• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty (Studi pada Pengguna Spotify Premium)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty (Studi pada Pengguna Spotify Premium)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust

Terhadap Brand Loyalty (Studi pada Pengguna Spotify Premium)

Ayu Savitri Dewi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ayusavitri@student.ub.ac.id

Dosen Pembimbing: Rila Anggraeni, SE., MM.

ABSTRAK

Lingkungan persaingan bisnis yang tinggi dalam industri aplikasi streaming musik menyebabkan kesuksesan perusahaan bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan Brand Loyalty. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust terhadap Brand Loyalty pada pengguna Spotify Premium. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research. Jenis pengambilan sampel yaitu secara non-probabilitas dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel terdiri atas 200 pengguna Spotify Premium sebagai responden. Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari kuesioner dengan menggunakan Skala Likert lima poin. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software IBM SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perceived Value dan Brand Trust berpengaruh secara signifikan terhadap Brand Loyalty. Sementara, Brand Experience tidak mempunyai pengaruh terhadap Brand Loyalty. Penelitian ini menyarankan agar perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan Perceived Value dan Brand Trust pengguna Spotify Premium untuk mendapatkan Brand Loyalty.

Kata Kunci: Perceived Value, Brand Experience, Brand Trust, Brand Loyalty,

Spotify Premium

ABSTRACT

The competitive business environment of the music streaming application industry lead the company’s success depends on its ability to create brand loyalty. The study aims to determine the impact of Perceived Value, Brand Experience, and Brand Trust on Brand Loyalty of Spotify Premium users. The type of research used in this study is explanatory research. The type of sampling is non-probability by using purposive sampling technique. The sample consisted of 200 Spotify Premium users as respondents. The data used are primary data derived from a questionnaire using a five-point Likert scale. This study uses multiple linear regression analysis methods using IBM SPSS version 25 software. This study findings show that Perceived Value and Brand Trust have a significant impact on Brand Loyalty. Meanwhile, Brand Experience has no impact on Brand Loyalty. This study suggested that company should maintain and increasing Perceived Value and Brand Trust of Spotify Premium users to gain Brand Loyalty.

Keywords: Perceived Value, Brand Experience, Brand Trust, Brand Loyalty, Spotify Premium

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi melaju dengan pesat didukung oleh kehadiran internet saat ini. Berdasarkan riset “Global Digital Reports 2020” yang dilakukan oleh HootSuite dan We Are Social, ditemukan bahwa 64% penduduk Indonesia dengan jumlah 175,4 juta orang telah terkoneksi dengan jaringan internet (Kemp, 2020).

Perilaku manusia ikut mengalami perubahan seiring dengan kemajuan teknologi dan internet. Berbagai alat elektronika praktis dan fleksibel telah banyak diciptakan sehingga membantu memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya (Pratama dkk., 2016) salah satunya yaitu smartphone.

Beberapa hal yang dapat dilakukan menggunakan smartphone di antaranya seperti menjelajahi internet, mengambil gambar dan video dengan kualitas yang tinggi, bermain game, bahkan menikmati musik. Berdasarkan riset

yang dilakukan oleh HootSuite dan We Are Social pada tahun 2020, ditemukan bahwa persentase pengguna internet yang berusia 16 hingga 64 tahun dan menggunakan smartphone sebanyak 94% (Kemp, 2020). Hal ini didukung oleh riset yang dilakukan HootSuite dan

We Are Social pada tahun 2020, bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan setiap hari oleh pengguna internet melalui berbagai media dan perangkat di antaranya yaitu 7 jam 59 menit untuk menggunakan internet, 3 jam 26 menit untuk menggunakan media sosial, 3 jam 4 menit untuk menonton televisi, 1 jam 30 menit untuk mendengarkan musik melalui layanan streaming, dan 1 jam 23 menit untuk bermain game (Kemp, 2020). Terdapat potensi pasar konsumen pengguna smartphone yang besar dimanfaatkan untuk melakukan kepentingan bisnis bagi para pelaku usaha, salah satunya yaitu menciptakan pasar untuk aplikasi streaming musik.

Musik adalah sebuah experience

good yang kegunaan sejatinya baru bisa

diungkapkan kepada konsumen setelah dikonsumsi (Wlömert & Papies, 2016). Sebelum adanya kemajuan teknologi, musik dapat dinikmati dengan menggunakan vinyl, kaset, dan CD yang berbentuk fisik. Saat ini terjadi pergeseran penggunaan konsumen dari bentuk fisik konsumsi musik ke ruang digital baik dengan cara yang legal seperti menggunakan aplikasi streaming musik ataupun dengan cara yang ilegal seperti melakukan pembajakan (Sinclair

(3)

& Tinson, 2017). Berdasarkan data dari statista.com, ditemukan bahwa terdapat sekitar 125 juta orang yang telah beralih dari kaset dan CD dalam bentuk fisik menuju layanan streaming musik. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun dan diharapkan dapat menembus angka 260 juta pengguna di akhir tahun 2020 (Andriawan, 2020).

