• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Oleh : DICKY JAMALUDIN MALIK I1B000010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. Oleh : DICKY JAMALUDIN MALIK I1B000010"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERKIRAAN UMUR LAYANAN WADUK MRICA BANJARNEGARA JAWA TENGAH DENGAN METODE KAPASITAS TAMPUNGAN MATI (DEAD STORAGE) DAN DISTRIBUSI SEDIMEN (THE EMPIRICAL AREA

REDUCTION)

Oleh :

DICKY JAMALUDIN MALIK I1B000010

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM SARJANA TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PURWOKERTO 2006

(2)

TUGAS AKHIR

PERKIRAAN DAN PERBANDINGAN UMUR LAYANAN

WADUK MRICA BANJARNEGARA JAWA TENGAH

DENGAN METODE KAPASITAS TAMPUNGAN MATI (DEAD

STORAGE) DAN DISTRIBUSI SEDIMEN (THE EMPIRICAL

AREA REDUCTION)

Disusun oleh :

DICKY JAMALUDIN MALIK

I1B000010

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Sarjana Teknik Universitas Jenderal Soedirman

Jurusan Teknik Sipil

Diterima dan disetujui

pada tanggal : ………. Pembimbing I Nasta’in, ST., MT. NIP. 132 257 753 Pembimbing II Suroso., ST. NIP. 132 303 628 Mengetahui :

Ketua Program Sarjana Teknik

Ir. Agus Margiwiyatno, MS., Ph.D. NIP. 131 660 162

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dicky Jamaludin Malik, lahir di Karawang pada tanggal 25 Januari 1981. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Almarhum Bapak Drs.H. Masripin Heryanto dan Ibu E. Kuraesin. Penulis bertempat tinggal di Karang Pawitan Karawang. Pendidikan yang diperoleh penulis yaitu ; TK. Nuri Karawang tahun 1988-1989, Sekolah Dasar Negeri Tarumanegara 1 Karawang tahun 1989-1994, Sekaolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Karawang 1994-1997 , Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 3 Karawang 1997-1999, kemudian melanjutkan ke Universitas Program Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto. Selama kuliah Penulis pernah mendapatkan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa(BBM), dan PPA. Penulis juga pernah aktif di organisasi UKM Racana Soedirman, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Teknik UNSOED, dan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMTS) UNSOED, menjadi Asisten dosen mata kuliah Bahasa Pemrograman.

(4)

INTI SARI

Waduk Mrica terletak di kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah merupakan penampung air yang ditujukan untuk pemanfaatan sumber energi dari sungai Serayu, sungai Lumajang, dan sungai Merawu untuk keperluan air minum, irigasi, dan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Waduk Mrica mulai digenangi pada bulan April 1988, memiliki luas daerah aliran sungai (DAS) 957,01 km2 , ktinggian muka air + 231,00 m di atas permukaan laut dan kapasitas tampungan 83.945.901 m3.

Penelitian mengkaji tentang perkiraan umur layanan waduk Mrica pada masa yang akan datang akibat sedimen dan volume angkutan sedimen dengan menggunakan metode tampungan mati ( dead storage) dan distribusi sedimen (the empirical area reduction). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waduk Mrica termasuk kategori waduk tipe 2 yaitu waduk yang selalu terairi pengoperasiannya. Umur layanan waduk Mrica berdasarkan metode dead storage adalah 10,43 tahun, dengan volume dead storage waduk sebesar 45 juta m3 . Umur perkiraan layanan waduk Mrica berdasarkan the empirical area reduction method adalah 41 tahun, dengan volume sedimen sebesar 181,22 juta m3. Umur layanan berdasarkan metode dead storage lebih pendek dibandingkan dengan umur layanan berdasarkan metode the empirical area reduction, karena dalam metode dead storage tidak memperhitungkan adanya flushing.

Kata kunci : sedimen, kapasitas tampungan mati (dead storage), distribusi sedimen (the empirical area reduction), laju sedimen, umur layanan waduk.

(5)

RESUME

Mrica reservoir be located in kecamatan Bawang kabupaten Banjarnegara Central Java is place of water that used for energy in serayu river, Lumajang river and Merawu river used for drink, irrigation, PLTA. Mrica reservoir was full of water in April 1988, have area 957,01 km2, with water level + 231,00 m at above of water sea level and capacity 83.945.901 m3.

The Experiment is about useful life time of Mrica reservoir in the future because the transfor sediment and volume of sediment with use dead storage method and the empirical area reduction method. The result of this experiment , Mrica reservoir is 2nd type which always have watered in the operation. Useful life time with dead storage method approximated 10,43 years from first year reservoir the start operated (1988) up to closed this capacity at 45 million m3. Useful life time with use sediment distribution approximate 41 years with sediment volume is 1818,22 million m3. According to useful life time dead storage method is shorter than sediment distribution method, because of flushing.

Key word: Sediment, dead storage, the empirical area reduction, sediment volume, useful life time

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul “Perkiraan Umur Layanan Waduk Mrica Banjarnegara Jawa Tengah dengan Metode Kapasitas Tampungan Mati (Dead Storage) dan Distribusi Sedimen (The Empirical Area Reduction)” dapat diselesaikan. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik Sipil Program Strata-1 pada Program Sarjana Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Selama penelitian dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis dapat bimbingan, bantuan, saran dan petunjuk yang sangat berharga. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ir. Agus Margiwiyatno MS., PhD., selaku Ketua Program Sarjana Teknik Universitas Jenderal Soedirman.

2. Nasta’in, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

3. Suroso, ST. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

4. Tri Antisto selaku Kepala Divisi Geo Teknik PT. Indonesia Power Proyek PLTA Mrica Banjarnegara Jawa Tengah.

5. PT. Indonesia Power Proyek PLTA Mrica Banjarnegara Jawa Tengah

6. Drs. Gentur Waluyo selaku Kepala Lab. Lingkungan Universitas Jenderal Soedirman.

(7)

7. Almarhum Ayahanda Drs.H. Masripin, Ibunda E. Kuraesin, Nenekku dan Kakak-kakakku yang terus memotivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini 8. Deni Kurnia, Ssi. yang tak henti-hentinya membantu dan memotivasi dalam

penelitian maupun penyusunan.

9. Sahabat-sahabatku Reggy, Barata, Unggul, Cici, Ika, Dise, Arnie, teman-temanku dan adik-adikku mahasiswa Teknik Sipil (2001, 2002, 2003, dan 2004) serta alumnus-alumnus Teknik Sipil terima kasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis berharap laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Purwokerto, 8 Agustus 2006 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

INTI SARI ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1 1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...3

1.4. Batasan Masalah ...3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk ...4

2.2. Sedimentasi Waduk ...5

2.3. Jenis Sedimen ...8

2.4. Prediksi Umur Layanan (Useful life) Waduk ...10

2.5. Metode Pengendapan Sedimen di Waduk ...11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Konsep Dasar dan Metode ...23

(9)

3.2. Pengumpulan Data ... 23

3.3. Pengolahan Data ... 24

3.4. Flow Chart penelitian ...27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tipe Waduk ...29

4.2. Berat Volume Kering ...30

4.3. Umur Layanan Waduk Berdasarkan Kapasitas Tampungan Mati ...31

4.4. Umur Layanan Waduk Berdasarkan Distribusi Sedimen Waduk ...31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...39

5.2. Saran ...39

Daftar Pustaka ... 40

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian Tipe Waduk Berdasarkan Cara Pengoperasiannya ...10

Tabel 2.2. Nilai WT dan Konstanta K ...10

Tabel 2.3. Koefisien K1 untuk Berbagai Tipe Waduk ...11

Tabel 2.4. Koefisien untuk Penentuan Berat Volume Kering...12

Tabel 2.5. Koefisien K2 untuk Berbagai Tipe Waduk...13

Tabel 2.6. Koefisien untuk Penentuan Berat Volume Kering ...13

Tabel 2.7. Klasifikasi Waduk Berdasarkan Nilai m ...14

Tabel 2.8. Persamaan untuk Mencari Nilai a ...15

Tabel 2.9. Nilai Persamaaan antara Nilai p dengan Nilai a Masing-masing Tipe Waduk (Lara,1973) ...16

Tabel 2.10. Nilai Persamaaan antara Nilai p dengan Nilai a Masing-masing Tipe Waduk (Borland-Miller,1973) ...16

Tabel 2.11. Nilai F masing-masing Tipe Waduk ...17

Tabel 3.1. Persentase Bed Material di Waduk Mrica ...19

Tabel 4.1. Hubungan antara Elevasi (kedalaman) Dengan Kapasitas Waduk ... 45

Tabel 4.2. Berat Volume Kering Berdasarkan Miller dan Strand ...23

Tabel 4.6. Hubungan antara Elevasi dengan Waktu yang Diperkirakan Berdasarkan Dead Storage ...36

Tabel 4.7. Hasil Perkiraan Umur Layanan Waduk Mrica dengan Metode Dead Storage dan The Empirical Area Reduction ...44

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Penggolongan Angkutan Sedimen ...6

Gambar 2.2. Distribusi Vertikal Konsentrasi Angkutan Sedimen ...7

Gambar 2.3. Hidrograf Debit Air dan Konsentrasi Suspended load ...8

Gambar 2.4. Grafik Trap efficiency ...10

Gambar 3.1. Flow Chart Perhitungan Dead Storage Sedimen ...21

Gambar 3.2. Flow Chart Perhitungan Prediksi distribusi ...2

Gambar 4.1. Hubungan Volume Sedimen Terhadap Umur Layanan Waduk ...2

Gambar 4.5. Grafik Perbandingan antara Distribusi Sedimen Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perhitungan Umur Operasi 16 Tahun ...31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hubungan Antara Elevasi dengan Luas dan

