• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU SAKU FINAL rev mores.indd 1 20/11/

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU SAKU FINAL rev mores.indd 1 20/11/"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Cetakan Pertama, Copyright © 2019,

(4)

Dalam rangka meningkatkan kapasitas mitigasi serta efektivitas dan efisiensi penanganan krisis kepariwisataan, khususnya di destinasi yang terdampak, diperlukan penguatan jaringan koordinasi antar-Pemerintah Pusat beserta pemangku kepentingan di daerah yang mencakup unsur Pentahelix. Untuk itu, perlu dibentuk Manajemen Krisis Kepariwisataan Daerah. Guna mengatur dan menyediakan payung hukum pembentukan Manajemen Krisis Kepariwisataan Daerah tersebut, telah saya sahkan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2019 tentang Manajemen Krisis Kepariwisataan. Sementara sebagai pedoman prosedur penyelenggaraannya, pada tahun 2018 Kementerian Pariwisata telah menerbitkan SOP Pengelolaan Krisis Kepariwisataan. Saya menyambut baik penerbitan buku ini dengan harapan dapat menjadi pedoman penyelenggaraan

KATA PENGANTAR

(5)

Manajemen Krisis Kepariwisataan lainnya, yakni SOP Pengelolaan Krisis Kepariwisataan, Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2019

tentang Manajemen Krisis Kepariwisataan, Buku Panduan Manajemen Krisis Kepariwisataan, dan Motion Graphic yang berisi intisari tentang Manajemen Krisis Kepariwisataan.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang mendukung proses penyusunan buku ini. Semoga Allah SWT memberkati kerja kita dan dapat bermanfaat dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Salam Pesona Indonesia Jakarta, September 2019

Menteri Pariwisata Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc

(6)

Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting sejalan dengan perkembangan dan kontribusi sektor pariwisata melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Meski perannya signifikan bagi perekonomian daerah dan negara, keberlangsungan ekosistem pariwisata di Indonesia masih sangat rentan terhadap berbagai gangguan dan bencana yang kalau tidak dikelola dengan baik dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata.

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2019 tentang Manajemen Krisis Kepariwisataan, maka untuk memudahkan pemahaman lebih

(7)

Buku ini merupakan satu kesatuan yang dapat menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta para pemangku kepentingan pariwisata dalam mencegah, menangani, serta mengevaluasi krisis

kepariwisataan agar kepariwisataan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dapat terlindungi dan berkesinambungan.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, serta seluruh pihak yang telah mendukung proses penyusunan Buku Panduan dan Buku Saku Manajemen Krisis Kepariwisataan ini dan berharap buku-buku ini dapat menjadi pedoman dalam mengelola krisis kepariwisataan di Indonesia.

Jakarta, September 2019 Plt. Sekretaris Kementerian

(8)

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Cetakan Pertama, Copyright © 2019, Jakarta – Indonesia. Buku Saku Manajemen Krisis Kepariwisataan,

Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Dokumen ini diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Diperbolehkan mencetak ulang, mengutip sebagian atau keseluruhan isi dengan izin, kecuali untuk tujuan komersil.

Kementerian Pariwisata RI Gedung Sapta Pesona

Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Kota Jakarta Pusat,

DKI Jakarta 10110 www.kemenpar.go.id Pengarah

Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc. Penanggung Jawab

Dra. Ni Wayan Giri Adnyani, M.Sc. Ketua Tim Penyusun

Guntur Sakti, S.Sos, M.Si. Editor

Herry Rachmat Widjaja, S.Sos., M.M.Par.

(9)

Juwita Sari

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup

Bab II

Kerangka Kerja

Manajemen Krisis Kepariwisataan

A. Fase Kesiapsiagaan dan Mitigasi B. Fase Tanggap Darurat

C. Fase Pemulihan D. Fase Normalisasi

BAB III

Pusat Krisis Kepariwisataan

A. Pengertian dan Kewenangan B. Koordinasi Dinas Pariwisata dengan

Kementerian Pariwisata C. Pelibatan dan Integrasi

Pemangku Kepentingan D. Daftar Nomor Penting,

Kanal Media Resmi,

dan Aplikasi Kedaruratan Instansi

1 2 4 5 12 15 21 29 32 34 35 38 40 48

DAFTAR ISI

(10)
(11)

Pariwisata Indonesia menjadi salah satu sektor perekonomian yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Pada 2015, industri pariwisata menyumbang devisa sebesar USD12,23 miliar atau setara Rp169 triliun dan berada pada urutan keempat penyumbang terbesar setelah migas, minyak kelapa sawit, dan batu bara[1]. Pada 2018, devisa yang disumbangkan oleh sektor pariwisata naik menjadi USD17,6 miliar dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 15,8 juta[2].