Revolusi digital dalam industri musik membuat streaming menjadi format paling umum yang digunakan orang untuk mengakses, berbagi, dan mendengarkan musik (Sinclair & Tinson, 2017). Pengguna aplikasi

streaming musik secara online

merupakan pasar potensial yang besar dengan jumlah yang terus meningkat. Survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menunjukan bahwa 35,5% dari populasi pengguna internet di Indonesia, atau sekitar 46,9 juta orang Indonesia mendengarkan musik secara

online (APJII, 2016).

Saat ini terdapat berbagai aplikasi streaming musik seperti Spotify, Apple Music, JOOX Music, YouTube Music, dan berbagai platform lainnya. Sebagian besar layanan aplikasi streaming musik

menawarkan layanan yang serupa, namun survei loyalitas dan keterlibatan (engagement) pengguna yang dilakukan oleh Vetro Analytics pada 2018 mengungkapkan bahwa Spotify merupakan aplikasi yang cenderung digunakan orang (Whitson, 2019).

Spotify merupakan salah satu aplikasi layanan streaming musik yang sudah berdiri selama lebih dari 10 tahun. Spotify diresmikan pada tahun 2008 dan menawarkan layanan pengunduhan musik seraya membayar loyalitas kepada perusahaan musik. Spotify menggunakan model bisnis freemium yang memberikan penggunanya fungsi dasar untuk memutar musik secara gratis, namun pengguna juga dapat memilih untuk melakukan upgrade ke Spotify Premium untuk mendapatkan fitur-fitur lebih dengan membayar sejumlah harga tertentu (Spotify, 2020). Spotify telah menjelma menjadi pemimpin global terdepan dalam hal platform music streaming (Netti & Irwansyah, 2018).

Spotify adalah platform streaming musik terbesar di dunia menurut jumlah pelanggan yang dimilikinya. Pengguna layanan Spotify hanya perlu mendaftar untuk memiliki akses ke salah satu

(4)

koleksi musik terbesar dalam sejarah, ditambah adanya podcast, dan konten audio lainnya (Iqbal, 2020). Spotify telah memposisikan dirinya secara unik di pasar yang ekspansif untuk menargetkan dua segmen utamanya, yaitu para pelajar dan pengusaha muda professional (Arias et al., 2016). Kelengkapan koleksi musik dan pengalaman yang diberikan oleh Spotify membuatnya berhasil menjadi market leader pada tahun 2018 dengan menguasai lebih dari sepertiga pasar yang memiliki lebih dari 200 juta pelanggan, di mana 46,4% merupakan pelanggan premium di 78 pasar di seluruh dunia (Mulligan, 2018).

Pada tahun 2019, Spotify tetap bertahan sebagai market leader yang menonjol dalam hal pelanggan dengan menguasai 32% pangsa pasar. Pangsa pasar Spotify cenderung tetap antara 32% dan 34% di setiap kuartal sejak tahun 2015. Hal ini menunjukkan betapa kompetitifnya pasar streaming musik (Mulligan, 2020).

Fenomena persaingan yang tinggi dalam industri aplikasi streaming musik mendorong para pelaku usaha untuk menciptakan brand loyalty. Sebagaimana dinyatakan oleh Atulkar

(2020), dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, kesuksesan perusahaan bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan loyalitas pada pelanggan. Brand loyalty merupakan salah satu alat untuk memenangkan persaingan yang ketat dengan cara meningkatkan loyalitas pelanggan berbayar terhadap merek streaming musik. Loyalitas merupakan sebuah konsep penting dalam pemasaran, yang terbukti sebagai sumber penting keunggulan komparatif perusahaan (Huang, 2017). Koo (2018) menyatakan bahwa menciptakan loyalitas antara pelanggan dan merek adalah tujuan dari relationship marketing. Konsep relationship marketing sangat penting dalam industri di mana loyalitas antara merek dan pelanggan sangat diutamakan, seperti dalam industri platform streaming.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait faktor yang dapat mempengaruhi brand loyalty, di antaranya perceived value (Atulkar, 2020; Su & Chang, 2018; Leckie, Nyadzayo, & Johnson, 2018; Nikhashemi et al., 2016.), brand experience (Semadi & Ariyanti, 2018; Huang, 2017; Pradanata dkk., 2017),

(5)

dan brand trust (Atulkar, 2020; Koo, 2018; Semadi & Ariyanti, 2018).

Peneliti menemukan bahwa perceived value adalah salah satu anteseden utama dari brand loyalty (Park & Kim, 2016). Perceived value didefinisikan sebagai penilaian keseluruhan konsumen atas kegunaan suatu produk, berdasarkan pada persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan (Oliver, 1999). Customer perceived value mempengaruhi niat membeli, komitmen, dan customer brand loyalty (Nikhashemi et al., 2016).