Volume Waduk tahun 1988. ... 42

Lampiran 2. Hubungan Antara Elevasi dengan Luas dan Volume Waduk tahun 2004 ...43

Lampiran 3. Data Rata-Rata Inflow Tahunan Waduk Mrica ...44

Lampiran 4. Perhitungan Sedimen pada Data Teknis ... 45

Lampiran 5. Lay out Waduk PB. Soedirman dan Peta Daerah Tangkapan Waduk PB. Soedirman ...46

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Sedimen berdasarkan pada data Teknis ...47

Lampiran 7. Perhitungan Berat Volume Kering...48

Lampiran 8. Perhitungan Perkiraan Umur Layanan Waduk berdasarkan Metode Dead Storage ... 51

Lampiran 9. Penjelasan langkah-langkah Perhitungan Metode Dead Storage ... 52

Lampiran 10. Grafik Fh umur 16 dan 60 tahun ... 53

Lampiran 11. Grafik Fh umur 27 dan 41 tahun ... 54

Lampiran 12. Perhitungan Fh umur 16 tahun ... 55

Lampiran 13. Perhitungan Fh umur 60 tahun ... 56

Lampiran 14. Perhitungan Fh umur 27 tahun ... 57

Lampiran 15. Perhitungan Fh umur 41 tahun ... 58

Lampiran 16. Validasi Distribusi Sedimen Umur Layanan Waduk Saat 16 Tahun ... 59

Lampiran 17. Distribusi Sedimen Umur Layanan Waduk Saat 16 Tahun ... 60

(13)

Lampiran 19. Distribusi Umur 27 Tahun ... 62

Lampiran 20. Distribusi Umur 41 Tahun ...63

Lampiran 21. Rekapituilasi Hasil Perhitungan Distribusi Sedimen ...64

Lampiran 22. Langkah-langkah Perhitungan Distribusi Sedimen ... 65

Lampiran 23. Data Flushing dan Rata-rata Sedimen yang terbuang ...66

Lampiran 23. Gambar Penampang Melintang Perkembangan Laju Sedimen setelah 16 Tahun ...67

(14)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat dipisahkan senyawa kimia ini. Demikan besar manfaat bagi kehidupan, seperti kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum dan MCK, irigasi, pengendalian banjir dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah tropis (dekat khatulistiwa) sangat besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya daerah gurun atau padang pasir. Demikian juga ketersediaan air pada saat musim basah (Oktober s/d April) lebih besar dibandingkan pada saat musim kering (April s/d Oktober) dimana ketersediaan air berkurang.

Rekayasa manusia untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air adalah dengan merubah distribusi air alami menjadi distribusi air secara buatan yaitu diantaranya dengan membangun waduk. Waduk merupakan suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada saat musim basah supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat debit rendah saat musim kering (Sudjarwadi, 1987).

Waduk Mrica yang dikenal dengan nama lain waduk Panglima Besar (Pangsar) Soedirman merupakan salah satu wujud usaha pemanfaatan potensi air sungai Serayu, sungai Lumajang dan sungai Merawu. Waduk Mrica terletak di

(15)

kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Penggenangan waduk ini dimulai pada bulan April 1988 dan memiliki luas daerah aliran sungai (DAS) 957, 01 km2 dan luas genangan 8.258.253 m2. Ketinggian muka air 231 m di atas

permukaan air laut dengan kapasitas tampungan 83.945.901 m3. Tujuan dibangunnya waduk Mrica adalah untuk memanfaatkan sumber energi dari aliran sungai Serayu guna menggerakan turbin pembangkit listrik dan sebagai sumber suplesi air irigasi Banjarcahyana. Sungai Serayu memiliki daerah aliran sungai (DAS) dengan curah hujan dan tingkat erosi yang cukup tinggi, sehingga memerlukan pemeliharaan dari sistem pengoperasian waduk yang baik.

Dalam pengelolaan sumber daya waduk, sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang menyangkut aspek perencanaan, operasi, dan pemeliharaan (Sudjarwadi, 1987).

Salah satu persoalan persoalan utama yang terjadi di dalam operasional waduk adalah terjadinya sedimentasi waduk yang berakibat pada pengurangan kapasitas waduk sehingga berdampak terhadap umur layanan waduk yang sudah direncanakan. Maka perlu dilakukan penelitian untuk memperkirakan umur layanan waduk berdasarkan laju sedimentasi waduk Mrica pada kondisi saat ini. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan besarnya angkutan sedimen di waduk diantaranya adalah metode dead storage dan the empirical area reduction.

1.2. Rumusan Masalah.

Berlatar belakang hal tersebut diatas, maka beberapa masalah waduk yang akan dicarikan solusinya pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

(16)

a. Berapa besar volume sedimen yang mengendap di waduk Mrica berdasarkan metode dead storage ?

b. Berapa tahun umur layanan waduk Mrica bisa beroperasi berdasarkan metode dead storage ?

c. Berapa besar volume sedimen yang mengendap di waduk Mrica berdasarkan metode the empirical area reduction ?

d. Berapa tahun umur layanan waduk Mrica bisa beroperasi berdasarkan metode the empirical area reduction ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan umur layanan waduk dan volume angkutan sedimen yang mengendap di dalam waduk Mrica dengan menggunakan metode dead storage dan metode the empirical area reduction.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan dan pelestarian waduk Mrica khususnya bagi PT. INDONESIA POWER Proyek PLTA Mrica Banjarnegara Jawa Tengah.

1.4. Batasan Masalah

Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Laju sedimen diasumsikan tetap setiap tahunnya.

2. Data pengukuran sedimen langsung (echo sounding) yang digunakan pada tahunawal 1988 dan pada tahun 2004..

3. Data persentase bed load menggunakan hasil analisis laboratorium lingkungan UNSOED.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Waduk

Waduk merupakan suatu bangunan air yang berfungsi untuk menampung air yamg digunakan pada saat debit rendah. Dari segi kegunaannya waduk ada dua yaitu, waduk eka guna misalnya waduk yang khusus digunakan untuk irigasi, pembangkit listrik, pengendalian banjir, dan waduk serba guna (multi purpose) misalnya waduk yang berguna menyeluruh dalam satu waduk itu (Sudjarwadi, 1989).

Berdasarkan aspek permasalahannya waduk dapat dilihat dari aspek perencanaan, pengoperasian, dan pemelihraan. Aspek perencanaan dilihat dari segi kelayakan teknik faktor-faktor yang utama mendukung adalah kelayakan hidrologis dan kelayakan sedimentasi, kelayakan ekonomi maupun kelayakan sosial. Aspek operasi dilihat dari segi pengoperasian waduk secara reguler dengan sistem tradisional atau komputer. Aspek dari pemeliharaan dilihat dari perawatan waduk terhadap laju sedimentasi yaitu dengan melakukan penggelontoran dan pengeringan waduk tiap tahun atau waktu tertentu (Sudjarwadi, 1989).

Permasalahan lain yang terjadi dalam waduk adalah aspek gelombang di permukaan air yang timbul akibat tiupan angin yang perlu dipertimbangkan terhadap kestabilan struktur waduk, adanya rembesan atau kebocoran, dan aspek laju sedimentasi (Sudjarwadi, 1989).

(18)

Aspek laju sedimentasi terjadi akibat erosi yang terjadi di hulu DAS yang terbawa oleh air melalui sungai menuju hilir atau waduk, kemudian mengendap ke dalam volume tanpungan mati waduk.

2. 2. Sedimentasi Waduk

Sedimentasi merupakan proses kelanjutan dari peristiwa erosi atau peristiwa terkikisnya permukaan akibat air hujan. Tanah tesebut mengalir melalui cekungan-cekungan, saluran-saluran air, kemudian masuk ke sungai. Sungai selain berfungsi sebagai sarana mengalirkan air juga dapat berfungsi sebagai pengangkut bahan-bahan material yang berupa sedimen (Qohar, 2002).

Sedimen yang terbawa hanyut oleh aliran air terdiri dari dua muatan yaitu berupa muatan dasar (bed load) maupun muatan melayang (suspended load). Muatan dasar yaitu berupa material yang bergerak dalam aliran sungai dengan cara bergulir, meluncur, dan meloncat-loncat di atas permukaan dasar sungai. Sedangkan muatan melayang yaitu butiran-butiran halus yang ukurannya lebih kecil yang senantiasa melayang di dalam air (Suyono & Tominaga, 1985).

Sumarto (1995) mendefinisikan sedimentasi sebagai pengangkutan melayangnya (suspended) atau mengendapnya fragmental oleh air akibat adanya erosi. Dampak yang ditimbulkannya yaitu:

1. Di sungai, pengendapan sedimen di dasar yang menyebabkan naiknya dasar sungai, kemudian menyebabkan tingginya permukaan air sehingga dapat mengakibatkan banjir yang menimpa lahan-lahan yang tidak di lindungi

(19)

(unprotected land). Hal tersebut dapat mengakibatkan aliran mengering dan mencari alur baru.

2. Di saluran, apabila saluran irigasi atau saluran pelayaran dialiri oleh air penuh dengan sedimen maka akan terjadi pengendapan sedimen di dasar saluran. Hal ini menjadikan suatu permasalahan untuk mengeruk sedimen tersebut diperlukan biaya yang cukup besar sehingga menyebabkan terhentinya operasi saluran.

