatu cara dalam menghadapi keraguan, ketidaknyamanan dan kebingungan.
Dari fungsi inilah mereka senang dalam melakukan komunikasi informal, dimana mereka dapat berinteraksi. Melalui komunikasi informal inilah seseorang dapat mengatasi rasa kebingungan, ketidaknyamanan dan keraguan.
Di dalam Jaringan komunikasi setiap orang memainkan peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Ada enam peran di dalam jaringan komunikasi informal, yaitu22:
1. Opinion Leader
Adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka tidaklah selalu orang – orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi, tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.
2. Gate Keepers
Adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan, menghindarkan informasi yang terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang penting – penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers
mempunyai kekuasaaan dalam memutusakan apakah suatu informasi penting atau tidak. Jika gate keepers memutuskan bahwa informasi tertentu tidak penting, kemudian seseorang harus mendapatkan informasi tersebut, maka mungkin informasi tersebut tidak di berikan. Nyatanya bahwa peranan gate keepers ini sangat penting dalam jaringan komunikasi.
3. Cosmopolites
Adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang – orang tertentu dalam lingkungannya.
4. Bridge
Adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok – kelompok dan mengkoordinasi kelompok
5. Liaison
Adalah sama peranannya dengan bridge, tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok saja tetapi dia merupakan penghubung diantara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan diantara kelompok-kelompok dalam organisasi.
6. Isolate
Adalah anggota organisasi yang mempunya kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang – orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya.
Dalam jaringan komunikasi informal, peranan setiap individu nantinya akan membentuk model – model jaringan komunikasi. Ada lima model jaringan komunikasi yaitu23:
1. Model Lingkaran ( circle )
Model Lingkaran ini tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok klik lain. Setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan dua anggota klik lain disisinya.
2. Model Roda ( wheel )
Model roda memiliki pemimpin klik yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota klik. Oleh karena itu, jika seorang anggota klik ingin berkomunikasi dengan anggota klik lain, maka pesannya harus disampaikan
23 Joseph A. Devito, Loc Cit, 1997. Hal. 345
A
B E
melalui pemimpin kliennya.
3. Model Huruf ”Y”
Model Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan struktur roda tetapi lebih tersentralisasi dibanding dengan model lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Tetapi satu anggota klik lainnya berperan sebagai pemimpin klik yang kedua. Anggota klik ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang klik lainnya. Komunikasi ketiga anggota klik lainnya terbatas hanya dengan satu orang klik lain saja.
A B
C
E D
4. Model Rantai ( chain )
Model rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota klik yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disisi ini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.
5. Model Saluran Bebas ( all channel )
Model semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti semua anggota klik adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam model semua saluran, setiap anggota klik bisa berkomunikasi dengan setiap anggota klik lainnya. Model ini memungkinkan adanya partisipasi anggota klik secara optimum.
E B A C D A B D C
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terlihat jelas bagaimana posisi peran jaringan komunikasi formal dalam suatu organisasi. Pemetaan dini peran setiap individu di suatu organisasi dalam jaringan komunikasi informal akan sangat menguntungkan organisasi. Hal ini menjadi kekuatan dan informasi penting bagi organisasi dalam membuat kebijakan baru.
Pentingnya pemahaman secara detail mengenai jaringan komunikasi informal ini, juga akan membantu organisasi dalam menyelesaikan masalah masalah internal yang dihadapinya.
2.8 Pengertian Kedisiplinan
Kedisplinan adalah fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan peusahaan, karyawan dan masyarakat.
Kedispilinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma sosial yang berlaku.24
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya:
1. Tujuan dan Kemampuan.
24 Hasibuan Malayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Bumi Aksara, 2006, Hal.
- Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Pimpinan.
- Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan.
3. Balas Jasa.
- Balas Jasa (Gaji dan Kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan / pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4. Keadilan.
- Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
5. Waskat
mencegah / mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
6. Sanksi Hukuman
- Sanski hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karywan akan semakin takut melanggar peraturan – peraturan perusahaan, sikap dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
7. Ketegasan
- Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan ssanksi hukuman yang telah ditetapkan.
8. Hubungan Kemanusiaan
- Hubungan kemanusiaan yang harmonis dianatara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan – hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari direct single relationship, direct group relationship dan cross relationship hendaknya harmonis.25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe / Sifat Penelitian
Tipe Penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri – ciri) individu, situasi atau kelompok tertentu.26
Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah kuantitatif, maksudnya dalam menjawab permasalahan diperlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang di teliti, yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.27
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode Survey yaitu informasi tentang sekelompok orang / manusia dimana suatu hubungan langsung dengan obyek yang dipelajari seperti individu, organisasi, masyarakat dan
26
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations & Komunikasi, PT. Rajagrafindo Persada, 2003, Hal. 12
27 Burhan Bungin, Metodologi Penelitan Kuantitatif, Prenada Media, Jakarta, 2005, Hal, 36 31
sebagainya, diadakan melalui suatu cara yang sistematis seperti wawancara28. Dalam metode survey juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan terhadap hal – hal yang telah dikerjakan orang dalam menangani situasi atau masalah serupa dan hasilnya dapat dipergunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penyelidikan dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit baik secara sensus ataupun dengan menggunakan sample.
3.3 Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang akan didapatkan secara langsung untuk mendapatkan data-data yang akurat. Adapun cara pengambilan data primer adalah:29
- Survey dengan kuesioner merupakan pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden menyangkut hal yang akan diteliti. Melalui angket inilah responden mengisi keterangan-keterangan yang diharapkan penulis dapat memperkuat hasil penelitian.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain)30. Data – data tersebut pada umumnya berbentuk:
28
Suparmoko, M, Metode Penelitian Praktik BPFE, Yogyakarta, 1998, Hal. 20
29 Jalaludin Rahmat, Op. Cit, Hal. 29 30 Rosady Ruslan, Op. Cit, Hal.21-22
- Penelaah Studi Dokumentasi
Merupakan pengumpulan data – data dari berkas – berkas perusahaan yang sudah ada. Misalnya : Company Profile, Peraturan Perusahaan, Job Description, dsb.
3.4 Populasi Dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang dimiliki satu atau beberapa ciri dan karakteristik yang sama. Populasi dapat terdiri dari lembaga, manusia, individu, kelompok, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai-nilai, konsep atau peristiwa-peristiwa yang ingin kita ketahui sebagai sumber data31. Populasi merupakan kumpulan dari objek penelitian32
Populasi pada penelitian ini adalah terbatas pada karyawan perusahaan PT. Enusa Drilling Services di Head Office (Kantor Pusat) Jakarta yang berjumlah lebih kurang 85 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya.33 Minimum ukuran pengambilan sampling yang memadai yaitu 0.10 atau 0.20.34 Sedangkan presentase sample yang di ambil 35% dari populasi yang ada. 31 Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik, LP3ES, Jilid II, 1986, Hal. 110
32 Jalaludin Rahkmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rodakarya Bandung, 1998
Hal.25
33 Prasetya dkk, Metode Penelitian, Universitas Terbuka, modul4, 2001, Hal. 4 34 Jalaludin Rahmat, Op Cit, Hal.81
Maka jumlah sample yang akan diambil yaitu sebanyak 30 sample dari total 85 populasi. Pengambilan sample sebanyak 30 orang dengan presentase 35% diambil dari populasi 85 orang, dikarenakan sudah cukup mewakili dari tingkatan level – leval jabatan yang ada .
Tehnik penarikan sample menggunakan Simple Random Sampling, maksudnya adalah pengambilan sample anggota populasi dengan peluang yang sama dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi, dengan demikian dilakukan pada anggota populasi yang dianggap heterogen35.
