• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ABA 1 LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK ABA 1 LAMONGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Dadang Kusbiantoro

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRACT

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan bertambahnya kemampuan fungsi tubuh atau kemampuan individu untuk mempelajari segala keterampilan yang diperlukannya. Kedua proses ini terjadi selaras pada setiap individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan, perkembangan dan mental emosional anak usia prasekolah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah responden 96 anak usia prasekolah di TK ABA 1 Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar (63,54%) anak mempunyai status gizi normal. Hampir seluruhnya (96,8%) anak memiliki lingkar kepala normal, hampir seluruhnya (93,75%) perkembangan anak adalah sesuai, Seluruh (100%) anak memiliki daya lihat normal, Seluruh (100%) anak memiliki daya dengar normal. Hampir seluruhnya (97,92%) anak tidak mempunyai masalah mental emosional dan seluruh (100%) anak tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Melihat hasil penelitian ini disarankan agar institusi pendidikan mampu untuk melakukan deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dan lebih banyak memberikan stimulasi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah.

Kata Kunci: Pertumbuhan, Perkembangan, Anak Prasekolah ABSTRACT

The growth relates to the problem of changes in physical size and development is concerned with increasing the ability of body function or ability of the individual to learn all the skills it needs. Both of these processes occur sync on each individual. The purpose of this research is to know the growth, mental development and preschool age children emotionally. Type of this research is descriptive, with the number of respondents 96 preschool age children in kindergarten 1 ABA Lamongan. The results showed most (63,54%) were child had normal nutritional status. Almost entirely (96.8%) of children have a normal head circumference, almost entirely (93,75%) of child development is appropriate, the whole (100%) have children look normal, All (100%) children had normal hearing. Almost entirely (97,92%) of children do not have the emotional and mental problems sall (100%) child do not experience distruption of concentration and hiperaktifitas. See the results of this research recommended that educational institutions are able to do early detection of deviation of the child's development and provide more stimulation to optimize growth and development of preschool-aged children.

Keywords : Growth, Development, Preschool PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditunjukkan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan

lahir dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak dalam kandungan sampai 5 tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya

sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

(2)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Masa lima tahun pertama kehidupan

merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity), dan “masa kritis” (critical period). Jumlah Balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10 % dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal tersebut,

berbagai faktor lingkungan yang dapat

mengganggu tumbuh kembang anak juga perlu dieliminasi (Depkes RI, 2007). Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang mempunyai tanggung jawab besar dalam aktifitas mereka sehari-hari dan menunjukkan tingkat yang lebih matang untuk dapat berinteraksi dengan orang lain (Roshdal, Caroline Bunker, 1999).

Prevalensi gangguan kesehatan mental pada masa kanak kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. 15 % anak di daerah perkotaan, 5-8 % di daerah pedesaan, 20 % anak yang datang ke dokter umum memiliki gangguan psikologis yang biasanya muncul sebagai keluhan fisik, 30 % anak yang datang ke klinik dokter spesialis anak memiliki gangguan psikiatri, 2,5 % anak usia sekolah dan 4,5 % remaja mengalami depresi (Davies, Teifion, 2009).

Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 % pada 2007, 23,8 % pada 2010, menjadi 34,4 % pada 2013 (Riskesdas, 2013). Gangguan perkembangan

bicara dan bahasa merupakan gangguan

perkembangan yang sering ditemukan pada anak usia 3-16 tahun. Diperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 1% sampai 32% pada populasi yang normal (Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2014).

Apabila anak kurang mendapat stimulasi dirumah maka akan memperlihatkan gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan ada

penyimpangan perkembangan. Pada anak

tersebut apabila dilakukan intervensi dini yang dilakukan secara benar dan intensif, sebagian besar gejala-gejala penyimpangan dapat diatasi dan anak akan tumbuh dan berkembang normal seperti anak sebaya lainnya. Penyimpangan perkembangan anak anak dipengaruhi banyak faktor diantaranya tingkat kesehatan dan status gizi anak disamping pengaruh lingkungan hidup dan tumbuh kembang anak yang juga merupakan salah satu faktor dominan.