3. Di waduk-waduk, pengendapan sedimen di waduk-waduk akan mengurangi volume efektifnya. Sebagian besar jumlah sedimen yang dialirkan oleh waduk adalah sedimen yang dialirkan oleh sungai-sungai yang mengalir kedalam waduk, hanya sebagian kecil yang berasal dari longsoran tebing-tebing waduk oleh limpasan permukaan. Butir-butir yang kasar akan diendapkan di bagian hulu waduk, sedangkan yang harus diendapkan di dekat bendungan. Jadi, sebagian besar akan diendapkan di bagian volume aktif waduk dan sebagian dapat dibilas ke bawah, apabila terjadi banjir pada saat permukaan air waduk masih rendah.

4. Di bendungan atau pintu-pintu air yang menyebabkan kesulitan dalam mengoperasikan pintu-pintu tersebut. Adanya pembentukan pulau-pulau pasir (sand bars) di sebelah hulu bendungan atau pintu air akan mengganggu aliran air yang melalui bendungan atau pintu air. Bahaya penggerusan terhadap bagian hilir bangunan terjadi apabila beban sedimen di sungai tersebut berkurang karena pengendapan di bagian hulu bendungan, maka aliran dapat mengangkut material alas sungai.

(20)

5. Di daerah sepanjang sungai, seperti yang telah dijelaskan diatas, banjir akan lebih sering terjadi di daerah yang tidak dilindungi. Daerah yang dilindungi oleh tanggul akan aman selama tanggulnya selalu dipertinggi sesuai dengan kenaikan dasar sungai, dan permukaan airnya akan mempengaruhi drainase daerah sekitarnya, lama-kelamaan drainase dengan cara gravitasi sudah tidak mungkin lagi.

Faktor utama yang mempengaruhi gerakan sedimen (transport sedimen) di sungai adalah : berat jenis butiran dan kecepatan aliran dan morfologi sungai. Perencanaan waduk di dalamnya selalu disediakan sebagian volume penampungan yang disebut volume mati (dead storage), selama sedimen masih mengisi volume mati, waduk masih bisa beroperasi secara normal. Laju sedimentasi pada waduk sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah tangkapan air waduk tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju sedimen di waduk adalah : tipe tanah, kemiringan lahan, penutupan vegetasi, karakter hujan dan tata guna lahan (Sumarto, 1995).

Sedimentasi waduk dapat mengurangi volume banjir efektif waduk, mempengaruhi kualitas air waduk, mengurangi pengendalian banjir, ketersediaan air, kekuatan air untuk turbin, dan keuntungan rekreasi (Yang, 1996).

Disiplin ilmu angkutan sedimen memberikan rumus-rumus hasil penelitian yang dapat digunakan untuk pedoman pengumpulan data dan melakukan hitungan perkiraan laju sedimen pada waduk, karena endapan sedimen secara akumulatif semakin lama semakin banyak yang akan menyebabkan waduk tidak berfungsi secara memadai (Sudjarwadi, 1989).

(21)

2.3. Jenis Sedimen

Sedimen merupakan proses terkikisnya butiran tanah yang berpengaruh penting terhadap perencanaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya air. Angkutan sedimen yang terdapat di dalam waduk dapat diuraikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :

Gambar 2.1. Bagan Penggolongan Angkutan Sedimen (Rouf, 2004)

Wash load adalah muatan partikel-partikel halus berupa lempung (Silt), dan

debu (Dust), yang terbawa oleh aliran sungai (Rouf, 2004). Partikel-partikel ini akan terbawa oleh aliran sampai laut, atau dapat mengendap pada aliran yang tenang atau yang tergenang. Wash load biasanya berupa butiran halus dan berlindung diantara butir-butir yang lebih besar, baru terangkat jika tidak mempengaruhi dasar sungai (Mardjikoen, 1987). Sumber wash load berasal dari hasil pelapukan lapisan atas batuan atau tanah di daerah aliran sungai, hasil tersebut akan dibawa oleh hujan atau angin ke dalam sungai atau alur-alur kecil di dalam daerah aliran sungai (DAS).

Suspended load sedimen melayang dapat dikatakan sebagai material dasar

sungai (bed load) yang bergerak melayang di dalam aliran sungai yang terdiri dari

Angkutan sedimen berdasarkan sumber asal sedimen Angkutan material dasar

Wash load Suspended load Bed load Angkutan sedimen digolongkan berdasarkan mekanisme pengangkutan

(22)

sebagian besar butiran-butiran pasir halus yang senantiasa didukung oleh air dan hanya jarang ekali interaksinya dengan dasar sungai, karena selalu terdorong ke atas oleh turbulensi air. Pada sungai pendek suspended load dapat dianggap tetap konsentrasinya, tetapi pada seluruh alur sungai konsentrasinya dapat bervariasi (Kironoto, 2001).

Bed load merupakan partikel-partikel kasar yang bergerak sepanjang dan

dekat dengan dasar sungai secara keseluruhan. Bed load ini dapat ditunjukkan oleh gerakan-gerakan partikel-partikel dasar, gerakan tersebut dapat bergeser, menggelinding, atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Sedimen sangat tergantung pada debit aliran yang terjadi di daerah aliran sungai (Bahar & Hilala, 2004).

Distribusi konsentrasi angkutan sedimen dan hidrograf debit air dengan konsentrasi suspended load dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Distribusi Vertikal Konsentrasi Angkutan Sedimen (Rouf, 2004) C

h h

C

Wash load Suspended load

C

h

(23)

Gambar 2.3. Hidrograf Debit Air dan Konsentrasi Suspended load (Rouf, 2004)

2.4. Prediksi Umur Layanan (Useful life) Waduk

Umur layanan waduk dapat ditentukan dengan dua metode (Qohar, 2002), yaitu sebagai berikut :

1. Perkiraan umur layanan (useful life) berdasarkan atas kapasitas tampungan mati (dead storage).

Perkiraan ini didasarkan atas perhitungan pada beberapa waktu yang dibutuhkan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahuinya besarnya kapasitas tampungan mati dan besarnya kecepatan (laju) sedimen yang mengendap, maka akan diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi/menutup pada daerah tampungan mati. Seiring bertambahnya umur waduk maka akan semakin berkurang kapasitas tampungan matinya, yang akan berdampak menjadi terganggunya pelaksanaan operasional waduk. Oleh karena itu hal tersebut dapat dijadikan suatu acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan mati waduk itu akanterisi penuh oleh sedimen.

Konsentrasi Suspended load

Debit aliran

Waktu Debit Aliran

(24)

2. Perkiraan umur layanan (useful life) berdasarkan besarnya distribusi sedimen yang mengendap di tampungan dengan menggunakan metode The Empirical Area Reduction.

Metode The Empirical Area Reduction ini pertama kali diusulkan oleh Lane dan Koezler (1935), kemudian dikembangkan oleh Borland Miller (1953) dalam USBR (1973) dan Lara (1965) dalam USBR (1973) merupakan suatu kesimpulan berdasarkan data survei dari 30 waduk yang ada di beberapa tempat yang berbeda, metode ini dapat memprediksikan bagaimana disribusi sedimen di dalam waduk pada masa-masa yang akan datang.

Acuan dari metode ini adalah untuk menentukan umur operasi waduk berdasarkan hubungan fungsi antara luas genangan dengan elevasi genangan dan kapasitas tampungan matinya. Patokan elevasi pintu pengambilan dijadikan sebagai acuannya. Sehingga apabila elevasi pintu pengambilan akan dicapai oleh elevasi endapan sedimen, maka kegiatan operasional waduk akan terganggu, dan akhirnya secara teknis akan mengakibatkan waduk tidak dapat berfungsi sama sekali.

2. 5. Metode Pengendapan Sedimen di Waduk

Umumnya bagunan waduk sudah disediakan daerah tampungan sedimen, yang volumenya telah ditetapkan. Hal utama yang berkaitan dengan pegendapan sedimen di waduk adalah berat volume kering (unit dry weight) dan trap efficiency (Qohar, 2000). Berat volume kering merupakan massa sedimen kering

dalam satuan volume, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berat volume kering di waduk, antara lain :

(25)

a) Cara operasi waduk

b) Tekstur dan ukuran partikel sedimen c) Tingkat pemadatan dan konsolidasi

d) Arus rapat massa dan kemiringan dasar sungai (Qohar, 2000)

Dalam perhitungan sedimen di waduk dapat dipengaruhi faktor-faktor berikut :

1. Efisiensi tangkapan sedimen (Trap Efficiency)

Jumlah sedimen yang tertahan atau mengendap di dalam waduk dapat dihitung yaitu dengan cara mencari besarnya trap efficiency yang didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah sedimen yang mengendap di waduk dengan total angkutan sedimen yang masuk ke dalam waduk (Brune, 1953 dalam USBR, 1973). Perhitungan untuk menentukan besarnya trap efficiency yaitu berdasarkan perbandingan antara kapasitas tampungan (C) dengan inflow aliran tahunan (I), kemudian perbandingan itu diplotkan pada grafik trap efficiency (Brune, 1953) yaitu hubungan antara ratio of reservoir capacity to

annual inflow (sumbu x) dengan sediment trapped percent (sumbu y), nilai

tersebut akan berkurang sejalan dengan umur operasional karena kapasitas waduk akan berkurang akibat sedimen (Qohar, 2000).

