DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS SISWA
Ni Wyn. Nopi Adnyani
1, I Kt. Gading
2, I Md. Citra Wibawa
31,3
Jurusan PGSD,
2Jurusan BK, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: nopi.adnyani@gmail.com
1, ketutgading35@gmail.com
2,
dekwi_petiga@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran non kooperatif, (2) perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah, dan (3) pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Subyek penelitian ini adalah kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 57 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner untuk mengukur motivasi berprestasi dan tes untuk mengukur hasil belajar IPS. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji Anava AB). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya, hal ini dibuktikan dengan nilai (F=4,393; p<0,05). 2) terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya, hal ini dibuktikan dengan nilai (F=9,469; p<0,05). 3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya, hal ini dibuktikan dengan nilai (F=4,725; p<0,05).
Kata-kata kunci: model TAI, Hasil Belajar, Motivasi Berprestasi Abstract
This study aims to determine (1) the difference between student learning outcomes IPS that learned by cooperative learning model of TAI and students that learned with non-cooperative learning model, (2) the difference between the learning outcomes of students who have high achievement motivation and low achievement motivation, and (3) the effect of the interaction between the model of learning and achievement motivation. This research is a quasi experimental research. The subjects of this study is the fourth grade in primary school 4 Manukaya school year 2014/2015, amounting to 57 people. Data were collected by using a questionnaire to measure achievement motivation and tests to measure learning outcomes IPS. Data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (ANOVA test AB). The results showed that (1) there are effect cooperative learning model of TAI on student learning outcomes IPS, this is evidenced by the value (F=4,393; p<0,05). 2) There are effect high achievement motivation student on student learning outcomes IPS, this is evidenced by the value (F=9,469; p<0,05). 3) There is interaction between the model of learning and achievement motivation on student learning outcomes IPS indicated by the value (F=4,725; p<0,05).
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu negara. Melalui pendidikan, setiap individu di muka bumi ini diharapkan mampu untuk melakukan suatu perubahan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat dan negara. Secara makro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan, sedangkan secara mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Mulyasa, 2002). Maka dari itu, untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara makro maupun mikro seseorang harus mendapatkan suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran efektif dapat dikatakan jika siswa menempuh kegiatan belajarnya dengan ikut berpartisipasi aktif.
Ilmu pengetahuan Sosial atau yang disingkat menjadi IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pembelajaran IPS mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan dalam pembentukan sikap, watak, dan kepribadian
siswa. Sebagaimana diketahui,
pembelajaran IPS memiliki arti yang strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa serta membentuk bangsa Indonesia dalam memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Peraturan
menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 menyebutkan tujuan dari pembelajaran IPS SD, yaitu: 1)mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuisti, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial dan kemanusiaan, dan 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.
Meskipun tujuan dari pembelajaran IPS sangatlah mulia, namun pembelajaran IPS yang ada di sekolah sering kali jauh dari harapan. Terdapat penyebab psikologis pengabaian siswa dalam proses
pembelajaran IPS. Dengan adanya
argumentasi bahwa pemerintah
memandang sebelah mata mata pelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan ujian nasional yang hanya menguji mata pelajaran seperti: matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kebanyakan siswa saat ini masih beranggapan bahwa pelajaran IPS hanya sebagai mata pelajaran hafalan, sehingga kondisi ini mangakibatkan pelajaran IPS membosankan dan kurang disenangi oleh siswa. Beberapa langkah dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dalam hal ini khususnya mata pelajaran IPS. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya perubahan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana sekolah, mengadakan sertifikasi untuk penjaminan mutu pembelajaran, pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), mengadakan seminar-seminar nasional bisang pendidikan, serta berbagai upaya lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses sehingga pencapaian atau hasil belajar siswa menjadi optimal.