Berkaitan dengan aspek ekonomi tersebut, sektor pariwisata juga dikenal sebagai salah satu sektor dengan multiplier effect terbesar. [1] Ranking Devisa Pariwisata terhadap Komoditas Ekspor Lainnya.

2018. Jakarta: Kementrian Pariwisata

[2] Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Desem-

ber 2018. Berita Resmi Statistik: Badan Pusat Statistik No. 12/20/ Th.XXII, 01 Februari 2019

(12)

Perkembangan destinasi pariwisata di suatu daerah dapat memberikan dampak ekonomi secara simultan. Sebaliknya, bila ekosistem pariwisata terganggu, performa kinerja pariwisata dapat menurun dan berdampak luas, khususnya secara ekonomi. Dampak yang paling dramatis dan teramati secara nyata adalah menurunnya jumlah kunjungan wisatawan yang kemudian akan diikuti oleh lesunya perekonomian.

Menyikapi hal tersebut, sejak 2017, Kementerian Pariwisata berupaya

mengembangkan suatu pendekatan sistematis yang bertujuan untuk membangun kapasitas ekosistem pariwisata dalam menghadapi ancaman dan risiko krisis yang selanjutnya disebut Manajemen Krisis Kepariwisataan (MKK). Sebagai pedoman dalam rangka pengelolaan krisis di sektor pariwisata,

MKK perlu dipahami dan disadari oleh semua pihak sebagai sebuah kebutuhan penting

(13)

berkelanjutan. Keterlibatan seluruh pihak, mencakup pemerintah, pelaku bisnis, komunitas, akademisi, dan media, sangat penting, mengingat setiap pihak memiliki peran yang saling melengkapi dalam pengelolaan krisis kepariwisataan.

1. Tujuan

Menjadi pedoman penyelenggaraan sistem pengelolaan krisis dalam konteks kepariwisataan yang terukur bagi pemangku kepentingan.

2. Sasaran

Meningkatnya pemahaman berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan krisis kepariwisataan.

(14)

Buku saku ini mencakup penjelasan penyebab, skala, kerangka kerja MKK, serta pelibatan pemangku kepentingan. Buku saku ini juga memuat berbagai alternatif tindakan untuk memudahkan pengelolaan manajemen berbasis krisis atau MKK. Adapun kebutuhan dan penyesuaian konten di luar yang telah tercantum dalam buku ini merupakan hak masing-masing pemegang buku saku. 1. Penyebab Krisis Kepariwisataan

Faktor alam:

letusan gunung api;

gerakan tanah;

gempa bumi;

tsunami;

banjir;

(15)

angin puting beliung; dan/atau

bencana alam lainnya di luar kehendak manusia.

Faktor nonalam:

situasi sosial/politik;

kesehatan/wabah penyakit menular;

teknologi;

pencemaran lingkungan;

ekonomi; dan/atau

bencana nonalam lain yang disebabkan perbuatan manusia. 2. Skala Krisis Kepariwisataan

Berdasarkan cakupan dampak dan ekspos citra negatif yang ditimbulkan, krisis kepariwisataan dikategorikan menjadi 3 skala, yaitu:

(16)

a. Skala Kabupaten/Kota

Cakupan dampak krisis terjadi pada satu kabupaten/kota, dan/atau

Citra negatif terekspos dan menyebabkan atensi publik hingga tingkat provinsi. b. Skala Provinsi

Cakupan dampak krisis terjadi pada lebih dari satu kabupaten/ kota pada satu provinsi, dan/atau

Citra negatif terekspos dan menyebabkan atensi publik hingga tingkat nasional. c. Skala Nasional

Cakupan dampak krisis terjadi pada lebih dari satu provinsi, dan/atau

(17)

⦁ Cakupan dampak krisis terjadi pada satu kabupaten/kota

⦁ Citra negatif terekspos hingga tingkat provinsi ⦁ Cakupan dampak krisis lebih dari satu kabupaten/kota

⦁ Citra negatif terekspos hingga tingkat nasional ⦁ Cakupan dampak krisis lebih dari satu provinsi ⦁ Citra negatif terekspos hingga tingkat internasional

(18)

Kesiapsiagaan & Mitigasi Pemulihan Normalisasi Tanggap Darurat Krisis

(19)

3. Kerangka Kerja

Fase Kesiapsiagaan dan Mitigasi: fase ketika kinerja ekosistem pariwisata berjalan normal atau berada pada tahapan prakrisis. Dalam fase ini dilakukan upaya kesiapsiagaan dan mitigasi atau pengurangan potensi dampak yang mungkin timbul akibat krisis.