(26)

Gambar. 2.4 Grafik Trap Efficiency (Kironoto, 1997)

2. Berat Volume Kering

Banyaknya angkutan sedimen yang masuk ke waduk dinyatakan satuan waktu yang dikonversikan ke satuan volume per satuan waktu. Berat volume sendiri adalah massa sedimen yang kering dalam satuan volume. Menurut Lane dan Kozler (1946) dalam USBR (1973) bahwa jenis dari pengoperasian waduk diklasifikasikan pada Tabel 2.1. :

(27)

Tabel 2.1.Pembagian Tipe Waduk Berdasarkan Cara Pengoperasiannya

Tipe Waduk Operasi Waduk

1 2 3 4

Sediment always submerged or nearly submerged (Sedimen selalu terendam atau hampir terendam) Normally moderate of considerable reservoir drawdown (Pada umumnya draw down normal)

Reservoir normally empty (Waduk umumnya kosong)

Riverbed sediments (Sedimen dasar sungai) Sumber : Lara dan Pemberton (1965) dalam USBR (1973)

Lane dan Kozler (1946) dalam USBR (1973) menyatakan bahwa berat volume kering di waduk dapat diperkirakan setelah T tahun dengan menggunakan persamaan berikut : T Log W1 W= + ……..……….………..(2.1) Keterangan :

W = berat volume kering setelah T tahun operasi waduk (kg/m3)

W1= berat volume kering mula-mula setelah 1 tahun konsolidasi (kg/m3) K = Konstanta konsolidasi

Untuk nilai W1 dan K tergantung dari tipe waduk yang bersangkutan untuk masing-masing waduk dapat dilihat dari Tabel 2.2. :

Tabel 2.2. Nilai WT dan konstanta K

Pasir (sand) Lanau (silt) Lempung (clay) Tipe Waduk W1 K W1 K W1 K 1 2 3 4 1500 1500 1500 1500 0 0 0 0 1050 1185 1275 1320 90 45 15 0 500 750 950 1250 250 170 100 0 Sumber : Lane dan Kozler (1943) dalam V.T. Chow (1964)

Menurut Miller (USBR, 1953) bahwa suatu rumus integral pendekatan pada persamaan 2.1., untuk menentukan berat volume kering rata-rata dari semua

(28)

sedimen yang mengendap di dalam waduk selama T tahun beroperasi dapat ditentukan sebagai berikut :.

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K1 0,4343 W1 WT ……..………....……(2.2) Keterangan :

WT = berat volume kering rata-rata setelah T tahun operasi waduk (kg/m3)

W1 = berat volume kering awal (kg/m3)

K1 = konstanta yang tergantung pada operasi waduk dan jenis material sedimen

= Kc.Pc + Km.Pm + Ks. Ps .. ………(2.3)

Keterangan :

Kc, Km, Ks = Konstanta konsolidasi lempung, lumpur, dan pasir

Pc, Pm, Ps = Persentase lempung, lumpur, dan pasir

Nilai Kc ,Km,Ks untuk masing-masing tipe waduk dapat dilihat dalam Tabel 2.3

Tabel 2.3. Koefisisen K1 untuk berbagai Tipe Waduk

Tipe Waduk Kc Km Ks 1 2 3 256 135 0 91 29 0 0 0 0 Sumber : Miller (1953) dalam USBR (1973)

Berat volume kering awal menurut Lara dan Pamberton dapat diestimasi dengan persamaan:

W1 = Wc.Pc + Wm.Pm + Ws.Ps……….………..………(2.4)

Keterangan :

W1 = Berat volume kering mula-mula setelah 1 tahun konsolidasi

(29)

Pc, Pm, Ps = Persentasi lempung (<0,005 mm, lumpur (0,005 – 0,0625 mm),

pasir (0,0625 – 2,00 mm)

Wc,Wm,Ws = Konstanta berat volume kering untuk lempung, lumpur, pasir

yang nilainya tergantung dari bentuk waduk, yang nilainya seperti pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Koefisisen untuk Penentuan Berat Volume Kering

Sumber Lara Pamberton (1965) dalam USBR(1973)

Besarnya nilai WT pada Persamaan 2.2 di atas digunakan untuk mengkonversikan berat sedimen ke dalam sedimen setelah waktu T tahun. Sedangkan menurut Strand (1974) dalam USBR menyatakan bahwa dalam menentukan berat volume kering rata-rata dari semua sedimen yang mengendap dalam waduk selama waktu T tahun, menggunakan persamaan berikut :

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K2 6,9566 W1 WT ……..………(2.5) Keterangan :

WT = Berat volume kering rata-rata setelah T tahun operasi waduk (Kg/m3) W1 = Berat volume kering awal (Kg/m3)

K2 = Konstanta yang tergantung pada operasi waduk dan jenis material sedimen = Kc. Pc + Km. Pm + Ks. Ps Tipe Waduk Wc Wm Ws 1 2 3 4 416 561 641 961 1120 1140 1150 1170 1550 1550 1550 1550

(30)

Tabel 2.5. berikut merupakan penentuan koefisien besarnya K2 untuk berbagai tipe waduk :

Tabel 2.5. Koefisien K2 untuk berbagai Tipe Waduk

Tipe Waduk Kc Km Ks 1 2 3 16 8,4 0 5,7 1,8 0 0 0 0 Sumber: Strand (1973) dalam USBR (1973)

Strand juga menentukan berat volume kering awal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(

c Pc m Pm s PS

)

W1=16,01794γ ∗ +γ ∗ +γ ∗ ……….………..(2.6)

Keterangan :

W1 = Berat volume kering awal (Kg/m3)

Pc, Pm, Ps = Persentase lempung < 0,004 mm

= Lumpur 0,004 – 0,0625 mm = Pasir 0,0625 – 2,00 mm

γ

c,

γ

m,

γ

s = Konstanta berat volume kering untuk lempung,

lumpur, dan pasir

Nilai

γ

c,

γ

m,

γ

s dapat ditentukan menggunakan Tabel 2.6. berikut :

Tabel 2.6. Koefisien untuk penentuan berat volume kering

Tipe Waduk γc γm γs 1 2 3 4 26 35 40 60 70 71 72 73 97 97 97 97 Sumber : Strand dalam USBR (1973)

(31)

3. Distribusi Sedimen Waduk

Aliran air sungai yang membawa sedimen ke dalam waduk dengan kecepatan yang besar dari aliran itu akan berangsur-angsur berkurang. Sedimen tersebut terdiri dari partikel melayang (suspended load), yang berukuran besar dan muatan dasar (bed load) akan mengendap membentuk delta di bagian hulu waduk. Sedangkan untuk partikel yang berukuran kecil akan tetap melayang dan terangkut oleh aliran dan akan mengendap di bagian hilir. Partikel-partikel yang lebih kecil dapat tetap melayang dan sebagiannya mungkin akan melewati waduk bersama-sama dengan aliran yang melalui alur buangan, turbin, atau pelimpah.

Distribusi endapan yang terjadi dengan suatu metode empirik yang dinamakan The Empirical Area Reduction method sebagai acuan untuk menghitung besarnya distribusi sedimen.

Distribusi endapan sedimen dalam waduk dipengaruhi oleh : 1. Pengoperasian waduk

2. Tekstur atau ukuran partikel sedimen 3. Bentuk waduk

4. Volume sedimen

Dari keempat faktor diatas yang paling utama adalah bentuk waduk karena penting untuk menentukan distribusi endapan sedimen dalam waduk. Bentuk waduk dapat diklasifikasikan pada Tabel 2.7., sebagai berikut:

(32)

Tabel 2.7. Klasifikasi Waduk berdasarkan nilai m

Tipe Waduk Klasifikasi m

1 2 3 4

Lake

Flood plain foot hill Hill Normally empty 3,5 – 4,5 2,5 – 3,5 1,5 – 2,5 1,0 – 1,5 Sumber : Borland dan Miller (1953) dalam USBR ( 1973)

Dengan menggunakan Persamaan 2.7. dasar emprical area reduction method adalah :

+

= y0 0 H y0 dy a K dy A S ……...………..………(2.7) Dimana :

S = Volume sedimen total yang diendapkan didalam waduk 0 = Elevasi dasar (asli )waduk

Y0 = Elevasi dasar waduk setelah T tahun

A = Luas waduk

H = Kedalaman total waduk (pada muka air normal)

K = Konstanta untuk mengkonversikan luas sedimen relatif (a) ke dalam luas sedimen sebenarnya

A = Luas sedimen relatif

Berdasarkan hasil integrasi Persamaan 2.7. tersebut dan data empiric menurut Kironoto (2000), maka diperoleh suatu persamaan sebagai berikut:

(33)

Ah H Vh S F × − = ………...………(2.8) Dimana :

F = Fungsi tanpa dimensi

S = Volume sedimen total yang diendapkan di waduk Vh = Volume waduk pada elevasi h

Ah = Luas waduk pada kedalaman h

Untuk menentukan distribusi tampungan waduk, menurut Lara dan Borland-Miller mengusulkan bahwa grafik-grafik beberapa tipe waduk untuk perbandingan antara nilai luas sedimen relatif (a) dengan menggunakan kedalaman relatif waduk diukur dari dasar (p) bagi masing-masing tipe waduk. Berikut ini merupakan tabel persamaan untuk mencari nilai sedimen relatif (a), nilai (p) kedalaman, dan hubungan nilai (a) dengan nilai (p) yaitu :

Tabel 2.8. Persamaan untuk mencai nilai a

Tipe Waduk a menurut Lara a menurut Borland-Miller 1 2 3 4 5,074 p 1,85 (1 – p) 0,35 2,487p 0,57 (1 – p) 0,41 16,967p 1,15 (1 – p) 2,32 1,486p 0,25 (1 – p) 1,34 3,417 p 1,50 (1 – p) 0,20 2,324 p 0,50 (1 – p) 0,40 15,882p 1,10 (1 – p) 2,30 4,232 p 0,10 (1 – p) 1,50 Sumber : Lara (1965) dalam USBR ( 1973), Borland dan Miller (1953) dalam

