HUBUNGAN ANTARA IMPRESSION
MANAGEMENT DAN KEBANGGAAN
TERHADAP ORGANISAI PADA PEGAWAI
PERBANKAN DI JAKARTA
Lisa Arindi
Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, BINUS University, [email protected] (Lisa Arindi, Greta Vidya Paramita, M.Psi., Psikolog)
ABSTRACT
The purpose of this study is to identify the relationship between impression management and
organizational pride of bank employees in Jakarta. The partisipans of the study are 93 frontliner
employees who work on government and public bank in Jakarta. This study uses correlational
method to see the relationship between the two variables. Test analyzes in this study were
performed with the Spearman-Rank Correlation using SPSS 20 software. The results showed that
there was no significant relationship between self promotion, ingratiation, exemplification,
intimidation, supplication and organizational pride of bank employees in Jakarta. (LA)
Key words: impression management, organizational pride.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara impression management dan kebanggaan
terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 93 orang
pegawai frontliner yang bekerja pada bank negeri maupun swasta di Jakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu korelasional karena ingin melihat hubungan antara kedua
variabel. Uji analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan Spearman-Rank Correlation yang
menggunakan perangkat lunak SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tidak hubungan
yang signifikan antara self promotion, ingratiation, exemplification, intimidation, supplication dan
kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta. (LA)
PENDAHULUAN
Adanya persaingan yang semakin ketat, menuntut bank-bank di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan nasabah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Banyak cara yang dapat dilakukan bank dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah, salah satunya dengan memberikan kesan/citra yang baik dalam hal produk maupun pelayanan kepada nasabah. Citra menggambarkan pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan. Citra perusahaan yang positif dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif. Hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam menciptakan, meningkatkan dan memelihara citra positif di mata publik, adalah dengan melakukan impression management. Organisasi mempraktikkan impression management dengan menciptakan opini yang lebih positif di antara masyarakat, klien, pelanggan, konsumen atau pasien mereka (Ivancevich, dkk, 2005).
Menurut Jones dan Pittman (1990), ada lima taktik dalam impression management (dalam Mohamed, Gardner, & Paolillo, 1999), yaitu ingratiation, self promotion, exemplification, supplication dan intimidation. Ingratiation, merupakan perilaku yang digunakan oleh pelaku organisasi untuk membuat organisasi tampil lebih menarik di mata publik seperti berbagi informasi, bertindak sebagai mitra, bersikap baik, senyum, menyenangkan orang lain, dan jujur. Taktik yang kedua adalah self promotion, perilaku organisasi yang menampilkan kompetensi, keefektifan, dan kesuksesan organisasi. Strategi ini dapat digunakan ketika organisasi berusaha untuk menciptakan atau mempertahankan atribusi kompetensi. Selanjutnya adalah exemplification, perilaku yang digunakan oleh organisasi untuk memberikan gambaran integritas, tanggung jawab sosial, dan kelayakan moral dengan tujuan untuk menjadi teladan bagi orang lain. Kemudian supplication, yaitu perilaku organisasi yang menggambarkan suatu ketergantungan dan kerentanan untuk tujuan meminta bantuan dari orang lain. Individu menekankan ketergantungan dan kelemahan sendiri untuk mendapatkan bantuan dari orang lain yang lebih mampu. Taktik yang terakhir adalah intimidation, organisasi mencoba terlihat kuat dan menakutkan. Taktik ini digunakan untuk menyampaikan kesan kekuasaan dan ketegasan organisasi.
Organisasi menggunakan taktik impression management untuk mengelola citra organisasi dan menumbuhkan citra positif di luar lingkup organisasi (Terrel & Kwok, 2011). Salah satu manfaat citra positif perusahaan adalah meningkatkan kebanggaan karyawan terhadap organisasi (Philip Kotler & Howard Barich, 1991). Kebanggaan terhadap organisasi adalah perekat yang membuat karyawan berkomitmen untuk organisasi mereka. Rasa bangga (pride) merupakan salah satu emosi penting yang cukup berperan dalam fungsi psikologis. Lebih tepatnya, rasa bangga dapat meningkatkan perilaku prososial seperti altruism dan perilaku adaptif seperti prestasi (Hart & Matsuba, in press; Weiner, 1985, dalam Tracy & Robins, 2007). Rasa bangga pada karyawan juga secara positif mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap bekerja di suatu perusahaan, meningkatkan pelayanan dan mengurangi keinginan untuk keluar dari perusahaan (Appleberg, 2005, dalam Gouthier & Rhein, 2011).
