KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI
NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI – JUNI 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. )
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yokebed Christina Gunawan NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI
NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JANUARI – JUNI 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm. )
Program Studi Farmasi
Oleh :
Yokebed Christina Gunawan NIM : 138114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
iv
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum taurat dan kitab para nabi.”
Matius 7 : 12
Kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus yang menolong dan menguatkanku Papa dan Mama yang selalu setia dan sangat mengasihiku Teman- teman dan sahabat yang sangat menguatkan dan menghiburku Almamater yang kubanggakan
vii PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, kasih dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni 2016” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat dukungan dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi bimbingan dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakutas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Direktur Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta dan Staff Administrasi Rumah Sakit Panti Nugroho yang telah memberikan ijin penelitian yang dilakukan peneliti, serta Staff bagian Rekam Medis dan Apoteker serta tenaga kefarmasian yang sangat membantu penulis.
3. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. sebagai dosen pembimbing utama yang selalu membimbing, memberi arahan dan dukungan selama penyusunan skripsi.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. sebagai dosen penguji yang membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik yang membimbing dan membantu saya dalam menjalani kuliah. 6. Kedua orang tua Bambang Gunawan dan Mariani terkasih yang selalu
menyemangati dan mendoakan penulis dalam proses penyusunan skripsi. 7. Adikku terkasih Yosua Gunawan yang selalu membuat semangat dan
manghibur dalam proses penyusunan skripsi.
8. Sahabat tersayang Evi Magdalena, Anastasia Sari Sulistyowati, Priscilla Frihastie Setyawati, Masrial Zalukhu, Krispina Priska Adriani, Dian Pratiwi, Caecilia Desi Kristanti, Deriven Samurai Teweng, Veronica Olivia Gita Puspa Dewi, Sridea, Maynardo Innocencio Aethelstone, Dwi Putra Prihandito, Sonny Fernando, Jhony Maruli Setiawan, kak Grace
ix DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRACT ...xiii
ABSTRAK ...xiv
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3
KESIMPULAN DAN SARAN ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Gambaran Umum Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016 ... 4 Tabel II Distribusi Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi pada
Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016 ... 4 Tabel III Distribusi Kategori Signifikansi Klinis, Dampak, dan Jenis
Interaksi Obat Antar Obat Antihipertensi dan Antara Obat Antihipertensi dan Obat Non Antihipertensi ... 8
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persentase peresepan dengan interaksi obat dan tanpa interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari sampai Juni 2016 ... 6
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta... 14 Lampiran 2. Distribusi Kombinasi Obat Anti Hipertensi pada Pasien
Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016 ... 15 Lampiran 3 Daftar Obat yang Berinteraksi, Kategori Signifikansi dan Jenis
Interaksi tiap Rekam Medis ... 16 Lampiran 4. Alat pengambilan data penelitian peresepan obat pada pasien
hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016 ... 21 Lampiran 5 Tabel interaksi obat antar obat anti hipertensi meliputi obat
yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat ... 22 Lampiran 6. Tabel interaksi obat antara obat anti hipertensi dengan obat
lain meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat ... 29 Lampiran 7. Keterangan Kelayakan Etik / Ethical Clearance ... 38
xiii ABSTRACT
Hypertension is a serious health problem in Indonesia and cases of hypertension is likely to increase. The risk of hypertension increases significantly with age. Hypertension outpatients tend to get a prescription of more than one type of drug, both drugs hypertension alone or with other medications if accompanied by comorbidities. Therefore, drug interactions can occur. This study aims to describe the prescription, the incidence of drug interactions, as well as related mechanisms of pharmacodynamic and pharmacokinetic drug interactions, and clinical significance categories that occur in outpatient hypertensive geriatric patients in Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016. This type of research is a non-experimental research evaluative descriptive, which means on this research could be the evaluation of health personnel, especially matters related to drug interactions in prescribing pattern on an outpatient hypertension geriatrics with retrospective nature, data retrieved from patient records and studied theoretically based on the literature. The sampling technique is done randomly and obtained a sample of 258 medical records. The results of this study indicate there are 99 cases of drug interactions, the type of drug interactions more dominant happens is pharmacodynamic interaction, and the the most frequent category of significance category of drug interactions is significant as many as 147 cases and there are also 18 cases of serious drug interactions among them are amlodipine with diltiazem (1 case), clonidine with bisoprolol (1 case), lisinopril with candesartan (1 case), amlodipine with simvastatin (13 cases), and captopril with allopurinol (2 cases) of hypertension geriatric outpatients in Panti Nugroho Hospital Yogyakarta period from January to June 2016. Serious interaction of these two drugs is very user should be avoided and use alternative other drugs, if it was needed then patient's clinical status must be highly monitored.
Keywords: hypertension, antihypertensive drug interactions, geriatrics, outpatient.
xiv ABSTRAK
Hipertensi merupakan merupakan masalah kesehatan yang serius dan di Indonesia kasus hipertensi cenderung meningkat. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia. Pasien hipertensi rawat jalan cenderung mendapatkan peresepan lebih dari satu jenis obat, baik obat hipertensi saja atau dengan obat non anti hipertensi jika disertai penyakit penyerta. Oleh karena itu, interaksi obat kemungkinan dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan, insiden terjadinya interaksi obat, serta interaksi obat terkait mekanisme farmakodinamik, farmakokinetik, dan kategori signifikansi klinis yang terjadi pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari – Juni 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif evaluatif yang berarti penelitian ini dapat menjadi evaluasi tenaga kesehatan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan interaksi obat pada pola peresepan pada pasien rawat jalan hipertensi geriatri yang bersifat retrospektif yaitu data diambil dari rekam medis pasien dan dikaji secara teoritis berdasarkan literatur. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapat sampel sebanyak 258 rekam medis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 99 kasus interaksi obat, jenis interaksi obat yang lebih dominan terjadi adalah interaksi farmakodinamik, serta kategori signifikansi interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu signifikan sebanyak 147 kasus dan terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius diantaranya yaitu amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1 kasus), lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13 kasus), dan captopril dengan allopurinol (2 kasus) pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016. Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini sangat perlu dihindari dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat dibutuhkan maka status klinis pasien harus sangat terpantau.
1 PENDAHULUAN
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Hipertensi merupakan sepuluh besar penyakit yang didiagnosa pada pasien di Rumah Sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinkes DIY, 2013). Pengobatan hipertensi lebih kompleks pada orang tua, karena perbedaan dalam patofisiologi hipertensi dengan penuaan dan akumulasi penyakit organ akhir (Goodarzi & Burback, 2015). Di Indonesia menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam et al, 2008). Golongan diuretik adalah pilihan pertama pada pengobatan hipertensi pada usia lanjut, tetapi perlu pemantauan khusus dikarenakan sensitifitas mereka terhadap diuretik, pilihan pertama lain yaitu golongan calcium channel blocker (CCB) , ACE inhibitor (ACE I) , dan angiotensin II receptor blocker (ARB) (Stokes, 2009).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia (Kapadia et al, 2013). Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50%-60%. Perubahan fisiologis yang terjadi pada orang usia lanjut akan memberikan efek serius pada banyak proses yang terlibat dalam penatalaksanaan obat. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya menderita lebih dari satu penyakit (Syamsudin, 2011). Prevalensi interaksi obat dalam populasi geriatri dapat tinggi dikarenakan oleh polifarmasi (Kafeel et al, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati et al (2006) menunjukan bahwa interaksi obat terjadi pada 59% pasien rawat inap dan 69% pasien rawat jalan. Sebuah studi menyatakan interaksi obat yang ditemukan pada pengobatan hipertensi sebanyak 71,5% dari 557 pasien rawat jalan, interaksi obat terbanyak ditemukan pada atenolol dan amlodipine (Kothari dan Ganguly, 2014).
