• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengaliran Banjir Sungai Terhadap Koefisien Kekasaran Manning Pada Sungai Larompong Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Pengaliran Banjir Sungai Terhadap Koefisien Kekasaran Manning Pada Sungai Larompong Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNIK SIPIL

Kajian Pengaliran Banjir Sungai Terhadap Koefisien Kekasaran

Manning Pada Sungai Larompong Kabupaten Luwu

Provinsi Sulawesi Selatan

Halman1, Hanafi Ashad2

1)

Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumoharjo KM 05 Makassar, Sulawesi Selatan

Email: halman.bia26@gmail.com

2)

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumoharjo KM 05 Makassar, Sulawesi Selatan

Email: hanafiashad@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sungai Larompong berada di Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan merupakan sungai utama dari DAS Larompong yang melintasi desa Komba, desa Lumaring Kelurahan Larompong dengan bemuara di Teluk Bone. Debit Sungainya cenderung besar dan rawan banjir pada saat curah hujan tinggi dengan kondisi penampang sungai saat ini seringkali meluap mengakibat bencana terutama disekitar sungai utama. Untuk mengkaji permasalahan banjir tersebut, dilakukan kajian pengaliran sungai terhadap koefisien kekasaran Manning. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui debit banjir kala ulang berapa yang menyebabkan luapan banjir dari kondisi penampang sungai saat ini serta untuk mengetahui pengaruh nilai koefisien kekasaran manning terhadap muka air banjir yang terjadi dan membandingkannya dengan data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu bulan September-Desember 2019. Variabel yang diamati dan dihitung yaitu debit banjir kala ulang, deskripsi karakteristik kekasaran penampang sungai. Metode yang digunakan adalah metode survei dan penentuan titik pengukuran dan pengamatan berdasarkan pertimbangan tertentu. Data dianalisis dengan bantuan software HEC-RAS. Kata Kunci: Debit Kala Ulang, Koefisien Kekasaran Manning, Sungai Larompong

ABSTRACT

Larompong River in Luwu Regency, South Sulawesi Province is the main river of the Larompong watershed that crosses Komba village, Lumaring village, Larompong Village with bemuara in Bone Bay. The river discharge tends to be large and prone to flooding when rainfall is high with current river cross-section conditions often overflowing resulting in disasters especially around the main river. To study the flood problem, a river drainage study was conducted on the Manning roughness coefficient. The purpose of this study was to determine how many times the flood discharge caused a flood overflow from the current river cross-section and to determine the effect of the value of the roughness coefficient on the flood water level that occurred and compare it with secondary data. The research was carried out for three months, September-December 2019. The variables observed and calculated were the flood discharge at the time of return, a description of the characteristics of river cross-section roughness. The method used is a survey method and the determination of measurement and observation points based on certain considerations. Data were analyzed with the help of HEC-RAS software.

(2)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

117

1. Pendahuluan

Latar Belakang

Sungai Larompong membentang dari Barat ke Timur dimulai pada daerah pegunungan yang mempunyai ketinggian mencapai 1.556 m di atas permukaan laut menuju Teluk Bone. Kondisi sungai di bagian hilir mempunyai kemiringan yang datar sampai landai sehingga daerah ini alur sungai utamanya mengalami sedimentasi, menyebabkan aliran air mencari daerah yang lebih rendah sehingga kondisi alur sungai berbelok-belok mengalirkan air menuju laut (Teluk Bone).

Selain hal tersebut di atas, kecepatan aliran air yang mengalir melalui sungai utama dipengaruhi oleh kekasaran, kemiringan dan dimensi penampang sungai sehingga berpengaruh pula terhadap debit yang melewati. Kekasaran penampang sungai salah satu indikator yang berpengaruh dalam kecepatan pengaliran dalam hal ini berdasarkan nilai yang disebut koefisien kekasaran atau konstanta kekasaran. Koefisien kekasaran bergantung kepada faktor-faktor, ketidak teraturan penampang permukaan sungai, alur sungai, vegetasi (tumbuh-tumbuhan) dan sedimen.

Karakteristik sungai terdiri dari kemiringan, kekasaran dasar permukaan, kedalaman air, dan lebar sungai. Karakteristik tersebut akan menentukan kapasitas sungai dalam mengalirkan air. Apabila kapasitas aliran sungai terlampaui maka akan terjadi luapan (banjir) di sekitar aliran sungai.