Brand experience merupakan sensasi, perasaan, kognisi, dan respons perilaku yang ditimbulkan oleh rangsangan terkait merek yang merupakan bagian dari desain dan identitas merek, pengemasan, komunikasi, dan lingkungan (Brakus et al., 2009). Berkaitan dengan brand experience, pengalaman pelanggan Spotify yang sangat dipersonalisasi telah menjadi kekuatan pendorong utama dalam mempertahankan loyal customer base yang dimilikinya (Chew, 2019).

Brand trust telah dipelajari secara luas dalam relationship marketing, terutama efek penghubungnya pada

tanggapan yang disukai pelanggan, seperti brand loyalty (Huang, 2017). Hal ini juga mengacu pada keyakinan positif pelanggan pada produk, layanan, dan merek yang dirasakan (Park & Kim, 2016). Pelanggan harus memilih sebuah platform yang kemungkinan dapat mengurangi pendapatannya, maka dari itu platform tersebut harus dapat dipercaya untuk memenuhi harapan pelanggan bahwa platform tersebut akan melakukan hal yang terbaik untuk mereka (Koo, 2018).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perceived Value,

Brand Experience, dan Brand Trust

terhadap Brand Loyalty pengguna Spotify Premium.

LANDASAN TEORI

Relationship Marketing

Konsep loyalitas yang didasarkan pada relationship marketing dapat meningkatkan kualitas hubungan antara pengguna layanan streaming musik dan streaming platforms. Relationship marketing merupakan strategi untuk untuk membangun loyalitas pelanggan baik pelanggan lama yang berguna bagi perusahaan ataupun untuk menarik

(6)

pelanggan baru dalam jangka panjang (Koo, 2018). Literatur pemasaran mengkaitkan beberapa unsur yang mendukung relationship marketing, seperti trust, commitment, conflict handling, dan communication (Ndubisi, 2007). Selain itu, teori relationship marketing telah secara signifikan memperkaya pemahaman tentang aspek teoritis yang berbeda dari customer relationship, memperluas fokus customer experience untuk memasukkan emosi dan persepsi yang terkait dengan pengalaman tersebut (Lemon & Verhoef, 2016).

Perceived Value

Perceived value didefinisikan sebagai penilaian keseluruhan konsumen atas kegunaan suatu produk, berdasarkan pada persepsi tentang apa yang diterima dan apa yang diberikan (Atulkar, 2020). Peneliti berpendapat bahwa value adalah pendorong utama pilihan konsumen baik di tingkat produk atau di tingkat dan berfungsi sebagai prediktor signifikan niat perilaku konsumen untuk tetap setia pada perusahaan (Park & Kim, 2016). Ketika perceived value dari suatu produk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, maka pembelian

produk tersebut dipandang sebagai pembelian yang layak dan mengakibatkan peningkatan nilai loyalitas (Pan et al., 2012).

Brand Experience

Brand experience merupakan sensasi, perasaan, kognisi, dan respons perilaku yang ditimbulkan oleh rangsangan terkait merek yang merupakan bagian dari desain dan identitas merek, pengemasan, komunikasi, dan lingkungan (Brakus et al., 2009). Jika sebuah merek dapat membangkitkan pengalaman, hal ini dapat mengarah pada kepuasan dan loyalitas. Brand experience dapat dirasakan secara langsung dan juga tidak langsung oleh konsumen (Brakus et al., 2009). Konsumen akan merasakan brand experience secara langsung setelah konsumen mengonsumsi sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuah merek. Sedangkan konsumen juga dapat merasakan brand experience secara tidak langsung, yaitu ketika konsumen melihat iklan atau strategi-strategi pemasaran lainnya yang dilakukan oleh sebuah merek terkait produk atau jasa yang ditawarkan (Pradanata dkk., 2017).

(7)

Brand Trust

Brand trust telah dipelajari secara luas dalam relationship marketing, terutama efek penghubungnya pada tanggapan yang disukai pelanggan, seperti brand loyalty (Huang, 2017). Brand trust mengacu pada keyakinan positif pelanggan pada produk, layanan, dan merek yang dirasakan (Park & Kim, 2016). Brand trust adalah kesediaan konsumen untuk mengandalkan merek dan janji-janji yang diberikan sebagai anteseden penting dari brand loyalty (Atulkar, 2020).

Bagi konsumen, brand trust penting karena mencakup persepsi mereka tentang kredibilitas dan kebajikan sebuah merek (Park & Kim, 2016). Pelanggan yang tidak mempercayai penyedia layanan akan beralih ke penyedia lain. Pelanggan harus memilih sebuah platform yang kemungkinan membuat pelanggan harus membayar, maka dari itu platform tersebut harus dapat dipercaya untuk memenuhi harapan pelanggan dan akan melakukan hal yang terbaik untuk mereka (Koo, 2018).