Berdasarkan kenyataan tersebut maka perlu dilakukan kajian interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri di instalasi rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai gambaran umum peresepan dan seberapa besar insiden terjadinya interaksi obat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, serta memberikan informasi manajemen interaksi obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta.
2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis dari pasien hipertensi geriatri. Dalam setiap rekam medis, data yang diambil merupakan peresepan terakhir dari pasien hipertensi geriatri. Alat atau instrumen penelitian berupa lembar kerja serta literatur, lembar kerja yang digunakan memuat data yang diambil dari rekam medis pasien meliputi tanggal pengobatan, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, tekanan darah, diagnosis, jenis dan regimen obat antihipertensi dan obat non antihipertensi, serta jumlah obat antihipertensi dan obat non antihipertensi. Literatur yang digunakan yaitu Medscape (2016) didukung dengan Drugs.com (2016) dan Tatro (2007).
Gambaran umum peresepan pasien hipertensi geriatri meliputi jumlah obat, golongan dan jenis obat antihipertensi yang digunakan pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Jumlah obat merupakan banyaknya obat antihipertensi dan obat non antihipertensi yang diterima pasien hipertensi geriatri saat menjalani pengobatan. Golongan obat merupakan kelompok obat antihipertensi yang diberikan ke pasien. Jenis obat adalah nama generik obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien. Interaksi obat yang dimaksud adalah interaksi yang terjadi disaat dua obat digunakan bersamaan dan terdeteksi berinteraksi oleh Medscape (2016). Dampak interaksi obat yaitu diinginkan/ tidaknya interaksi obat tersebut. Jenis interaksi obat yang dimaksud adalah interaksi obat terkait mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri. Kategori signifikansi klinis pada peresepan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Jenis dan kategori signifikansi klinis dikaji secara teoritis berdasar literatur Medscape (2016) didukung dengan Drugs.com (2016), dan Tatro (2007).
Tata cara penelitian dimulai dengan tahap persiapan, peneliti melakukan survei ke tempat penelitian untuk mengetahui adanya kebutuhan mengenai evaluasi peresepan pasien pada penyakit tertentu serta tata cara dalam pengambilan data penelitian. Selanjutnya cara pengambilan data subyek penelitian adalah dengan menggunakan jumlah populasi yaitu sebanyak 730 pasien hipertensi geriatri, kemudian menggunakan teknik simple random sampling untuk memperoleh sampel penelitian dengan mengundi populasi. Besar sampel yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus Taro Yamane dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu : n = N / [N (d)2 + 1 ]
3
dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi, dan d adalah presisi (Akdon dan Riduwan, 2007). Dari rumus didapatkan 258 sampel yang harus diambil secara acak dari populasi pasien hipertensi geriatri. Sampel penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang mendapatkan obat antihipertensi dengan atau tanpa obat non antihipertensi dengan jumlah obat lebih dari satu dalam tiap rekam medis periode Januari – Juni 2016. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian adalah rekam medis pasien yang tidak lengkap. Kemudian dilakukan pengambilan data menggunakan lembar kerja dan dilakukan validasi.
Data yang diperoleh diolah dengan metode statistika deskriptif dengan menghitung persentase masing-masing bagian yang akan dianalisis meliputi gambaran umum peresepan yaitu jumlah, jenis dan golongan obat antihipertensi, kemudian ada tidaknya interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri, jenis interaksi obat meliputi interaksi farmakokinetik dan famakodinamik, serta kategori signifikansi klinis interaksi obat yang dikaji dari literatur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diambil dari sejumlah sampel sebesar 258 pasien hipertensi geriatri. Terdapat 243 pasien (94,2%) yang juga mendapatkan obat non antihipertensi. Bagian pertama akan membahas gambaran umum peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta meliputi jumlah obat, golongan dan jenis obat antihipertensi yang ada dalam rekam medis pasien. Tabel I menunjukkan persentase terbesar distribusi jumlah obat antihipertensi yaitu dengan jumlah obat satu sebanyak 138 peresepan (53,5%). Hal ini sesuai dengan Hypertension Canada’s 2016 CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention and Treatment of Hypertension yang menyatakan bahwa inisiasi antihipertensi yang pertama kali diberikan yaitu monoterapi. Penggunaan kombinasi pada pasien geriatri yang mengalami hipertensi dapat lebih cepat menurunkan tekanan darah karena toleransi yang rendah (Leung et al, 2016). Persentase terbesar jumlah obat non antihipertensi yang diterima pasien yaitu dengan dua sampai tiga obat sebanyak 147 peresepan (57%).
4
Tabel I. Gambaran Umum Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
No Gambaran Umum Peresepan Parameter Jumlah Pasien (N= 258) N % 1. Jumlah obat antihipertensi 1 2 3 4 5 138 83 33 3 1 53,5 32,2 12,8 1,1 0,4
2. Jumlah obat non antihipertensi 0-1 2-3 4-5 6-7 8 62 147 44 4 1 24 57 17 1,6 0,4
3 Jumlah obat per rekam medis 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 36 68 65 48 25 8 5 2 0 1 14 26,4 25,2 18,6 9,7 3,1 1,9 0,8 0 0,4 Tabel II. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Periode Januari – Juni 2016
Golongan dan Jenis Obat Anti Hipertensi Jumlah Pasien N = 258 Persentase (%) ACE I Captopril 16 6,2 Lisinopril 3 1,2 ARB Valsartan 134 51,9 Irbesartan 5 1,9 Candesartan 3 1,2 CCB Amlodipin 174 67,4 Diltiazem 1 0,4 Diuretik Hidrochlorothiazide (HCT) 9 3,5 Furosemide 45 17,4 Spironolakton 3 1,2 β-Blocker Bisoprolol 18 7 Central α2-Agonis Klonidin 9 3,5
ACE I = Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor; ARB = Angiotensin Receptor Blocker; CCB = Calcium Channel Blocker.
Golongan obat antihipertensi yang diresepkan pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari – Juni 2016 dapat
5
terlihat di tabel II. Tabel II menunjukkan bahwa persentase obat antihipertensi yang paling sering digunakan yaitu golongan CCB sebanyak 175 obat (67,8%). Sesuai dengan Eighth Joint National Comitee (JNC 8) menyatakan untuk pasien hipertensi dengan usia > 60 tahun first line yang tepat adalah Diuretik thiazide/ ACEI / ARB/ CCB tunggal atau kombinasi (James et al, 2014). Jenis obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah amlodipin sebanyak 174 obat (67,4%). Amlodipin (CCB) akan menjadi pilihan utama untuk pasien yang kontraindikasi dengan diuretik atau pasien yang mengalami angina atau gangguan ritme jantung (Nguyen et al, 2012). Golongan CCB ini juga mencegah stroke pada hipertensi geriatri. Sebuah meta-analisis terbaru menemukan bahwa CCB dihidropiridin mengurangi stroke sebesar 10% dibandingkan dengan terapi aktif lainnya (Oparil ,2006). Menurut American Heart Association and American Stroke Association menyatakan bahwa kesempatan memiliki stroke sekitar dua kali lipat untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 55 (AHA, 2017).