Persamaan manning atau rumus manning merupakan rumus yang digunakan dalam program software HEC-RAS untuk menghitung kapasitas aliran saluran terbuka. Pada tahun 1889

seorang insinyur Irlandia, Robert Manning mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang sangat dikenal saat ini (Chow,1985)yakni

Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui debit banjir kala ulang berapa yang menyebabkan luapan banjir dari penampang sungai Larompong saat ini.

2) Untuk mengetahui pengaruh nilai koefisien kekasaran manning terhadap muka air banjir yang terjadi dengan bantuan program HEC-RAS pada Sungai Larompong Kabupaten Luwu.

Manfaat Penelitian

1)

Dapat dijadikan sebagai pembanding antara teori yang diperoleh di kelas perkuliahan dengan kejadian yang sebenarnya di lapangan.

2)

Diharapkan sebagai bahan masukkan bagi pihak-pihak yang terkait yang menagani permaslahan banjir di sungai Larompong.

3)

Sebagai bahan referensi dan masukkan untuk penelitian selanjutnya khususnya berkaitan penggunaan program software HEC-RAS.

4)

Hasil dari penelitian dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran dan bahan pertimbangan pemakaian koefisien kekasaran Manning dalam perencanaan penanganan banjir pada sungai larompong.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Luwu dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil) dengan kondisi jalan beraspal dan merupakan jalan Propinsi yang berjarak  367 Km dari Kota Makassar

(3)

ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Dari peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, diperoleh luas daerah aliran Sungai Larompong sebesar 84,64 km2, terbagi 4 (empat) sub DAS masing-masing Sub DAS Komba sebesar 39,89 km2, Sub DAS Lompo/Lumaring sebesar 31,36 km2, Sub DAS Redo sebesar 9,07 km2 dan sub DAS Hilir sebesar 4,32 km2, sedang panjang Sungai Larompong sebesar 53,79 km dan masing-masing sub DAS mempunyai panjang sungai sebagai berikut: sub DAS Komba dengan panjang 23,37 km, sub DAS Lompo/Lumaring dengan panjang

13,82km, sub DAS Redo dengan panjang 10,52 km dan sub DAS Larompong hilir dengan panjang 4,50 km.

Sebagai ruas lokasi pengamatan yaitu dipilih pada posisi titik pertemuan S.Komba dengan S.Lumaring yakni Sungai Larompong sebagai sungai utama dengan Panjang pengamatan kurang lebih 2,50 km ke arah hilir (sampai dengan Jembatan poros Makassar – palopo). Peta titik lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 1 Lokasi penelitian sumber peta Sulawesi Selatan

Gambar 2 Peta DAS Larompong Kecamatan Larompong. STASIUN POS CURAH HUJAN

(4)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

119

Gambar 3. Peta sungai lokasi penelitian sumber Google map 2.2 Parameter Penelitian

Dalam penelitian ini parameter yang digunakan antara lain; curah hujan, Topografi DAS dan keadaan karekteristik kekasaran panampang sungai berdasarkan nilai koefisien kekasaran manning. Secara keseluruhan yang menjadi parameter utama adalah debit banjir kala ulang tertentu dengan menguji kejadian yang terjadi di lapangan. Apabila debit banjir kala ulang yang kita uji terhadap kapasitas penampang sungai dengan nilai koefisien kekasaran Manning hasil pengamatan memiliki nilai simulasi yang sama atau mendekati kejadian banjir yang terjadi di lapangan , maka debit banjir kala ulang yang terjadi tersebut telah dapat dinyatakan sesuai dan berhasil. Sedangkan apabila nilai debit banjir kala ulang simulasi jauh dibandingkan nilai debit banjir kejadian yang ada di lapangan maka harus melakukan pengecekan ulang terhadap nilai-nilai parameter, agar mendekati sesuai kondisi di lapangan.

2.3 Tahapan Penelitian dan Pengumpulan Data

Agar penelitian berlangsung secara sistematis dan tertata, maka proses penelitian dilakukan secara bertahap. Tahapan penelitian dalam penelitian ini diantaranya adalah studi literature penentuan batas DAS, dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder

dari dokumen resmi instansi terkait dan data primer dari pengamatan visual dan wawancara dengan masyarakat di lapangan.