Sebagaimana hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 4 Manukaya, ditemukan, 1) pengelolaan pembelajaran masih perpusat pada guru (teacher centered). Guru sebagai pusat informasi
dan guru mengajar berorientasi mengejar target kurikulum, sehingga guru harus berusaha menghabiskan materi tanpa peduli penggunaan model pembelajaran yang tepat. 2) Pengaturan lingkungan belajar cenderung masih konvensional. Pembelajaran masih menggunakan pola interaksi klasikal yaitu pengaturan meja masih menggunakan pola lama dimana siswa duduk manis ke samping dan memanjang ke belakang. Siswa tidak ada melakukan interaksi dengan teman yang lainnya sehingga siswa tidak dapat bertukar informasi dengan teman-temannya. Pola seperti ini akan menyebabkan daya serap siswa berbeda antara yang duduk di depan dengan yang duduk di belakang. Dengan model pembelajaran tersebut sudah secara langsung minat dan motivasi siswa
terhadap partisipasi dalam kegiatan belajar sangat rendah.
Telah diketahui bahwa guru adalah sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan dan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang diharapkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan yang di kemukakan oleh Sanjaya (2009), bahwa guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Dapat terlihat dengan jelas bahwa cara mengajar guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Berdasarkan catatan dokumen di SD Negeri 4 Manukaya, hasil belajar siswa khususnya hasil belajar IPS siswa kelas IV mendapatkan hasil belajar yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan mata pelajaran IPS semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yang ditemukan bahwa sebagian besar siswa kelas IV mengalami ketidaktuntasan belajar. Rendahnya hasil belajar siswa menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas IV yang hasil belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65.
uraian di atas, permasalahan yang dapat dilihat di SD Negeri 4 Manukaya seperti : 1) Penggunaan model yang kurang bervariasi dan inovatif, 2) rata-rata hasil belajar IPS siswa rendah, 3) kurangnya kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan berkelompok didalam kelas. Permasahan pemilihan model yang tepat ataupun memvariasikan model-model pembelajaran tentunya akan dapat mempengaruhi maupun meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Padahal sebagai guru yang telah menyandang sertifikasi hendaknya mengetahui model-model inovatif yang dapat memperbaiki kegiatan belajar sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diharapkan. Rata-rata hasil belajar IPS rendah di SD Negeri 4 Manukaya, tidak dipungkiri jika penyebabnya adalah kurangnya minat siswa dalam belajar di kelas. Dengan mendengarkan guru berbicara di depan, siswa sering merasa jenuh dan bosan. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
kelompok sehingga siswa hanya fokus untuk memperhatikan guru di depan. Siswa yang memiliki kemampuan lebih juga tidak kurang memiliki kesempatan untuk berkontribusi di dalam kelas.
Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa di SD Negeri 4 Manukaya diduga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Motivasi berprestasi (n Achievement) dapat didefinisikan sebagai
disposisi atau kecenderungan untuk mengejar kesuksesan dalam kompetisi dengan beberapa standar keunggulan (McClelland, 1987:225). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya. Pada kenyataannya motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang sering mengalami penurunan dan diwaktu lain mengalami peningkatan. Menurut Hofer, Busch, Bender, Ming, dan Hagemeyer (2010:758-775) orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ditandai oleh kebutuhan yang kuat untuk berprestasi biasanya mencari tugas-tugas yang menantang, bersaing untuk melakukan hal yang lebih baik, dan memperoleh kepuasan dari penguasaan pribadi. Daft (dalam Moore, Grabsch, dan Rotter, 2010:25) menyatakan motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk menyelesaikan sesuatu yang sulit, mencapai standar kesuksesan yang tinggi, terlibat dengan tugas-tugas yang kompleks, dan melampaui orang lain.
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan untuk mencapai kesuksesan berdasarkan beberapa standar keunggulan dengan ciri-ciri: selalu ingin menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik, menyukai tugas-tugas yang sulit dan menantang, berkeinginan kuat untuk mencapai standar kesuksesan yang tinggi, suka terlibat dalam tugas-tugas yang kompleks, berusaha keras menuntaskan target-target pribadi yang ditetapkan, dan selalu ingin melampaui orang lain.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa permasalahan mendasar yang dialami guru adalah pengelolaan kelas yang kurang optimal.