3.5 Definisi Konsep Dan Operasionalisasi Konsep 1. Definisi Konsep
a. Jaringan komunikasi adalah pesan yang dilakukan melalui jalan tertentu oleh sekelompok orang – orang.36 Peran yang ada di dalam jaringan komunikasi terdiri dari Opinion Leader, Bridge, Cosmopolite, liason, Gate Keepers dan Isolate. Kemudian terdapat model jaringan komunikasi dan arus dalam jaringan komunikasi. b. Jaringan komunikasi informal adalah terdiri dari individu – individu
yang saling berhubungan melalui arus pola komunikasi yang bersifat informal; (informally) yang berada diluar struktur formal yang dimotivasi oleh kebutuhan individu untuk berinteraksi menjadi
35 Rosady Ruslan, Op cit ,2003, Hal.151
bagian dari lingkungannya. Melalui desas – desus (Grapevine) inilah maka terbentuk jaringan komunikasi informal, dimana didalamnya akan terjadi pertukaran pesan dan akan membuat mereka saling berinteraksi antara orang yang satu dengan orang yang lainnya. Dalam istilah grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari individu ke individu yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Suatu kegiatan komunikasi informal itu sendiri dapat terjadi pada situasi diluar lingkungan formal, seperti saat jam istirahat / jam makan siang, saat selepas jam kantor, saat di parkiran mobil, dan tempat – tempat lain biasa tempat berkumpul. Perbincangan yang terjadi mengenai masalah kedisiplinan biasanya mengenai keterlambatan, penggunaan fasilitas kantor, sering tidak masuk, dan sebagainya. Dimana ada bentuk dari konsekuensi yang diberikan manajemen perusahaan jika kedapatan bagi karyawan yang melanggar kedisipilinan, baik secara lisan (teguran) ataupun tidak lisan (berbentuk surat peringatan). c. Kedisiplinan kerja karyawan adalah suatu efektivitas kerja dari
karyawan terhadap perusahaan yang diberikan secara non material atas kepatuhan karyawan kepada peraturan perusahaan yang mempengaruhi produktivitas kerja.
d. Klik adalah sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota lainnya.37
2. Operasionalisasi Konsep
a. Jaringan komunikasi informal adalah terdiri dari karyawan – karyawan perusahaan yang saling berhubungan melalui arus informal yang berada diluar struktur formal perusahaan dimotivasi oleh kebutuhan karyawan untuk berinteraksi menjadi bagian dari lingkungan kerjanya. Jaringan komunikasi informal merupakan kepuasan para karyawan terhadap kebutuhan akan karyawan perusahaan. Ada enam peran dalam jaringan Komunikasi yaitu:
1). Opinion Leader, sangat berfungsi karena dapat membantu untuk berpendapat dan memiliki pengaruh dalam keputusan.
2). Gate Keepers, dalam jaringan komunikasi informal ini berada pada posisi yang strategis agar dapat mengendalikan setiap pesan atau informasi yang akan disebarkan kepada kelompok karyawan. 3). Cosmopolites, mereka memiliki kontak sangat luas karena tidak
hanya melakukan kontak di dalam perusahaan saja tetapi juga melakukan kontak dengan individu – individu diluar organisasi. 4). Bridge, seorang karyawan yang lebih banyak melakukan kontak
dan dialah yang menjadi kontak person antar kelompok.
5). Liaison, berfungsi menghubungkan beberapa karyawan dan dapat berjalan dengan baik dalam melaksanakan perananannya. Penghubung diangkat sebagai perantara di kelompok.
6). Isolate, biasanya adalah karyawan yang memiliki posisi terendah
dalam perusahaan sehingga mereka sangat sedikit atau tidak pernah melakukan interaksi dengan karyawan lainnya, hanya mengikuti struktur formal saja.
b. Kedisiplinan kerja karyawan adalah bagian dari tolak ukur suatu hak dan kewajiban karyawan terhadap perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan suatu prestasidan produktivitas kerja yang baik.
