• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Perkawinan

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan a. Pegertian Perkawinan

Adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa(pasal 1 UU Nomor. 1/ 1974 tentang Perawinan).

b. Tujuan Perkawinan

Adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Saumi istri harus saling mengerti, saling embantu serta saling melengkapi, untuk

mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil1.

c. Asas-Asas Perkawinan

1) Bahwa UU ini menganut prinsip/asas monogami, yakni hanya suami yang diperbolehkan melakukan perkawinan lebih dari 1 kali, asalakan kedua belah pihak setuju dan memenuhi kriteria-kriteria.

(2)

13 2) Bahwa pada point kedua ini mempelai harus telah masak jiwa raganya, agar pelaminannya tidak mudah goyah serta hancur akibat dari jiwa dan raganya yang belum masak.

3) Bahwa pada point ketiga ini menganut prinsip mempersukar terjadinya percerain.

4) Hak dan kedudukan suami istri sama rata dan sama rasa, maka dari

itu harus saling bermusywarah dalam berbagai hal2.

2. Kompilasi Hukum Islam 1) Pengertian Perkawinan

Perkawinan menurut hukum Islam yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Pasal 2 KHI).

2) Tujuan Perkawinan

Menurut KHI pada pasal 3 menyebutkan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah3. Sakinah yang berarti kedamaian atau

ketentraman, Mawadah yang berarti rasa menyayangi dan saling mencintai, dan rahmah yang berarti rasa saling pengertian yaitu

adanya saling simpati dan tangung jawab antara kedua belah pihak4,

kemudian menurut hukum Islam tujuan perkawinan terdiri dari5:

2 Ibid Hal. 35.

3 Lihat Kompilasi Hukum Islam pasal 3.

4 Aisyiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015. Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah. Yogyakarta. Penerbit

Gramasurya. Hal. 21.

5 Santoso. 2016. Hakekat Perkawinan Menurut Undang-undang perkawinan, Hukum Islam dan Hukum Adat.

(3)

14 a) Selalu mengadi pada Allah SWT;

b) Saling memenuhi dan melengkapi sebgaimana kebutuhan dasar ummat manusia.

c) menjaga keturunan ummat manusia.

d) Mewujudkan ketentraman serta menumbuhkembangkan

kerohanian kita.

e) Melekatkan dan saling berprikemanusian untuk menjaga kehidupan yang akan datang.

3) Asas-Asas Perkawinan

a)

Bahwa prinsip pertama ini adalah perkawinan harus dicatatkan.

b)

Bahwa yang diakui yang menjadi wali adalah Wali Hakim dan

Wali Nasab.

c)

Bahwa Ijab Qabul harus dilakukan oleh orang yang bersangkutan

d)

Bahwa dalam point terakhir ini adanya larangan menikah dengan

orang kafir baik pria maupun wanita6.

B. Tinjauan Perubahan Batas Usia Perkawinan dalam Putusan MK Nomor. 22/PUU-XV/2017 dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan

1. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor. 22/PUU-XV/2017

6 Sulaeman, dkk. 2011. Asas-Asas Hukum Keluarga Dalam Islam(Membedah Pasal-Pasal KHI). Jurnal Hukum

(4)

15 Para Pemohon yang mengajukan Judicial Review terhadap Pasla 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa dalam pengajuannya dilakukan oleh 3 orang pemohon dan 3 orang tersebut merupakan korban pernikahan yang belum mencapai umurnya yang dimana pada pasal tersebut menimbulkan Diskriminasi, baik perbedaan di depan hukum ataupu mengenai haknya mereka sebagai warga

negara.7berikut alasan, bahwa pada pasal 7 ayat 1 ini “sepanjang kalimat

enam belas tahun” UU Perkawinan telah melanggar prinsip “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum”, sehingga bertentangan

Pasal 27 ayat (1) UUD 19458, bawhwa pembedaaan itu nyata dalam bentuk

diskriminasi yang ditujukan kaum wanita dalam baik dalam hak

pendidikan, tumbuh kembang, kesehata dan ekploitasi anak9.