Kombinasi yang paling banyak digunakan untuk pasien hipertensi geriatri adalah golongan CCB dan ARB sebanyak 57 peresepan (22,1%) dapat dilihat dalam lampiran 2. Dalam jurnal meta analisis dikatakan terapi kombinasi menggunakan ARB dan CCB superior dibanding kombinasi lain dari terapi antihipertensi dengan menunjukan insiden lebih sedikit dalam kejadian kardiovaskular dan efek yang merugikan (Chi et al¸ 2016).
Potensi interaksi obat meningkat dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang diresepkan meningkat dengan bertambahnya usia. (Kapadia et al, 2013). Persentase interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho periode Januari sampai Juni 2016 ditunjukkan dalam Gambar 1. Persentase rekam medis pasien hipertensi geriatri tanpa interaksi obat lebih tinggi yaitu sebanyak 159 rekam medis (61,6%) dibanding rekam medis dengan interaksi yaitu sebanyak 99 peresepan (38,4%). Dalam bahasan sebelumnya dikatakan persentase terbesar jumlah obat antihipertensi yaitu sebanyak satu dan jumlah obat non antihipertensi sebanyak dua sampai tiga, hal ini mempengaruhi angka kejadian interaksi obat. Kemudian dilakukan perhitungan proporsi interaksi obat yang terjadi antar obat hipertensi dan antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi. Persentase interaksi obat antar obat antihipertensi yaitu sebanyak 32 peresepan (12,4%), interaksi antara obat antihipertensi dengan obat non antihipertensi yaitu sebanyak 48 peresepan (18,6%), dan interaksi keduanya sebanyak 19 peresepan (7,4%).
6
Gambar 1. Persentase peresepan dengan interaksi obat dan tanpa interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Periode Januari sampai Juni 2016
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik (Baxter, 2010). Pengelompokan jenis interaksi obat yang terjadi pada peresepan pasien hipertensi geriatri ditunjukkan dalam Lampiran 3. Lampiran 3 menunjukkan bahwa persentase jenis interaksi farmakodinamik lebih banyak dibanding jenis interaksi farmakokinetik. Sebuah penelitian mengenai interaksi obat yang potensial terjadi pada peresepan pasien hipertensi dengan menggunakan Medscape Drug Interaction Checker Software hasil mendeteksi ada 55,23% jenis interaksi farmakodinamik dari 918 interaksi obat. dan farmakokinetik hanya 4,79% dengan mayoritas interaksi yaitu farmakodinamik sinergis yaitu antara beta blocker- calcium channel blocker (CCB) dan beta blocker- angiotensin receptor blocker (ARB) (Kothari dan Ganguly, 2014). Potensi interaksi farmakodinamik harus dipertimbangkan untuk obat yang bersaing satu sama lain di target farmakologi dan / atau memiliki efek terapetik atau efek merugikan yang serupa atau bertentangan (European Medicines Agency, 2015).
Interaksi obat dapat mempengaruhi efektifitas, dan toksisitas masing-masing obat, tetapi terdapat beberapa interaksi obat memang diinginkan terjadi dalam praktek klinis, diantaranya yaitu valsartan dengan diuretik interaksi ini dapat memperbaiki hipokalemia yang disebabkan oleh diuretik (Gradman et al, 2010). Interaksi furosemid dengan bisoprolol akan mempertinggi efektifitas beta blocker / bisoprolol (Gradman et al, 2010) dan menurunkan efek samping serta terapi lebih menguntungkan dengan kombinasi
7
tersebut (Skolnik et al, 2000). Terdapat juga interaksi yang serius tetapi memang menguntungkan dalam praktek klinis yaitu antara captopril dengan allopurinol, keduanya secara sinergis menurunkan kejadian sindrom metabolik dengan menurunkan tekanan darah, menurunkan akumulasi lemak abdominal, memperbaiki dislipidemia, dan mencegah resistensi insulin, dan kombinasi ini superior untuk mencegah diabetes dan penyakit kardiovaskular (Rocal et al, 2009), tetapi resiko hipersensitifitas lebih tinggi (Drugs.com, 2016). Kemudian interaksi antara ARB dan digoxin, keduannya sama-sama mendukung terapi gagal jantung (Gheorghiade et al, 2006). Interaksi obat yang tidak ditangani akan berakibat buruk bagi pasien, beberapa contohnya adalah antara bisoprolol dengan HCT dan bisoprolol dengan spironolakton akan mempertinggi resiko diabetes (Lim et al, 2015). Lisinopril dan candesartan merupakan kombinasi yang sangat dihindari, menurut ESH/ESC kombinasi ini akan mempertinggi kejadian penyakit ginjal tahap akhir/ ESRD (Mancia et al, 2013). Furosemide dengan digoxin, kombinasi ini lebih dari tiga kali lipat menaikkan resiko rawat inap dikarenakan intoksisitas digoxin (Wang et al, 2010).
Interaksi obat yang terjadi dapat dikelompokan menjadi 3 kategori signifikansi klinis interaksi obat menurut Medscape (2016). Persentase kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi geriatri yang ditampilkan pada tabel IV. Tingkat serius/major mempunyai efek yang berpotensi mengancam nyawa atau mampu menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat moderat/signifikan mempunyai efek yang mungkin dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien. Tingkat keparahan minor mempunyai efek yang yang biasanya ringan sehingga terapi tambahan tidak diperlukan (Tatro, 2007).
Tabel III menunjukkan bahwa proporsi terbanyak kategori signifikansi klinis yaitu signifikan yaitu sebanyak 147 kasus. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa hampir sepertiga dari interaksi obat yang potensial terjadi adalah signifikan secara klinis (Kapadia et al, 2013). Terdapat 18 kasus dengan kategori signifikansi klinis yaitu serius dimana dapat berakibat fatal bagi pasien dan disarankan untuk menggunakan kombinasi lain/ alternatif lain (Medscape, 2016). Terdapat 14 kasus dengan kategori minor.
Kategori signifikansi klinis interaksi obat serius paling banyak terjadi pada penggunaan amlodipine dengan simvastatin (13 kasus). Amlodipine dengan Simvastatin dapat secara signifikan meningkatkan kadar darah simvastatin dengan penghambatan amlodipine oleh metabolisme simvastatin melalui usus dan hati CYP450 3A4. Interaksi ini berdampak merugikan pada pasien dengan meningkatkan risiko efek samping seperti
8
kerusakan hati dan kondisi yang jarang namun serius yang disebut rhabdomyolysis yang melibatkan pemecahan jaringan otot rangka (Drugs.com, 2016). Manajemen dari interaksi ini adalah gunakan obat alternatif lain, sebisa mungkin hindari kombinasi ini, atau jika benar-benar harus menggunakan terapi maka dosis Simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg setiap hari bila digunakan dalam kombinasi dengan amlodipine, dan perlu penyesuaian dosis atau pemantauan lebih sering untuk keamanan menggunakan kedua obat.