Fase Tanggap Darurat: fase krisis yang memerlukan tindakan penanganan sesegera mungkin. Penentuan status tanggap darurat krisis dilakukan oleh Menteri Pariwisata atau Kepala Daerah, yang dapat dilanjutkan dengan aktivasi Pusat Krisis Kepariwisataan/

Tourism Crisis Center (TCC).

Fase Pemulihan: fase pada tahapan pascakrisis atau setelah diputuskan berakhirnya Fase Tanggap Darurat.

(20)

Pada fase ini dilakukan upaya pengembalian kinerja ekosistem pariwisata.

Fase Normalisasi: fase ketika kinerja ekosistem pariwisata mulai diupayakan berjalan kembali secara normal dengan mengadaptasi konsep mitigasi kejadian krisis sebelumnya.

(21)

Bab II

Kerangka Kerja

Manajemen

Krisis

(22)

Dalam fungsinya menghadapi ancaman dan risiko krisis, MKK memiliki dimensi yang mencakup waktusebelum, saat,

dansetelah krisis kepariwisataan terjadi. Dengan paradigma ini, kegiatan pengelolaan krisis didorong untuk mampu terlaksana secara tepat sasaran, efisien, serta

berkelanjutan. Pilihan tindakan melalui pendataan yang baik pada fase Kesiapsiagaan dan Mitigasi misalnya, akan memengaruhi kecepatan penanggulangan krisis pada fase Tanggap Darurat. Begitu pula dengan penerapan pembelajaran masa krisis dalam perencanaan pengembangan ekosistem pariwisata pada fase Pemulihan akan mampu menciptakan ketangguhan dalam menghadapi krisis serupa.

(23)

Fase Kesiapsiagaan & Mitigasi • Inventarisasi profil destinasi • Koordinasi • Sinkronisasi • Implementasi • Evaluasi • Kegiatan pariwisata berjalan normal • Asesmen/ Penilaian Krisis • Kehumasan & Pelayanan • Analisis Dampak Krisis • Pemulihan SDM & Industri • Pemulihan Destinasi (3A) • Pemulihan Pemasaran Fase Tanggap Darurat Fase Pemulihan Fase Normalisasi

(24)

1. Inventarisasi Profil Destinasi.

Data dasar yang dapat diinventarisasi antara lain:

Profil A3

Potensi krisis

Pemangku kepentingan terkait krisis

Destinasi lain (letak geografis

In

ventarisasi

(25)

• Atraksi • Aksesibilitas • Amenitas • Alam • Nonalam

• Ekosistem pariwisata (industri dan komunitas) • Rumah sakit/ fasilitas kesehatan terdekat • Kepolisian/TNI

• OPD terkait: Dinas PUPR, BPBD, Badan SAR • Media/radio komunikasi

• Akademisi

• Daftar destinasi terdekat • Jarak tempuh antardestinasi

(26)

2. Koordinasi 3. Sinkronisasi Membentuk forum koordinasi MKK & melaksanakan sosialisasi hasil inventarisasi Penyelarasan program/upaya mitigasi terkait potensi krisis Pembuatan PKS lintas instansi (sesuai kebutuhan) Membangun mekanisme/ metode koordinasi sesuai kesepakatan forum

(27)

Penyusunan rencana aksi kesiapsiagaan dan mitigasi secara partisipatif Inventarisasi sumber daya dari tiap elemen forum Koordinasi rutin/ penyelarasan konteks krisis dengan pelibatan multipihak & sesuai karakteristik lokal

(28)

4. Implementasi

Pelaksanaan program mitigasi dan kesiapsiagaan

Mengelola jejaring dengan pemangku kepentingan terkait Menyiapkan dan

mengalokasikan anggaran kebutuhan MKK

Mengelola data dan dokumentasi terkait ekosistem pariwisata

(29)

• Struktural: berbasis fisik seperti sarana,

prasarana, dan fasilitas pendukung lainnya

• Nonstruktural: peningkatan kapasitas SDM

lewat edukasi, sosialisasi, dan diseminasi informasi terkait krisis kepariwisataan • Pelatihan keterampilan terkait MKK

(kehumasan, kaji cepat, dll) • Simulasi, diskusi, dan geladi lapang

• APBN • APBD

(30)

1. Asesmen dan Pemantauan Informasi

Menghimpun data dan mendalami informasi terkait kondisi krisis dari jejaring tepercaya untuk

mengidentifikasi krisis kepariwisataan.

Memantau perkembangan informasi di media massa konvensional maupun media sosial. 5. Evaluasi Pengawasan aplikasi rencana aksi kesiapsiagaan dan mitigasi MKK secara berkala Melakukan pelibatan lintas sektor dalam pelaksanaan evaluasi

(31)

2. Membentuk Pusat Krisis Kepariwisataan (TCC)

Menentukan status krisis, oleh Menteri (pada tingkat nasional) dan Kepala Daerah (pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi).