Oleh sebab itu, guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang selanjutnya bermuara pada peningkatan hasil belajar mereka. Pemilihan model tentunya disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi lingkungan siswa. Selain itu, pemilihan model hendaknya dapat memfasilitasi siswa belajar dengan aktif dan menarik dengan adanya interaksi siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa. Selain itu, guru juga agar bisa memilih model yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk berkontribusi dalam aktivitas belajar kelompok di dalam kelas.
Salah satu model yang dapat dijadikan solusi permasalahan di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualizatation). Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan partisiapasi aktif dan interaksi bersama kelompok belajarnya selama kegiatan belajar berlangsung. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Asma (2006:55) bahwa “pembelajaran kooperatif tipe TAI ini menekankan agar siswa bertanggung jawab dalam kegiatan belajar”. Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dirancang untuk mengatasi permasalahan secara individual dan kelompok. Secara individual dimaksudkan jika didalam satu kelompok terdapat siswa yang belum mengerti, siswa tersebut dapat dibantu oleh temannya yang sudah mengerti. Secara kelompok, dimana mereka melakukan diskusi kelompok untuk mendapatkan hasil akhir.
Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya masing-masing. Selain itu, jika siswa mengalami kesulitan atau kurang mengerti, mereka akan dibantu oleh teman
lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Daryanto (2012) bahwa ciri khas pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah disiapkan oleh guru, lalu hasilnya akan di bawa ke masing-masing kelompok untuk didiskusikan dengan anggota kelompok dan semua anggota kelompok agar bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Jadi, pembelajaran kooperatif tipe TAI akan dapat memberikan kesempatan pada siswa yang memiliki kemampuan yang lebih untuk berkontribusi maupun membantu dalam aktivitas belajar kelompoknya dan dalam pembelajaran ini tentunya siswa akan memiliki tanggung jawab individu untuk
tujuan akhir kemudian mampu
meningkatkan kemampuan sendiri. Selain itu dengan model pembelajaran kooperatif TAI ini, secara langsung siswa akan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan adanya interaksi dengan sesama temannya maupun dengan guru. Dalam pembelajaran ini, siswa akan diberikan
kebebasan dalam mengemukakan
pendapatnya dan memberikan tanggapan kepada kelompok lain. Motivasi berprestasi mereka tentunya akan muncul dengan adanya persaingan dalam setiap kelompok untuk memperoleh keunggulannya masing-masing.
Peningkatan motivasi berprestasi siswa akan membantu guru dalam pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI guru bisa mengetahui seberapa besar motivasi berprestasi siswa dengan melihat seberapa jauh perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, seberapa jauh siswa merasakan ada kaitan pembelajaran dengan kebutuhan, seberapa jauh siswa merasa puas dengan pembelajaran, serta seberapa jauh siswa merasa yakin
terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan tugas, khususnya pada pembelajaran IPS.
Berdasarkan paparan yang dikemukakan di atas, hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pemilihan model yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar karena model
pembelajaran akan menggambarkan
langkah-langkah dan kegiatan
pembelajaran, pengaturan lingkungan belajar yang nantinya dapat mempengaruhi hasil belajar. Berpijak pada keunggulan model kooperatif tipe TAI, diduga model ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Disamping pemilihan model pembelajaran yang tepat, motivasi berprestasi juga diduga sangat mempengaruhi hasil belajar. Motivasi berprestasi yang berbeda diduga akan memberikan hasil belajar yang berbeda pula. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti model pembelajaran dengan memperhatikan motivasi berprestasi,
sebagai sebuah inovasi dalam
pengembangan pembelajaran melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Assistead Individualization) dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Berdasarkan permasalahan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya khususnya mata pelajaran IPS, maka dilakukan penelitian dengan tujuan; 1) mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TAI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran non kooperatif. 2) mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi
berprestasi rendah
.