Kebanggaan terhadap organisasi merupakan perasaan positif karyawan mengenai pekerjaan dan organisasi. Aspek-aspek kebanggaan terhadap organisasi adalah sebagai berikut: emotional organizational pride, attitudinal orgaizational pride, commitment to customer service, creativity, dan turnover intention. Emotional organizational pride adalah pengalaman merasakan pencapaian organisasi, karyawan bisa bangga dengan prestasi rekan-rekan mereka, kelompok kerja mereka, atau perusahaan pada umumnya dan, dengan demikian, mengembangkan emotional organizational pride. Oleh karena itu, pencapaian/prestasi yang pernah diraih perusahaan, dapat memunculkan rasa bangga karyawan. Attitudiunal organizational pride adalah kebutuhan afiliasi karyawan terhadap organisasi, dalam hal ini kebanggaan terhadap organisasi bukan hanya dilihat sebagai emosi tetapi sebagai konstruksi yang didasarkan pada keanggotaan karyawan dalam kelompok (Arnett et al., 2002 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Commitment to customer service adalah pelayanan kualitas tinggi terhadap pelanggan. Rasa bangga pada karyawan menunjukkan peningkatan komitmen dalam hal pelayanan terhadap pelanggan, yang merupakan kecenderungan dari seorang karyawan untuk mengerahkan usaha pada pekerjaan untuk kepentingan pelanggan (Peccei & Rosenthal, 1997 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Creativity adalah kemampuan karyawan untuk menghasilkan ide yang diukur, emosi yang positif menyebabkan individu untuk mengasimilasi informasi lebih mudah dan mengarahkan pada sejumlah alternatif yang bervariasi. Akibatnya, emotional organizational pride memiliki potensi untuk merangsang kreativitas (Fredrickson, 2001 dalam Gouthier & Rhein, 2011). Turnover intention adalah keinginan karyawan untuk berhenti dari perusahaan. Jika karyawan memiliki rasa bangga, ia akan menetap pada suatu perusahaan.
Dari semua uraian di atas, maka penulis bermaksud meneliti tentang impression management pada perusahaan perbankan yang nantinya akan dilihat hasil “Hubungan antara impression management dan kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta”.
Rumusan Masalah
Secara garis besar permasalahan yang dapat dirangkumkan dari uraian latar belakang di atas adalah: Adakah hubungan antara impression management dan kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah ada hubungan antara impression management dengan kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta. Penelitian ini juga untuk melengkapi penelitian psikologi industri dan organisasi di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah pegawai yang bekerja pada bank yang menempati 10 bank terbesar di Indonesia, menempati posisi sebagai frontliner, dan berada di wilayah Jakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non-probabilitas artinya setiap sample tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik yang dipakai adalah sampling insidental, yaitu orang-orang yang dijumpai secara kebetulan dan sesuai karakteristik penelitian dijadikan sebagai sampel. Peneliti hanya mengambil individu terdekat sebagai subyek penelitian sampai sampel mencapai ukuran yang diinginkan (Shaughnessy, Zechmeister dan Zechmeister, 2012). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana pendekatan terhadap suatu masalah menggunakan angka, diawali dengan pengumpulan data dan hasil pengumpulan data ini kemudian akan diolah dengan menggunakan statistika (Shaughnessy, Zechmeister dan Zechmeister, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur kuesioner yang diberikan langsung kepada responden. Butir item dalam kuesioner merupakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Kothari, 2004). Dalam mengukur impression management, peneliti menggunakan impression management scale yang dikembangkan oleh Bolino dan Turnley (1999 dalam Kacmar, Harris, dan Nagy, 2007). Sedangkan untuk mengukur kebanggaan terhadap organisasi digunakan organizational pride scale yang dikembangkan oleh Gouthier dan Rhein (2011).
HASIL DAN BAHASAN
Uji hipotesis dalam penelitian ini berfokus pada apakah terdapat hubungan antara impression
management dan kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis data dalam penelitian ini adalah Spearman Rank Correlation. Dalam Priyatno (2011) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kedua variabel dapat dilihat dari signifikansi yang dimiliki. Jika signifikansi > 0,05 maka h0 diterima, dan sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka h0 ditolak.