Membentuk Pokja (Kelompok Kerja) TCC yang bersifat sementara.

Menerbitkan pernyataan awal (holding statement) mengenai krisis dan aktivasi TCC, lalu menyebarkannya Perbaikan

berkelanjutan Pemutakhiranrencana aksi mitigasi dan kesiapsiagaan secara berkelanjutan

(32)

melalui media resmi milik pemerintah maupun kanal media lain.

3. Strategi Komunikasi

Menentukan waktu dan konten konferensi pers.

Berkoordinasi dengan seluruh satuan kerja yang membawahi kanal

pemberitaan resmi untuk menentukan pusat pelayanan informasi.

Melakukan diseminasi informasi.

Situs resmi kementerian atau dinas yang menangani urusan kepariwisataan menyebarluaskan kontak atau keterangan terkait pusat pelayanan informasi (yang telah ditentukan) kepada pers, untuk lalu disebarluaskan ke wisatawan atau pihak lain yang membutuhkan.

(33)

promosi untuk destinasi tidak terdampak yang lokasinya terdekat dan teraman dari destinasi terdampak.

Menugaskan personel ke lokasi terdampak untuk melengkapi informasi dan melakukan kaji cepat dampak krisis di lokasi dengan kebutuhan informasi seperti yang tercantum dalam lampiran. 4. Pelayanan Wisatawan

Atraksi: hiburan bagi wisatawan maupun pelaku industri wisata terdampak yang bertujuan untuk menenangkan kondisi psikologis atas krisis yang dihadapi.

Akomodasi: Pusat Krisis Kepariwisataan bekerja sama dengan sektor swasta/ pihak ketiga maupun OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lain mengalokasikan penginapan gratis atau keringanan

(34)

biaya menginap bagi wisatawan terdampak selama masa krisis sampai mereka dapat dievakuasi ke tempat yang lebih aman atau ke pelabuhan/ bandara tujuan kepulangan.

Transportasi: Pusat Krisis

Kepariwisataan bekerja sama dengan sektor swasta/pihak ketiga maupun OPD lain mengalokasikan kendaraan pada area terjadinya krisis untuk bantuan evakuasi dari lokasi krisis menuju penginapan maupun titik tujuan selanjutnya.

Konsumsi: Pusat Krisis Kepariwisataan bekerja sama dengan sektor swasta/ pihak ketiga maupun OPD lain menyediakan layanan dasar berupa konsumsi dalam kurun waktu tertentu.

(35)

kepada wisatawan lokal maupun mancanegara yang mengalami kerusakan atau kehilangan dokumen administrasi kependudukan seperti KTP, paspor, dll.

5. Analisis Dampak

Pada citra, dilakukan melalui kajian persepsi konsumen/wisatawan dan sentimen berita di media, info internal kementerian atau dinas terkait

kepariwisataan, maupun info dari jejaring informasi lain di lapangan.

Pada potensi kerugian ekonomi sektor pariwisata, dilakukan melalui kajian terhadap 3A pariwisata sebelum dan sesudah krisis, dengan parameter tingkat kunjungan ke atraksi,

jumlah kedatangan/keberangkatan melalui pintu darat, laut, dan udara, hingga tingkat okupansi hotel.

(36)

Asesmen dan Pemantauan Informasi

Data dan informasi

lapangan Menentukanstatus krisis

Membentuk Pokja TCC Pemantauan berita

Membentuk TCC

Menilai status dan

(37)

Strategi Komunikasi Menentukan waktu dan konten konferensi pers Atraksi Akomodasi Transportasi Konsumsi Administrasi Membentuk pusat pelayaan informasi Diseminasi informasi Menugaskan personel ke lapangan Menghentikan promosi destinasi terdampak, mengalihkan promosi ke destinasi tidak terdampak Pelayanan Wisatawan Pada citra Pada kerugian 3A Analisis Dampak

(38)

1. Pemulihan SDM & Industri Pariwisata

Pemulihan SDM pariwisata melalui aktivitas pemulihan trauma (trauma healing) bagi pekerja di sektor pariwisata dan masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi, serta pendampingan pemulihan ekosistem pariwisata.

Pemulihan industri pariwisata melalui relaksasi bidang keuangan berupa keringanan pembayaran kredit/ angsuran atau pemberian pinjaman modal usaha.