3.6 Tehnik Analisa Data
Dalam mengemukakan dan mengidentifikasikan pola jaringan komunikasi informal ini digunakan metode analisa jaringan dari data kuisioner dan data sekunder lainnya yang telah disebarkan. Sedangkan penghitungan data yang dikumpulkan menggunakan metode Statistik Deskriptif.
Statistik Deskriptif digunakan pada penelitian Kuantitatif Deskriptif yang bertujuan hanya menggambarkan keadaan gejala sosial apa adanya, tanpa melihat hubungan – hubungan yang ada38.
Untuk mengukur pilihan dan memahami hubungan antara individu, dilakukan dengan cara mengukur pikiran mereka berdasarkan data dari kuisioner, dengan siapa mereka lebih memilih untuk berinteraksi atau berkomunikasi secara informal dalam membahas suatu topik atau masalah yang terdapat pada organisasi PT. Elnusa Drilling Services pada management support.
Adapun bentuk Klik yang nantinya akan terbentuk untuk mengetahui hubungan – hubungan dari peran – peran Opinion Leader, Gate Keepers,
Cosmopolites, Bridges, Liaison dan Isolate. Dapat terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.4 Jaringan yang menunjukan peranan jaringan kerja komunikasi.39
Adapun syarat suatu Klik menurut Rogers dan Kincaid dalam bukunya Communications Network Toward a New Paradigm for Research yang dikutip oleh Rachmat Kriyanto pada bukunya Teknik Praktik Riset Komunikasi, adalah sebagai berikut:
1. Setiap Klik paling sedikit terdiri dari tiga anggota. 2. Setiap anggota Klik tidak mempunyai 50% hubungan.
39 Pace Wayne and Don Faules, Op. Cit. PT. Rosda Remaja, Bandung, 2005, Hal. 177
Jembatan / Bridge Penyindiri / Isolate Klik X Jembatan / Bridge Jembatan / Bridge Klik W Klik Y Klik Z Penjaga Gawang / Gate Keepers Penghubung / Liason Klik V K O S M O P O L I T Penyindiri / Isolate Pemimpin Pendapat / Opinion Leader
3. Semua anggota Klik tidak harus berhubungan satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung, artinya tidak memperhatikan arah hubungan.40
Dalam jaringan komunikasi informal, peranan setiap individu nantinya akan membentuk model – model jaringan komunikasi. Model Jaringan Komunikasi kelompok menurut pendapat Hamner yang dikutip oleh buku Perilaku Organisasional, mengatakan bahwa ada lima pola komunikasi kelompok yaitu:41
1. Model Lingkaran (circle) – Pola Komunikasi Terpusat ”Centralized”
2. Model Saluran Bebas (all channel) - Pola Komunikasi Terpusat ”Centralized”
40 Kriyanto Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada, Media Group,
Jakarta, 2006, Hal. 320
41 Sofyandi Herman & Garniwa Iwa, “Perilaku Organisasional”, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2007, Hal. 161 A B E D C A B C D E
3. Model Huruf ”Y” – Pola Komunikasi Tersebar ” Decentralized”
4. Model Chain – Pola Komunikasi Tersebar ”Decentralized”
5. Model Wheel – Pola Komunikasi Tersebar ”Decentralized”
Pembagian ini oleh Duncan yang dikutip oleh buku Perilaku Organisasional disederhanakan menjadi pola terpusat (centralized) dan tersebar (decentralized). Bila kedua pendapat tersebut digabungkan, pola roda, pola rantai
E B A C D A B C E D A B D C
dan pola Y, dimasukan ke dalam pola terpusat. Dan pola lingkaran, serta pola seluruh saluran, dimasukan ke dalam pola tersebar. Sesuai contoh gambar pola diatas. 42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Elnusa Drilling Services yang bergerak pada bidang industri energi khususnya di bidang pengeboran minyak dan gas bumi yang berlokasi di Graha Elnusa Building, Jl. TB. Simatupang Kav. 1B, Cilandak, Jakarta, 12560, Indonesia.43 Sebagai anak perusahaan PT PERTAMINA (Persero) dan dibawah naungan PT. ELNUSA.