3)
mengetahui pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa.METODE
Penelitian yang dilaksanakan termasuk jenis penelitian eksperimen, sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi
Eksperiment) karena tidak semua variabel
(gejala yang muncul) dan kondisi eksperimen dalam penelitian ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian eksperimen semu dilakukan dengan
random selection, bilamana dalam hal ini
yang di acak hanyalah kelas bukan pada masing-masing siswa sehingga kelas dan siswa yang digunakan sudah terbentuk apa adanya (Gading, 2014:69) . Hal ini terjadi karena perlakuan dalam penelitian ini berkaitan dengan mata pelajaran yang pembelajarannya terjadi dalam kelas yang telah terbentuk secara alami menurut kepentingan sekolah. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Manukaya. Penelitian ini dilaksanakan pada rentangan waktu semester genap pada tahun ajaran 2014/2015 dan penelitian ini berlangsung selama satu bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah Factorial Design Without
Random Assignment. Rancangan analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rancangan faktorial 2 × 2. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Analisis Faktorial Anava Dua Jalur Model pembelajaran (A)
Motivasi Berprestasi(B)
Kooperatif tipe TAI (A1)
Non Kooperatif (A2)
Motivasi berprestasi tinggi (B1) A1B1 A2B1
Motivasi berprestasi rendah (B2) A1B2 A2B2
Keterangan
A1 : Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
A2 : Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Non Kooperatif
B1 : Kelompok siswa yang memiliki Motivasi berprestasi tinggi
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya yang berjumlah 57 siswa. Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan pengundian. Dalam penelitian ini yang diacak adalah kelas, bukan siswa dalam kelas. Dalam proses pengundian tersebut dipilih satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TAI, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran non kooperatif.
Penentuan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah dapat diketahui dari hasil kuesioner motivasi belajar yang diberikan. Kemudian skor yang diperoleh siswa diurutkan dari skor tertinggi sampai skor terendah, dari skor yang diperoleh dilakukan perangkingan yang dilakukan terhadap kelompok tinggi dan kelompok rendah berdasarkan skor yang diperoleh
dengan ketentuan skor diatas rata-rata sebagai kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan skor siswa yang berada dibawah rata-rata dinyatakan sebagai kelompok yang memiliki motivasi belajar rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Deskripsi data dalam penelitian ini akan memaparkan deskripsi data sebelum perlakuan (pretest) dan data setelah perlakuan (posttest). Deskripsi data hasil
pretest dan posttest memaparkan mengenai jumlah siswa (N), skor minimum, maksimum, skor rata-rata (M), standar deviasi (SD), dan varians data hasil belajar pada masing-masing kelompok. Deskripsi data hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok dengan bantuan program SPPS 16.0 for Windows disajikan pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Hasil Deskripsi Data Hasil Prestest Masing-masing Kelompok
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Total 57 16.00 36.00 26.7368 4.01126 16.090 A1 25 24.00 36.00 27.6800 3.63685 13.227 A2 32 16.00 36.00 26.0000 4.18908 17.548 B1 29 24.00 36.00 27.5862 3.75611 14.108 B2 28 16.00 36.00 25.8571 4.14295 17.164 A1B1 13 24.00 32.00 27.0769 3.32820 11.077 A1B2 12 24.00 36.00 28.3333 3.98482 15.879 A2B1 16 24.00 36.00 28.0000 4.13118 17.067 A2B2 16 16.00 28.00 24.0000 3.26599 10.667 Valid N (listwise) 12
Tabel 3. Hasil Deskripsi Data Hasil Posttest Masing-masing Kelompok
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Hasil_Belajar 57 56.00 96.00 72.6316 9.28253 86.165 A1 25 60.00 96.00 75.3600 10.30728 106.240 A2 32 56.00 84.00 70.5000 7.91894 62.710 B1 29 60.00 96.00 75.7241 10.08144 101.635 B2 28 56.00 84.00 69.4286 7.23893 52.402 A1B1 13 68.00 96.00 80.9231 10.21813 104.410 A1B2 12 60.00 80.00 69.3333 6.45732 41.697
A2B1 16 60.00 84.00 71.5000 7.98332 63.733 A2B2 16 56.00 84.00 69.5000 7.98332 63.733 Valid N (listwise) 12 Keterangan: A1 = Kelompok eksperimen A2 = Kelompok kontrol
B1 = Kelompok motivasi berprestasi tinggi
B2 = Kelompok motivasi berprestasi rendah
A1B1 = Kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi
A1B2 = Kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi rendah
A2 B1 = Kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi tinggi
A2 B2 = Kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi rendah
Untuk menentukan data hasil belajar (gainskor/posttest) yang akan dianalisis untuk uji hipotesis, terlebih dahulu dilakuakan uji kesetaraan hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menguji kesetaraan
digunakan teknik uji-t (t-test) dengan bantuan program SPPS 16.0 for Windows. Cuplikan perhitungan t-test data hasil
pretest pada kelompok eksperimen dan
kontrol disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Perhitungan t-test Data Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Hasil belajar Equal variances assumed F Sig. t df Sig. (2-tailed) Equal variances not assumed .236 .629 1.590 55 .117 1.618 54.340 .111
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai t sebesar 1,590 (p= 0,117). Hal itu berarti bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) anatara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada kelompok eksperimen dan kontrol. Maka dari itu, data hasil belajar yang dianalisis adalah data setelah perlakuan (posttest).