(34)

Tabel 2.9. Nilai persamaaan antara nilai p dengan nilai a masing-masing tipe waduk (Lara,1973) Tipe Waduk p kedalaman 1 2 3 4 0 ∞ ∞ ∞ 0 0,1 0,06908 0,64108 0,94069 2,29458 0,2 0,23897 0,90684 1,58839 1,64779 0,3 0,48285 1,08175 1,85747 1,24500 0,4 0,77896 1,19644 1,80836 0,94238 0,5 1,10429 1,26086 1,53120 1,69807 0,6 1,43104 1,27663 1,12527 0,49459 0,7 1,72097 1,23880 0,68927 0,32366 0,8 1,91173 1,13203 0,31372 0,18181 0,9 1,85609 0,91116 0,07194 0,06974 1 0 0 0 0

Sumber : Lara (1973) dalam USBR 1973

Tabel 2.10. Nilai persamaaan antara nilai p dengan nilai a masing-masing tipe waduk (Borland-Miller,1973) Tipe Waduk p kedalaman 1 2 3 4 0 ∞ ∞ ∞ 0 0,1 0,10251 0,70458 0,99006 2,58316 0,2 0,27336 0,95058 1,61862 2,06240 0,3 0,46976 1,10366 1,85979 1,53816 0,4 0,66959 1,19819 1,79027 1,07679 0,5 0,85425 1,24540 1,50454 0,69802 0,6 1,00439 1,24777 1,10055 0,40692 0,7 1,09611 1,20125 0,67281 0,20131 0,8 1,09344 1,09193 0,30667 0,07403 0,9 0,92259 0,87772 0,07089 0,01324 1 0 0 0 0

(35)

Tabel 2.11 Nilai F masing-masing tipe waduk

Nilai F tipe Waduk p 1 2 3 4 0 ∞ ∞ ∞ 0 0,01 996,7000 5,5680 12,0300 0,2023 0,02 277,5000 3,7580 5,5440 0,2330 0,05 51,4900 2,2330 2,0570 0,2716 0,1 14,5300 1,4950 1,0130 0,2911 0,15 6,6710 1,1690 0,6821 0,2932 0,2 4,1450 0,9706 0,5180 0,2878 0,25 2,7660 0,8299 0,4178 0,2781 0,3 1,9800 0,7212 0,3486 0,2656 0,35 1,4850 0,6323 0,2968 0,2513 0,4 1,1490 0,5565 0,2555 0,2355 0,45 0,9076 0,4900 0,2212 0,2187 0,5 0,7267 0,4303 0,1917 0,2010 0,55 0,5860 0,3758 0,1657 0,1826 0,6 0,4732 0,3253 0,1422 0,1637 0,65 0,3805 0,2780 0,1207 0,1443 0,7 0,3026 0,2333 0,1008 0,1245 0,75 0,2359 0,1907 0,0820 0,1044 0,8 0,1777 0,1500 0,0643 0,0840 0,85 0,1262 0,1107 0,0473 0,0633 0,9 0,0801 0,0728 0,0310 0,0424 0,95 0,0383 0,0359 0,0153 0,0213 0,98 0,0149 0,0143 0,0061 0,0085 0,99 0,0074 0,0071 0,0030 0,0025 1 0 0 0 0

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Konsep Dasar dan Metode

Sedimentasi waduk tejadi akibat laju sedimen yang cepat akibat pengaruh kondisi tangkapan air di hulunya, selain itu dipengaruhi juga oleh tipe tanah, penutupan vegetasi, karakter hujan dan tata guna lahan, sehingga dalam perencanaan waduk diperlukan tinjauan usia fungsional dalam memperkirakan usia kedepannya. Penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan data yaitu mencari data-data dan informasi mengenai waduk Mrica pada tahun 1988 dan 2004. Langkah-langkah penelitian ini lebih jelas adalah sebagai berikut ini.

3.2. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang merupakan data dari hasil pengukuran langsung di lapangan dan pengujian di laboratorium. Jenis data yang digunakan dalam penelitian terlihat seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jenis data, peta dan sumbernya

No Data/Gambar/Peta Sumber

1 Data Pengukuran Sedimen Tahun 1988 Proyek PLTA Mrica Indonesia Power dan Jurnal Bambang Agus Kironoto 2 Data Pengukuran Sedimen Tahun 2004 Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 3 Data Teknis Waduk Mrica Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 4 Data Persentase Bed Material Tim Laboratorium Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 5 Data Inflow Rata-rata PLTA PB.Soedirman Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 6 Gambar Perkembangan Laju Sedimen Waduk PB. Soedirman Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 7 Peta Daerah Tangkapan Air Waduk PB. Soedirman Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 8 Lay out Waduk PLTA PB. Soedirman Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara 9 Data Flushing Waduk PB. Soedirman Proyek PLTA Mrica Indonesia Power Banjarnegara

(37)

3.3 Pengolahan data 3.3.1. Data Sedimen

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran sedimen pada tahun 1988 dan 2004 berupa hubungan elevasi dengan volume waduk Mrica, data inflow sedimen rata-rata tahunan dan data bed load material, Pengolahan data sedimen pada tahun 1988 digunakan untuk menentukan tipe waduk yang diklasifikasikan menurut Borland dan Miller (1953) dalam USBR (1973) sebagai berikut :

a. Data hubungan elevasi dengan volume waduk pada tahun 1988 diplotkan pada grafik logaritmik sehingga membentuk kemiringan (slope) suatu persamaan yang menunjukkan nilai sebagai parameter m tipe waduk pada Tabel 2.4. b. Data inflow sedimen rata-rata tahunan digunakan untuk menentukan besarnya

laju sedimen meter kubik per tahun. Data inflow juga digunakan untuk perkiraan umur layanan waduk dengan metode dead storage dan the empirical area reduction.

c. Data bed load material digunakan untuk menentukan berat volume kering (WT), data ini merupakan rata-rata persentase yang diambil dari lima titik pengujian pada waduk Mrica.

3.3.2. Perkiraan Umur Layanan Waduk Berdasarkan Kapasitas Tampungan Mati (Dead Storage)

Perkiraan dengan menggunakan metode dead storage ini didasarkan pada penentuan tipe waduk kemudian berat volume keringnya dianalisis berdasarkan

(38)

formula Miller (1953) dalam USBR (1973) pada Persamaan 2.4., dan Strand (1974) pada Persamaan 2.5.setelah pengolahan data persentase bed load material. Perkiraan umur layanan waduk ini menggunakan berat volume kering yang terbesar berdasarkan analisis kedua formula tersebut, selanjutnya dengan laju sedimen dianggap tetap dan akumulasi pengurangan (sisa) kapasitas waduk dari awal tahun 1988 sampai memenuhi kapasitas tampungan mati (dead storage) dengan asumsi awal 10 juta m3 dan juga sedimen inflow serta trap efficiency waduk Mrica dengan cara trial error, sehingga diperoleh umur layanan waduk Mrica.

3.3.3. Perhitungan Umur Layanan Waduk Berdasarkan Distribusi Sedimen Distribusi endapan sedimen ini menggunakan data elevasi, luas dan kapasitas waduk pada tahun 1988 dan 2004, selanjutnya berdasarkan penentuan tipe waduk (m) dengan variabel yang dicari yaitu kedalaman relatif (p) , dan luas relatif (Ap) untuk menentukan elevasi nol baru.

Penentuan elevasi dasar atau nol baru berdasarkan volume sedimen yang selama operasional (16 tahun). Langkah awal dengan memperhitungkan Fh dan tiap kedalaman relatifnya, selanjutnya diplotkan pada grafik hubungan antara Fh dengan kedalaman relatif sehingga berpotongan atau mendekati grafik tipe waduk 2 maka didapatkan kedalaman relatif nol baru. Langkah kedua kedalaman relatif itu digunakan untuk menentukan elevasi nol baru dari hasil interpolasi.

Perkiraan umur layanan waduk dari elevasi nol baru ini dicari faktor K sebagai acuan sedimen yang terdistribusi harus sama dengan sedimen selama umur yang ditinjau.

(39)

Faktor K ini dicari dengan cara trial error sampai diperoleh hasil sedimen yang sama dan hasil distribusi sedimen selama umur yang ditentukan dan hasil tersebut ditabulasikan, apabila pada umur perkiraan tersebut kurang memenuhi atau melebihi sesuai dengan parameter level intakenya maka dilakukan trial error lagi.

(40)

3.4. Flow chart penelitian

Langkah-langkah perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada flow chart berikut ini.