Pembinaan tumbuh kembang anak secara

komprehensif dan berkualitas yang

diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi tumbuh kembang balita dilakukan pada “masa kritis” tersebut diatas. Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindak lanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Melakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya

melakukan tindakan koreksi dengan

memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memeperbaiki penyimpangan pada seorang anak agar kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat.

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggrakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial) akan meningkatkan tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan anak, tetapi juga mental, emosional sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal. Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan pemeriksaan

(3)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 penyimpangan tumbuh kembang pada anak

prasekolah. Dengan ditemukan secara dini maka

intervensi akan mudah dilakukan. Bila

penyimpangan terlambat diketahui maka

intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2007).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian deskriptif. Desain deskriptif digunakan jika keadaan yang ingin dijelaskan berasal dari suatu populasi tanpa menghubungkannya dengan keadaan lain yang juga ditemukan pada populasi tersebut (Azrul

Azwar, Joedo Prihartono, 2014). Jumlah

responden sebanyak 96 anak usia prasekolah di TK ABA 1 Lamongan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari samapai Februari 2015. Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2008). Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dan dinilai menggunakan persentase.

HASIL PENELITIAN 1. Data Umum 1) Umur

Tabel 1 Distribusi Frekuensi umur Anak Prasekolah Di TK ABA 1

No Umur Frekuensi Persentase

1 4 tahun 20 20,83

2 5 tahun 46 47,92

3 6 tahun 30 31,25

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa hampir sebagian (47,92%) anak berumur 5 tahun dan sebagian kecil (20,82%) anak berumur 4 tahun.

2) Jenis Kelamin

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak prasekolah di TK ABA 1

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 56 58,33

2 Perempuan 40 41,67

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar (58,33%) anak berjenis kelamin laki-laki

2. Data Khusus

1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Tabel 3 Distribusi frekuensi status gizi anak usia

prasekolah di TK ABA 1

No Status Gizi Jumlah Persentase

1 Gemuk 10 10,42

2 Normal 61 63,54

3 Kurus 25 26,04

4 Kurus sekali 0 0

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan

sebagian besar (63,54%) anak mempunyai status gizi normal tidak satupun (0%) anak mempunyai status gizi kurus sekali

Tabel 4 Distribusi frekuensi lingkar kepala anak anak usia prasekolah di TK ABA 1

No Lingkar kepala Jumlah Persentase

1 Makrosefal 0 0

2 Normal 93 96,8

3 Mikrosefal 3 3,2

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hampir seluruhnya (96,8%) anak memiliki lingkar kepala normal dan tidak satupun (0%) anak memiliki lingkar kepala makrosefal.

2) Deteksi Dini Penyimpangan

Perkembangan

Tabel 5 Distribusi frekuensi hasil Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) anak usia prasekolah di TK ABA 1

No KPSP Jumlah Persentase

1 Sesuai 90 93,75

2 Meragukan 6 6,25

3 Penyimpangan 0 0

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hampir seluruhnya (93,75%) perkembangan anak sesuai dan tidak satupun (0%) perkembangan anak terdapat penyimpangan

(4)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Tabel 6 Distribusi frekuensi hasil tes daya lihat

(TDL) anak usia prasekolah di TK ABA 1

No TDL Jumlah Persentase

1 Normal 96 100

2 Tidak normal 0 0

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan

seluruhnya (100%) anak memiliki daya lihat normal

Tabel 7 Distribusi frekuensi hasil tes daya dengar (TDD) anak usia prasekolah di TK ABA 1

No TDD Jumlah Persentase

1 Normal 96 100

2 Tidak normal 0 0

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan

seluruhnya (100%) anak memiliki daya dengar normal

3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental

Emosional

Tabel 8 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) anak prasekolah di TK ABA1

No KMME Jumlah Persentase

1 Normal 94 97,92

2 Ada masalah 2 2,08

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hampir seluruhnya (97,92%) anak tidak mempunyai masalah mental emosional