Berikut ini adalah hasil uji korelasi Spearman Rank Correlation untuk mengetahui apakah ada hubungan antara impression management dan kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta:
Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman-Rank
OP Self Promotion
Ing Exe Int Supp
Spearman's rho Organizational Pride Correlation Coefficient 1.000 -.006 -.031 .009 .056 .007 Sig. (2-tailed) . .954 .765 .928 .597 .949 Self Promotion Correlation Coefficient -.006 1.000 .387 ** .673** .797** .385** Sig. (2-tailed) .954 . .000 .000 .000 .000 Ingratiation Correlation Coefficient -.031 .387 ** 1.000 .672** .372** .769** Sig. (2-tailed) .765 .000 . .000 .000 .000 Exemplification Correlation Coefficient .009 .673 ** .672** 1.000 .489** .553** Sig. (2-tailed) .928 .000 .000 . .000 .000 Intimidation Correlation Coefficient .056 .797 ** .372** .489** 1.000 .340** Sig. (2-tailed) .597 .000 .000 .000 . .001 Supplication Correlation Coefficient .007 .385 ** .769** .553** .340** 1.000 Sig. (2-tailed) .949 .000 .000 .000 .001 .
Dalam tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig. (2 – tailed) yang dimiliki strategi self promotion adalah sebesar 0,954, strategi ingratiation adalah sebesar 0,765, strategi exemplification adalah sebesar 0,928, strategi intimidation adalah sebesar 0,597, dan strategi supplication adalah sebesar 0,949. Karena angka-angka tersebut berada di atas 5% atau > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya strategi self promotion, strategi ingratiation, strategi exemplification, strategi intimidation, dan strategi supplication tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kebanggaan terhadap organisasi. Tidak adanya hubungan ini bisa disebabkan karena dalam melakukan strategi impression management, yaitu self promotion, ingratiation, exemplification, intimidation dan supplication, pegawai frontliner yang dianggap sebagai ujung tombak dan yang paling pertama dilihat oleh pelanggan diatur oleh organisasi untuk membentuk citra sebuah organisasi dan mereka inilah yang nantinya menciptakan kesan pertama (first impression) bagi seorang pelanggan (Baker, 1999 dalam Ardilla, 2013, hal.4), sedangkan rasa bangga yang muncul membuat mereka tidak menjadikan pelayanan hanya sebagai standar perusahaan atau sebatas terlibat dalam strategi impression management yang diatur organisasi melainkan merupakan komitmen dalam diri mereka sebagai representasi dari rasa bangga terhadap organisasi. Pegawai yang merasa bangga terhadap organisasi nya akan memunculkan perilaku bangga seperti berkomitmen, mengutamakan kepentingan pelanggan, dan memiliki keinginan untuk tetap bertahan dalam perusahaan (Gouthier & Rhein, 2011).
Leary & Kowalski (1990 dalam Merkl-Davies & Brennan, 2007) menyebutkan ada tiga motivasi utama bagi para pelaku organisasi untuk terlibat dalam impression management. Pertama, organisasi akan terlibat dalam perilaku oportunistik dengan memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dan meminimalkan hukuman yang diharapkan. Organisasi dapat terlibat dalam impression management untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kedua, Leary & Kowalski (1990 dalam Merkl-Davies & Brennan, 2007) menyatakan bahwa organisasi berusaha untuk memastikan bahwa citra publik mereka konsisten dengan peran sosial mereka. Ketiga, kegagalan publik atau rasa malu dapat menyebabkan organisasi terlibat dalam impression management untuk memperbaiki citra mereka yang rusak. Citra perusahaan di mata publik merepresentasikan sumber motivasi instrinsik yang berpengaruh terhadap kinerja (Perry & Wise, 1990 dalam Haque, 2001). Mischkind (1998 dalam Daniel, 2013, hal.19) mendefiniskan organizational pride sebagai perasaan yang dirasakan pegawai sebagai hasil pengidentifikasian diri dengan organisasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang bagus. Namun rasa bangga terhadap organisasi muncul bukan hanya karena citra perusahaan saja tetapi ada faktor-faktor lain seperti adanya rasa saling menghargai dan menghormati diantara para pegawai, adanya pencapaian pribadi, kualitas produk dan pelayanan serta optimisme pegawai terhadap masa depan perusahaan dan masa depan mereka sendiri (Katcher, 2014).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman- Rank antara strategi self promotion, ingratiation, exemplification, intimidation, dan supplication dengan kebanggaan terhadap organisasi maka didapatkan simpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara strategi self promotion, ingratiation, exemplification, intimidation, dan supplication terhadap kebanggaan terhadap organisasi pada pegawai perbankan di Jakarta. Hal ini dapat dilihat melalui masing-masing nilai korelasi yang dimiliki self promotion adalah sebesar 0,954, strategi ingratiation adalah sebesar 0,765, strategi exemplification adalah sebesar 0,928,
strategi intimidation adalah sebesar 0,597, dan strategi supplication adalah sebesar 0,949. Karena angka tersebut berada di atas 5% atau > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya strategi self promotion, ingratiation, exemplification, intimidation, dan supplication tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebanggaan terhadap organisasi.