Tabel III. Distribusi Kategori Signifikansi Klinis, Dampak, dan Jenis Interaksi Obat Antar Obat Antihipertensi dan Antara Obat Antihipertensi dan Obat Non Antihipertensi Kategori
Signifikansi Klinis Interaksi Obat
Obat yang Berinteraksi Favorable (F)/
Tidak (NF)
FK/ FD
Jumlah Kasus N= 258
Serius Amlodipine – Diltiazem Klonidin – Bisoprolol Lisinopril – Candesartan Amlodipine – Simvastatin Captopril – Allopurinol NF NF NF NF F FD FD FD FK FD 1 1 1 13 2 Signifikan Amlodipine – Bisoprolol
Valsartan – Bisoprolol Valsartan – Furosemide Valsartan/ Irbesartan – HCT Furosemide – Bisoprolol Furosemide – Irbesartan Furosemide – Spironolakton Bisoprolol – HCT Bisoprolol – Spironolakton Spironolakton – Valsartan Captopril – Asam Mefenamat Captopril – Glimepiride Valsartan – Gemfibrozil Valsartan – golongan NSAID Valsartan/ Irbesartan – Digoxin Valsartan – Simvastatin Furosemide – Aspirin Furosemide – Digoxin Furosemide – Diklofenak Furosemide – Meloxicam HCT – Aspirin Spironolakton – Digoxin Spironolakton – Aspirin NF NF F F F F NF NF NF NF NF NF NF NF F NF NF NF NF NF NF NF NF FD FD FD FD FK FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FD FK FD 5 13 26 9 7 1 2 2 1 1 1 1 3 34 3 17 11 3 1 3 1 1 1 Minor Amlodipine – Griseofulvin
Amlodipine – Methylprednisolone Amlodipine – Triamcinolone Furosemide – Glimepirid, Glibenklamid, Glikuidon Furosemide – Asam Folat Furosemide – CaCO3 Klonidin – Metformin NF NF NF NF NF NF NF FK FK FK FK FK FK FD 1 4 1 4 2 1 1
9
Terdapat kasus interaksi yang sering terjadi yaitu valsartan dengan golongan NSAID (34 kasus) dengan kategori signifikansi klinis yaitu signifikan. NSAID mengurangi efek dari Valsartan, dan meningkatkan toksisitas satu sama lain, mengakibatkan fungsi ginjal kerusakan, terutama pada usia lanjut. Perlu penyesuaian dosis atau modifikasi terapi serta memantau ketat terapi. Pasien yang menerima ARB yang membutuhkan berkepanjangan (lebih dari 1 minggu) terapi bersamaan dengan NSAID harus dipantau lebih dekat tekanan darahnya setelah memulai, penghentian, atau perubahan dosis NSAID. Fungsi ginjal juga harus dievaluasi secara periodik selama coadministrasi berkepanjangan.
Secara umum manajemen dari interaksi obat adalah dengan menghindari terapi kombinasi, penyesuaian dosis obat utama, mengatur waktu asupan dua obat, pemantauan terapi kombinasi bila digunakan, dan mengedukasi pasien tentang potensi interaksi, dan teknik screening lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi interaksi (Muntha, 2013). Tenaga kesehatan dengan tanggungjawab untuk pasien lanjut usia harus mengembangkan strategi untuk memonitor terapi obat (Kafeel et al, 2014).
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya yaitu dengan menggunakan Medscape Multi-Drug Interaction Checker peneliti hanya dapat mendeteksi interaksi antara 2 obat yang digunakan bersamaan dan yang terdeteksi oleh Medscape (2016) saja serta belum dapat mengaitkan interaksi-interaksi obat yang terjadi dalam satu rekam medis. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penelitian Kajian Interaksi Obat pada Peresepan Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni 2016 dapat disimpulkan penggunaan obat antihipertensi terbanyak yaitu monoterapi dengan golongan obat Calcium Channel Blocker (CCB) 67,8% dan jenis obat Amlodipin sebanyak 174 obat (67,4%). Interaksi obat yang terjadi berjumlah 99 peresepan (38,4%), dan jenis interaksi yang paling sering terjadi yaitu farmakodinamik. Kategori signifikansi klinis interaksi obat paling banyak pada peresepan pasien hipertensi geriatri adalah signifikan sebanyak 147 kasus interaksi. Interaksi obat yang paling sering terjadi yaitu antara valsartan dengan NSAID. Terdapat pula 18 kasus interaksi obat yang serius diantaranya yaitu amlodipine dengan diltiazem (1 kasus), klonidin dengan bisoprolol (1 kasus), lisinopril dengan candesartan (1 kasus), amlodipine dengan simvastatin (13 kasus), dan captopril dengan allopurinol (2 kasus). Interaksi serius dari pemakaian dua obat ini
10
sangat perlu dihindari dan menggunakan alternatif obat lain, jika memang sangat dibutuhkan maka status klinis pasien harus sangat terpantau.
Saran untuk pihak Rumah Sakit Panti Nugroho adalah perlu dilakukan monitoring secara dekat efek interaksi obat pada pengobatan hipertensi dan manajemen interaksi obat jika memang terapi sangat diperlukan khususnya bagi pasien geriatri. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan penelitian mengenai kajian interaksi obat penyakit lain yang umum di masyarakat khususnya masyarakat lanjut usia dengan memperhitungkan jumlah interaksi yang terjadi pada setiap rekam medis/ setiap pasien dengan menggunakan literatur lain/ guidelines yang terpercaya dan spesifik untuk penyakit tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon dan Riduwan, 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta, Bandung. American Heart Association (AHA), 2017. Stroke Risk Factors, http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/UnderstandingRisk /Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp, diakses tanggal 3 Januari 2017.
Baxter, K., 2010. Stockley’s Drug Interactions. Ninth Edition. Pharmaceutical Press. Chi, C., Tai, C., Bai, B., Yu, S., Karamanou, M., et al.¸ 2016. Angiotensin System
Blockade Combined With Calcium Channel Blockers is Superior to Other Combinations in Cardiovascular Protection With Similar Blood Pressure Reduction: A Meta-Analysis in 20,451 Hypertensive Patients. The Journal of Clinical Hypertension.,18 (8).
Dinkes DIY, 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013. Dinkes DIY, Yogyakarta.
European Medicines Agency, 2015. Guideline on the investigation of drug interactions. Committee for Human Medicinal Products (CHMP), 21 (June), 6.
Gheorghiade, M., Veldhuisen, D.J., dan Colucci, W.S., 2006. Contemporary Use of Digoxin in the Management of Cardiovascular Disorders. Circulation., 113, 2556-2564.
Goodarzi, Z., dan Burback, D., 2015. Can We Stay On Target? A Review Of Hypertension Treatment in the Elderly. Journal of CME., 5, 9.
Gradman, A.H., Basile, J.N., Carter, B.L., dan Bakris, G.L., 2010. Combination therapy in hypertension. Journal of the American Society of Hypertension., 4(2), 90–98.
11
James, P.A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W.C., Dennison-Himmelfarb, C., Handler, J., et al., 2014. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8) 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA., 311 (5), American Medical Association, E 10.
Kapadia, J., Thakor, D., Desai, C., dan Dikshit, R.K., 2013. A Study of Potential Drug-Drug Interactions in Indoor Patients of Medicine Department at a Tertiary Care Hospital. JAPS, Vol. 3(10), p. 095.
Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., et al., 2014. Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by Community and Hospital Pharmacy. Pharmacology & Pharmacy., 5, pp. 403-404
Kothari, N., dan Ganguly, B., 2014. Potential Drug - Drug Interactions among Medications Prescribed to Hypertensive Patients. J Clin Diagn Res, 8(11): HC01–HC04. Leung, A.A., Nerenberg, K., Daskalopoulou, S.S., McBrien, K., Zarnke K.B., et al. , 2016.