Kemudian pertimbangan MK yang pada pokonya para pemohon berangapan haknya adalah sama di depan hukum, dan kemudian dengan adanya perbedaan batasan usia ini menimbulkan perlakuan diskriminasi dan juga menimbulkan perbedaan pemenuhan dan perlindungan yang dijamin dalam hak-haknya, kemudian pertimbangan kedua mengenai perlindungan hak anak khususnya anak perempuan secara definitive pada penjelasan ini menganut pripsip kedua mempelai harus matang baik dari segi jasmani maupun rohaninya, agar perkawinan itu langgeng dan mendapatkan keturunan dalam keadaan sehat wal-afiat..

7 Lihat Putusan MK Nomor. 22/PUU-XV/2017. Hal. 3. 8 Ibid. Hal 14.

(5)

16

Kemudian Hakim MK memutus dan menngadili10: Mengabulkan

permohonan sebagian, yang kedua berkaitan dengan pasal 7 ayat 1 tersebut bertentangan dengan UUD negara kita, selanjutnya UU ini berlaku sampai terbitnya peraturan yang baru, dan kemudian MK memberikan jangka waktu tiga tahun kepada dewan perkawilan kita untuk merubahnya, memrintah dimuat dilembaran negara kita.

2. Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan.

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 kita tahu batas usia melakukan perkawinan sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa UU ini mengakibatkan terjadinya pernikahan di usia anak yakni dibawah aturan UU ini cenderung mendapatkan hal-hal negative daripada positivenya,di samping itu hal-hal indah dipikiran kedua mempelai juga merupakan khayalan semata, tentu dengan perubahan ini sangatlah baik karena kenaikan ini dinilai atau dianggap telah mampu melakukan pernikahan walau masih memerlukan edukasi yang baik dan juga kenaikan ini adalah langka yang lebih baik ketimbang umur yang sebelumnya karena usia yang belum dinaikkan menimbulkan berbagai macam hal-hal

yang kurang baik bagi mempelai.11.

C. Tinjauan Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Perkawinan

1. Kewajiban Bersama Suami Istri

a. Harus memiliki rasa cinta sehidup semati.

10 Ibid. Hal. 47-59.

(6)

17 b. Harus berlaku jujur dan adil layaknya pemimpin yang agung.

c. Harus memiliki tata krama yang baik, dan menhormati tiap-tiap keluarga

d. Diwajibkan membentengi dirinya dari hal-hal negative. e. Setiap permasalah dimusyawarahkan.

f. Dan yang terakhir jangan mencari kesalahan pada pasangannya12.

2. Hak Bersama Suami Istri

a. Adanya pahala suami istri dalam hal bergaul yang merupakan nikmat Alllah.

b. Adanya hubungan Mahram, baik istri kepada ayah suami keatas dan suami pada ibu istri keatas.

c. Saling waris mewarisi.13.

d. Adanya ikatan sah menyebabkan anak bernasab pada ayahnya dan tangung jawab diemban bersama.

3. Kewajiban Suami Terhadap Istri a. Memberi nafkah.

b. Memberi nasehat, agar istri dapat membetengi dari segala macam hal-hal negatie.

c. Harus berteman baik dalam mengokohkan perilaku aklak yang mulia d. Berlomba-lomba meraih amal salih.

12 Aisyiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Op.cit. Hal 90. 13 Ibid. Hal. 91.

(7)

18 e. Dilarang egois dalam mengabil keputusan, harus seimbang antara satu

dan lainnya14.

f. Menjauhi perbuatan-perbuatan dengan cara kasar baik melalui ucapan maupun fisik.