2. Pemulihan Destinasi

Cakupan: atraksi, amenitas,

C. Fase Pemulihan

(39)

Perbaikan fisik fasilitas umum melalui koordinasi dengan K/L terkait pada tingkat pusat dan dinas terkait pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 3. Pemulihan Pemasaran

Pencitraan (branding) produk, acara, dan destinasi melalui pergelaran wisata, dan perbaikan destinasi terdampak krisis.

Promosi melalui iklan (advertising) di berbagai media, situs,media sosial, serta pembuatan media promosi lainnya.

Pemasaran (selling) paket wisata melalui kegiatan pameran wisata, misi penjualan, maupun tawaran ke K/L atau OPD lain untuk melakukan kegiatan pada lokasi terdampak pascakrisis.

(40)

Aktivitas pemulihan trauma

Pemulihan atraksi, aksesibilitas, dan amenitas

Pencitraan (branding ) terhadap produk destinasi terdampak krisis

Promosi melalui iklan (advertising) di media, website, dan media sosial Pendampingan pemulihan ekosistem pariwisata

Perbaikan fisik melalui koordinasi dengan kementerian/dinas terkait atau pihak potensial lain

Relaksasi pada bidang keuangan SDM & Industri

Destinasi

Pemasaran

(41)

Dimulai berdasarkan pertimbangan dan kesepakatan ekosistem pariwisata terdampak pada fase pascakrisis.

Berkoordinasi dengan pihak lain untuk melaksanakan berbagai acara di destinasi pascakrisis, seperti

familiarization trip untuk media dan

operator tur guna memopulerkan kembali destinasi terdampak krisis.

Bekerja sama dengan pihak lain untuk membangun kembali ekosistem pariwisata berbasis analisis potensi krisis dan berorientasi pada

peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi krisis pada masa mendatang.

Promosi destinasi

pascakrisis

Wisata

Tangguh

Build Back Better

+

(42)

Bab III

(43)

Pembagian skala krisis kepariwisataan seperti terurai dalam Bab I poin C.2, bertujuan untuk menentukan tingkat kewenangan pelaksanaan MKK dan efektivitas pengelolaan krisis sesuai kewenangan terdekat. Secara umum,

kewenangan Pusat Krisis Kepariwisataan dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Krisis Kepariwisataan Skala Nasional akan ditangani oleh Pusat Krisis Kepariwisataan Nasional; dengan sekurangnya membentuk organisasi yang beranggotakan:

Menteri Pariwisata Pengarah Kelompok Kerja Penelitian dan Penilaian Data Pelayanan Komunikasi dan Diseminasi Informasi Pelaksana Wakil Ketua:Pejabat

Eselon 1 Ketua:

Sekretaris Kementerian

(44)

2. Krisis Kepariwisataan Skala Provinsi akan ditangani oleh Pusat Krisis Kepariwisataan Provinsi; dengan sekurangnya membentuk organisasi yang beranggotakan:

Kelompok kerja dapat beranggotakan elemen lain di luar dinas terkait,

namun tetap dikepalai oleh perwakilan Gubernur Sekda Provinsi Kepala Dinas Pembina Pengarah Pelaksana Kelompok Kerja Penelitian dan Penilaian Data Pelayanan Komunikasi dan Diseminasi Informasi

(45)

3. Krisis Kepariwisataan Skala Kabupaten/ Kota akan ditangani oleh Pusat Krisis Kepariwisataan Kabupaten/Kota, dengan sekurangnya membentuk organisasi yang beranggotakan:

Kelompok kerja dapat beranggotakan elemen lain di luar dinas terkait,

namun tetap dikepalai oleh perwakilan Dinas Pariwisata. Bupati/Wali Kota Sekda Kabupaten/Kota Kepala Dinas Pembina Pengarah Pelaksana Kelompok Kerja Penelitian dan Penilaian Data Pelayanan Komunikasi dan Diseminasi Informasi

(46)

Aspek utama dalam pengelolaan krisis kepariwisataan ialah koordinasi dalam

mengembangkan rencana, sistem, prosedur,

dan proses manajemen berbasis multiaktor.

Kemudian perlu ada strategi serta prosedur

yang sesuai karakter tiap destinasi atau

daerah pariwisata yang disepakati oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.[3] OPD yang menangani urusan pariwisata perlu menyelaraskan beberapa aspek terkait MKK untuk meningkatkan fungsi koordinasi, di antaranya:

Memahami prosedur alur kerja MKK Kementerian Pariwisata.

B. Koordinasi Dinas Pariwisata

dengan Kementerian Pariwisata

(47)

Mengadaptasi dan mengembangkan prosedur alur kerja Pusat Krisis

Kepariwisataan pada tingkat provinsi atau kabupaten sesuai kebutuhan tiap wilayah, untuk selanjutnya menyosialisasikan rencana tersebut kepada MKK Kementerian Pariwisata.