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perusahaan adalah perusahaan dapat mengembangkan reputasi kepercayaan terhadap publik melalui taktik impression management dengan cara meningkatkan perilaku pelayanan yang ramah dan mengutamakan kepentingan pelanggan, merancang kegiatan-kegiatan yang dapat melibatkan konsumen secara langsung, sehingga dapat terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dengan konsumen, meningkatkan kualitas pelayanan bagi frontliner, dengan tidak menjadikan pelayanan hanya sebagai standar perusahaan saja. Kemudian untuk memunculkan rasa kebanggaan terhadap organisasi diantara pegawai dapat dilakukan pihak perusahaan dengan cara mengkomunikasikan sejarah dan prestasi organisasi, merayakan keberhasilan dan menekankan nilai-nilai organisasi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan uji keterbacaan terhadap orang yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan subjek penelitian untuk mengetahui apakah kalimat item pada alat ukur mudah dipahami atau tidak, memperbesar jumlah sampel, dan memperketat data kontrol. Saran selanjutnya adalah perlu meningkatkan validitas dan reliabilitas item pada skala kebanggaan terhadap organisasi.
REFERENSI
Ardilla, S. (2013). Konsep 4B (Brain, Beauty, Behavior, Brave) di mata publik (studi deskriptif kualitatif tentang persepsi nasabah terhadap konsep 4B pada karyawan frontliner bank Panin KCU kota Kediri). Malang: Universitas Brawijaya. Diakses 20 Februari, 2014 dari Academia: https://www.academia.edu/3540293/Konsep_4B_Brain_beauty_behavior_brave_di_mata_publik Baker, S. (1999). Five baselines for justification in persuasion. Journal of Mass Media Ethics, 14, 69–81.
Daniel, J.R. (2013). Konsep organizational pride. Diakses 3 Agustus 2014 dari:
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/4129/T2_912011017_BAB%20II.pdf ?sequence=3
Gouthier, Matthias H.J., dan Rhein, Miriam. (2011). Organizational pride and its positive effects on employee behavior, Journal of Service Management, Vol. 22 Iss: 5, pp.633 – 649.
Haque, S.M. (2011). Pride and performance in the public service: three Asian cases. International Review of Administrative Sciences. SAGE Publications (London, Thousand Oaks, CA and New Delhi), Vol. 67 (2001), 99–115; 016159.
Ivancevich, John M, et al. (2006). Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta: Erlangga.
John A. Parnell, Marc G. Singer. (2001). The organizational charlatan scale Developing an instrument to measure false performance, Journal of Management Development, Vol. 20 Iss: 5, pp.441 – 455. Kacmar, K.Michelle., Harris, Kenneth J., Nagy, Brian G. (2007). Further validation of the Bolino and Turnley
impression management scale. Institute of Behavioral and Applied Management.
Katcher, Bruce. L. (2014). Are you proud of your organization?. Discovery Surveys, Inc. specializing in employee opinion and customer satisfication surveys.
Kraemer, Tobias & Matthias H.J. Gouthier, (2014). How organizational pride and emotional exhaustion explain turnover intentions in call centers: A multi-group analysis with gender and organizational tenure, Journal of Service Management, Vol. 25 Iss: 1, pp.125 – 148.
Leary, Mark R dan Kowalski, Robin M. (1990). Impression management: a literature review and two-component model. Psychological Bulletin, Vol 107(1), Jan 1990, 34-47. doi: 10.1037/0033-2909.107.1.34.
Matthias H.J. Gouthier, Miriam Rhein. (2011). Organizational pride and its positive effects on employee behavior, Journal of Service Management, Vol. 22 Iss: 5, pp.633 – 649.
Merkl-Davies, D. M., Brennan, N. M. (2007). Discretionary disclosure strategies in corporate narratives: Incremental information or impression management? Journal of Accounting Literature
26: 116-196.
Mohamed, A., Gardner, W., Paolillo, J. (1999). A taxonomy of organizational impression management tactics. Advances in Competitiveness Research. 7, p.108.
Priyatno, D. (2011). Buku saku Analisis statistik data SPSS.Yogyakarta: Mediakom,
Shaughnessy, John J., Zechmeister, Eugene B., Zechmeister, Jeanne S. (2012). Research methods in psychology (9th Edition). McGraw Hill
Tracy, J. L., & Robins, R. W. (2014). Conceptual and empirical strengths of the authentic/hubristic model of pride. American Psychological Association, Journal of Emotion, 14, 33-37. 1528-3542/14/$12.00 DOI: 10.1037/a0034490.
RIWAYAT PENULIS
Lisa Arindi lahir di Jakarta pada 24 Juni 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Psikologi pada tahun 2014.