Gambar 3.1. Flow chart Perhitungan Dead Storage Sedimen

Start

Data persentase material endapan sedimen

1. Data sedimen Inflow tahunan 2. Data kapasitas tampungan 3. Data tampungan mati

Inflow Aliran tahunan (I) = koef.run off x Curah hujan

rata-rata x catchment area Penentuan tipe operasi waduk

Tipe waduk

Jenis Operasi waduk 1

2 3 4

Sedimen selalu terendam atau hampir terendam

Umumnya darw down waduk sedang Waduk umunya kosong

Sedimen dasar sungai

Trap Efficiency

Grafik Gunnar Brune (1953) Berat volume kering

Waktu untuk mengisi dead storage tiap 10 x 106 m3

(

TrapEfficiency Sedimen Inflow

)

Sedimen Volume

× =

Perkiraan Usia waduk T≈ Σ tahun (Wbt)

(41)

Gambar 3.2. Flow Chart Perhitungan Prediksi Distribusi Endapan Sedimen

Start

Data elevasi, luas dan kapasitas waduk Data vol. sedimen yang mengendap T tahun

Klasifikasi tipe waduk (m)

Tipe Waduk Nilai m

1 3,5 – 4,5 2 2,5 – 3,5 3 1,5 – 2,5 4 1,0 – 1,5 Hitungan nilai F(h)

(

)

(

H Δh

)

Vh S F × − =

(

)

n m 1 p p C Ap= × −

Penetuan elevasi dasar waduk setelah T tahun dengan memplotkan pada grafik

Cara Borlan dan Miller

Tipe Waduk C m n 1 3,417 1,5 0,2 2 2,324 0,5 0,4 3 15,882 1,1 2,3 4 4,232 0,1 2,5 Cara Lara Tipe Waduk C m n 1 5,047 1,85 0,36 2 2,487 0,57 0,41 3 16,987 -1,15 2,32 4 1,486 -0,25 1,34

Mengkonversi luas relatif ke dalam luas endapan sedimen sebenarnya dengan mengalikan faktor K

tersebut Elevasi pada Relatif Luas Baru Dasar Elevasi pada Asli Waduk Luas K=

Hitung volume relatif

(

)

i ΔElevas 2 A2 A1 K= + ×

Volume enadapan sedimen hasil prediksi = volume endapan sedimen sebenarnya (S1 = S)

Mencari Nilai K baru

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = S2 S1 K1 K2

Luas Waduk baru =Luas Waduk original – Luas endapan

Volume Waduk baru = Volume waduk original – vol. endapan sedimen

Finish Ya

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tipe Waduk

Hubungan kedalaman dengan kapasitas waduk Mrica dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1., dengan persamaan y = 2,65 x + 194,24 yang merupakan persamaan linier, sehingga nilai slope (m) sebesar 2,65. Berdasarkan Tabel 2.7. maka waduk dengan slope (m) 2,65 termasuk tipe 2 yaitu flood plain foot hill yang berarti waduk tersebut selalu terairi. Sedangkan menurut Lane-Kozler dalam USBR (1973) tipe waduk tersebut pengoperasiannya pada umumnya draw down normal, dan menurut Yang (1999) sedimen dalam waduk ini di dominasi oleh partikel lanau (silt).

y = 2,652x + 194,24 R2 = 0,9183 100,00 1.000,00 0 50 100 150 200 Kapasitas dalam 105 (m3) K e da la ma n (m )

(43)

4.2. Berat Volume Kering (Bulk density)

Besarnya berat volume kering sedimen dipengaruhi oleh persentase bed material yang terdiri dari : lempung (clay), lanau (silt), dan pasir (sand) yang

mengendap di dalam waduk.

Besarnya berat volume kering merupakan pengendapan sedimen yang mengendap, akibat terjadinya konsolidasi dan pemadatan sedimen. Penentuan berat volume kering dapat diketahui seiring waktu yang bertambah dari umur operasional waduk..

Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis berat volume kering dengan menggunakan formula Miller dan Strand diperoleh pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Berat Volume Kering berdasarkan rumus Miller dan Strand

Miller Strand Waktu,T (Tahun) WT (Kg/ m3 ) WT (Kg/ m3) 16 892,85 932,434 60 909,29 974,175

Menurut tabel tersebut digunakan umur 16 tahun karena sebagai patokan lamanya operasional yang ditinjau sedangkan umur 60 tahun merupakan umur rencana dari Waduk Mrica. Berdasarkan hasil analisis tersebut digunakan berat volume kering menurut Strand (1973) yaitu ; 932,434 Kg/m3 untuk waktu T = 16 tahun dan 974,175 Kg/m3 untuk T = 60 tahun.

Hal itu digunakan karena berat volume kering yang besar maka kecepatan pengendapan bed load akan semakin cepat, sehingga volume tampungan mati akan segera terisi sedimen yang pada akhirnya memperpendek umur layanan waduk.

(44)

4.3. Umur Layanan Waduk berdasarkan tampungan mati (Dead Storage) y = -0.0293x2 + 4.6301x - 0.0349 R2 = 1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 2 4 6 8 10 12 Waktu, T (Tahun) V ol u m e S e di m e n (J ut a m e te r Ku b ik ) 10,43 dead storage

Gambar 4.2. Hubungan volume sedimen terhadap umur layanan waduk

Berdasarkan Gambar 4.2. volume sedimen yang terjadi pada setiap tahunnya semakin bertambah besar. Sesuai dengan grafik tersebut, diperoleh umur layanan waduk 10,43 tahun dengan volume sedimen 45.034.267 m3, sehingga sedimen menutup volume tampungan waduknya. Hal ini bertolak belakang pada umur layanan waduk yang telah melampaui umur operasional yang di tinjau tahun 2004 (16 tahun), hal ini disebabkan pada perhitungan awal tidak memperhitungkan flushing, sehingga laju sedimen yang mengendap di dalam waduk di anggap konstan yaitu 4,42 juta m3 per tahunnya.

4.3. Umur Layanan Waduk berdasarkan Distribusi Sedimen

4.4.1. Distribusi endapan di dasar waduk berdasarkan pengukuran langsung Volume sedimen selama 16 tahun yang diperoleh (70,799 juta m3) digunakan pada the empirical area reduction method untuk menghitung besarnya

(45)

distribusi sedimen berdasarkan tipe atau bentuk waduk dan akumulasi laju sedimen pada tiap-tiap luasan tampungan dan besarnya kapasitas tampungan.

Perkiraan umur yang digunakan adalah umur operasional selama 16 tahun dan 60 tahun, kemudian apabila pada umur tersebut masih layak maka dilanjutkan pada perkiraan umur yang ditentukan.

4.4.2. Elevasi Baru

A. Umur layanan waduk saat 16 tahun

Hasil analisa pada umur operasional selama 16 tahun diperoleh elevasi nol baru sekitar + 188,57 m, hal itu berarti bahwa pada saat umur 16 tahun ini kedalaman waduk Mrica bertambah sekitar + 28,57 m dari elevasi awal umur waduk tahun 1988 (sesuai dengan lampiran 15), dengan acuan volume sedimen selama 16 tahun adalah 70.799.992 m3, sedangkan untuk kedalaman relatif (p) baru diperoleh sebesar + 0,351 m (lampiran 9 dan 16).

Hasil dari perhitungan tersebut kemudian divalidasikan (Lampiran 15) dengan hasil pengukuran tahun 2004, maka diperoleh sebesar 4,387 % terhadap perhitungan dengan menggunakan the area empirical area reduction method sehingga hal ini dapat dikatakan bahwa dengan metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan umur layanan saat sedimen menutupi level intake berikut validasi antara perhitungan dari umur rencana (tahun 1988) sampai umur operasional (2004) pada Gambar 4.3., saat umur 16 tahun ini elevasi nol barunya (+ 188,57 m) masih di bawah level intake (+ 206,00 m), sehingga waduk ini masih bisa beroperasional kemudian dari umur 16 tahun ini dapat diperkirakan lagi pada saat umur berapa tahun sedimen menutupi volume tampungan matinya atau dikatakan

(46)

level intakenya tertutup yang menyebabkan fungsional dari operasi waduk mati

total. Menurut Kironoto (2000), bahwa waduk dengan kapasitas sedang dalam memprediksikan distribusi sedimennya dapat menggunakan the empirical area reduction. 150 175 200 225 250 0 25 50 75 100 125

Kapasitas w aduk (juta m eter kubik)

E

levasi

(

m

)

Berdasarkan pengukuran pada Tahun 2004

Perhitungan pada Tahun 2004

Gambar 4.3. Grafik perbandingan antara distribusi sedimen hasil pengukuran dengan hasil perhitungan umur operasi 16 tahun

Berdasarkan hasil dari perhitungan the empirical area reduction pada umur 16 tahun ini belum diperoleh volume sedimen yang menutup volume matinya karena elevasi nol baru akibat sedimen ini masih dibawah level intake, sehingga perlu di coba-coba lagi sampai dengan tahun ke-60 (umur rencana) untuk menentukan kelayakan waduk Mrica.

B. Umur layanan waduk saat 60 tahun (umur rencana)

Berdasarkan analisis dengan perkiraan umur operasional 60 tahun (umur rencana) diperoleh hasil perhitungan elevasi nol barunya + 220,00 m dan

(47)

kedalaman relatif barunya (p) yaitu + 0,80 m, hal itu menunjukkan pertambahan yang besar dari elevasi awal yaitu + 160,00 m pada waduk Mrica.

Kenaikan elevasi nol baru tersebut, mengakibatkan pertambahan volume sedimen selama 60 tahun, yaitu sebesar 265,2 * 106 m3 dengan perkiraan laju sedimen tetap yaitu 4,42 m3/tahun. Selanjutnya berdasarkan perkiraan distribusi sedimennya, diperoleh hasil perhitungan yaitu sebesar – 77,58 * 106 m3 pada elevasi maksimum + 235,00 m, angka negatif tersebut menunjukkan bahwa volume sedimen telah melampaui volume waduk maksimum pada level puncak, sehingga waduk pada umur ini sudah menjadi daratan akibat tertutup oleh sedimen yang melebihi kapasitasnya.

Pada perkiraan umur rencana (60 tahun) terdapat perbedaan yang sangat besar antara elevasi nol baru dengan level intakenya, sehingga perlu dilakukan analisis ulang pada perkiraan umur 27 dan 41 tahun.