Hypertension Canada’s 2016 CHEP Guidelines for Blood Pressure Measurement, Diagnosis, Assessment of Risk, Prevention and Treatment of Hypertension, Canadian Journal of Cardiology, 32-34.
Lim, K.K., Sivasampu, S., dan Khoo, E.M., 2015. Antihypertensive drugs for elderly patients: a cross‑ sectional study. Singapore Med J, 56(5): 291-297.
Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redo´n, J., Zanchetti, A., et al., 2013. 2013 ESH/ESC Guidelines for The Management of Arterial Hypertension : TheTask Force for the management ofarterial hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Journal of Hypertension., 31 (7), 1314-1315.
Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati, Jubaedi, A., dan Batubara, I., 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker (Online), http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker diakses pada 20 Desember 2016.
Drugs.com, 2016. Drug Interactions Checker (Online) , https://www.drugs.com/dru_interactions.php, Multum Information Services, Inc, diakses tanggal 20 Desember 2016.
12
Muntha, P., 2013. Drug Interactions – Causes & Implications. RRJPPS., 2(3), 102-103. Nguyen, Q.T., Anderson, S.R., Sanders, L., dan Nguyen L.D., 2012. Managing
Hypertension in the Elderly: A Common Chronic Disease with Increasing Age. Am Health Drug Benefits., 5 (3), 146-153.
Oparil S., 2006. Hypertension in the Elderly: The Bottom Line: What Are the Best Treatments for Hypertension in the Elderly?. Medscape Cardiology., 10(1), 5. Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia., 59 (12), 580-586.
Rahmawati, F., Handayani, R., dan Gosal, V., 2006. Kajian Retrospektif Interaksi Obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia., hal 177.
Rocal, C.A., Reungjui, C.A., Sánchez-Lozada, L.G., Mu, W., Sautin, Y.Y., Nakagawa, T., dan Johnson, R.J., 2009. Combination of Captopril and Allopurinol Retards Fructose-Induced Metabolic Syndrome. Am J NephroL., 30(5): 399–404.
Skolnik, N.S., Beck, J.D., dan Clark, M., 2000. Combination Antihypertensive Drugs: Recommendations for Use. Am Fam Physician., 61(10):3049-3056.
Stokes, G.S., 2009. Management of Hypertension in the Elderly Patient. Clinical Interventions in Aging,Vol. 4, 383-384.
Syamsudin, 2011. Interaksi Obat: Konsep Dasar dan Klinis. UI-Press, Jakarta.
Tatro, D.S., 2007. Drug Interaction Facts 2007. First Edition, Wolters Kluwer Health, Facts & Comparisons, U.S.
Wang, MT., Su, CY., Chan, A.L.F., Lian, PW., Leu, HB., dan Hsu, YJ., 2010. Risk of digoxin intoxication in heart failure patients exposed to digoxin–diuretic interactions: a population-based study. Br J Clin Pharmacol. 70(2): 258–267.
13
14
Lampiran 1 : Surat Keterangan Ijin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta
15
Lampiran 2. Distribusi Kombinasi Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho
Periode Januari – Juni 2016 No Kombinasi obat antihipertensi Jumlah rekam medis N = 258 Persentase (%) 1 ACE I + CCB 2 0,8 2 ACE I + ARB 1 0,7 3 ACE I + ARB + α2 sentral 1 0,7 4 ACE I + ARB + CCB 1 0,7 5 ACE I + CCB + β-blocker 1 0,7 6 ARB + CCB 57 22,1 7 ARB + CCB + β-blocker 4 1,6 8 ARB + CCB + Diuretik 18 7 9 ARB + Diuretik 10 3,9 10 ARB + Diuretik + β-blocker 3 1,2 11 ARB + β-blocker 3 1,2 12 ARB + CCB + Central α2-Agonis 2 0,8 13 ARB + CCB + Diuretik + β-blocker 1 0,7 14 ARB + CCB + Diuretik + Central α2-Agonis 2 0,8 15 ARB + CCB + Diuretik + β-blocker + Central α2-Agonis 1 0,7 16 CCB + Diuretik 5 1,9 17 CCB + Central α2-Agonis 2 0,8 18 CCB + Diuretik + β-blocker 2 0,8 19 CCB + CCB 1 0,7 20 Diuretik + Diuretik 1 0,7 21 ARB + CCB + ACE I 1 0,7 22 Diuretik + Diuretik + β-blocker 1 0,7
16
Lampiran 3. Daftar Obat yang Berinteraksi, Kategori Signifikansi dan Jenis Interaksi tiap Rekam Medis
No Obat yang berinteraksi
Kategori Signifikansi
Klinis
Jenis Interaksi
1 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
2 Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
3 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
4 Furosemide CaCO3 Minor FK
Furosemide Asam Folat Minor FK
5 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
6 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
7 Valsartan Meloxicam Signifikan FD
Valsartan Ketorolac Signifikan FD
8 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
9 Captopril Allopurinol Serius FD
10 Furosemide Diklofenak Signifikan FD
11 Valsartan Furosemide Signifikan FD
12 Valsartan Furosemide Signifikan FD
13 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
14 Captopril Asam Mefenamat Signifikan FD
15 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
16 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
17 Valsartan HCT Signifikan FD
18 Valsartan HCT Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
19 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
20 Amlodipin Griseofulvin Minor FK
21 Lisinopril Candesartan Serius FD
17
23 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Furosemide Glikuidon Minor FK
24 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
25 Valsartan Furosemide Signifikan FD
26 Valsartan Meloxicam Signifikan FD
27 Klonidin Metformin Minor FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
28 Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
29 Amlodipin Simvastatin Serius FK
30 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
31 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Irbesartan HCT Signifikan FD
32 Amlodipin Simvastatin Serius FK
33 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
34 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
35 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
36 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
37 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
38 Amlodipin Triamnicolone Minor FK
39 Amlodipin Simvastatin Serius FK
40 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
41 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
42 Valsartan Asam Mefenamat Signifikan FD
43 Valsartan Furosemide Signifikan FD
44 Valsartan Furosemide Signifikan FD
45 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Glibenklamid Minor FK
46 Valsartan Aspirin Signifikan FD
18
48 Furosemide Meloxicam Signifikan FD
Furosemide Asam Folat Minor FK
49 Valsartan Furosemide Signifikan FD
50 Valsartan HCT Signifikan FD
51 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Digoxin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
52 Valsartan Ketorolac Signifikan FD
53 Valsartan HCT Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
HCT Aspirin Signifikan FD
54 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan HCT Signifikan FD
Bisoprolol HCT Signifikan FD
55 Valsartan Furosemide Signifikan FD
56 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
57 Valsartan Aspirin Signifikan FD
58 Captopril Glimepiride Signifikan FD
Captopril Allopurinol Serius FD
59 Valsartan Furosemide Signifikan FD
60 Valsartan Celecoxib Signifikan FD
61 Valsartan Furosemide Signifikan FD
62 Valsartan Diklofenak Signifikan FD
63 Valsartan Aspirin Signifikan FD
64 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
65 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
66 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
67 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
68 Furosemide Aspirin Signifikan FD
69 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
70 Valsartan HCT Signifikan FD
71 Furosemide Meloxicam Signifikan FD
