• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang sangat menarik. Berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang sangat menarik. Berbagai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1. 1. LATAR BELAKANG

Jepang merupakan salah satu negara yang sangat menarik. Berbagai kelebihan dan keunggulan menjadikan Jepang sebagai salah satu negara yang ingin dikunjungi oleh orang-orang dari negara lain. Kelebihan dan keunggulan Jepang dimulai dari industri yang besar hingga kebudayaannya yang khas. Kebudayaan khas Jepang tidak lahir begitu saja melainkan berkembang dengan pengaruh berbagai faktor, salah satunya adalah letak geografis Jepang.

Letak geografis Jepang membuat kebudayaannya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dari Cina. Beberapa pengaruh yang dibawa dari Cina disaring oleh masyarakat Jepang sejak zaman pra-sejarah. Pada abad ke-19, Jepang mulai membuka diri terhadap kebudayaan-kebudayaan dari negara lain tak terkecuali negara barat. Pembukaan diri yang dilakukan Jepang ini menghasilkan masuknya gaya hidup Barat secara besar-besaran sehingga berpengaruh pada budaya tradisional yang semakin lama semakin terkikis1).

Saat ini, kebudayaan tradisional Jepang yang semakin terkikis juga mengakibatkan nilai-nilai tradisional semakin ditinggalkan. Salah satu contoh adalah tempat tinggal masyarakat Jepang. Tempat tinggal masyarakat Jepang cenderung menggunakan arsitektur modern yang minimalis tanpa adanya taman,

1) Direktorat Jenderal Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri, WAFUKU

DIKALAHKAN YOFUKU”, Majalah Akses: Jurus Jitu Bisnis di Jepang, Edisi ke-6, 1 Oktober 2007. h. 15

(2)

hal tersebut berbanding terbalik dengan rumah tradisional Jepang yang lengkap dengan tamannya. Perubahan yang terjadi bukan hanya pada arsitektur rumah tetapi juga pada elemen pendukung sebuah rumah yaitu interior. Pada bagian dalam rumah Jepang dapat terlihat perubahan yang signifikan yaitu semakin berkurangnya penggunaan interior tradisional. Salah interior tradisional yang semakin jarang digunakan oleh masyarakat Jepang adalah fusuma.

Fusuma adalah dinding atau partisi yang mulai berkembang sejak akhir zaman Heian, dibungkus oleh kertas atau kain tebal yang tidak tembus cahaya, serta mempunyai motif ataupun dilukis pada kedua sisinya dengan hikite (pegangan pintu) pada kedua sisinya2). Pada rumah tradisional Jepang fusuma merupakan bagian yang penting dalam pembagian ruangan karena fusuma berfungsi untuk membuat partisi diantara ruangan dengan digeser atau diangkat. Ketika terdapat suatu acara tertentu seperti pertemuan keluarga besar membutuhkan ruangan yang lebih luas atau membuat sirkulasi udara pada musim panas lebih nyaman fusuma dapat dihilangkan3). Fusuma juga digunakan sebagai pintu oshiire, lemari kloset untuk menyimpan kasur futon, kasur kapas empuk yang mudah digulung dan digelar khas Jepang.

Kertas yang digunakan pada fusuma adalah kertas tebal yang tidak tembus cahaya, terbuat dari serat kulit kayu disebut dengan fusuma-gami 4). Fusuma-gami memiliki berbagai macam jenis, seperti kertas fusuma dengan efek kusut, kertas

2)Edward S. Morse. Japanese Homes and Their Surroundings, (America: Dover

Publication, Inc., 1961), h. 127

3)Itoh, Teiji. The Elegant Japanese House; Traditional Sukiya Architecture, (Japan:

Tankosha, 1969), h.178

4)Heinrich, Engel. The Japanese House; A Tradition For Contemporary Architecture,

(3)

yang mengandung anyaman dengan tenunan halus benang yang terbuat dari rumput laut dan kertas yang menggunakan warna cokelat mahal untuk membuat sesuatu yang antik dengan efek yang menarik.

Fusuma-gami yang tebal dan tidak tembus cahaya menjadikannya sebuah tempat para pelukis menyalurkan ide kreatif sehingga fusuma digambarkan motif dan pola tertentu. Pelukis tidak jarang mengaplikasikan lukisan pemandangan pada fusuma, terbentang seperti sebuah panorama menghiasi seluruh bagian ruangan5). Salah satu ciri khas lukisan atau pola-pola yang diaplikasikan pada fusuma adalah penggunaan tema bernuansa alam. Hal ini tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Jepang yang dekat dengan alam sehingga kesenian mereka banyak menggunakan unsur alam6). Kehidupan mereka selalu berkaitan dengan alam, karena bagi mereka alam merupakan sesuatu hal yang penting dan harus dihargai. Sikap menghargai alam ini merupakan karakteristik yang khas dari kebudayaan masyarakat Jepang7). Karakter orang Jepang yang mencintai alam sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nakamura Hajime yaitu seorang pakar dalam Buddhisme Jepang. Beliau mengatakan dalam bukunya:

5)Bernard, Philips. The Essentials of Zen Buddhism; Selected from the Writings of

Daisetz T. Suzuki, (Westport, Connecticut: Greenwood Press, Publisher, 1962), h. 127.