Brand Loyalty

Menurut Oliver (1999) brand loyalty merupakan komitmen yang

dipegang teguh untuk membeli produk atau layanan yang disukai secara konsisten di masa depan, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih. Brand loyalty menjadi alat untuk mengukur keterikatan pelanggan terhadap suatu merek sehingga dapat memotivasi pelanggan untuk menunjukkan perilaku pembelian yang konsisten dari suatu merek yang disukai (Atulkar, 2020).

Mengembangkan pelanggan yang loyal merupakan hal yang penting, karena adanya kecenderungan untuk membeli kembali merek atau produk yang sama. Maka dari itu, mempertahankan pelanggan dengan membangun loyalitas merupakan taktik rasional bagi perusahaan atau penyedia layanan untuk memenangkan persaingan di pasar (Koo, 2018).

Hipotesis

1. H1: Perceived Value memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Brand Loyalty pada pengguna Spotify Premium.

2. H2: Brand Experience memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Brand Loyalty pada pengguna Spotify Premium.

(8)

3. H3: Brand Trust memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Brand Loyalty pada pengguna Spotify Premium.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah explanatory research yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih yang mencoba menjelaskan alasan terjadinya suatu fenomena (Cooper & Schindler, 2014). Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena menggunakan data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.

Populasi dan Sampel

Menurut Sekaran & Bougie (2016), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal menarik yang ingin peneliti investigasi. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah pengguna Spotify Premium yang menggunakan layanan aplikasi streaming musik Spotify Premium untuk mendengarkan musik.

Jenis pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pengambilan sampel secara non-probabilitas (non-probability sampling). Untuk menentukan ukuran sampel, merujuk pada pendapat Roscoe (1975). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dan mendapatkan responden sebanyak 200 pengguna Spotify Premium.

Jenis dan Sumber Data

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner dengan menggunakan Skala Likert lima poin yang disebarkan secara online melalui Google Form. Sementara itu, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal, buku, data yang dipublikasikan, dan artikel di internet yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data Uji Validitas

Menurut Ghozali (2018), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabelmaka item pertanyaan yang digunakan dikatakan valid atau sah, begitu pula sebaliknya. Selain itu, dapat juga dilihat melalui

(9)

nilai signifikansi, jika nilainya lebih kecil dari 0,05 (5%) maka, instrumen dinyatakan “valid”, begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2018).

Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2018), uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur apakah suatu kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode one shot dengan melihat cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha lebih tinggi dari 0,70.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018), uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya memiliki distribusi normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov dengan Monte Carlo (p-value). Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi statistik yang dihasilkan dari perhitungan. Jika nilai signifikansi yang dihasilkan lebih dari 0,05 maka model regresi diterima

karena variabel residual memiliki distribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2018), uji multikolinieritas ditujukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik ditandai dengan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF) digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018), uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan uji Spearman Rank, dengan cara mengkorelasikan variabel independen dengan residual.

Uji Linearitas

Menurut Ghozali (2018), uji linearitas digunakan untuk melihat benar atau tidaknya suatu spesifikasi model yang digunakan. Dengan uji

(10)

linearitas akan diperoleh informasi apakah suatu model empiris berbentuk linear atau non-linear. Data yang baik seharusnya memiliki hubungan linier antara variabel dependen dan variabel independen. Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas yaitu dengan melihat nilai sig. deviation from linearity. Jika nilainya lebih dari 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel independen dan variabel dependen.

Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Ghozali (2018), analisis regresi adalah studi tentang ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas). Tujuan dari analisis regresi selain untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, analisis regresi juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2018), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Uji Hipotesis

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Ghozali (2018) menyatakan bahwa uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (5%).

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Independen Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) 2,867 1,598 Perceived Value (X1) 0,277 0,065 Brand Experience (X2) 0,102 0,062 Brand Trust (X3) 0,492 0,064

Sumber: Data primer diolah, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 2,867 + 0,277 X1 + 0,102 X2 +

0,492 X3

Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(11)

1. Konstanta a memiliki nilai sebesar 2,867 yang berarti bahwa nilai dari variabel dependen yaitu Brand Loyalty sebesar 2,867.

2. Koefisien b1 memiliki nilai sebesar

0,277 yang berarti bahwa setiap terdapat kenaikan ataupun penurunan Perceived Value (X1),

maka Brand Loyalty (Y) akan mengalami kenaikan ataupun penurunan dengan asumsi nilai dari variabel lainnya tetap.