4.1.1 Visi Perusahaan
Visi perusahaan dari PT Elnusa Drilling Services yaitu, Integrated Services menjadi yang terpercaya di kalangan rekan bisnis.
4.1.2 Misi Perusahaan
Sedangkan untuk Misi perusahaan PT Elnusa Drilling Services yaitu, dalam mencapai perusahaan Integrated Drilling Services dibutuhkan tindakan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, dengan meningkatkan kualitas maksimal dengan para pemegang saham.
43 Company Profile, PT. Elnusa Drilling Services, hal. 1 42
4.1.3 Struktur Organisasi
4.1 Gambar Struktur Organisasi
Susunan organisasi perusahaan terdiri dari satu orang Direktur Utama (President Director) yang dibantu Business Plan dan Quality, Health, Safety & Environment (QHSE). Kemudian dibawah kepimimpinan Direktur Utama terdiri dari Direktur Marketing & Operation (Marketing & Operation Manager) yang membawahi 12 Manajer pada jabatan, Marketing Product Development (MPD), Marketing, Integrated Drilling Services (IDS); Drilling (DRL) – Integrated Product Management (IPM), Reservoir Drilling Evaluation (RDE); Reservoir Evaluation Service (RES) – Drilling Evaluation Service (DES), Well Testing (WST); Drilling Fluid Service (DFS) – Cementing (CMT) – Down Hole & Surface Testing (DST) dan Direktur Administrasi & Keuangan (Finance &
Administrator Director) yang membawahi 8 Manajer pada jabatan, Finance & Legal (F&L); Treasury (TRS) – Comptroller (CMP) – Legal And Contract Administration (LCA), Human Resources (HR) & Asset (AST); Human Resources Development (HRD) – Procurement (PRC) – Asset (AST).
4.1.4 Maksud Dan Tujuan Perusahaan
Peraturan Perusahaan ini dimaksudkan untuk mempertegas kewenangan dan kewajiban Perusahaan, hak dan kewajiban serta kesejahteraan dan pembinaan pekerja dengan tujuan:
1. Memelihara hubungan kerja yang seimbang, serasi, dinamis, memberikan rasa kepastian, ketenangan kerja dan kegairahan kerja dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja bagi pekerja dan usaha bersama meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Menumbuhkan suasana kerja yang baik dalam organisasi selaras dengan falsafah hidup Pancasila dan sifat gotong royong Bangsa Indonesia.
3. Membina pekerja agar memiliki moral, keterampilan, disiplin kerja berdasarkan prinsip – prinsip daya guna dan hasil guna kerja, serta memperhatikan prinsip efisiensi dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kualitas hasil kerja sehingga senantiasa dapat mencerminkan identitas perusahaan.
4.1.5 Hak Dan Kewajiban Perusahaan Dan Pekerja
Adapun landasan dasar dalam pelaksanaan program kedisplinan diperlukan hak dan kewajiban perusahaan dan perkerja dalam mentaati peraturan yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan berkewajiban membina dan mempertahankan disiplin pekerja, mengembangkan rasa saling hormat, penuh pengertian dan loyal kepada perusahaan.
2. Perusahaan berkewajiban memperhatikan kesejahteraan pekerja dan keselamatan kerja sesuai peraturan perusahaan dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pengelolaan usaha – usaha perusahaan serta pekerja adalah wewenang dan tanggung jawab perusahaan.
4. Perusahaan berhak untuk menuntut prestasi yang baik dari setiap pekerja. 5. Perusahaan memiliki kebebasan untuk menerapkan secara lancar sistem –
sistem usaha – usaha perusahaan.
6. Atasan langsung perlu memberikan petunjuk, bimbingan dan instruksi kepada pekerja, supaya dapat menjalankan tugas dengan disiplin, menurut ketentuan kerja peraturan perusahaan.