6) Mudji, Sutrisno. Estetika Filsafat Keindahan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), h.

111.

(4)

日本人は、多く自然を愛し、あこがれた。彼らは、衣服の模様に花鳥草木を描 き、料理はできるだけ、自然のままのかたちを尊重する。住居についても、床 の間に生花や盆栽を置き、襖にもしばしば簡素な花鳥を描く8)

Nihonjin wa ooku shizen wo aishi, akogareta. Karera wa, ifukumoyou no kachoukusaki wo egaki, ryouri wa dekirudake, shizen no mama no katachi wo sonchou suru. Jyuukyo nitsuitemo, tokonoma ni ikebana ya bonsai wo oku, fusuma ni mo shibashiba kanso na kachou wo egaku.

Terjemahan:

Orang Jepang sangat mencintai dan mengagumi alam. Mereka menghiasi baju mereka dengan hiasan bergambar bunga, burung dan rerumputan dan dalam masakan sebisa mungkin menghargai bentuk alami apa adanya. Ditempat tinggal mereka menempatkan ikebana dan bonsai di tokonoma dan pada fusuma pun sering dilukis dengan gambar bunga dan burung yang sederhana.

Pernyataan Nakamura di atas mencerminkan kebudayaan masyarakat Jepang yang tidak terlepas dari alam dan diekspresikan secara apa adanya. Mereka memberi dekorasi pada kimono maupun fusuma dengan berbagai motif alam seperti sakura, bambu dan daun momiji.

Lukisan atau pola-pola yang diaplikasikan pada fusuma merupakan simbol -simbol yang mempunyai suatu makna tertentu dan termasuk salah satu seni yang dibutuhkan oleh manusia sebagai media pemuasan ekspresi yang dibuat untuk menghadirkan suatu sensasi keindahan atau estetika9). Secara umum, estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang tetapi keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek

8) Nakamura, Hajime. Nihonjin no Shii Houhou, (Tokyo: Shunjusha. 1994), h. 59. 9) Dharmawan. Pendidikan Seni Rupa, (Bandung: CV. Amrico, 1987), h. 1.

(5)

. Pengertian lain dari estetika adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari objek, maupun merespon terhadap stimulisi terutama melalui persepsi indera serta mendapatkan pengalaman estetik pencipta dan pengamatnya11). Dapat disimpulkan bahwa estetika merupakan ilmu yang membahas keindahan, bagaimana cara terbentuk sehingga seseorang dapat merasakannya. Di Jepang, estetika dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu alam dan agama. Agama yang sangat mempengaruhi estetika Jepang salah satunya adalah sekte Buddhisme yang disebut dengan Zen Buddhisme. Zen Buddhisme adalah adalah salah satu aliran utama Buddhisme Mahayana yang mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan dan juga kealamian yang mengikuti garis alam tanpa ada unsur buatan.

1. 2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengangkat dua permasalahan yaitu:

1) Bagaimana perkembangan penggunaan fusuma pada arsitektur rumah tradisional hingga arsitektur modern Jepang?

2) Bagaimana nilai estetika Zen serta makna yang terkandung pada fusuma di arsitektur rumah tradisional dan rumah modern Jepang?

10)Artini Kusmiato, Dimensi Estetika Pada Karya Arsitektur dan Disain, (Jakarta:

Djambatan, 2004), h. 5.

(6)

1. 3. TUJ UAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang perkembangan penggunaan fusuma pada arsitektur rumah tradisional hingga rumah modern Jepang saat ini. Selain itu juga mengetahui nilai estetika Zen serta makna yang terkandung pada fusuma di arsitektur rumah tradisional dan rumah modern Jepang. Tujuan lainnya adalah untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Jepang, khususnya benda pendukung tata ruang rumah Jepang.

1. 4. LANDASAN TEORI

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah konsep estetika Zen yang dikemukakan oleh Hisamatsu Shin’ichi sebagai pendukung untuk meneliti skripsi ini. Konsep estetika Zen menurut Hisamatsu Shin’ichi memiliki tujuh karakteristik yang akan lebih dijelaskan pada bab II.