2.4 Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan, selanjutnya dilakukan pengelohan data seperti, data hidrologi digunakan untuk mengetahui debit banjir kala ulang, peta topgrafi Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk menentukan luas DAS dan data geometrik penampang sungai untuk mengetahui bentuk penampang sungai serta hasil pengamatan kondisi material penampang dan bantaran sungai untuk menentukan nilai koefisien kekasaran sungai berdasarkan Manning.

3. Analisa dan Pembahasan

Data yang diperoleh sebelumnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus dan metode sesuai dengan kebutuhan.

Analisa Debit banjir pada periode ulang tertentu digunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan hasil perhitungannya dapat disajikan dalam bentuk tabel.

Nilai Koefisien kekasaran Manning sungai berdasarkan pengamatan visual lapangan untuk mewakili setiap potongan dapat disajikan dengan mendiskripsikan dalam bentuk tabel.

(5)

Analisa hidrolika untuk mengetahui kemampuan kapasitas sungai Larompong menggunakan pemodelan dengan software program HEC-RAS secara analisa hidrolika program ini menggunakan rumus persamaam Manning.

Untuk menguji kapasitas pengaliran panampang sungai Larompong dalam program HEC-RAS, data yang dinfut adalah data geometric sungai, nilai

koefisien kekasaran Manning dan nilai debit banjir kala ulang ( Q2, Q5, Q10, Q25

dan Q50 ).

3.1 Analisa Hidrologi.

Analisa hidrologi pada stasiun curah hujan yang berpengaruh terhadap DAS Larompong satu-satunya adalah Pos Curah Hujan Komba dengan menggunakan data selama 23 tahun yaitu dari tahun 1996–2018.

Tabel 1. Data curah hujan harian maksimum Tahun

Bulan Maks

Tahun (mm)

Jan. Peb. Mar Apr. Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

1996 - - - 35 - 45 40 60 50 50 30 50 60 1997 50 50 25 - 50 10 50 - 5 - 25 30 50 1998 50 50 50 50 - 75 75 75 50 50 70 50 75 1999 50 35 50 35 80 45 25 20 2 25 50 50 80 2000 20 45 30 60 45 60 65 50 30 75 25 20 75 2001 25 25 20 65 25 - 50 50 50 60 35 30 65 2002 35 50 65 - 87 75 50 - 15 5 20 25 87 2003 20 25 50 65 20 50 75 70 15 15 15 50 75 2004 35 65 85 - - 95 85 15 30 - - - 95 2005 65 75 65 75 75 85 45 50 25 25 25 65 85 2006 85 45 55 25 51 40 35 25 - 15 25 37 85 2007 55 20 50 145 85 65 90 35 45 25 25 30 145 2008 20 55 30 65 100 85 70 45 55 50 75 30 100 2009 75 25 50 50 35 25 25 15 50 50 60 25 75 2010 20 40 25 75 75 65 75 50 50 30 30 10 75 2011 25 25 25 75 75 25 25 25 15 30 25 15 75 2012 50 75 75 65 30 50 85 15 5 25 45 35 85 2013 50 50 25 50 25 30 50 25 25 25 45 30 50 2014 25 30 25 30 25 100 25 20 20 10 10 50 100 2015 25 20 25 25 25 25 20 10 - - 10 20 25 2016 25 25 25 25 25 20 25 25 25 25 25 15 25 2017 25 25 20 25 25 30 20 25 25 15 15 20 30 2018 25 20 25 25 25 25 20 25 20 15 25 25 25

3.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Berdasarkan data curah hujan harian maksimum selanjutnya dihitung curah hujan rencana dengan menggunakan metode Gumbel dan Log Pearson Tipe III dengan periode ulang tertentu.

3.2.1 Metode Log Pearson Type III

Rumus yang digunakan: 1 .S G loqX LogX  ……... (2 )

n ns loqX loqX C n i s 1 1 3 2 1     ………. ( 3 )

1 1 2 1    n loqX loqX n i S ……….... ( 4 ) dimana: X = Curah Hujan (mm).