72 Valsartan Aspirin Signifikan FD
19
73 Valsartan Gemfibrozil Signifikan FD
74 Valsartan Furosemide Signifikan FD
75 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
76 Furosemide Irbesartan Signifikan FD
Irbesartan Digoxin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
77 Valsartan Furosemide Signifikan FD
78 Furosemide Spironolakton Signifikan FD
Spironolakton Aspirin Signifikan FD
Spironolakton Digoxin Signifikan FK
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Digoxin Signifikan FD
79 Valsartan Furosemide Signifikan FD
80 Valsartan HCT Signifikan FD
81 Amlodipin Simvastatin Serius FK
82 Valsartan Furosemide Signifikan FD
83 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Meloxicam Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Furosemide Meloxicam Signifikan FD
84 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan HCT Signifikan FD
Bisoprolol HCT Signifikan FD
Klonidin Bisoprolol Serius FD
85 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
86 Valsartan Aspirin Signifikan FD
87 Valsartan Furosemide Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
Furosemide Aspirin Signifikan FD
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
88 Valsartan Simvastatin Signifikan FD
89 Furosemide Glimepiride Minor FK
90 Amlodipin Methylprednisolone Minor FK
91 Valsartan Furosemide Signifikan FD
20
92 Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Valsartan Furosemide Signifikan FD
93 Amlodipin Simvastatin Serius FK
Valsartan Simvastatin Signifikan FD
Valsartan Aspirin Signifikan FD
94 Valsartan Furosemide Signifikan FD
95 Valsartan Spironolakton Signifikan FD
96 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
Furosemide Aspirin Signifikan FD
97 Valsartan Aspirin Signifikan FD
Valsartan Digoxin Signifikan FD
Valsartan Diklofenak Signifikan FD
98 Amlodipin Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Bisoprolol Signifikan FD
Valsartan Furosemide Signifikan FD
Furosemide Bisoprolol Signifikan FK
99 Furosemide Bisoprolol Signifikan FK Furosemide Spironolakton Signifikan FD Bisoprolol Spironolakton Signifikan FD
21
Lampiran 4. Alat pengambilan data penelitian peresepan obat pada pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Januari – Juni 2016
22
Lampiran 5. Tabel interaksi obat antar obat antihipertensi meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat
Obat yang Berinteraksi Kategori Signifikansi
Efek Mekanisme Manajemen Jumlah
kasus Amlodipine Bisoprolol Signifikan –
perlu pemantauan
Bisoprolol dan Amlodipine dapat memiliki efek aditif dalam menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Menaikan penghambatan kanal anti hipertensi. Dapat mengalami sakit kepala, pusing, ringan, pingsan, dan / atau perubahan denyut nadi atau jantung berdetak. Efek samping ini dapat dilihat pada awal pengobatan, disusul
kenaikan dosis, atau ketika pengobatan diulang setelah interupsi.
Aditif
farmakodinamik
Dibutuhkan penyesuaian dosis atau pemantauan lebih sering oleh dokter untuk keamanan menggunakan kedua obat. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin berbahaya sampai tahu bagaimana obat mempengaruhi tubuh, dan berhati-hati ketika bangun dari posisi duduk atau berbaring
5
Amlodipine Diltiazem Serius. Diltiazem akan
meningkatkan level/ efek dari amlodipin. Konsentrasi amlodipine dalam plasma dapat naik, hasilnya efek farmakologi dan efek
Potensiasi farmakodinamik .
Hindari kombiasi atau gunakan obat alternatif . Monitoring dengan hati-hati tekanan darah ketika memulai atau
menghentikan pemakaian 1
23 merugikan naik. Keduanya menghambat sistem renin-angiotensin.
diltiazem, dan persiapkan untuk menyesuaikan dosis amlodipin sesuai kebutuhan..
Valsartan Bisoprolol Signifikan – perlu
pemantauan
Valsartan dan Bisoprolol sama-sama dapat
meningkatan kalium serum. kombinasi Valsartan dengan Beta-blocker dan ACE inhibitor dikaitkan dengan hasil yang tidak
menguntungkan pada morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal jantung.
Sinergisme farmakodinamik
Monitor terus status klinis pasien.
13
Valsartan Furosemide Signifikan – perlu
pemantauan
Valsartan meningkatkan dan Furosemide menurun
kalium serum.
Antagonis farmakodinamik .
Monitor serum kalium pasien 26 (F) Valsartan , Irbesartan HCT Signifikan – perlu pemantauan Valsartan/ Irbesartan meningkatkan dan HCT menurun kalium serum.
Antagonis farmakodinamik .
Monitor serum kalium pasien 9 (F) Furosemide ( Diuretik loop) Bisoprolol (Beta Blocker) Signifikan – perlu pemantauan
Aksi kardiovaskuler dari bisonolol dapat meningkat. Dapat meningkatkan risiko hiperglikemia dan
hipertrigliseridemia pada beberapa pasien terutama
Farmakokinetik Tidak ada intervensi yang diperlukan. Monitor status kardiovaskuler pasien, sesuaikan disis dari beta blocker sesuai kebutuhan. Pemantauan
24 pada pasien dengan diabetes atau diabetes laten.
Mungkin dengan menurunkan cairan ekstravaskuler dan perubahan parameter farmakokinetik dari bisoprolol.
kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa darah direkomendasikan selama coadministrasi. Pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami pusing, kelemahan, pingsan, cepat atau tidak teratur detak jantung, atau hilangnya kontrol glukosa darah. Furosemide Irbesartan Signifikan –
perlu pemantauan
Irbesartan menaikan dan Furosemide menurunkan serum potassium.
Antagonis farmakodinamik
Monitor serum potassium 1 (F)
Furosemid Spironolakto n Signifikan – perlu pemantauan Spironolakton meningkatkan dan Furosemide menurunkan kalium serum. Antagonis farmakodinamik Modifikasi Terapi / Memantau ketat. 2 Bisoprolol HCT Signifikan – perlu pemantauan Bisoprolol meningkatkan dan HCT menurunkan kalium serum. Diuretik dan Beta-blockers dapat
meningkatkan risiko hiperglikemia dan
Antagonis farmakodinamik
Meskipun mereka sering dikombinasikan dalam praktek klinis,
Pemantauan kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa darah
25 hipertrigliseridemia pada beberapa pasien, terutama pada pasien dengan diabetes atau diabetes laten.
direkomendasikan selama coadministrasi. Pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami pusing, kelemahan, pingsan, cepat atau tidak teratur detak jantung, atau hilangnya kontrol glukosa darah. Bisoprolol Spironolakto n Signifikan – perlu pemantauan Bisoprolol dan Spironolakton sama-sama meningkatkan kalium serum. Menggunakan Spironolakton dan Bisoprolol bersama-sama dapat menurunkan tekanan darah dan memperlambat detak jantung. Hal ini dapat menyebabkan pusing, atau perasaan seperti Anda akan pingsan, kelemahan, pingsan, cepat atau tidak teratur detak jantung, atau hilangnya kontrol glukosa darah. diuretik dan beta-blockers dapat
Sinergis
farmakodinamik
Meskipun mereka sering dikombinasikan dalam praktek klinis, perlu penyesuaian dosis atau butuh tekanan darah Anda diperiksa lebih sering menggunakan kedua obat aman. Pemantauan kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa darah direkomendasikan selama coadministration. Pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami pusing,
26 meningkatkan risiko hiperglikemia dan hipertrigliseridemia pada beberapa pasien, terutama pada pasien dengan diabetes atau diabetes laten.
kelemahan, pingsan, cepat atau tidak teratur detak jantung, atau hilangnya kontrol glukosa darah. Klonidin Bisoprolol
(beta blocker)
Serius. efek potensial mengancam nyawa meningkat dengan tekanan darah.
meningkatkan toksisitas yang lain, dan
meningkatkan risiko bradikardia.
