Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
HERRI PUTRA NIM : 060425008
Herri Putra : Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo Dengan Bahan Baku Sodium Layryl Ether Sulfonat Kapasitas Produksi 8.000 Ton / Tahun, 2009.
USU Repository © 2009
PEMBUATAN SHAMPOO DENGAN BAHAN BAKU
SODIUM LAYRYL ETHER SULFONAT
KAPASITAS PRODUKSI 8.000 TON / TAHUN
TUGAS AKHIRPROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA EKSTENSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Herri Putra : Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo Dengan Bahan Baku Sodium Layryl Ether Sulfonat Kapasitas Produksi 8.000 Ton / Tahun, 2009.
PEMBUATAN SHAMPOO DENGAN BAHAN BAKU
SODIUM LAYRYL ETHER SULFONAT KAPASITAS
PRODUKSI 8.000 TON / TAHUN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana TeknikKimia Oleh : HERRI PUTRA NIM : 060425008
Telah diperiksa/disetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Iriany, MSi Erni Misran, ST. MSc
NIP : 131 822 286 NIP : 132 258 002
Diketahui, Koordinator Tugas Akhir
Dr.Eng. Ir. Irvan, MSi NIP : 132 126 842
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Pabrik Shampoo ini direncanakan berproduksi dengan kapasitas 8.000 ton/tahun dengan 340 hari kerja dalam 1 (satu) tahun. Proses yang digunakan melalui 2 tahap yaitu proses pembuatan Lauryl Ether Sulfonat dan proses pembuatan shampoo. Pembuatan Lauryl Ether Sulfonat dilakukan melalui proses pencampuran Lauryl ether dengan oleum 20% di sulfonator (R-101) dengan temperatur proses 46oC sehingga terbentuk senyawa lauryl ether sulfonat. Kemudian lauryl ether sulfonat ini dinetralisasi dengan menggunakan NaOH 20% di dalam neutralizer (R-102) dengan temperatur operasi 51oC maka diperolehlah senyawa sodium lauryl ether sulfonat.
Pada proses pembuatan shampoo ini, senyawa sodium lauryl ether
sulfonat yang berfungsi untuk menghasilkan busa dicampurkan dengan air, EDTA,
dan ethylene glycol monostearate di dalam mixer (M-201) pada temperatru proses 60oC, kemudian campuran ini ditambahkan hydantoin, citric acid, pewarna dan parfum shampoo.
Lokasi pabrik ini direncanakan dibangun di daerah Labuhan yang merupakan hilir Sungai Deli, Sumatera Utara dengan luas tanah yang dibutuhkan adalah 14.929,2 m2.
Jumlah tenaga kerja yang di butuhkan untuk mengoperasikan pabrik sebanyak 153 orang dan bentuk badan usaha yang direncanakan adalah perseroan terbatas (PT) dan bentuk organisasinya adalah organisasi garis dan staf.
Hasil analisa terhadap aspek ekonomi Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo, adalah :
Total modal investasi : Rp.
233.285.671.600,- Biaya Produksi : Rp.
281.648.306.800,- Hasil penjualan/ tahun : Rp.
Return of Investment (ROI) : 25,34 %
Pay Out Time (POT) : 3,95 tahun
Internal Rate of Return (IRR) : 36,00 %
Dari hasil analisa aspek ekonomi, maaka dapat disimpulkan bahwa pabrik pembuatan Shampoo ini layak didirikan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR...i INTI SARI ... ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR GAMBAR...v DAFTAR TABEL...vi BAB I PENDAHULUAN... I-11.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-2 1.3. Tujuan Perancangan ... I-2 1.4. Manfaat Perancangan ... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1. Shampoo ... II-1 2.1.1 Jenis Jenis Shampoo Berdasarkan Bentuknya... II-3 2.1.2 Jenis Jenis Shampoo Berdasarkan Kegunaannya ... II-3 2.2. Dasar Pemilihan Bahan Baku ... II-5 2.3. Deskripsi Pembuatan Shampoo... II-5
2.3.1 Proses Pembuatan Sodium Lauryl Ether Sulfonat ... II-5 2.3.2 Proses Pembuatan Shampoo... II-6 2.4. Bahan-Bahan Baku Pembuatan Shampoo ... II-7 BAB III NERACA MASSA... III-1 BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ...V-1 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1 6.1. Instrumentasi ... VI-1 6.2. Keselamatan Kerja Pabrik... VI-11
7.1. Kebutuhan Steam... VII-1 7.2. Kebutuhan Air ... VII-2 7.3. Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-10 7.4. Kebutuhan Listrik ... VII-11 7.5. Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-11 7.6. Unit Pengolahan Limbah... VII-13 7.7. Spesifikasi Peralatan Utilitas... VII-17 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK...VIII-1