Mendistribusikan dokumen tiap fase MKK, mulai dari fase kesiapsiagaan dan mitigasi hingga fase normalisasi kepada MKK Kementerian Pariwisata. Pendistribusian dilakukan secara periodik pada situasi normal, dan secara insidental tiap ada kejadian yang terindikasi situasi krisis.

Bekerja sama dalam melakukan MKK sesuai peran, tugas pokok, dan fungsi masing-masing instansi.

(48)

Pelibatan dan integrasi pemangku kepentingan sesuai peran, fungsi, dan tugas pokok tiap elemen dibutuhkan untuk peningkatan kerja sama dan kualitas koordinasi. Kontribusi dari tiap elemen secara terintegrasi akan mampu mengisi berbagai kebutuhan MKK secara optimal.

Pemetaan Pemangku Kepentingan:

Melakukan identifikasi pemangku kepentingan sesuai tingkat kewilayahan pengelolaan MKK.

Melakukan pertemuan berkala dengan para pemangku kepentingan.

Melakukan kegiatan bersama, termasuk penyusunan rencana strategis pengelolaan

C. Pelibatan dan Integrasi

(49)

lintas elemen pemangku kepentingan (ABCGM: akademisi, business/pelaku usaha, community/ komunitas, government/ pemerintah, dan media).

Berikut ialah contoh keterlibatan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan MKK:

Pemangku Kepentingan & Aktor

Akademisi Perguruan Tinggi

Negeri Pariwisata di Kementerian Pariwisata dan Perguruan Tinggi Pariwisata Lainnya • Membangun kurikulum pendidikan pariwisata yang berwawasan krisis & bencana • Mendorong pelaksanaan

Tri Dharma Perguruan Tinggi terkait kebutuhan penanganan krisis kepariwisataan

Peran serta dalam konteks Krisis Kepariwisataan

(50)

Pelaku Bisnis

Pemerintah

• Membangun kurikulum pendidikan pariwisata yang berwawasan krisis & bencana • Melaksanakan

kegiatan kokurikuler maupun

ekstrakurikuler yang mendorong kesadaran peserta didik akan krisis kepariwisataan • Menyiapkan anggota

asosiasi dengan keterampilan mitigasi krisis & bencana pariwisata • Memberikan

perkembangan informasi dan penanganan pada saat tanggap darurat krisis & bencana • Memberikan informasi

awal terkait potensi risiko krisis yang disebabkan oleh faktor alam SMK Pariwisata Asosiasi Hotel, Himpunan Pramuwisata BPBD/ BNPB

(51)

Dinas Pekerjaan Umum Dinas Perhubungan MKK dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), termasuk rencana mitigasi, rencana kontingensi, rencana operasi, dan rencana pemulihan, khususnya pada wilayah dengan destinasi pariwisata rawan krisis bencana alam • Menyertakan sektor pariwisata dalam rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascakrisis[4] • Memprioritaskan pembangunan dan/ atau perbaikan infrastruktur pada destinasi pariwisata • Menyediakan layanan transportasi darurat pada saat krisis/ bencana

[4] Peraturan Kepala BNPB Nomor 5 Tahun 2017 tentang Penyusunan

(52)

Dinas Komunikasi dan Informasi/ Kehumasan Pemerintah Daerah POLRI • Memprioritaskan perbaikan/ pembangunan layanan transportasi di destinasi pariwisata • Mendistribusikan

informasi terkait krisis kepariwisataan pada masa kesiapsiagaan dan mitigasi krisis • Memprioritaskan

diseminasi informasi terkait krisis kepariwisataan pada masa tanggap darurat krisis • Membantu TCC dalam

menyediakan layanan pusat informasi pada masa tanggap darurat krisis • Memberikan informasi

awal terkait potensi krisis dari personel di lapangan • Memprioritaskan

(53)

Komunitas TNI Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Komunitas Tematik ekosistem pariwisata tetap kondusif • Memberikan informasi

awal terkait potensi krisis dari personel di lapangan • Memprioritaskan

pembinaan wilayah, penjagaan pertahanan, dan keamanan pada destinasi pariwisata • Membangun masyarakat sadar wisata yang berwawasan krisis kepariwisataan • Membantu penanganan krisis/ bencana pada tingkat lokal • Membangun komunitas tematik sadar wisata yang berwawasan krisis kepariwisataan • Membantu penanganan

krisis/bencana pada tingkat lokal

(54)