Teknik analisis data yang digunakan untuk keperluan uji hipotesis 1 adalah analisis varian (anava) dua jalur. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan teknik tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa prasyarat analisis. Anava mempersyaratkan data hasil penelitian berdistribusi normal dan varians skor homogen.
Uji normalitas sebaran data, uji normalitas sebaran data hasil belajar
posttest dilakukan pada dua kelompok yaitu
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov.
Nilai statistik
Kolmogorov-Smirnov yang diperoleh sebesar 0,148
(p= 0,166) pada kelompok eksperimen
dan statistik sebesar 0,138 (p=0,127)
pada kelompok kontrol. Hasil-hasil
menunjukkan bahwa data hasil belajar
setelah
perlakuan
(posttest)
berdistribusi normal.
Uji
homogenitas
varian,
uji
homogenitas varian antar kelompok
dilakukan
dengan
menggunakan
Levene’s Test of Equality of Error
Variance. Hasil pengujian homogenitas
varian
data
menunjukkan
angka
signifikansi yang lebih besar daripada
0,05. Hal itu berarti varian data
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol bersifat homogen.
Hasil Anava 2 jalur sekaligus hasil uji hipotesis 1, 2, dan 3. Hasil uji hipotesis
dengan bantuan program SPSS 16.0 for
Windows tersaji pada Tabel.4.
Tabel 4. Hasil Uji anava Dua Jalur Untuk Uji Hipotesis
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1201.673a 3 400.558 5.859 .002 Intercept 297382.613 1 297382.613 4.350E3 .000 Model_Pembelajaran 300.365 1 300.365 4.393 .041 Motivasi_Berprestasi 647.421 1 647.421 9.469 .003 Model_Pembelajaran * Motivasi_Berprestasi 322.388 1 322.388 4.715 .034 Error 3623.590 53 68.370 Total 305520.000 57 Corrected Total 4825.263 56
R Squared = .249 (Adjusted R Squared = .207)
Tabel 4 menunjukkan ( lihat source : model pembelajaran) bahwa hasil uji hipotesis 1 mendapatkan nilai F adalah 4,393 (p= 0,041). Jadi, terdapat perbedaan hasil belajar IPS kelas IV antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran non kooperatif di SD Negeri 4 Manukaya.
Sama halnya dengan uji hipotesis 1, teknik analisis data yang digunakan untuk keperluan uji hipotesis 2 adalah analisis varian (anava) dua jalur. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan teknik tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa prasyarat analisis. Anava mempersyaratkan data hasil penelitian berdistribusi normal dan varians skor homogen. Uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas varians serta pengujian hipotesis 2.
Uji normalitas sebaran data, uji normalitas sebaran data hasil belajar
posttest dilakukan pada dua kelompok yaitu
kelompok motivasi berprestasi tinggi dan kelompok motivasi berprestasi rendah. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,127 (p= 0,200) pada kelompok motivasi berprestasi tinggi dan statistik sebesar 0,139 (p=0,179) pada kelompok motivasi berprestasi rendah. Hasil-hasil
menunjukkan bahwa data hasil belajar setelah perlakuan (posttest) berdistribusi normal.
Uji homogenitas varian, uji homogenitas varian antar kelompok dilakukan dengan menggunakan Levene’s
Test of Equality of Error Variance. Cuplikan
hasil uji homogenitas varian data kelompok motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Hasil pengujian homogenitas varian data menunjukkan angka signifikansi yang lebih besar daripada 0,05. Hal itu berarti varian data kelompok motivasi berprestasi tinggi dan kelompok motivasi berprestasi rendah bersifat homogen.