X

log

= Logaritma curah hujan harian maksimum rata-rata (mm).

log X = Logaritma curah hujan harian maksimum (mm)

G = Konstanta S1 = Standard Deviasi

(6)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

121

Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Tipe III

No (tahun) T Log Xi r Sd Cs k Log Xt (mm) Xt 1 1.3 1.812 0.209 0.654 -0.573 1.692 49.23 2 1.7 1.812 0.209 0.654 -0.289 1.752 56.46 3 2 1.812 0.209 0.654 -0.109 1.789 61.57 4 2.5 1.812 0.209 0.654 0.111 1.835 68.46 5 5 1.812 0.209 0.654 0.796 1.979 95.21 6 10 1.812 0.209 0.654 1.332 2.091 123.29 7 25 1.812 0.209 0.654 1.956 2.222 166.54 8 50 1.812 0.209 0.654 2.388 2.312 205.05 9 100 1.812 0.209 0.654 2.615 2.359 228.74 10 200 1.812 0.209 0.654 3.183 2.478 300.71

Gambar 4. Grafik Distribusi Peluang Log Pearson Tipe III 3.2.2 Metode Gumbel

Perhitungan dengan metode Gumbel menggunakan persamaan sebagai berikut : (CD.Sumarto 1999.) K S X Xt   . ……... ( 5 ) dan 4

n n t S Y Y K   ………….….. ( 6 ) 5   1 n X X S n 1 i 2 i   

.…………... ( 7 )

 

 

              x T 1 x T L L r r n n Yt …….... ( 8 ) ) ( 1 1 ) ( X P X Tr   …….……….….. ( 9 ) Dimana :

Xt = Besarnya curah hujan rencana

X = Harga reratadari data curah hujan S = Simpangan baku

K = Faktor frekuensi

Yn = Reduced mean yang tergantung dari banyaknya data n

Sn = Reduced standard

deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n

Yt = Reduced variate sebagai fungsi waktu balik.

Tabel 3. Hasil perhitungan curah hujan harian metode Gumbel Periode Ulang (Tahun) YT (Tabel) Xt ( mm)

2 5 10 20 25 50 100 0.3666 1.5000 2.2504 2.9702 3.1985 3.9019 4.6002 67.13 96.97 116.72 135.67 141.69 160.20 178.58 1 10 100 1000 1 10 100 1000 D a ta h u ja n ( m m ) Tahun T Peluang hujan (mm)

(7)

Gambar 5. Grafik Distribusi Peluang Gumbel

Hasil perhitungan kedua metode tersebut metode Log Pearson Tipe III dan

metode Gumbel dapat disimpulkan seperti pada tebel berikut:

Tabel 4. Kesimpulan hasil perhitungan curah hujan rencana T Peluang (%) Curah Hujan Rencana

Log Pearson T.III Gumbel

2 5 10 25 50 50 20 10 4 2 62.79 106.57 143.30 1199.50 249.07 67,13 96,97 116,72 141,69 160.20

3.3 Uji Distribusi Probabilitas

Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mencegah apakah persamaan distribusi probabilitas yang dipilh dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.

Untuk menguji distribusi probabiltas dapat digunakan metode Chi-Kuadrat (χ2

) dan metode Smirnov – Kolmogorof. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi hasil perhitungan uji kesuaian distribusi No Metode Perhitungan Uji Kesesuaian Chi-Kuadrat Smirnov-Kolmogrov X2 hit X2 kr Δhit. Δkr 1 Gumbel 2,766 0,95 0,038 0,29 diterima diterima 2

Log Pearson T.III 2,866 0,005 0,075 0,29

ditolak diterima

Dari hasil Uji Chi – Kuadrat tersebut menunjukkan bahwa analisa frekuensi metode Log Pearson Type III ditolak karena 2hit > 

2

kr, dan Gumbel III

diterima karena 2hit <  2

kr, sedang Uji

Smirnov-Kolmogorov menunjukkan bahwa analisa frekuensi metode Gumbel dan Log Pearson Tipe III dapat diterima karena Δhit > Δkr, sehingga distribusi

curah hujan harian rencana mengikuti distribusi frekuensi Log Pearson T. III.