Tabel 9 Distribusi frekuensi hasil pemeriksaan Gangguan Pemusatan Perhatian Dan

Hiperaktifitas (GPPH) anak usia

prasekolah di TK ABA 1

No GPPH Jumlah Persentase

1 GPPH 0 0

2 Bukan GPPH 96 100

Jumlah 96 100

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan

seluruhnya (100 %) anak tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas

PEMBAHASAN

1. Pertumbuhan Anak Usia Praseko di TK ABA 1

Pada setiap pemeriksaan pertumbuhan anak biasanya dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, serta pengukuran lingkar kepala. Setelah itu hasilnya akan dibandingkan dengan tabel pertumbuhan rata-rata anak. Dari tabel tersebut akan tampak apakah status gizi dan lingkar kepala anak berada dalam kategori normal.

Pada masa prasekolah kenaikan berat badan anak rata-rata 2 kg pertahun (Suririnah, 2009). Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar (63,54%) anak mempunyai status gizi normal tidak satupun (0%) anak mempunyai status gizi kurus sekali. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil.

Berat badan merupakan ukuran

antropometrik yang terpenting dan diukur pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh. Pada saat ini berat badan di pakai sebagai indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak karena berat badan sensitif

terhadap perubahan walaupun sedikit.

Pengukurannya bersifat objektif dan dapat diulangi dengan menggunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak waktu. Kerugian indikator berat badan adalah tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk/tinggi kurus. Terdapat fluktuasi BB yang wajar dalam sehari sebagai akibat dari asupan (intake) makanan dan minuman, dengan luaran (output) melalui urin, feses, keringat dan nafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat individual, yaitu berkisar antara 100-200 gram sampai 500-1000 gram bahkan lebih (Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2014)

Tinggi badan merupakan ukuran

antropometri kedua terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa pada masa pertumbuhan ukuran tinggi badan meningkat terus sampai tinggi maksimal di capai. Kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi, yaitu meningkat pesat pada masa

(5)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 bayi, kemudian melambat, dan selanjutnya

menjadi pesat kembali pada masa remaja, kemudian melambat lagi dan akhirnya berhenti pada ummur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai 30 tahun. Dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus ruas tulang belakang tinggi badan sedikit bertambah sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45 tahun tinggi badan tetap statis, kemudian menyusut pada umur 45 tahun (Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2014).

Ukuran lingkar kepala berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Kepala menjadi bagian yang harus diperhatikan karena kepala yang berkembang merupakan tanda dari hidrosefalus dan ukuran kepala yang berkembang terlalu lambat menandakan masalah perkembangan atau nutrisi. Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hampir seluruhnya (96,8%) anak memiliki lingkar kepala normal dan tidak satupun (0%) anak memiliki lingkar kepala makrosefal.

Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, termasuk pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, kepala akan kecil atau sebaliknya, bila kepala tidak tumbuh maka otak akan mengikuti. Karena itu pada lingkaran kepala yang lebih kecil dari normal atau mikrosefali sering kali ada retardasi mental. Sebaliknya kalau ada penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus maka volume kepala akan meningkat sehingga lingkaran kepala lebih besar daripada normal. Acuan untuk lingkaran kepala ini adalah Kurva LK dari Nellhaus yang diperoleh dari 14 penelitian di dunia yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar suku bangsa, ras maupun geografi (Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, 2014).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan bertambahnya kemampuan fungsi tubuh atau kemampuan individu untuk mempelajari segala keterampilan yang diperlukannya. Kedua proses ini terjadi selaras pada setiap individu. Proses tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu faktor keturunan, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial, diet dan perilaku. Proses ini bersifat individual

dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak (Suririnah, 2009).

2. Perkembangan Anak usia prasekolah di TK ABA 1

Perkembangan adalah perubahan progresif dan kontinyu dalam diri individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung sistematis, progresif dan

berkesinambungan baik menyangkut fisik

maupun psikis (Yusuf, Syamsu, 2009).