7. Setiap pekerja diwajibkan untuk menyimpan / menjaga rahasia perusahaan dan atau sesuatu yang menurut sifatnya harus dirahasiakan.
8. Setiap pekerja mempunyai kewajiban mematuhi ketentuan serta tata tertib yang berlaku pada perusahaan serta wajib mengikuti, mematuhi, melaksanakan petunjuk dan instruksi yang diberikan oleh atasan / pimpinan
perusahaan yang berkaitan dengan kedinasan.
9. Pekerja wajib menjaga serta memelihara dengan baik semua milik perusahaan dan segera melaporkan kepada pimpinan perusahaan atau atasan langsung, apabila mengetahui hal – hal yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian perusahaan.
10. Setiap pekerja yang putus hubungan kerja, wajib mengembalikan semua hak milik perusahaan.
11. Setiap pekerja dilarang membawa senjata api, senjata tajam, minuman keras, ganja, atau sejenisnya serta melakukan judi dan atau perbuatan asusila di lingkungan perusahaan.
12. Setiap pekerja yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk untuk keperluan yang dimaksud menderita penyakit menular atau sejenisnya, tidak diperkenankan berada dalam lingkungan perusahaan.
4.2 Hasil Penelitian
Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dengan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner, dengan sampel karyawan PT Elnusa Drilling Services sebanyak 30 orang responden. Dalam analisa ini penulis menggunakan tabel tunggal dan dianalisa secara deskriptif secara berurutan akan dibahas mengenai persepsi individu karyawan kepada karyawan lainnya yang menurut tiap individu menilai siapa diantara karyawan lainnya yang dapat menjadi seorang Opinion Leader, Gate Keepers, Cosmopolites, Bridge, Liaison dan Isolate.
4.2.1 Identitas Responden
Berdasarkan identitas responden dapat dijelaskan dalam beberapa kriteria yaitu dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, agama, status perkawinan, tingkat pendidikan, lama bekerja dan posisi jabatan.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin N = 30 No Jenis Kelamin F % 1 Laki – Laki 22 73.3 2 Wanita 8 26.7 Jumlah 30 100%
Sumber : Kuesioner No. 2
Berdasarkan dari hasil jawaban 30 responden, menunjukan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki – laki lebih banyak daripada responden yang berjenis kelamin wanita. Dimana dapat dilihat pada tabel jumlah responden laki – laki berjumlah 22 orang dengan jumlah presentase 73.3 % sedangkan responden wanita berjumlah 8 orang dengan jumlah presentase 26.7 %.
Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah laki – laki sekitar 73.3 % yang merupakan karyawan PT Elnusa Drilling Services.
Usia N = 30 No Usia F % 1 20 – 30 10 33.3 2 31 – 40 12 40 3 41 – 50 5 16.7 4 51 – 60 3 10 Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner No. 3
Berdasarkan dari hasil jawaban 30 responden, menunjukan bahwa jumlah responden mayoritas berusia 31 – 40 tahun sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 39.99 % dibulatkan menjadi 40 %. Kemudian disusul dengan responden yang berusia antara 20 – 30 tahun sebanyak 10 orang dengan presentase 33.3 %. Selain itu responden yang berusia antara 41 – 50 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase 16.7 %. Dan untuk responden yang berusia antara 51 – 60 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 9.99 % dibulatkan menjadi 10 %.
Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner berusia antara 31 – 40 tahun, sebanyak 12 orang dengan presentase 40 %.