4. Kewajiban Istri Terhadap Suami.

a. Wajib melaksanakan apa yang diperintah suamai dalam hal tidak menyimpang dengan ajaran islam.

b. Wajib memiliki tatakrama.

c. Wajib pandai dalam mengatur keuangan yang diberikan suami. d. Saling mengigatkan dengan cara yang baik.

e. Adanya dukungan dalam pengembagan hal-hal yang baik.15.

D. Dampak Pernikahan Di Bawah Umur 19 Tahun

Bahwa dalam point ini akan membahas dampak yang akan diterima oleh kedua mempelai jika mereka melasungkan pernikahan di dini, diantarnya terdapat hal-hal negative:

1. Dampak Tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam dalam hal ini adalah tujuan perkawinan, Asas- asas, hak dan kewajiban.

2. Dampak Psikologis

Bahwa dampak psikologi dapat menimbulkan pelangaaran baik pelangaran hukum maupun agama, karenaa dalam perkawinan yang sebagian besar informan rasakan tidak adanya kebebasan dan timbulnya

14 Ibid hal 91. 15 Ibid hal 93 .

(8)

19 rasa penyesalan setelah melakukan pernikahan dan juga sering terjadi pertengkaran dalam rumahtangganya yang kemudian membuat pelaku

enggan berumah tangga lagi16.

3. Dampak Ekonomi

Dalam point ini sering menimbulkan kemiskinan yang baru, karena banyaknya anak melakukan pernikahan muda itu khusunya perempuan memiliki Pendidikan yang rendah akibatnya dari Pendidikan yang rendah itu mereka tidak memiliki kepandaian dan keahlian yang khusus akibatnya mereka menjadi tangung jawab keluarga laki-laki, berbeda ketika usia laki-laki cederung lebih tua hidupnya lebih terjamin karena

memiliki pekerjaan yang baik dibandingkan usia muda tadi 17.

4. Dampak Sosial

Bahwa pada bagian ini jikat kita lihat secara seksama pernikahan dibwah ketentuan UU memiliki potensi pada perselingkuhan yang akibatnya berujung pada perceraian, apalagi mereka yang baru selesai melangsungkan pernikahan, emosinya cenderung belum bisa terkontrol dengan baik dan ditambah lagi masalah yang akan dihadapi, pasti ada percecokan walau masalah hanya masalah sepele, dan disamping itu kebayakkan pernikahan dini ini cenderung tidak adanya keseimbangan dalam hal usia akibatnya akan timbul kekerasan dalam rumah tangganya.

16 Ibid

(9)

20 Kemudian ditemukan kasus kehamilan sebelum nikah yang akibatnya

mereka harus dipidahkan dan dikkucilkan oleh masyarakat sekitar18.

5. Dampak Kesehatan (Reproduksi dan Seksual)

Dalam perkawinan usia muda ini cenderung lebih dekat dengan kematian baik bagi bayi maupun ibu, karena resiko kesakitan dalam persalinan maupun nifas mengakibatkan kompilasi kehamilan, karena ditemukan kasus dimasa ia remaja ia melakukan operasi Caesar yang dikarenakan

kehamilan possterm.dan bayi juga tertelan air ketuban19, selanjutnya

secara biologis bahwa organ reproduksi wanita belum matang, akibatnya anak yang dilahirkan akan beresiko cacat, hingga berujung pada

kematian20.

6. Dampak terhadap Pendidikan

Bahwa dalam point ini mereka yang telah melakukan perkawinan dibawah ketentuan UU, adalah mereka yang putus sekolah dan juga tidak mementingkan ap aitu pendidikan, kemudian juga mereka yang melakukan pernikahan muda disibukkan dengan mengurus rumah tangganya dan ditambah lagi mengurus anak yang demikian bukanlah hal yang mudah

untuk dilakukan mengigat usianya masih muda21.

18 Ibid. Hal. 13.

19 Yanti, dkk. 2018. Analisi Faktor Penyebab dan Dampak Pernikahan Dini di Kecamatan Kandis Kabupaten

Siak. Jurnal Ibu dan Anak. Vol 6. No 2.Hal.101.