Hasil Uji Hipotesi 2, pada tabel 4 menunjukkan (lihat source : motivasi berprestasi) bahwa hasil uji anava dua jalur mendapatkan nilai F untuk hipotesis 2 adalah 9,469 (p= 0,003). Jadi, terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah di kelas IV SD Negeri 4 Manukaya.
Sama halnya dengan uji hipotesis 1 dan 2, teknik analisis data yang digunakan untuk keperluan uji hipotesis 3 adalah analisis varian (anava) dua jalur. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan teknik tersebut, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa prasyarat analisis. Anava mempersyaratkan data hasil
penelitian berdistribusi normal dan varians skor homogen. Uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas varians.
Uji normalitas sebaran data, uji normalitas sebaran data hasil belajar
posttest dilakukan pada 4 kelompok yaitu
kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi, kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi rendah, kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi tinggi, dan kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi rendah. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. nilai statistik Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,128 (p= 0,200) pada kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi, statistik sebesar 0,160 (p=0,200) pada kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi rendah, 0,139 (p= 0,200) pada kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi tinggi, statistik sebesar 0,130 (p=0,200) pada kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi rendah Hasil-hasil menunjukkan bahwa data Hasil-hasil belajar setelah perlakuan (posttest) berdistribusi normal.
Uji homogenitas varian antar kelompok dilakukan dengan menggunakan
Levene’s Test of Equality of Error Variance.
hasil pengujian homogenitas varian terhadap data yang diperoleh menunjukkan angka signifikansi yang lebih besar daripada 0,05. Hal ini menyatakan bahwa varian data keempat kelompok siswa bersifat homogen.
Hasil Uji Hipotesis 3, pada tabel 4 menunjukkan (lihat source : model pembelajaran*motivasi berprestasi) bahwa hasil uji anava dua jalur mendapatkan nilai F untuk hipotesis 3 sebesar 4,715 (p= 0,034). Jadi, terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Manukaya.
Oleh karena uji hipotesis 3 signifikan, maka dilanjutkan dengan uji
t-scheffe untuk mencari perbedaan hasil
belajar setelah perlakuan (posttest) tiap pasang kelompok.
Hasil Uji scheffe, ringkasan hasil uji
t-scheffe dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windows tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan hasil uji t-scheffe masing-masing kelompok
No Perbedaan kelompok Nilai t df Sign.
1 A1B1 vs A1B2 3,356 23 0,03**) 2 A1B2 vs A2B2 0,59 26 0,953*) 3 A2B1 vs A2B2 0,709 30 0,484*) 4 A1B1 vs A2B1 2,790 27 0,01**) 5 A1B1 vs A2B2 3,382 27 0,02**) 6 A2B1 vs A1B2 0,769 26 0,449*) Keterangan:
A1B1 = Kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi tinggi A1B2 = Kelompok eksperimen dengan motivasi berprestasi rendah A2B1 = Kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi tinggi
A2B2 = Kelompok kontrol dengan motivasi berprestasi rendah
**) = Signifikan *) =Tidak Signifikan PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran non
kooperatif. Hal ini ditunjukkan dengan mendapatkan nilai F adalah 4,393 (p= 0,041) yang ternyata signifikan. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan nilai rata-rata sebesar 75,36 lebih tinggi daripada hasil
nilai rata-rata sebesar 70,5.
Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa daripada pembelajaran dengan model pembelajaran non kooperatif. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI guru dapat memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan partisiapasi aktif dan interaksi bersama kelompok belajarnya selama kegiatan belajar berlangsung.
Hal berbeda diperoleh pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran non kooperatif yang membuat siswa lebih banyak belajar IPS secara mengahafal. Dalam penelitian ini, guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang disuruh guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Masalah-masalah IPS yang kontekstual biasanya siswa hanya disuruh membaca dan menghafal materi saja tanpa adanya
kegiatan yang membuat siswa
bersemangat dalam belajar. Hal ini akan memandang pelajaran IPS jauh dari dunianya dan menganggapnya pelajaran yang membosankan.
Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Hal ini ditunjukkan dengan mendapatkan nilai F adalah 9,469 (p= 0,003) yang ternyata signifikan. Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan nilai rata-rata sebesar 75,72 lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dengan nilai rata-rata sebesar 69,42.
Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa motivasi berprestasi tinggi lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa daripada motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi tentunya akan membuat pembelajaran yang dilakukan
memiliki motivasi berprestasi tinggi tentunya akan lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan baik
.
Pada penelitian ini, pembahasan juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peran motivasi berprestasi dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa.
Berdasarkan hasil analisis data telah terbukti bahwa terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini ditunjukkan dengan mendapatkan nilai F sebesar 4,715 (p= 0,034) yang ternyata signifikan.
Diperkuat dengan uji t-scheffe yang mengindikasikan adanya interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar IPS. Terbukti bahwa, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe TAI yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki rata-rata nilai paling tinggi dibandingkan kelompok yang lainnya. Selain itu pada hasil uji
t-scheffe secara keseluruhan, perbedaan
yang signifikan diperoleh dari pasangan kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe TAI yang dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sedangkan pasangan-pasangan dari kelompok lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan paparan di atas dan temuan yang diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih cocok diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan model pembelajaran non kooperatif cocok diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun rendah, dimana pengaruhnya terhadap hasil belajar IPS.
.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV di SD Negeri 4
siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya. 3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas IV SD Negeri 4 Manukaya.
Berdasarkan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yaitu
pertama,
guru
disarankan
agar
mengggunakan model kooperatif tipe
TAI dalam melakukan pembelajaran di
kelas agar siswa dapat memahami
pelajaran IPS karena model ini lebih
banyak
menuntut
keaktifan
siswa
(student centered) dan siswa belajar
tentang IPS sesuai dengan keadaan
lingkungan sekitarnya. Kedua, dalam
pembelajaran
guru
hendaknya
memperhatikan
tingkat
motivasi
berprestasi siswa dalam setiap kegiatan
pembelajarannya untuk mencapai hasil
belajar siswa yang maksimal. Akan
lebih optimal jika dalam penerapan
model pembelajaran tipe TAI, kelompok
siswa
yang
dibelajarkan
memiliki
motivasi berprestasi tinggi. Oleh karena
itu, model pembelajaran kooperatif tipe
TAI ini lebih cocok untuk siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi. Jika
motivasi
berprestasi
siswa
masih
rendah,
maka
guru
harus
dapat
meningkatkan
motivasi
berprestasi
siswa tersebut.
Ketiga,peneliti yang lain
agar mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang
efektifitas
pembelajaran
kooperatif
tipe
TAI
dalam
mata
pelajaran yang lain atau mata pelajaran
yang sama pada subyek yang lain
sehingga dapat diketahui efektifitas
model pembelajaran tersebut pada
mata pelajaran dan subyek yang lebih
luas.
DAFTAR RUJUKAN
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran
Kooperatif. Bandung: Depdiknas
Gava Media
Depdiknas. 2002. Pendekatan kontekstual. Jakarta: Depdiknas.
Gading, I Ketut. 2014. Pengaruh Pelatihan
Kendali Diri dan Jenis Kelamin Terhadap Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa SMP. Disertasi
(tidak diterbitkan). Universitas Negeri Malang Pascasarjana.
Hofer, J., Busch,H., Bender, M., Ming,
L.,
Hagemeyer,
B..
2010.
Arousal
of
Achievement
Motivation
Among
Student
Sample
in
Three
Different
Cultural Contexts: Self and
Social Standards of Evaluation.
Journal
of
Cross
Cultural
Psychology, 41(5-6) 758
–
775.2010.
McClelland, D. C. 1987. Human Motivation. Newyork: Cambridge Univercity Press.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis
Moore, Randy. 2008. Academic
Procrastination
and
Course
Performance
among
Developmental
Education
Students: Research & Teaching
in
Developmental
Education,
Volume: 24. Issue: 2 Publication
date: Spring 2008. Page number:
56+.
Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.