3.4 Analisa Debit Banjir

Perhitungan besarnya debit banjir yang terjadi pada Sungai Larompong dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu dengan Data Daerah Aliran Sungai Larompong berikut :

Luas DAS, A = 71.25 Km2 Panjang Sungai Utama, L = 37.19Km Tg = 0,21 . L0,7 = 2.56 jam Tr = (0.5-1) Tg = 1.28 jam 0 50 100 150 200 250 0 50 100 150 200 250 D a ta R ( m m ) Tahun (T) garis peluang Hujan…

(8)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

123

Tp = Tg + 0.8 Tr = 3.58 T 0.3 = α Tg = 10.74 Ro = 1.00 jam Qp =(C* A* Ro)/ 3.6 / (0.3 Tp + T 0.3) = 1.68 --> diambil C=1 Koefisien, T 0.3 ( α ) = 3.00 Tp + T 0,3 = 14.32 jam Tp + T 0,3 + 1.5 T0.3 = 30.43 jam Tp + T0.3 + 1.5 T0,3 + 2 T0,3 = 51.91 jam

Selanjutnya menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu maka didapat hasil perhiutngan debit

sungai Larompong masing-masing kala ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun seperti pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Rekapitulasi hasil perhitungan debit banjir rencana T

(jam) Base Flow (m3/det) Q2 (m3/det) Q5 (m3/det) Q10 (m3/det) Q25 0 1 2 3 3.58 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 14.32 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 1.28 0.00 1.28 7.10 19.90 33.44 37.62 38.68 38.58 37.39 34.84 31.32 28.00 25.03 22.38 20.00 17.88 16.59 15.27 14.09 13.04 12.11 11.27 10.46 9.70 9.00 8.36 7.75 0.00 1.98 10.98 30.77 51.71 58.18 59.81 59.66 57.82 53.88 48.44 43.30 38.71 34.60 30.93 27.65 25.65 23.61 21.79 20.17 18.72 17.42 16.17 15.01 13.92 12.92 11.99 0.00 2.57 14.22 39.85 66.97 75.34 77.32 76.53 72.95 66.84 59.92 53.57 47.89 42.81 38.27 34.21 31.79 29.29 27.07 25.09 23.33 21.68 20.12 18.67 17.33 16.08 14.92 0.00 3.47 19.21 53.83 90.45 101.77 104.62 104.36 101.14 94.25 84.73 75.74 67.71 60.53 54.11 48.37 44.87 41.30 38.11 35.28 32.75 30.48 28.28 26.25 24.36 22.60 20.98 Maks. 38.68 59.81 104.62 128.82

Gambar 7. Hidrograf Banjir Sungai Larompong dengan metode Nakayasu

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Q

(m

3

/d

e

t.

)

t (jam)

Hidrograf Banjir Sungai Larompong Dengan Metode Nakayasu

Base Flow Q2 Q5 Q10 Q25

(9)

3.5 Menetukan Koefisien Kekasaran Manning

Berdasarkan pengamatan visual lapangan dengan mecocok-cocokan pada tebel nilai Koefisien Kekasaran Manning maka nilai kekasaran manning (n) sungai Larompong adalah pada bagian hulu mengindikasikan nilai koefisien kekasaran pada bantaran/ tebing sungai rata-rata = 0,05 dan dasar/alur sungai adalah = 0,0275. Pada bagian tengah hampir kondisinya sama dengan hulu yaitu mengindikasikan nilai koefisien kekasaran pada bantaran/ tebing sungai rata-rata = 0,05 dan dasar/alur sungai adalah = 0,0280. Sedangkan pada bagian hilir penyebab kekasarannya berbeda disebabkan adanya karakteristik dan material dasar sungai yang semakin kehilir kondisi kekasarannya semakin tinggi yaitu 0,030 dan pada bantaran/tebing sungai rata-rata = 0,055.

Dengan demikian pengaruh tumbuhan terhadap angka kekasaran bergantung pada tinggi kerapatan, distribusi, dan jenis tumbuhannya (Doland dan Chow, 1952).

Nilai koefisien kekasaran yang besar diindikasikan dengan adanya hambatan berupa kerikil, lumpur, pasir, batu, sampah, tumbuhan bawah saluran, dan penyempitan penampang sungai. Adanya hambatan-hambatan tersebut maka kecepatan aliran sungai menurun sehingga debit aliran sungai juga berkurang. Kondisi-kondisi inilah yang berpotensi salah satu yang

menyebabkan penurunan kapasitas sungai. Kapasitas sungai yang menurun berpeluang mengakibatkan banjir.

3.6 Analisa Kapasitas Penampang Sungai Larompong dengan Program HEC-RAS.

Terhadap luas penampang sungai, terlebih dahulu kami melakukan pengambilan data geometrik penampang sungai Larompong di lapangan sebagai salah satu data yang akan diinfut ke dalam program HEC-RAS.