20 Lezi Yovita Sari, dkk. 2020. Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Dan Mental Perempuan

(Studi Kasus Di Kecamatan Ilir Talo Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu). Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan. Vol 10. N0 1. Hal. 62.

21 Mubasyaroh. 2016. Analisi Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampaknya Bagi Pelakunya. Jurnal

(10)

21

E. Dispensasi Perkawinan

Dispensasi kawin menurut kamus bahasa Indonesia adalah pemebrian izin pada sesuatu yang dilarang oleh sebuah aturan atau menumpulkan aturan

yang sudah ditentukan22, dalam UU senidri telah diatur dalam pengajuan

dispensasi kawin, sebagaimana telah disebutkan dalam latar belang, yang dimana pada intinya usia yang belum cukup untuk melagsungkan pernikahan dapat mengajukan ke pengadilan.

F. Syarat-Syarat dan Prosedure Dispensasi Kawin

Untuk mengajukan dispensasi di pengadilan dapat ditempuh dengan

Langkah-langkah yang harus dipenuhi oleh pemohon diantarnya23:

1. Pihak bersangkutan yakni kedua orang tua mengajukan ke pengadilan secara tertulis.

2. Pengajuan permohonan ini tentunya didomilisi termohon 3. Para pihak yakni pemohon harus melengkapi diantarnya:

a. Data diri pemohon.

b. Alasan para para pemohon.

c. Petitum yang memuat hal-hal yang diiginkan oleh pemohon melalui putusan.

Disamping itu ada dokumen pelengkap, yakni:

1. Akta nikah ataupun duplikat akta nikah pemohon, dan di Foto copy

22 Ahmad Faisal, dkk. 2018. Analisis Penetapan Dispensasi Kawin dalam Perpektif Undang-undang

Perlindungan Anak (Studi Kasus di Pengadilan Agama Limboto). Jurnal Ilmiah Al-Jauhari. Vol 3. No 2. Hal. 91.

23 Safrin Alam, dkk. 2017. Dispensasi Perkawinan Anak di Bawah Umur: Perspektif Hukum Adat, Hukum

(11)

22 2. KTP yang aktif atau jika pindah melampir surat keterangan pindah. 3. KK

4. Akte anak

5. Melampir surat penolakan dari KUA domilisi permohon.

Apabila sudah terpenuhi semua, dapat mengajukan permohonan dispensasi tersebut ke pengadilan.

Referensi

Dokumen terkait

6. Ibu mengerti dan sudah meminta persetujuan suami, ibu menggunakan kotrasepsi suntikan 3 bulan. Ibu mengerti anjuran bidan yang diberikan karena alat kontrasepsi

Klien menderita alergi sejak usia 10 bulan dengan keluhan batuk disertai dengan sesak kemudian berobat dan sembuh. Pada usia anak 2 tahun kambuh lagi kemudian klien periksa dan

Dengan demikian, nilai F hitung jauh lebih besar dari pada nilai F tabel dan hipotesis nihil ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Creativity of student

Spektra MS piren hasil analisis sampel jamur Spektra MS piren dalam database.. Ion hasil fragmentasi

Fariza (2006) menegaskan jati diri seseorang muslim dapat dibentuk sekiranya kualiti sesuatu tugas dilaksanakan dengan baik dan ia sangat berkait rapat dengan dorongan

dapat mengetahui cara pemisahan golongan V... Teori dasar II. Reagensia harus dipakai dalam suasana netral atau sedikit basa. Senyawa-senyawa ini harus dihilangkan sebelum memulai

Gunung Patsean Sumber Rejeki ini tidak membagi karyawannya per divisi (hanya secara garis besarnya saja) tetapi hanya membaginya berdasarkan jabatan masing-masing dan di

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan Teori Konstruktivisme dalam pembelajaran Pendidikan