3. Koefisien b2 memiliki nilai sebesar

0,102 yang berarti bahwa setiap terdapat kenaikan ataupun penurunan Brand Experience (X2),

maka Brand Loyalty (Y) akan mengalami kenaikan ataupun penurunan dengan asumsi nilai dari variabel lainnya tetap.

4. Koefisien b3 memiliki nilai sebesar

0,492 yang berarti bahwa setiap terdapat kenaikan ataupun penurunan Brand Trust (X3), maka

Brand Loyalty (Y) akan mengalami kenaikan ataupun penurunan dengan asumsi nilai dari variabel lainnya tetap.

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier berganda,

diketahui bahwa hasil dari perhitungan regresi linear berganda memiliki koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,421. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Brand Loyalty akan dipengaruhi sebesar 42,1% oleh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust. Sementara 57,9% sisanya menunjukkan bahwa variabel Brand Loyalty akan dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan ataupun diteliti dalam penelitian ini.

Uji t

Tabel 2. Hasil Uji t

Variabel t hitung t tabel Sig.

Perceived Value (X1) 4,279 1,972 0,000 Brand Experience (X2) 1,661 1,972 0,098 Brand Trust (X3) 7,663 1,972 0,000

Sumber: Data primer diolah, 2020

Berdasarkan tabel di atas, pengaruh yang terjadi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Uji t antara X1 (Perceived Value)

dengan Y (Brand Loyaly) menghasilkan t hitung sebesar 4,279

(12)

dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Perceived Value secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Brand Loyalty, sehingga H1 diterima.

2. Uji t antara X2 (Brand Experience)

dengan Y (Brand Loyaly) menghasilkan t hitung sebesar 1,661 dan nilai signifikansi sebesar 0,098. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Brand Experience secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel Brand Loyalty, sehingga H2 ditolak.

3. Uji t antara X3 (Brand Trust) dengan

Y (Brand Loyaly) menghasilkan t hitung sebesar 7,663 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Brand Trust secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Brand Loyalty, sehingga H3 diterima.

Pembahasan

Pengaruh Pengaruh Perceived Value terhadap Brand Loyalty

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Perceived Value memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Brand Loyalty pengguna

Spotify Premium, sehingga Hipotesis 1 dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atulkar (2020), Su & Chang (2018), Leckie, Nyadzayo, & Johnson (2018), dan Nikhashemi et al. (2016) yang juga mendukung bahwa Perceived Value mempengaruhi Brand Loyalty secara signifikan positif.

Dalam konteks penelitian ini, pengguna Spotify Premium mendapatkan value di antaranya seperti dapat mendengarkan audio dengan kualitas yang lebih tinggi (320kbit/s), tidak ada interupsi iklan saat mendengarkan musik, unlimited skips, serta dapat mengunduh lagu ke perangkat apa saja di mana mereka memiliki aplikasi Spotify sehingga lagu dapat didengarkan secara offline. Hal tersebut dapat mempengaruhi niat membeli, komitmen, dan brand loyalty dari para pengguna Spotify Premium. Pengaruh Brand Experience terhadap

Brand Loyalty

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Brand Experience tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty pengguna Spotify Premium, sehingga Hipotesis 2

(13)

dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pradanata dkk. (2017) yang menemukan bahwa Brand Experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Brand Loyalty.

Dalam konteks penelitian ini, produk Spotify Premium merupakan produk digital yang ditawarkan oleh aplikasi streaming musik Spotify. Sehingga pengalaman produk dirasakan secara tidak langsung karena produk disajikan secara virtual (Brakus et al., 2009). Hal ini menyebabkan Brand Experience dari produk Spotify Premium saja tidak cukup untuk mendorong pengguna untuk terus berlangganan dan loyal terhadap Spotify Premium. Terlebih, Brand Experience yang diberikan oleh Spotify Premium yaitu personalized experience seperti Discover Weekly playlist yang mampu memberikan penggunanya playlist yang dipersonalisasi dan Spotify Wrapped yang memungkinkan pengguna berbagi pengalaman mendengarkan musik mereka selama satu tahun, juga bisa didapatkan oleh pengguna Spotify reguler yang tidak perlu mengeluarkan biaya tertentu.

Sehingga keunggulan Brand Experience yang ditawarkan hanya pengalaman dapat mendengarkan musik di mana saja dan kapan saja karena adanya fitur download yang disediakan bagi pengguna Spotify Premium. Kurangnya pengalaman khusus yang diberikan untuk pengguna Spotify Premium menyebabkan Brand Experience tidak memberikan jaminan untuk meningkatkan Brand Loyalty penggunanya.

Namun penelitian ini menunjukkan hasil yang berlawanan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Semadi & Ariyanti (2018) yang menemukan bahwa Brand Experience memiliki hubungan positif signifikan dengan Brand Loyalty dalam konteks produk layanan keuangan digital. Huang (2017) juga menemukan bahwa Brand Experience memiliki hubungan yang signifikan dengan Brand Loyalty dalam konteks pelanggan telepon seluler bermerek.