Sinergisme farmakodinamik
Monitor dekat tekanan darah setelah inisiasi atau setelah penghentian klonidin atau beta
blocker ketika diberikan. Hentikan agen tersebut, lebih baik pertama kali hentikan beta blocker . klonidin tidak boleh dihentikan tiba-tiba, tetapi harus tapering off lebih dari 2 sampai 4 hari. Beta blocker harus dihentikan beberapa hari secara bertahap sebelum menghentikan klonidin tersebut. Disarankan bahwa mengganti
klonidin dan beta blocker dengan labetalol (alfa dan beta blocker) Pasien berhenti menggunakan
27
klonidin harus hati-hati dipantau untuk
perubahan tekanan darah, sakit kepala parah, tremor, ketakutan, pembilasan, mual, dan muntah.
Lisinopril Candesartan Serius. Meningkatkan toksisitas satu sama lain. Blokade ganda sistem
renin-angiotensin meningkatkan risiko hipotensi,
hiperkalemia, dan gangguan ginjal.
Sinergis
farmakodinamik .
Jika kombinasi dianggap medis diperlukan, elektrolit serum, tekanan darah, dan fungsi ginjal harus dimonitor secara seksama. pemantauan rutin elektrolit dan fungsi ginjal dapat
diindikasikan pada orang tua atau pasien dengan memburuknya gagal jantung atau risiko dehidrasi. suplementasi kalium umumnya harus dihindari kecuali diawasi secara ketat, dan pasien harus disarankan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami tanda-tanda dan gejala hiperkalemia seperti
28
kelemahan, kelesuan, kebingungan, kesemutan dari ekstremitas, dan denyut jantung tidak teratur. Tidak dianjurkan, terutama pada pasien dengan nefropati diabetik. Spironolakt on Valsartan Signifikan – perlu pemantauan
ARB dan diuretik hemat kalium dapat meningkatkan risiko hiperkalemia.
Mengancam jiwa dan hiperkalemia yang fatal dapat terjadi, terutama ketika kombinasi digunakan pasien dengan faktor risiko seperti gangguan ginjal, diabetes, usia tua, berat atau perburukan gagal jantung, dehidrasi, penggunaan bersama agen lain yang menghalangi reninangiotensin sistem -aldosterone atau
meningkatkan kadar kalium serum.
Aditif
farmakodinamik
Kalium serum dan fungsi ginjal harus diperiksa sebelum memulai terapi dan teratur setelah itu, dan suplemen kalium serta penggunaan pengganti garam kalium yang mengandung harus dihindari kecuali benar-benar diperlukan dan manfaat lebih besar daripada potensi resiko. Beberapa peneliti
menyarankan dosis yang tidak melebihi 25 mg / hari pada pasien berisiko tinggi.
1
29
Lampiran 6. Tabel interaksi obat antara obat anti hipertensi dengan obat non antihipertensi meliputi obat yang terlibat, kategori signifikansi klinis interaksi obat, jenis interaksi obat, jumlah kasus, dan managemen interaksi obat Obat yang Berinteraksi Kategori
Signifikansi
Efek Jenis interaksi Manajemen Jumlah
kasus Amlodipine Griseofulvin Minor Griseofulvin akan
menurunkan efek dari amlodipin dengan mempengaruhi
metabolisme enzim CYP3A4 di hati/ intestinal
Farmakokinetik Tidak ada intervensi khusus, pemantauan tekanan darah.
1
Amlodipine Methylpredni-solone
Minor Methylprednisolone akan menurunkan level/efek dari amlodipin. Interaksi ini paling mungkin terjadi ketika Methylprednisolone digunakan untuk lebih dari seminggu, karena
penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan retensi natrium dan air. Mempengaruhi metabolisme enzim
CYP3A4 di hati/ intestinal
Farmakokinetik Pasien pada
berkepanjangan (yaitu, lebih lama dari sekitar seminggu) atau terapi kortikosteroid dosis tinggi harus memiliki tekanan darah, kadar elektrolit, dan berat badan dimonitor secara teratur, dan diamati untuk pengembangan edema dan gagal jantung kongestif. Dosis obat antihipertensi mungkin memerlukan
30
penyesuaian. Jangan berhenti menggunakan obat apapun tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter Anda. Amlodipine Simvastatin Serius. Menggabungkan obat-obat
ini dapat secara signifikan meningkatkan kadar darah simvastatin. penghambatan
amlodipine oleh
metabolisme simvastatin melalui usus dan hati CYP450 3A4. Hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping seperti kerusakan hati dan kondisi yang jarang namun serius
yang disebut
rhabdomyolysis yang melibatkan pemecahan jaringan otot rangka. Dalam beberapa kasus, rhabdomyolysis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan bahkan kematian
Farmakokinetik Hindari kombinasi ini atau gunakan obat alternatif lain. Dosis Simvastatin tidak boleh melebihi 20 mg setiap hari bila digunakan dalam kombinasi dengan amlodipine. Perlu penyesuaian dosis atau pemantauan lebih sering
untuk keamanan
menggunakan kedua obat.
13
Amlodipine Triamcinolone Minor Triamcinolone dapat mengurangi efek dari
Farmakokinetik Pasien pada
berkepanjangan (yaitu, 1
31 amlodipine dalam menurunkan tekanan darah dengan mempengaruhi metabolisme enzim hepar dan intestinal CYP3A4.
lebih lama dari sekitar seminggu) atau terapi kortikosteroid dosis tinggi harus memiliki tekanan darah, kadar elektrolit, dan berat badan dimonitor secara teratur, dan diamati untuk pengembangan edema dan gagal jantung kongestif. Dosis obat antihipertensi mungkin memerlukan
penyesuaian.
Captopril Allopurinol Serius Resiko reaksi
hipersensitifitas lebih tinggi.
Farmakodinami k
Hentikan pemakaian obat. Terapi langsung untuk gejala reaksi hipersensitifitas. 2 (F) Captopril Asam mefenamat Signifikan – Perlu pemantauan Meningkatkan toksisitas yang lain dengan lainnya, mengakibatkan fungsi ginjal mengalami kerusakan, terutama pada usia lanjut, dan dapat mengurangi efek Captopril dalam menurunkan tekanan darah.
Antagonis farmakodinamik
Untuk pemakaian ACE I lebih dari 1 minggu, perlu monitor tekanan darah lebih ketat lagi. Perlu penyesuaian dosis atau pemantauan lebih sering oleh dokter untuk keamanan menggunakan kedua obat.
32 Captopril Glimepiride Signifikan –
Perlu
pemantauan
Captopril meningkatkan efek Glimepiride dan menyebabkan kadar gula darah terlalu rendah. Gejala gula darah rendah termasuk sakit kepala, pusing, mengantuk, mual, lapar, tremor, kelemahan, berkeringat, dan cepat atau berdebar detak jantung. Kedua obat menurunkan glukosa darah.
Sinergisme farmakodinamik .
Perlu penyesuaian dosis dan memonitor glukosa darah lebih sering.