C. Perkiraan umur layanan waduk saat 27 dan 41 tahun

Menurut perhitungan pada perkiraan umur 27 tahun ini diperoleh kedalaman relatifnya yaitu + 0,481 m dan elevasi nol barunya + 198,03 m, elevasi nol baru ini menunjukkan pertambahan sekitar + 38,03 m dari elevasi awal waduk Mrica.

Elevasi nol baru tersebut digunakan untuk memperkirakan distribusi sedimen yang terjadi pada tahun tersebut dengan mengacu langkah perhitungan pada lampiran 13 dan dengan perkiraan sedimen yang terjadi sebesar 119,34 * 106

m3(lampiran 17). Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh volume sedimen pada waduk sebesar 68,272 * 106 m3. Hal itu menunjukkan bahwa pada umur 27

(48)

tahun disribusi sedimen yang tersisa tinggal 68,272 * 106 m3 dari volume waduk yang tersedia sebelum terisi sedimen, tetapi pada umur ini waduk Mrica masih dapat menampung partikel-partikel sedimen yang mengendap pada voleme tampungan matinya sehingga pintu intakenya belum tertutup dan operasional waduk masih bisa berfungsi, hal ini dikarenakan elevasi nol barunya masih di bawah level intake. Sehubungan masih mampu kapasitas waduk menampung sedimen pada umur 27 tahun, maka perlu dilakukan trial error pada umur 41 tahun.

Hasil perhitungan pada umur 41 ini hampir sama mengacu pada perkiraan metode perhitungannya seperti umur 27 tahun, dan hasilnya diperoleh kedalaman relatif + 0,613 m, yang diinterpolasikan sehingga diperoleh elevasi nol baru yaitu + 206,00 m, hal itu menunjukkan bahwa pada elevasi nol baru tersebut sama dengan elevasi level intake waduk Mrica yaitu + 206,00 m sedangkan pada elevasi puncak + 235,00 m kapasitas waduk tersisa sebesar 13,78 juta meter kubik (lampiran 18). Sehingga dapat dikatakan pada umur 41 tahun tersebut waduk Mrica sudah mulai tidak berfungsi untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan penyuplai irigasi secara optimal.

Sebagai perbandingan distribusi sedimen pada umur yang telah diperkirakan yang ditinjau dari elevasi nol baru dapat digambarkan pada Gambar 4.4.

(49)

185.00 190.00 195.00 200.00 205.00 210.00 215.00 220.00 225.00 2004 2024 2044 Waktu, T (Tahun) E levasi N o l B a ru ( m ) 2029 + 206,00 level intak e

Gambar 4.4. Perbandingan kondisi perkiraan distribusi sedimen pada tahun yang diperkirakan

Berdasarkan Gambar 4.4. menunjukkan bahwa distribusi sedimen yang terjadi di waduk Mrica semakin meningkat pada tiap tahunnya dan elevasi dasar waduk bertambah dangkal. Patokan perkiraan umur yang digunakan adalah pada tahun 2029 dari awal tahun

Perkiraan umur tersebut ternyata tidak sesuai dengan umur yang direncanakan perencana sehingga diperlukan peninggian level intake untuk memperlambat atau mencapai umur rencana yang diinginkan. Hal itu terjadi dikarenakan perubahan tata guna lahan yang sudah berubah di hulu DAS akibat erosi, maka berdampak laju sedimen di daerah tangkapan waduk (DTW) yang semakin cepat terjadi di hilir. Menurut Bupati Banjar Negara M Djasri dikutip dalam Harian Kompas (2005), menyatakan bahwa dampak yang lebih jauh dari pengelolaan sumber daya lahan di daerah tangkapan waduk tidak hanya

(50)

disebabkan oleh tingkat sedimentasi di hilir waduk saja tetapi akibat kerusakan dan degredasi lingkungan disekitar DAS yang sangat parah.

Analisis perkiraan umur waduk Mrica diperlukan sebagai bahan pertimbangan dan antisipasi dalam perencanaan waduk yang baru, dan juga dalam penanganan masalah sedimentasi ini sudah tidak bisa ditangani secara teknis dan ekonomisnya. Dalam hal ini yang berpengaruh dalam memperkirakan distribusi endapan waduk ditentukan oleh waktu lamanya waduk beroperasi dan yang paling utama adalah faktor tata guna lahan yang berubah di hulu daerah aliran sungai (DAS).

Tabel 4.2. Perkiraan elavasi pada tahun perkiraan akibat sedimen

Waktu,T(Tahun) Elevasi Nol Baru (m)

2004 188,57 2015 198,03 2029 206,00 2048 220,00

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa elevasi akan terus bertambah setiap tahunnya sehingga pintu intake lambat laun akan tertutup sampai waktu yang telah ditentukan yaitu pada tahun 2029. Disamping itu laju sedimen pun akan terus bertambah, dan akan melebihi kapasitas tampungan waduk.

Perbandingan dari hasil perkiraan umur layanan waduk Mrica dengan menggunakan dua metode yaitu dead storage dan the empirical area reduction terlihat pada Tabel 4.3.

(51)

Tabel 4.3. Hasil perkiraan umur layanan dengan metode dead storagedan the empirical area reduction

Metode Waktu, T (Tahun)

Cara Dead Storage 10,43 Cara The Empirical Area Reduction 41

Hasil perkiraan kedua metode seperti pada Tabel 4.3., terlihat jelas perbedaan yang sangat jauh, hal ini karena pada metode dead storage tidak memperhitungkan volume sedimen yang terbuang oleh flushing sebesar 81.608,43 m3/tahun (Lampiran 22), sedangkan pada metode the empirical area reduction mengacu pada volume sedimen yang mengendap setelah dikurangi oleh volume flushing pada tahun operasional yang ditinjau berdasarkan pengukuran echo

sounding.

Sehingga usaha-usaha untuk mencapai umur rencana waduk antara lain dapat dilakukan dengan flushing, yaitu dengan penggelontoran sedimen pada pintu intake waduk sehingga sedimen yang mengendap akan terbuang, akan tetapi hal ini secara otomatis akan memerlukan debit air yang besar dan dredging yaitu berupa pengerukan sedimen dengan menggunakan peralatan mekanik, tetapi hal ini akan memerlukan biaya operasional yang cukup mahal untuk pelaksanaannya.

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Umur layanan waduk Mrica berdasarkan metode dead storage adalah 10,43 tahun, dengan volume dead storage waduk sebesar 45 * 106 m3 .

2. Umur perkiraan layanan waduk Mrica berdasarkan the empirical area reduction method adalah 41 tahun, dengan volume sedimen sebesar 181,22 *

106 m3.

3. Umur layanan berdasarkan metode dead storage lebih pendek dibandingkan dengan umur layanan berdasarkan metode the empirical area reduction, karena dalam metode dead storage tidak memperhitungkan adanya flushing 5.2. Saran

1. Salah satu solusi untuk memperpanjang atau menyesuaikan dengan umur waduk Mrica yang direncanakan maka diperlukan flushing yaitu dengan menggelontor sedimen yang tertampung di daerah volume mati sebelum menutup pintu intake air atau melakukan tindakan pencegahan erosi di hulu agar tidak terlalu besar.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut perkiraan siklus untuk flushing sediment terhadap perkiraan sedimen setiap tahunnya.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C., 2004. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Fuat, S & Simons, D.B., 1992. Sediment Transfort Technology Water and Sediment Dynamics. Book Crafter, Michigan USA.

Jasri, M., 28 Agustus 2003. Kondisi Daerah Tangkapan Air Waduk Soedirman Amat Parah. Kompas.

Kironoto, B.A., 1997. Hidraulika Transpor Sedimen. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

____________., 2000. Kajian Metode The Empirical Area Reduction untuk Prediksi Distribusi Endapan Sedimen pada Beberapa Waduk dengan Karakteristik Berbeda. Jurnal Forum Teknik Jilid 24.

Linsley, Jr. R.K., 1996. Hidrologi untuk Insinyur. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mardjikoen, P., 1987. Transpor Sedimen. PAU Ilmu Teknik Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Qohar, Abdul., 2002. Prediksi Umur Layanan Waduk Kedungombo Akibat Sedimen. Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rouf, A., Metode Pengukuran Sediment Transfort Dan Analisa Sedimen Di Laboratorium. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Semarang.

Soemarto, C.D., 1995. Hidrologi Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sudjarwadi., 1987. . Teknik Sumber Daya Air PAU Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

_________., 1989. Operasi Waduk. PAU Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sukresno & N.A. Rahardiyan., 2001. Evaluasi Sumber-Sumber Erosi Sedimentasi Di Waduk Wonogiri. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta.

USBR. 1973., Design of Small Dams, second edition. Oxford and IBH Publishing, New delhi

(54)

Wuryanata, A. & Pramono, I.B. 2002, Identifikasi Kekeruhan Air Waduk Gadjah Mungkur dengan Menggunakan Citra Digital Landsat 7 ETM+. Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB, Surakarta.