Pengaruh Brand Trust terhadap

Brand Loyalty

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Brand Trust memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Brand Loyalty pengguna

(14)

Spotify Premium, sehingga Hipotesis 3 dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan data tersebut, Brand Trust merupakan variabel yang paling dominan dalam memengaruhi Brand Loyalty pengguna Spotify Premium. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atulkar (2020) dan Semadi & Ariyanti (2018) yang menemukan bahwa Brand Trust memiliki hubungan positif yang signifikan dengan Brand Loyalty.

Dalam konteks penelitian ini, Brand Trust ada ketika pelanggan percaya bahwa Spotify Premium dapat diandalkan dan memiliki integritas. Kepercayaan terhadap produk atau merek merupakan kunci dalam menentukan Brand Trust. Karena pelanggan harus membayar sejumlah biaya tertentu untuk mendapatkan layanan Spotify Premium, maka kualitas dari produk dan merek Spotify Premium harus dapat dipercaya untuk memenuhi harapan pelanggan bahwa aplikasi streaming music berbayar yang dipilih akan melakukan hal yang terbaik untuk mereka. Kepercayaan pengguna Spotify Premium yang lebih tinggi akan menciptakan Brand Trust yang lebih

baik dan meningkatkan loyalitas merek ke tingkat yang lebih tinggi.

Implikasi Hasil Penelitian Implikasi Teoritis

Penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana pengaruh ketiga variabel independen yang digunakan, Perceived Value, Brand Experience, dan Brand Trust terhadap Brand Loyalty dalam konteks aplikasi streaming musik berbayar Spotify Premium. Pertama, penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dengan mengungkapkan bahwa Brand Experience pengguna Spotify Premium tidak secara signifikan mempengaruhi Brand Loyalty. Kedua, penelitian ini memberikan kontribusi teoritis dengan mengungkapkan bahwa Perceived Value dan Brand Trust memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand Loyalty. Temuan penelitian ini mendukung teori relationship marketing dengan trust sebagai salah satu faktor utama dalam meningkatkan loyalitas. Brand Trust dalam penelitian ini juga merupakan variabel yang paling dominan dalam memengaruhi Brand Loyalty pengguna Spotify Premium. Ketiga, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dalam bidang ini,

(15)

yang telah menyelidiki pengaruh Perceived Value (Atulkar, 2020; Nikhashemi et al., 2016; Su & Chang, 2018; Leckie, Nyadzayo, & Johnson, 2018), Brand Experience (Pradanata dkk., 2017), dan Brand Trust (Atulkar, 2020; Semadi & Ariyanti, 2018), terhadap Brand Loyalty.

Implikasi Praktis

Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi para manajer untuk mengembangkan Brand Loyalty dalam industri aplikasi streaming musik. Pertama, untuk mengembangkan Brand Loyalty dapat berfokus dengan meningkatkan value yang menjadi pendorong utama pilihan konsumen, baik di tingkat produk atau di tingkat merek. Salah satunya yaitu melakukan branding yang memberikan kesan bahwa Spotify Premium merupakan cara paling modern untuk mendengarkan musik, dengan menonjolkan fitur “Spotify Code” yang merupakan barcode canggih untuk berbagi musik. Selain itu, memberikan free trial selama 1 bulan untuk pengguna Spotify baru juga perlu dipertahankan sehingga pelanggan baru bisa mendapatkan pengalaman dan mengetahui value dari Spotify Premium

sehingga mampu mendorong mereka untuk berlangganan Spotify Premium. Kedua, Brand Trust merupakan aspek utama dalam relationship marketing dan dalam pengembangan Brand Loyalty. Maka dari itu, penting bagi manajer untuk meningkatkan kepercayaan konsumen, yang dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas produk dan merek, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan secara konsisten memberikan layanan terbaik sehingga memotivasi melanjutkan pembelian merek yang sama di masa mendatang. Spotify Premium juga perlu menyediakan valuable content yang hanya dapat diakses oleh para pengguna premium, menjaga konsistensi kualitas produk, dan mendorong user-generated content yang dapat dibagikan di media sosial pengguna karena konten yang dibagikan oleh orang biasa lebih dapat dipercaya daripada konten yang dibagikan oleh perusahaan atau merek itu sendiri. Dengan demikian, pelanggan yang memiliki kepercayaan tinggi pada merek cenderung tidak beralih ke merek lain dan akibatnya cenderung untuk tetap setia pada merek yang biasa mereka gunakan.

(16)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Diketahui bahwa Perceived Value memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik perceived value yang diberikan oleh Spotify Premium, dapat meningkatkan brand loyalty pengguna Spotify Premium.