Media Surat kabar, radio, organisasi pengguna radio komunikasi, kanal berita, media sosial • Meredam berkembangnya isu liar yang dapat merusak citra pariwisata melalui pemberitaan yang berimbang dan terkonfirmasi dengan baik • Mengangkat potensi

wisata yang telah pulih pascakrisis • Melakukan proses

verifikasi & validasi atas berita yang berkaitan dengan pariwisata

• Menjadi mitra dalam penyampaian informasi preventif maupun responsif terkait krisis kepariwisataan • Memetakan dan

membangun jejaring komunikasi darurat di destinasi rawan krisis, dan apabila

(55)

GenPi berbasis teknologi jaringan nirkabel • Membangun jejaring komunitas warganet pariwisata yang berwawasan krisis • Meredam berkembangnya isu liar yang dapat merusak citra pariwisata melalui pemberitaan yang berimbang • Mengangkat potensi

wisata yang telah pulih pascakrisis • Melakukan proses

verifikasi dan validasi terhadap berita terkait pariwisata • Menjadi mitra dinas

pariwisata dalam menghimpun sekaligus menyampaikan informasi preventif maupun responsif terkait krisis kepariwisataan Matriks contoh keterlibatan para aktor dalam konteks krisis pariwisata

(56)

D. Daftar Nomor Penting,

Kanal Media Resmi

dan Aplikasi

Kedaruratan Instansi

No 1 2 3 4 5 Provinsi Aceh Bali Banten Bengkulu D. I. Yogyakarta Alamat Jl. Tgk. Chik Kuta Karang No. 3 Banda Aceh Jl. S. Parman, Niti Mandala, Renon Denpasar 80235 Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten Jl. Syeh Nawawi Al-Batani - Panglima Kota Serang Jl. P. Tendean No.17, Bengkulu Jl. Malioboro Website disbudpar. acehprov.go.id www.disparda. baliprov.go.id disbudpar. bantenprov. go.id pariwisata. bengkuluprov. go.id www.visiting No. Telepon 0651 26 206 0361 222387 025 426 7060 0736 342 200 0274 587 486

(57)

6 7 8 9 10 11 12 13 DKI Jakarta Gorontalo Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Jl. Kuningan Barat No. 2 Jakarta Selatan 12710 Jl. Jenderal Sudirman No. 54 Gorontalo Jl. H. Agus Salim Kota Baru Jambi Jl. RE. Martadinata No. 209 Bandung Jl. Pemuda 136 Semarang Jl. Wisata Menanggal, Dukuh Menanggal, Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur Jl. Letjen Sutoyo No. 17 Pontianak Jl. Pramuka No. 4, Banjarmasin 70149 www.jakarta-tourism.go.id www. gorontaloprov. go.id disbudpar. jambiprov.go.id www. disparbud. jabarprov.go.id www.central-java-tourism. com disbudpar. jatimprov.go.id disparekraf. kalbarprov.go.id http:/ pariwisatakalsel. id 021 520 5455 0243 587 614 0741 4450 5456 022 2727 3209 024 4354 6001 023 1853 1814 0561 742 838 0511 326 4511

(58)

14 15 16 17 18 19 Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau Lampung Jl. Cilik Riwut km. 5 Palangka Raya, 73112 Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Samarinda - Kalimantan Timur 75111 Sekretariat Daerah Jalan Kol. H. Soetadji Tanjung Selor 77212 Jalan Profesi 2 Komplek Pemerintah Provinsi Kep. Bangka Belitung, Air Itam - Pangkalpinang, Bangka 33149 Komplek Perkantoran Pemerintah Prov. Kep. Riau, Gedung B1 Lt. 1 & Lt.2 Dompak Jl. Jendral Sudirman disbudpar. kalteng.go.id www.disbudpar. kaltimprov.go.id www. kaltaraprov. go.id visitbangka belitung.com http://kepri-travel.kepriprov. go.id/ http://dinas pariwisata. 0536 4210 368 0254 173 6850 0552 215 67 0717 431143 0771 315 677 0721 261 430

(59)

20 21 22 23 24 25 26 27 28 Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Jl. Jenderal Sudirman, Batu Merah 97128 Jl. Kamboja No. 14A Ternate, Maluku Utara Jl. Lengko 70, Mataram 21868 Ampenan, Kota Mataram 83114 Jalan Frans Seda No. 72 Kupang Kantor Dinas Otonom Gedung A Lantai I dan II Komplek Perkantoran Arfai, Manokwari Jl. Jenderal Sudirman No. 200 Pekanbaru 28282 Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Mamuju Jl. Jenderal Sudirman No. https://www. malukuprov. go.id disbudpar. malutprov.go.id disbudpar. ntbprov.go.id tourism.nttprov. go.id www.papua. go.id papuabarat prov.go.id/ pariwisata. riau.go.id dispar. sulbarprov. go.id disbudpar. sulselprov.go.id 0911 312 300 0921 326 277 0370 637 828 0380 826 384 0967 583 001 0987 537 523 0761 40 356 0426 2321 815 0411 878 912