1. 5. METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menggunakan metode kepustakaan yang deskriptif analitis. Yang dimaksud dengan penelitian deskriptif analitis adalah melakukan penelitian dengan cara mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari data rujukan dan kemudian menganalisisnya. Metode kepustakaan ini diawali dengan pengumpulan data tertulis yang berkaitan dengan judul penelitian ini, data-data didapat dari berbagai sumber berupa buku-buku, dokumen -dokumen, surat kabar, jurnal ilmiah, majalah, dan situs internet yang terkait

(7)

dengan tema yang akan diteliti baik yang tertulis dalam bahasa Indonesia, Inggris maupun Jepang. Foto-foto yang berhubungan dengan fusuma yang didapat dari internet dan buku rujukan digunakan untuk membantu penjabaran dan pendeskripsian dalam pencerminan permasalahan penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan konsep simbolisme yang dikemukakan oleh Ernst Cassier dan Langer, konsep pembangunan modernisasi baru serta konsep estetika Zen yang dikemukakan oleh Hisamatsu Shin’ichi sebagai pendukung.

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa hasil analisis dari berbagai literatur yang berhubungan dengan fusuma seperti buku-buku yang relevan, dokumen, jurnal, makalah, dan tulisan-tulisan pada berbagai website. Dengan demikian dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan, mencatat, menganalisis serta menginterpretasikan makna yang terkandung pada fusuma serta penggunaannya dalam arsitektur modern Jepang saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta-fakta fusuma seperti awal penggunaan fusuma hingga penggunaanya pada arsitektur modern tidak hanya dijabarkan, tetapi juga dihubungkan satu dengan yang lainnya di dalam aspek-aspek yang diselidiki.

1. 6. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan adalah agar dapat memberikan gambaran mengenai isi dari penelitian ini. Skripsi ini terdiri dari empat bab, yaitu:

(8)

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini memberikan penjelasan secara umum mengenai penelitian ini secara garis besar. Dalam bab ini, diuraikan latar belakang penelitian mengenai perubahan arsitektur di Jepang hingga estetika yang ada di Jepang. Selain itu diuraikan juga rumusan permasalahan, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Pendahuluan ditulis agar pembaca dapat mengerti secara umum dan merasa tertarik untuk mengetahui apa yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II Konsep Estetika Zen Buddhisme. Bab ini berisi penjelasan konsep estetika Zen Buddhisme yang dikemukakan oleh Hisamatsu Shin’ichi.

Bab III Analisis, bab ini berisi hasil analisis data yang dilakukan oleh penulis. Penulis akan memaparkan pandangan umum tentang fusuma, analisis perkembangan penggunaan fusuma pada arsitektur tradisional dan arsitektur modern Jepang serta analisis nilai estetika dan makna yang terkandung pada fusuma di arsitektur rumah tradisional dan rumah modern Jepang.

Bab IV Kesimpulan, bab ini merupakan bagian yang terakhir berisi kesimpulan dari analisis pada bab sebelumnya sehingga pembaca mengetahui jawaban dari penelitian ini. Di akhir skripsi terdapat daftar pustaka yang memuat sumber-sumber bahan bacaan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan mengenai perjanjian pemborongan telah diatur dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemborongan pekerjaan

Saat krisis global terjadi, justru banyak AC merek China yang masuk ke pasar Indonesia, namun konsumen tetap memperhatikan kualitas dan kenyamanan udara AC yang

Penelitian tentang pola kepekaan bakteri Escherichia coli O157:H7 yang diisolasi dari feses sapi terhadap antibiotika penisilin G, ampisilin, sulfametoksazol dan

Rencana kegiatan tahunan (RKT) Perwakilan BPKP Provinsi Bali terdiri atas rencana output, rencana penerbitan laporan, rencana penugasan, rencana penggunaan hari produktif,

Perilaku prokrastinasi akademik, terbentuk dan berkembang dalam proses sosialisasi yang dimulai dari keluarga, akan diperkuat di lingkungan sekolah dan lingkungan

Kerusakan infrastruktur di Desa Pangandaran meliputi permukiman, jalan, jembatan, fasilitas umum dan sosial, bangunan pemerintah, hotel, TPI (tempat pelelangan ikan) serta

Dalam skripsi ini lebih khusus mengenai perang yang terjadi setelah meninggalnya Hideyoshi, yang melibatkan hampir seluruh daimyo di Jepang, yang disebut dengan

Dari hasil analisis perhitungan pathloss pada model Okumura dan model Lee diharapkan diperoleh model yang sesuai pada daerah suburban dengan karakteristik slope