2. Diketahui bahwa Brand Experience tidak memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty. Hal ini dapat diartikan bahwa pengalaman pelanggan dalam menggunakan produk Spotify Premium tidak terlalu memberikan dampak dalam meningkatkan brand loyalty pengguna Spotify Premium.

3. Diketahui bahwa Brand Trust memiliki pengaruh terhadap Brand Loyalty. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan pelanggan terhadap merek dan kualitas Spotify Premium, dapat meningkatkan brand loyalty pengguna Spotify Premium.

Saran

1. Pihak perusahaan Spotify AB, khususnya pengelola layanan

Spotify Premium diharapkan dapat

mempertahankan serta

meningkatkan Perceived Value dan Brand Trust, karena variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan Brand Loyalty pengguna Spotify Premium.

2. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat variabel independen merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi Brand Loyalty, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dengan mempertimbangkan

variabel-variabel lain di lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Sehingga peneliti selanjutnya dapat memperoleh tingkat keakuratan yang lebih baik. Seperti misalnya variabel Satisfaction, Service Quality, Brand Image, Brand Love, dan lain sebagainya. Selain itu peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mereplikasi model penelitian ini, direkomendasikan memilih obyek penelitian yang berbeda sehingga dapat mengembangkan topik pada penelitian ini.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Andriawan, F., 2020,. Bagaimana Cara Bisnis Streaming Musik Gratis Mendapatkan Uang?, Paper Blog, dilihat pada 2 Oktober 2020 <https://www.paper.id/blog/finansia l-umkm/bisnis-streaming-musik/>. Arias, A., Kabbas, C., Meuse, B.,

Russo, M., & Zimmerman, B., 2016, „Spotify: A Marketing Analysis‟, Marketing 101: Principles of Marketing, FairFiels University.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 2016, Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Jakarta. Atulkar, S., 2020, „Brand Trust and

Brand Loyalty in Mall Shoppers‟, Marketing Intelligence & Planning, Vol. 38, No. 5, pp. 559-572.

Brakus, J. J., Schmitt, B. H., & Zarantonello, L., 2009, „Brand Experience: What Is It? How Is It Measured? Does It Affect Loyalty?‟, Journal of marketing, Vol .73, No. 3, pp. 52-68.

Chew, K., 2019, 3 Companies That Built Brand Loyalty (and How They Did It), Remesh Agile Research Platform, dilihat pada 15 Oktober 2020 <https://blog.remesh.ai/ building-brand-loyalty-strategies>. Cooper, D. R., & Schindler, P. S.,

2014, Business Research Methods, 12th Edition, McGraw-Hill, United States of America.

Ghozali, I., 2018, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25, Edisi 9, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Huang, C. C., 2017, „The Impacts of

Brand Experiences on Brand Loyalty: Mediators of Brand Love

and Trust‟, Management Decision, Vol. 55, No. 5, pp. 915-934.

Iqbal, M., 2020, Spotify Usage and Revenue Statistics (2020), Business of Apps, dilihat pada 2 Oktober 2020

<https://www.businessofapps.com/ data/spotify-statistics>.

Kemp, S., 2020, Digital 2020: Indonesia, Datareportal, dilihat pada

23 Agustus 2020

<https://datareportal.com/reports/ digital-2020-indonesia>.

Koo, H., 2018, „Factors Affecting Streamers' Loyalty to Live Streaming Platforms‟, 22nd Biennial Conference of the International Telecommunications Society (ITS), Seoul, Korea.

Leckie, C., Nyadzayo, M. W., & Johnson, L. W., 2018, „Promoting brand engagement behaviors and loyalty through perceived service value and innovativeness‟, Journal of Services Marketing, Vol. 32, No. 1, pp. 70-82.

Lemon, K. N., & Verhoef, P. C., 2016, „Understanding Customer Experience Throughout The Customer Journey‟, Journal of Marketing: AMA/MSI Special Issue, Vol. 80, No. 6, pp. 69-96.

Mulligan, M., 2018, Mid-Year 2018

Streaming Market Shares, MIDiA

Research, dilihat pada 7 Oktober 2020

<https://www.midiaresearch.com/ blog/mid-year-2018-streaming-market-shares>.

Mulligan, M., 2020, Music Subscriber

Market Shares Q1 2020, MIDiA

Research, dilihat pada 7 Oktober 2020

<https://www.midiaresearch.com/ blog/music-subscriber-market-shares-q1-2020>.

(18)

Ndubisi, N. O., 2007, „Relationship Marketing and Customer Loyalty‟,

Marketing Intelligence & Planning,

Vol. 25, No. 1, pp. 98-106.

Netti, S. Y. M., & Irwansyah, I., 2018, „Spotify: Aplikasi Music Streaming untuk Generasi Milenial‟, Jurnal

Komunikasi, Vol. 10, No. 1, hal.

1-16.