(60)

29 30 31 32 33 34 Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara 23, Makassar, Sulawesi Selatan Jl. Dewi Sartika No. 91, Palu, Sulawesi Tengah Jl. Tebau Nunggu No. 2 Kendari, Sulawesi Tenggara Jl. W.R. Supratman No. 72, Manado, Sulawesi Utara, 95123 Jl. Khatib Sulaiman No. 7 Padang Jl. Demang Lebar Daun Kav. IX Palembang Sumatera Selatan Jl. Rumah Sakit

Haji No. 10A, Medan Estate disbudpar. sulteng.go.id sultraprov.go.id www. sulutprov .go.id http://sumbar. travel/ southsumatra tourism.com disbudpar. sumutprov. go.id 0451 483 942 0401 326 634 0431 851 721 0751 7055 183 0711 356 661 061 452 8436

(61)

Pantauan Status Gunung Berapi, Gerakan Tanah, dan Gempabumi

real time

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM

MAGMA Indonesi (aps) magma.vsi.esdm.go.id (web)

@pvmbg_kesdm (ig) @id_magma (twitter)

(62)

Pantauan Fasilitas Kesehatan Terdekat dan Pelaporan Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan

Nomor kontak lain: Halo Kemkes hotline 1500-567

SMS 0812 8156 2620 call center 119

e-PKK Pusat Krisis Kesehatan (aps) pusatkrisis.kemkes.go.id (web)

(63)

Pantauan Cuaca, Iklim, dan Kegempaan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Info BMKG (aps) www.bmkg.go.id (versi web)

@infoBMKG (ig) @infoBMKG (twitter) infoBMKG (youTube) Telp. Kantor Pusat BMKG:

(64)

Pantauan Kantor Polisi Terdekat dan Pelaporan Kejadian Polisi Republik Indonesia

Informasi lain terkait Polda (tk.provinsi) dan Polres (tk.kabupaten/ kota) dapat diakses di:

www.polri.go.id/tentang-satwil

Pant PolisiKu (aps) www.polri.go.id (web) @divisihumaspolri (IG) @DivHumas_Polri (twitter)

(65)

Pantauan Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Informasi lain terkait

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dapat diakses di:

https://bnpb.go.id//bpbd-provinsi

InaRisk Personal (aps) inarisk.bnpb.go.id (versi web)

@inarisk_bnpb (IG) @BNPB_Indonesia (twitter) Telp. Pusat Kendali Operasi BNPB:

(66)

DAFTAR ISI

Badan Pusat Statistik. 2019. Perkembangan

Pariwisata dan Transportasi Nasional Desember 2018.

Berita Resmi Statistik: Badan Pusat Statistik No. 12/20/Th.XXII, 01 Februari 2019.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia. 2017. Pedoman Pengelolaan Krisis

Kepariwisataan. Jakarta: Biro Hukum dan

Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia. 2018. Prosedur Operasional Standar:

Aktivasi Tourism Crisis Center (TCC). Jakarta:

Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia. 2018. Ranking Devisa Pariwisata

(67)

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia. 2019. Buku Panduan Manajemen

Krisis Kepariwisataan. Jakarta: Biro Hukum dan

Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia. 2019. Buku Panduan Manajemen

Krisis Kepariwisataan. Jakarta: Biro Hukum dan

Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata. Peraturan Kepala BNPB Nomor 5 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.

Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2019 tentang Manajemen Krisis Kepariwisataan.

Robertson, Doone; Kean, Ian; & Moore, Stewart. 2006. Tourism Risk Management for The Asia Pacific

Region: An Authoritative Guide for The Managing Crises and Disasters. Singapore: APEC International

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

Referensi

Dokumen terkait

(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan

Prestasi guru yang terjadi di sekolahan biasanya ditunjukkan dengan mutu kerja (ketrampilan dalam melakukan pekerjaan) yaitu terpenuhinya target mengajar yang sesuai dengan

Idiopathic Trombositopenia Purpura ialah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari penghancuran trombosit yang berlebihan, yang ditandai

Namun demikian suatu perencanaan pembangunan sangat terkait dengan unsur wilayah atau lokasi dimana suatu aktivitas kegiatan akan dilaksanakan, sehingga Riyadi dan Bratakusumah

Berdasarkan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran nyanyian Kakor Lalong pada siswa

Terkadang sulit untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak berminat dalam mengikuti

Ketiga metode diatas dapat disimpulkan sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw, beliau menyebutkan “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal

Model Customer Relationship Management pada pengembangan e- Government di Dinas kelautan dan perikanan DIY dibuat dengan pemodelan system dengan sudut pandang