Perkembangan merupakan bertambahnya fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam bidang motorik kasar, motorik halus, kemampuan bahasa maupun sosialisasi dan kemandirian (IDAI, 2002). Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hampir seluruhnya (93,75%) perkembangan anak sesuai dan tidak satupun (0%) perkembangan anak terdapat penyimpangan

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan

sehingga kesempatan untuk memperoleh

ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Berdasarkan tabel 6 menunjukkan seluruhnya (100%) anak memiliki daya lihat normal. Selain skrining keakuratan penglihatan, perlu dilakukan skrining pada anak untuk pembedaan warna. Setiap anak yang mengalami abnormalitas mata atau anak gagal dalam skrining penglihatan harus dievaluasi oleh spesialis untuk menangani anak (Kyle, Terri, 2014).

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Berdasarkan tabel 7 menunjukkan seluruhnya (100%) anak memiliki daya dengar normal. Untuk selanjutnya Skrining pendengaran

universal dengan pemeriksaan objektif

direkomendasikan pada usia 4, 5, 6, 8 dan 10

tahun. Skrining yang lebih sering

direkomendasikan jika terdapat perilaku apapun yang mengindikasikan gangguan pendengaran anak (Kyle, Terri, 2014).

Perkembangan anak rata-rata normal karena memang pada usia prasekolah guru telah memberikan berbagai macam bentuk stimulasi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah

(6)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 melalui kegiatan bermain. Beberapa ahli

mengatakan bahwa bermain pada anak

merupakan sarana untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri,orang lain maupun dengan lingkungan

sekitarnya. Melalui bermain anak dapat

mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang (IDAI, 2011).

Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama saja dengan bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi untuk perkembangan sensoris motoris, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan sebagai terapi bagi anak yang sakit.

Tujuan dari bermain adalah melanjutkan

pertumbuhan dan perkembangan yang normal, mengekspresikan dan mengalihkan perasaan, keinginan, fantasi, dan idenya, mengembangkan

kreativitas dan kemampuan memecahkan

masalah, dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif (Supartini, Yupi, 2004).

Bermain mempunyai manfaat bagi

perkembangan anak meliputi : perkembangan fisik, motorik halus dan kasar, membantu bersosialisasi, perkembangan bahasa, emosi dan

kepribadian, perkembangan kognitif dan

perkembangan panca indera. Aspek ketajaman panca indera bisa terlatih melalui kegiatan

bermain, dalam bermain seorang anak

menggunakan sebagian besar pancainderanya dalam kegiatan tersebut. Secara tidak langsung panca indera tersebut akan terasah sehingga

menjadi lebih peka pada hal-hal yang

berlangsung di lingkungan sekitarnya (IDAI, 2011).

3. Mental Emosional Anak usia prasekolah di TK ABA 1

Deteksi dini penyimpangan mental

emosional adalah kegiatan pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya masalah mental emosional dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat segera

dilakukan tindakan intervensi. Bila

penyimpangan mental emosional lambat

diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2007).

Deteksi dini masalah mental emosional pada anak usia prasekolah dilakukan dengan menggunakan instrumen Kuesioner masalah Mental Emosional (KMME) yang berisi 12 pertanyaan. Jadwal pelaksanaannya adalah rutin setiap 6 bulan pada anak unur 36 sampai 72 bulan. Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hampir seluruhnya (97,92%) anak tidak mempunyai

masalah mental emosional. Deteksi dini

gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas bertujuan untuk mengetahui secara dini adanya gangguan pada anak umur 36 bulan keatas. Instrumen yang digunakan berupa formulir GPPH berisi 10 kegiatan yang diamati. Berdasarkan tabel 9 menunjukkan seluruhnya (100 %) anak tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. Masalah mental emosional bisa diminimalkan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran dan bermain.

Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak. Melalui bermain seorang anak akan memperoleh berbagai keuntungan sekaligus belajar berbagai hal yang dapat memperluas wawasan, pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan pada saat dewasa nantinya. Bermain juga bermanfaat untuk aspek emosi dan kepribadian anak. melalui bermain seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Kegiatan bermain bersama sekelompok teman sebaya akan memberikan kesempatan bagi anakuntuk menilai diri sendiri tentang kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan harga diri karena merasa mempunyai kompetensi tertentu (IDAI, 2011).

Sejalan dengan pertumbuhan dan

perkembangannya, anak usia prasekolah

mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan

(7)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 berhubungan sosial dengan temannya. Oleh

karena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play, dan skill play.

Anak melakukan permainan besama-sama

dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga mampu memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasikanya, seperti ayah, ibu, dan bapak ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis permainan yang tepat diberikan pada anak, misalnya sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang, dan permainan balok-balok besar (Supartini, Yupi, 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

1) Sebagian besar anak usia prasekolah di TK ABA1 mempunyai status gizi normal 2) Hampir seluruhnya anak usia prasekolah

di TK ABA 1 memiliki lingkar kepala normal

3) Hampir seluruhnya perkembangan anak usia prasekolah di TK ABA 1adalah sesuai

4) Seluruh anak usia prasekolah di TK ABA 1 memiliki daya lihat normal

5) Seluruh anak usia prasekolah di TK ABA 1 memiliki daya dengar normal

6) Hampir seluruhnya anak usia prasekolah di TK ABA 1 tidak mempunyai masalah mental emosional

7) Seluruh anak usia prasekolah di TK ABA 1 tidak mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas

2. Saran

1) Guru dan orang tua diharapkan mampu melakukan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak mengalami masalah tumbuh kembang 2) Perlu kegiatan stimulasi sesuai dengan

usia anak, baik oleh guru atau orang tua yang merupakan orang terdekat bagi anak. 3) Perlu adanya suatu bentuk kerjasama

dengan institusi kesehatan terkait dengan sistem rujukan bagi anak yang memiliki masalah tumbuh kembang.

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar, Joedo Prihartono, (2014).

Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Davies,Teifion. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC

Depkes RI, (2007). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak Ditingkat

Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI

Depkes RI, (2008). Instrumen Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur

IDAI, (2002). Deteksi Dini Tanda Dan Gejala

Penyimpangan Pertumbuhan Dan

Perkembangan Anak. Surabaya : IDAI Jatim

IDAI, (2011). Kumpulan Tips Pediatri. Badan Penerbit IDAI

Kyle, Terri. (2014). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta : Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Rosdahl, Caroline Bunker. (1999). Text Book Of Basic Nursing Sevent Edition. USA : Lippincott

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh, (2014). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Konsep Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

(8)

SURYA Vol.07,No.01, April 2015 Suririnah, (2009). Buku Pintar Merawat Bayi

0-12 Bulan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Tabel  4  Distribusi  frekuensi  lingkar  kepala  anak  anak usia prasekolah di TK ABA 1  No  Lingkar kepala   Jumlah  Persentase

Referensi

Dokumen terkait

Gerak, Desain atas, desain lantai, tema, Dinamika, Dramatik, Musik, Komposisi Kelompok, Properti, Tata rias dan busana, Tata panggung, tata lampu dan tata suara.. Desain Atas

Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

(4) Disiplin anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bahwa dalam pengelolaan keuangan Desa yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional

Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan dilokasi

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui mengenai kesesuaian antara Tipe Kepribadian dengan Tipe Lingkungan belajar Psikologi pada mahasiswa Psikologi angkatan

a. Kota Tarakan termasuk rawan bencana banjir, dan longsor, pohon tumbang, kecelakaan laut, gempa serta abrasi pantai. Terkait dengan shelter buat para pengungsi juga

Al ) Dan Na Pada Debu Erupsi Gunung Sinabung Dan Tanah Sebelum Erupsi Dengan Menggunakan Alat Inductively Coupled Plasma (ICP).. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung

Kajian pembelajaran ini difokuskan pada telaah tentang konsep MBS, karakteristik MBS, konsep dan dampak otonomi pendidikan, keefektivan sekolahdan MBS &budaya