Nikhashemi, S. R., Tarofder, A. K., Gaur, S. S., & Haque, A., 2016, „The effect of customers‟ perceived value of retail store on relationship between store attribute and customer brand loyalty: Some insights from Malaysia‟, Procedia

Economics and Finance, Vol. 37,

No. 16, pp. 432-438.

Oliver, R. L., 1999, „Whence Consumer Loyalty?‟, Journal of Marketing, Vol. 63, pp. 33-44.

Pan, Y., Sheng, S., & Xie, F. T., 2012, „Antecedents of Customer Loyalty: An Empirical Synthesis and Reexamination‟, Journal of Retailing and Consumer Services,

Vol. 19, No. 1, pp. 150-158.

Park, H., & Kim, Y. K., 2016, „Proactive versus reactive apparel brands in sustainability: influences on brand loyalty‟, Journal of

Retailing and Consumer Services,

Vol. 29, No. 2, pp. 114-122.

Pranadata, I. G. P., Rahayu, M., & Hussein, A. S., 2017, „Analisis Pengaruh Brand Experience Terhadap Brand Perceived Value, Brand Satisfaction, dan Brand Loyalty‟, Jurnal Bisnis dan

Manajemen, Vol. 4, No. 2,

pp. 217-227.

Pratama, D., Hakim, D. A., Prasetya, Y., Febriandika, N. R., Trijati, M., & Fadlilah, U., 2016, „Rancang Bangun Alat dan Aplikasi untuk Para Penyandang Tunanetra

Berbasis Smartphone Android‟,

Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, Vol 2,

No. 1, hal. 14-19.

Semadi, I. P., & Ariyanti, M., 2018, 'The influence of brand experience, brand image, and brand trust on brand loyalty of ABC-Cash', Asian

Jorunal of Management Sciences & Education, Vol. 7, No.3, pp.12-23.

Sinclair, G., & Tinson, J., 2017, „Psychological Ownership and

Music Streaming

Consumption‟, Journal of Business

Research, Vol. 71, 1-9.

Spotify., 2020, Apa itu Spotify?, dilihat

pada 30 November 2020

<https://support.spotify.com/id/artic le/what-is-spotify/>.

Su, J., & Chang, A., 2018, „Factors affecting college students‟ brand

loyalty toward fast

fashion‟, International Journal of

Retail & Distribution Management,

Vol. 46, No. 1, pp. 90-107.

Whitson, P., 2019, What Makes People

Loyal to Digital Services?, Canvas8,

dilihat pada 15 Oktober 2020 <https://www.canvas8.com/

content/2019/09/02/thought-leader-digital-loyalty.html>.

Wlömert, N., & Papies, D., 2016, „On-demand Streaming Services and Music Industry Revenues—Insights from Spotify's Market Entry‟,

International Journal of Research in Marketing, Vol. 33, No. 2, pp.

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Uji  Regresi  Linier  Berganda  Variabel Independen  Unstandardized Coefficients  B  Std
Tabel 2. Hasil Uji t

Referensi

Dokumen terkait

• Raja Gowa yaitu Karaeng Matoaya Tumamenenga ri Agamanna yang bergelar Sultan Alaudin menjadi raja pertama yang memeluk agama Islam yang memerintah pada tahun 1591-1638.. •

Mengingat potensi rumput laut di Indonesia yang cukup besar dan keterbatasan produsen dalam menghasilkan nata yang berkualitas serta pentingnya nata sebagai sumber

6DODK VDWX IDNWRU SHQJKDPEDW SHPEHULDQ GLVSHQVDVL NDZLQ GL 3HQJDGLODQ $JDPD 3ROHZDOL \DLWX MLND NHGXD DQDN WHODK VDOLQJ PHQFLQWDL WHWDSL RUDQJ WXD VDODK VDWX SLKDN DWDX NHGXDQ\D

Cobalah sampel secara berurutan dari sampel sebelah kiri ke kanan dengan cara mengunyah dengan menggunakan gigi geraham.. Anda diperbolehkan mengulang sesering yang anda

Namun, didapatkan hasil korelasi dengan menggunakan uji parsial terdapat hubungan antara variabel X1 (Pengetahuan) dan Y (Frekuensi konsumsi sayur anak) yang

Sedang juru bicara partai Demokrat Suirpen menyebutkan, perda tentang pengelolaan keolahragaan ini sangat strategis dalam rangka menyehatkan masyarakat, pengembangan

Fokus pelatihan kami adalah Layanan Pelanggan (Service Excellence), Tehnik Presentasi dan Mengajar ( Training For Trainer) dan Psikologi-Perilaku Manusia ( DiSC Profile dan

Para tenaga pengajar pada program mentoring mahasantri putra pada Asrama Rusunawa berjumlah 39 orang, dengan jumlah murid 365, berdasarkan perbandingan rasio: jumlah