Pengaruh nilai koefisien kekasaran Manning Sungai Larompong dalam uji coba program HEC-RAS memberi gambaran bahwa semakin ke hilir semakin tinggi pula muka air luapan banjir yang terjadi dimana hal sangat dipengaruhi oleh hambatan/ kekasaran penampang sungai semakin ke hilir semakin tinggi pula nilai koefisien kekasaran Manning Sungai Larompong saat ini (Lihat lembar lampiran).

Debit banjir yang diuji coba pada kapasitas penampang sungai dengan program HEC-RAS ini adalah mulai dari 2, 5, 10 sampai dengan debit banjir kala ulang 25 tahun dan hasilnya memperlihatkan gambar pemodelan penampang sungai Larompong pada ruas-ruas tertentu, penampang meluap pada debit kala ulang 10 tahun keatas, seperti yang diperlihatkan pada gambar hasil pemodelan program HEC-RAS berikut:

Gambar 8. Potongan melintang L.93 dengan debit Q10 Tahun

(10)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

125

Gambar 10. Potongan melintang L.103 dengan debit Q10 Tahun

Gambar 11. Potongan melintang L.109 dengan debit Q10 Tahun

Gambar 12. Potongan melintang L.113 dengan debit Q10 Tahun meluap disisi kanan

Gambar 13. Potongan melintang L.126 dengan debit Q10 Tahun meluap disisi kanan

dan kiri

Gambar 14. Potongan melintang L.128 dengan debit Q10 Tahun meluap disisi kanan dan kiri

Gambar 15. Potongan melintang L.142 dengan debit Q10 Tahun meluap disisi kanan

(11)

Gambar 16. Prespektif memanjang L.93 - L142 dengan debit Q10 Tahun

Gambar 17. Potongan melintang L.93 dengan debit Q25 Tahun

Gambar 18. Potongan melintang L.98 dengan debit Q25 Tahun

Gambar 19. Potongan melintang L.103 dengan debit Q25 Tahun

Gambar 20. Potongan melintang L.106 dengan debit Q25 Tahun

(12)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

127

Gambar 22. Potongan melintang L.113 dengan debit Q25 Tahun meluap disisi kanan

Gambar 23.Potongan melintang L.131 dengan debit Q25 Tahun meluap disisi kanan dan kiri

Gambar 24. Potongan melintang L.145 dengan debit Q25 Tahun meluap disisi kanan dan kiri

Gambar 25. Prespektif memanjang L.93 – L.145 dengan debit Q25 Tahun Dari tampilan pemodelan program

HEC-RAS memperlihatkan bahwa pengaliran luapan banjir terjadi terhadap kondisi kapasitas penampang sungai Larompong saat ini yaitu dimulai dengan debit banjir Q10 tahun keatas dan ruas yang meluap adalah dari Sta. L113 sampai ke hilir dengan ketinggian luapan banjir diatas bantaran sungai sekitar antara = 1,20 m sampai dengan 2,0 m.

4. Penutup

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1) Dengan analisa hidrolika bantuan software HEC-RAS pada kondisi geometrik eksisiting Sungai Larompong saat ini menggambar kapasitas penampang sungai yang tidak dapat menampung debit banjir karena beberapa ruas melebihi kapasitas sungai saat full bank capacity, mulai Sta.L109 sampai ke hilir yakni mulai debit banjir kala ulang Q.10 tahun = 77,32 m3/detik dan debit banjir kala ulang Q.25 tahun = 104,62 m3/detik sebagai penyebab luapan banjir.

(13)

2) Sampah, tumbuhan vegetasi/tanaman pengganggu dan bentuk alur sungai Larompong sebagai karakteristik dasar, tebing dan bantaran sungai berdasarkan klasifikasi indicator nilai koefisien kekasaran Manning (n) adalah rata-rata pada ruas hulu = 0.0425, ruas tengah = 0.0427 dan ruas hilir = 0.047 yang menyebabkan terjadinya hambatan pengaliran dan secara hidrolis mengakibatkan tingginya luapan muka air banjir sebagaimana yang diperlihatkan dalam gambar penampang sungai hasil pemodelan HEC-RAS yaitu setinggi 1.20 m – 2.0 m. Semakin besar nilai koefiesien kekasaran manning maka kecepatan aliran semakin lambat sehingga akan meyebabkan pula semakin tinggi luapan banjir yang terjadi.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran dalam rangka menjaga akibat dan dampak bencana banjir pada Sungai Larompong Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut: 1) Perlu dilakukannya penelitian

lanjutan untuk menduga peluang terjadinya banjir yang lebih besar dan perlu dilakukannya pembersihan sampah pada saluran sungai Larompong untuk mengurangi tingkat kekasaran sungai