Yang, C.T. 1999. Sediment Transport & Practice. Mc Graw Hill. USA

(55)

Lampiran 1. Hubungan Antara Elevasi dengan Luas dan Volume Waduk tahun 1988

Data Awal Tahun 1988 Elevasi (m) Luas, Ah (106m2) Kapasitas,Vh (106m3) 235.000 12.910 187.620 234.500 12.240 179.620 234.000 11.600 171.930 233.500 10.990 164.230 233.000 10.410 156.540 232.500 9.860 151.750 232.000 9.350 147.510 231.000 8.420 141.250 228.000 6.720 117.450 225.000 5.890 98.610 224.500 5.700 96.110 220.000 5.690 73.840 215.000 3.320 55.100 210.000 2.610 40.280 206.000 2.410 28.630 205.000 2.050 22.630 200.000 1.500 19.740 195.000 1.140 13.140 190.000 0.840 8.190 185.000 0.550 4.710 180.000 0.400 2.330 175.000 0.130 1.020 170.000 0.080 0.490 165.000 0.050 0.150 160.000 0.010 0.000

(56)

Lampiran 2. Hubungan Antara Elevasi dengan Luas dan Volume Waduk tahun 2004

Data Pengukuran Tahun 2004 Elevasi (m) Luas, Ah (106m2) Kapasitas, Vh (106m3) 234.500 12.240 116.820 234.000 11.600 110.860 233.500 10.990 105.212 233.000 10.410 99.862 232.500 9.860 94.795 232.000 9.350 89.992 231.000 8.260 81.187 228.000 5.430 60.650 225.000 3.765 46.856 224.500 3.522 45.034 220.000 2.482 31.524 215.000 1.761 20.914 210.000 1.242 13.402 206.000 1.194 8.527 205.000 1.001 7.429 200.000 0.638 3.328 195.000 0.373 0.798 190.720 0.000 0.000

(57)
(58)

Lampiran 4. Data Teknis Waduk PB. Soedirman Proyek PLTA Mrica Banjarnegara Jawa Tengah

a. Elevasi muka air normal : + 235, 00 m b. Elevasi muka air penuh : + 224, 00 m c. Elevasi muka air rendah : + 231, 00 m d. Elevasi muka air banjir : + 229, 75 m e Luas genangan : 8.258.253 m2 f. Isi waduk (gross storage) : 187.620.000 m3

g. Isi mati (dead storage) : 45.034.267 m3 h. Persentase bed material di waduk Mrica

Sumber : Lab. Lingkungan Unsoed (2002)

No Jenis Material Persentase Material (%)

1 Lempung (Clay) 48,59

2 Lanau (Silt) 49,58

(59)

Lampiran 5. Lay Out Waduk PB. Soedirman dan

Peta Daerah Tangkapan Air Waduk

PB. Soedirman

(60)

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Sedimen berdasarkan pada data teknis a. Inflow rata-rata (I) = 848,38 . 106 m3.

b. Volume sedimen selama 16 tahun = volume waduk tahun 2004 – Volume waduk tahun1988

= 187.620.000 m3 – 116.820.008 m3 = 70.799.992 m3

c. Kapasitas dead storage = A – B

= ( 81.187.082 – 36.152.815 ) = 45.034.267 m3

Keterangan :

A = Volume total waduk (m3) B = Volume air efektif (m3) d. Kapasitas rasio inflow adalah :

• Tahun 1988 (C/I) = 000 . 380 . 848 000 . 620 . 187 = 0,225 • Tahun 2004 (C/I) = 000 . 380 . 848 008 . 820 . 116 = 0,140

Rata-rata inflow (C/I) = 0,1825

e. Laju sedimen pertahun = 70,799 / 16 = 4,42 m3 / tahun f. Inflow sedimen = 4,42 * 106 / 0,91

= 4,25 * 106 m3 / tahun atau

(61)

Lampiran 7. Perhitungan Berat Volume Kering a. Berat Volume Kering menurut Miller

Menentukan W1 (Berat volume kering awal) : W1 = Wc.Pc + Wm.Pm + Ws.Ps

W1 = 561 . 0,4859 + 1140 . 0,4958 + 1550 . 0,0183 W1 = 866,17 Kg/m3

Menentukan faktor K1, sebagai berikut : K1 = Kc.Pc + Km.Pm + Ks.Ps K1 = 35 . 0,4859 + 29 . 0,4958 + 0 . 0,0183 K1 = 31,3847 Untuk T = 16 tahun

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K1 0,4343 W1 WT

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = Ln16 1 1 16 16 31,3847 * 0,4343 W1 WT = WT 892,85 Kg/m3 T= 60 tahun

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K1 0,4343 W1 WT

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = Ln60 1 1 60 60 31,3847 * 0,4343 W1 WT = WT 909,29 Kg/m3

b. Berat Volume Kering menurut Strand

Menentukan W1 (Berat volume kering awal) :

(

c Pc m Pm s PS

)

W1=16,01794γ ∗ +γ ∗ +γ ∗

(

35 0,4859 71 0,4958 97 0,0183

)

01794 , 16 1= ∗ + ∗ + ∗ W 703 , 864 1= W Kg/m3

Menentukan faktor K2, sebagai berikut : K2 = Kc. Pc + Km. Pm + Ks. Ps

(62)

K2 = 4,974 Untuk T = 16 tahun

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K2 6,9566 W1 WT

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = Ln16 1 1 16 16 4,974 * 6,9566 864,703 WT 932,434 WT= Kg/m3 Untuk T = 60 tahun

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = LnT 1 1 T T K2 6,9566 W1 WT

)

(

⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ − + = Ln60 1 1 60 60 4,974 * 6,9566 864,703 WT 974,175 WT= Kg/m3

Analisis berat volume kering digunakan yang paling menentukan yaitu WT = 932,434 Kg/m3 dan WT = 974,175 Kg/m3 .

(63)

Hasil analisis berat volume kering (bulk density) secara rinci

Tahun Ke- WT (Kg/m3) Tahun Ke- WT(Kg/m3)

1 865 31 953 2 878 32 954 3 887 33 955 4 894 34 956 5 899 35 957 6 904 36 958 7 908 37 958 8 912 38 959 9 915 39 960 10 918 40 961 11 921 41 962 12 923 42 962 13 926 43 963 14 928 44 964 15 930 45 965 16 932 46 965 17 934 47 966 18 936 48 967 19 937 49 967 20 939 50 968 21 941 51 969 22 942 52 969 23 943 53. 970 24 945 54 970 25 946 55 971 26 947 56. 972 27 948 57 972 28 949 58. 973 29 951 59 973 30 952 60 974

(64)
(65)

Lampiran 9. Penjelasan langkah-langkah perhitungan metode dead storage

Kolom1 = Kapasitas tampungan mati diperoleh dari data, yang kemudian berkurang kapasitasnya sebesar 10 juta m3 sampai dengan kapasitas tampung mati terpenuhi.

Kolom 2 = Volume sedimen kumulatif Kolom 3 = Inflow aliran tahunan (I)

Kolom 4 = Perbandingan antara kapasitas dengan inflow aliran tahunan (C/I) Kolom 5 = Trap efficiency diperoleh dari grafik Brune

Kolom 6 = Angkutan sediment inflow aliran tahunan diperoleh dari data rata-rata tahunan yang mengendap selama 16 tahun operasi

Kolom 7 = Kolom 6 dikali besarnya bulk density selama 16 tahun Kolom 8 = Berat volume kering (bulk density) pada tahun ke-T Kolom 9 = Sedimen inflow berasal dari Kolom 7 dibagi Kolom 8 Kolom 10 = Tahun yang diperoleh pada coba-coba

(66)

Lampiran 10. Grafik Fh umur 16 dan 60 tahun 0.001 0.1 10 1000 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Kedalam an Relatif (p) K e da la m a n unt uk F ungs i (Fh)

Tipe 1 tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 T16

Grafik nilai Fh dan p umur operasi waduk 16 tahun

0.001 0.1 10 1000 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 Kedalam an Relatif (p) K e da la m a n un tu k F u n g s i (F h)

Tipe 1 tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 T60

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Penggolongan Angkutan Sedimen (Rouf, 2004)
Gambar 2.2. Distribusi Vertikal Konsentrasi Angkutan Sedimen (Rouf, 2004) C
Gambar 2.3. Hidrograf Debit Air dan Konsentrasi Suspended load (Rouf, 2004)
Tabel 2.1.Pembagian Tipe Waduk Berdasarkan Cara Pengoperasiannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menceritakan kepada kami, Abū al- Yamān, memberitakan kepada kami Syu’aeb dari al-Zuhrī, dia berkata: Muhammad bin Zubair bin Muţ’im menceritakan bahwa Mu’āwiyah

Dampak yang timbul dengan adanya jembatan suramadu pada pertumbuhan penduduk tumbuhnya kawasan pemukiman baru di kabupaten bangkalan seperti di daerah burneh

Metode yang digunakan yaitu dengan cara mengevalusi serta membandingkan rencana penambangan dan realisasi produksi yang tercapai pada bulan Januari 2018 untuk menganalisis

Judul penelitian yang ketiga yaitu “Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Pada Pembelajaran Fiqih Kelas X Madrasah Aliyah Negeri MAN Malang 1” yang ditulis

Väestö Simuloidaan kunkin henkilön väestötila ja koulutustaso tarkastelujakson jokai- selle vuodelle. Ansio Simuloidaan työllisten henkilöiden ansiot tarkastelujakson

Pembuatan mesin ini untuk meningkatkan kualitas serta produktifitas, kurangnya kebersihan pada proses pencucian part internal alat berat serta membutuhkan waktu yang lama

Dalam ajaran Confucius, terdapat lima jenis perhubungan baik yang menetapkan peranan individu dalam masyarakat iaitu pemerintah kepada rakyat, ibu bapa dan anak, suami dengan

Kandungan protein didalam tepung ubi jalar ungu ini lebih sedikit dibandingkan dengan tepung terigu karena disebabkan adanya pencucian pada saat sebelum dikupas