Agama N = 30 No Agama F % 1 Islam 25 83.4 2 Kristen 3 10 3 Protestan 1 3.3 4 Budha 1 3.3 5 Hindu 0 0 Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner No. 4
Berdasarkan hasil jawaban dari 30 responden, jika dilihat dari agama responden terdiri dari agama Islam, Kristen, Protestan, Budha dan Hindu. Pada PT Elnusa Drilling Services ternyata terdapat mayoritas karyawan dengan responden sebanyak 25 orang dari responden yaitu beragama Islam dengan presentase 83.4 %. Selain itu terdapat agama lainnya pada responden yang mengisi kuesioner, diantaranya yaitu responden yang beragama Kristen ada sebanyak 3 orang dengan presentase sebanyak 9.9 % dibulatkan menjadi 10 %, kemudian dari responden yang beragama Protestan sebanyak 1 orang dengan presentase 3.3 %, lalu responden dengan beragama Budha sebanyak 1 orang dengan presentase 3.3 %, dan untuk responden beragama Hindu pada kuesioner tidak diketemukan ada, dengan presentase 0 %.
Drilling Services mayoritas beragama Islam dengan presentase 83.4 %. Tabel 4.4 Status Perkawinan N = 30 No Status Perkawinan F % 1 Menikah 24 80 2 Belum Menikah 6 20 3 Janda / Duda 0 0 Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner No. 5
Berdasarkan hasil jawaban dari 30 responden, jika ditinjau dari segi status perkawinan maka diketahui sebagian besar status responden adalah menikah sebanyak 24 orang dengan presentase 79.99 % dibulatkan menjadi 80 %, sedangkan yang belum menikah sebanyak 6 orang dengan presentase 19.99 % dibulatkan menjadi 20 %, dan untuk status janda / duda tidak diketumukan pada responden sehingga presentase 0 %.
Dengan demikian diketahui bahwa responden dari karyawan PT Elnusa Drilling Services mayoritas sudah menikah dengan presentase 80 %.
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Responden N = 30 No Tingkat Pendidikan F % 1 Dibawah SLTA 7 23.3 2 SLTA Sederajat 8 26.7 3 Diploma 1 – 3 3 10 4 S-1 10 33.3 5 S-1 Keatas 2 6.7 Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner No. 6
Berdasarkan hasil jawaban dari 30 responden, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan strata satu (S1) yaitu sebanyak 10 orang dengan presentase 33.3 %. Kemudian dibawahnya didapati responden dengan berpendidikan SLTA sederajat yaitu sebanyak 8 orang dengan presentase 26.7 %. Setelah itu, responden pada tingkatan dibawah SLTA yaitu sebanyak 7 orang dengan presentase 23.3 %, Selain itu terdapat responden pada tingkat pendidikan Diploma yaitu sebanyak 3 orang dengan presentase 10 % dan terdapat pula pada responden dengan tingkat pendidikan S1 keatas yaitu sebanyak 2 orang dengan presentase 6.7 %.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan S1 pada tingkatan jabatan tertentu pada divisinya.
Tabel 4.6 Lama Bekerja N = 30 No Lama Bekerja F % 1 < 1 Tahun 2 6.7 2 1- 3 Tahun 13 43.2 3 4 - 6 Tahun 8 26.7 4 7 - 9 Tahun 5 16.7 5 > 10 Tahun 2 6.7 Jumlah 30 100
Sumber : Kuesioner No. 7
Berdasarkan hasil jawaban dari 30 responden, dapat diketahui rata – rata lama bekerja responden yang mengisi kuesioner antara 1 – 3 tahun yaitu sebanyak 13 orang, dengan presentase 43.3 %. Kemudian disusul oleh responden yang memiliki rata – rata lama bekerja selama 4 – 6 tahun dengan responden sebanyak 8 orang, dengan presentase 26.7 %. Setelah itu, responden yang memiliki rata -rata lama bekerja antara 7 – 9 tahun sebanyak 5 orang dengan presentase 16.7 %. Dan ada pula responden yang memiliki rata – rata yang sama yaitu pada responden yang masa lama bekerja kurang dari 1 tahun terdapat 2 responden dengan presentase 6.7 % dan responden dengan masa lama bekerja lebih dari 10 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase 6.7 %.
Dengan demikian dapat diketahui sebagian besar responden memiliki lama bekerja selama 1 – 3 tahun, dengan presentase 43.3 %.