2) Diperlukan normalisasi perbaikan penampang sungai dan peninggian tanggul untuk menambah kapasitas Sungai Larompong, sehingga luapan dapat teratasi

3) Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan aplikasi selain Hec-Ras sebagai pembanding

4) Diperlukan sosialisasi ke masyarakat tentang dampak yang diakibatkan oleh luapan Sungai Larompong sehingga masyarakat dan Pemda dapat bersinergi dalam menjaga sungai dengan tidak membuang sampah ke dalam sungai.

Daftar Pustaka

Anonim, (2011). Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

Anonim, (2010), HEC-RAS 4.1 Hydraulic Reference Manual, California : U.S Army Corps of Engineering

Anonim, 2006 , Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

Anonim, (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Aliyansyah Muhammad Andi. (2017).

Analisa Hidrolika Aliran Sungai Blifard dengan Menggunakan HEC-RAS. Universitas Hasanuddin Makassar.

Asdak, Chay, (2004), Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Yogyakarta, Universitas Gaja Mada.

Gemma Galgani Tanjung Dewandaru, Lasminto Umboro. (2014) Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Hadisusanto, Nugroho. (2011). Aplikasi Hidrologi, Malang : Jogja Media Umum.

Haryono Putro dan Joetata Hadihardaja, (2013). Variasi Koefisien kekasaran Manning (n) pada Flum Akrilic pada Variasi Kemiringan Saluran dan Debit Aliran. Jurnal. Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma.

Kodoatie, R.J. & Syarief,R. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terepadu. Andi Offset, Yogyakarta.

Sarwono Bambang, Lasminto Umboro, Ramanintyas Aninda. (2017). Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai

(14)

VOL.5 NO.2, JUNI 2020

129

Petung. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Soemarto, CD. (1999). Hidrologi Teknik, Surabaya, Penerbit Usahan Nasional.

Soewarno, (1995). Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk analisa Data Jilid I. Penerbit Nova Bandung. Soewarno, (1995). Hidrologi,

Aplikasi Metode Statistik untuk analisa Data Jilid II. Penerbit Nova Bandung.

Sosrodarsono, S. dan Takeda.K. (1987). Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradanaya Paramita: PT. Jakarta. Sowono Bambang, Ratnasari DA, Ansori Bagus Muhammad. 2015 Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Triatmodjo,Bambang. (2013) Hidrologi

Terapan. Yogyakarta: Beta Offset Yogyakarta.

Ven Te Chow.(1985), Hidrolika Saluran Terbuka. Diterjemahkan oleh E.V. Nensi Rosalina. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gambar

Gambar 2 Peta DAS Larompong Kecamatan Larompong.
Gambar 3. Peta sungai lokasi penelitian sumber Google map
Tabel 1. Data curah hujan harian maksimum
Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson Tipe III
+6

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat sasaran pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbentuk sosialisasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) ini adalah masyakat di Kelurahan Mungku

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam rakyat yaitu luas lahan, bibit garam dan tenaga kerja di Desa Matang Tunong

a) Jika proyek RED DOT hotel dikerjakan menggunakan bekisting sistem PERI biaya pelat permeter persegi sebesar Rp 90.000,00 dengan selisih biaya Rp 20.471,66 atau

Siswa wajib mengikuti kegiatan Bahasa Arab diluar jam KBM sekolah sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah ditentukan dengan tertib dan seksama1. Siswa wajib mengikuti KBM

Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa uap superheat yang tidak dialirkan temperaturnya akan lebih tinggi di bagian ruang antar Sirip (T2) di- bandingkan dengan yang

Hasil penelitian ini telah mendukung hipotesis yang diajukan bahwa desentralisasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja manajerial aparatur pemerintah dan sesuai

Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsetrasi simplisia kulit apel manalagi dan daun beluntas dalam kemasan celup akan berbeda, semakin besar

Kemudian di akhir kegiatan dilakukan pula evelauasi terhadap pengusaan para peserta terhadap materi yang diberikan oleh para instruktur (Efriyeldi et al., 2019)..