1
Valsartan Gemfibrozil Signifikan – Perlu
pemantauan
Gemfibrozil akan meningkatkan level atau efek dari valsartan
Potensiasi Farmakodinami k Pemantauan tekanan darah 3 Valsartan NSAID (Ketorolac, Aspirin, Meloxicam, Celecoxib, Asam Mefenamat, Diklofenak) Signifikan – Perlu pemantauan
NSAID mengurangi efek dari valsartan, dan meningkatkan toksisitas yang lain dengan lainnya, mengakibatkan fungsi ginjal kerusakan, terutama pada usia lanjut . NSAID menurunkan sintesis vasodilatasi prostaglandin ginjal, dan dengan demikian mempengaruhi homeostasis cairan dan dapat mengurangi efek
Antagonisme farmakodinamik .
Perlu penyesuaian dosis atau modifikasi terapi serta memantau ketat. Pasien yang menerima angiotensin II antagonis
reseptor yang
membutuhkan
berkepanjangan (lebih dari 1 minggu) terapi bersamaan dengan NSAID harus memiliki tekanan darah dipantau lebih dekat setelah
33 antihipertensi.
valsartan dan NSAID sama-sama meningkatan kalium serum.
memulai, penghentian, atau perubahan dosis NSAID. Fungsi ginjal juga harus dievaluasi secara periodik selama coadministrasi berkepanjangan. Valsartan , Irbesartan Digoxin Signifikan – Perlu pemantauan Digoxin akan
meningkatkan tingkat atau efek dari valsartan/ irbesartan. Valsartan/ irbesartan dan digoxin sama-sama peningkatan kalium serum.
Sinergis
Farmakodinami k
Monitor tekanan darah dan serum kalium
3 (F)
Valsartan Simvastatin Signifikan – Perlu
pemantauan
Simvastatin akan meningkatkan tingkat atau efek dari valsartan. Valsartan meningkatkan toksisitas simvastatin.
Potensiasi farmakodinamik
Monitor tekanan darah 17
Furosemide (Diuretik loop) Aspirin Signifikan – Perlu pemantauan
Aspirin mengurangi efek dari Furosemide. Aspirin meningkat dan furosemide menurunkan kalium serum.
Antagonis farmakodinamik .
Tidak ada intervensi yang diperlukan. Untuk pasien dengan sirosis dan
ascites yang
membutuhkan diuterik loop, gunakan salisilat dengan perhatian. 11 Furosemide (Diuretik Digoxin Signifikan – Perlu Furosemide meningkatkan efek Digoxin. Potensiasi farmakodinamik Hipokalemia dan hipomagnesemia harus 3
34
loop) pemantauan diobati dengan tepat.
penyesuaian dosis digitalis mungkin diperlukan. Mengukur level plasma dari potasium dan magnesium ketika menggunakan obat-obat ini dalam kombinasi. Pasien disuplemen dengan level rendah. Mencegah kehilangan lebih lanjut dengan diet pembatasan sodium atau adisi dari diuretik hemat potasium. Furosemide (Diuretik loop) Diklofenak Signifikan – Perlu pemantauan
Efek diuretik loop akan menurun Antagonisme farmakodinamik Meningkatkan dosis diuretik loop. Mempertimbangkan agen anti inflamasi lain ketika diuresis tidak cukup. Manajemen terdiri dari menghindari dehidrasi dan hati-hati memantau fungsi ginjal dan tekanan darah pasien. Jika insufisiensi ginjal atau hiperkalemia
berkembang, kedua obat 1
35
harus dihentikan sampai kondisi tersebut diperbaiki Furosemide (Diuretik loop) Glimepirid, Glibenklamid, Glikuidon
Minor Diuretik loop dapat menurunkan toleransi glukosa, menghasilkan hiperglikemia di pasien
yang sebelumnya
terkontrol dengan baik menggunakan sulfonilurea.
Farmakokinetik Tidak ada intervensi yang diperlukan. Monitor kadar gula.
4
Furosemide Asam Folat Minor Furosemide menurunkan level asam folat dengan meningkatkan klirens ginjal
Farmakokinetik Tidak ada intervensi yang diperlukan.
2
Furosemide CaCO3 Minor Furosemide menurunkan kadar kalsium karbonat dengan meningkatkan klirens ginjal.
Farmakokinetik Tidak ada intervensi yang diperlukan. Bila perlu tingkatkan dosis CaCO3
1
Furosemide Meloxicam Signifikan – Perlu
pemantauan
Meloxicam mengurangi efek dari Furosemide
Antagonisme farmakodinamik
Pada pasien yang menerima baik diuretik dan terapi NSAID, manajemen terdiri dari menghindari dehidrasi dan hati-hati memantau pasien ginjal fungsi dan
36
tekanan darah. Jika insufisiensi ginjal atau hiperkalemia
berkembang, kedua obat harus dihentikan sampai kondisi tersebut diperbaiki. HCT Aspirin Signifikan – perlu pemantauan Hydrochlorothiazide akan meningkatkan efek aspirin oleh kompetisi obat asam (anion) untuk clearance tubular ginjal. Aspirin
meningkat dan hidroklorotiazid menurunkan kalium serum. Potensiasi farmakodinamik
Monitor serum kalium 1
Klonidin Metformin Minor Klonidin menurunkan efek dari Metformin Penurunan hipoglikemia yang diinduksi produksi katekolamin Antagonisme farmakodinamik .
Tidak ada intervensi yang diperlukan. Monitor kadar gula darah
1 Spironolakt on Digoxin Signifikan – perlu pemantauan Spironolakton akan meningkatkan level atau efek dari digoxin oleh P-glikoprotein (MDR1) penghabisan transporter. Spironolakton telah
Farmakokinetik Memantau dengan
cermat selama
coadministrasi
Tingkat kedua obat harus diperiksa bila diperlukan
37 terbukti meningkatkan waktu paruh digoxin dan toksisitas selanjutnya dapat terjadi. Mekanisme: penurunan klirens ginjal. Spironolakton dapat menyebabkan elevasi palsu assay digoxin. Spironolakton dan digoxin sama-sama meningkatkan kalium serum. Plasma clearance dari digoxin mungkin akan menurun, dan kadar plasma dapat meningkat. Spironolakt on Aspirin Signifikan – perlu pemantauan
Spironolakton dan Aspirin sama-sama meningkatkan kalium serum.
Sinergis
farmakodinamik
Jika diuresis tidak memadai, pertimbangkan penghentian salisilat atau meningkatkan dosis spironolakto sementara perhatikan konsentrasi kalium serum pasien.
1
38
39
BIOGRAFI PENULIS
Yokebed Christina Gunawan merupakan anak pertama dari pasangan Bambang Gunawan dan Mariani, lahir di Magelang tanggal 31 Agustus 1995. Pendidikan dimulai pada Taman Kanak Kanak Tunas Kasih Magelang tahun 2000 sampai 2001
Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Kristen Indonesia Magelang tahun 2001 hingga tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Kristen Indonesia Magelang pada tahun 2007 hingga 2010. Setelah lulus, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri Magelang mulai tahun 2010 hingga 2013.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menyelesaikan masa studi pada tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi kampus diantaranya mulai tahun 2013 bergabung dan aktif dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen Apostolos , Unit Kegiatan Fakultas DNA Dance, dan Cosmetic Student Club, pada tahun 2014 ikut dalam kepanitiaan Retreat, Herbal Garden Team, pada tahun 2015 ikut dalam kepanitiaan Inisiasi Sanata Dharma (INSADHA) sebagai pendamping kelompok.