8.1. Lokasi Pabrik...VIII-1 8.2. Tata Letak Pabrik...VIII-3 8.3. Perincian Luas Tanah...VIII-5 BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1. Pengertian Organisasi dan Manajemen... IX-1 9.2. Bentuk Badan Usaha... IX-1 9.3. Struktur Organisasi ... IX-2 9.4. Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab... IX-3 9.5. Sistem Kerja ... IX-7 9.6. Kesejahteraan Tenaga Kerja... IX-11 BAB X EKONOMI DAN PEMBIAYAAN...X-1
10.1. Modal Investasi...X-1 10.2. Biaya Produksi Total...X-4 10.3. Total Penjualan ...X-5 10.4. Perkiraan Rugi/Laba Usaha...X-5 10.5. Analisa Aspek Ekonomi...X-5 BAB XI KESIMPULAN... XI-1 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA ENERGI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Blok Diagram Sistem Pengendalian Feedback ... VI-4 Gambar 6.2 Sebuah loop Pengendalian ... VI-5 Gambar 6.3 Suatu Proses Terkendali... VI-5 Gambar 6.4 Alat-Alat Pengendali Pada Pabrik Shampoo... VI-11 Gambar 6.5 Tingkat Kerusakan di Suatu Pabrik ... VI-12 Gambar 8.1 Tata Letak Lokasi Pabrik ... VIII-11 Gambar 9.1 Struktur Organisasi Perusahaan... IX-13 Gambar LD.1 Diagram RF ... LD-95 Gambar LE.1 Harga Peralatan Untuk Tangki Penyimpanan ...LE-5 Gambar LE.2 Grafik BEP ...LE-31
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor-Impor Shampoo di Indonesia ... I-2 Tabel 3.1 Neraca Massa di Unit Reaktor 101...III-1 Tabel 3.2 Neraca Massa di Unit Mixer 101 ...III-1 Tabel 3.3 Neraca Massa di Unit Dekanter 101...III-2 Tabel 3.4 Neraca Massa di Unit Reaktor 102...III-2 Tabel 3.5 Neraca Massa di Unit Mixer 102 ...III-2 Tabel 3.6 Neraca Massa di Unit Mixer 201 ...III-3 Tabel 4.1 Neraca Panas di Reaktor (R-101)... IV-1 Tabel 4.2 Neraca Panas di Reaktor (R-102)... IV-1 Tabel 4.3 Neraca Panas di Mixer (M-201)... IV-1 Tabel 4.4 Neraca Panas di Cooler (E-201)... IV-2 Tabel 6.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi... VI-10 Tabel 7.1 Kebutuhan Steam... VII-1 Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin ... VII-2 Tabel 7.3 Kebutuhan Air Proses pada Alat ... VII-3 Tabel 7.4 Pemakaian Air Untuk Berbagai Kebutuhan... VII-3 Tabel 7.5 Kualitas Air Sungai Deli... VII-4 Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ...VIII-5 Tabel 8.2 Keterangan Gambar ...VIII-6 Tabel 9.1 Jumlah Tenaga Kerja Beserta Tingkat Pendidikan ... IX-8 Tabel 9.2 Gaji Karyawan... IX-9 Tabel LA.1 Komposisi Berbagai Bahan Dalam Shampoo ... LB-1 Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan...LE-2 Tabel LE.2 Indeks Marshall dan Swift ...LE-3
Tabel LE.3 Perincian Harga Peralatan Proses ...LE-6 Tabel LE.4 Perincian Harga Peralatan Utilitas...LE-7
Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ...LE-16 Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas ...LE-18 Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja ... LE-19 Tabel LE.9 Aturan Depresiasi Sesuai UU R.I No. 17 Thn. 2000...LE-21 Tabel LE.10 Perkiraan Biaya Depresiasi ... LE-21
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam era industrialisasi dewasa ini, pembangunan nasional yang mantap harus diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh sektor industri yang canggih, maju dan berdaya saing kuat. Pengembangan industri juga diusahakan terhadap perluasan kesempatan dan lapangan pekerjaan, sehingga sumber daya manusia termanfaatkan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan-bahan alam berpotensi dan sangat bervariasi. Sumber bahan alam tersebut dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti sebagai bahan pangan, kosmetik, obat-obatan, bahan baku industri, insektisida, bahan pemberi citra rasa (flavour) dan wangi-wangian (perfume) dan lain-lain. Hal ini memacu kita untuk melakukan pengembangan dalam memproduksi produk-produk yang bermutu.
Shampoo sejak dahulu telah dikenal khalayak ramai sebagai salah satu jenis kosmetik yang paling banyak digunakan. Hingga saat ini hasil produksi shampoo di Indonesia dipasarkan dalam negeri maupun keluar negeri. Mengingat potensi dan prospek perkembangan shampoo di masa mendatang sebagai suatu jenis kosmetik yang sangat dibutuhkan (sesuai dengan tabel 1.1), sehingga diperlukan suatu ekspansi dengan dorongan dari para investor agar bernilai ekonomi tinggi dan menciptakan lapangan kerja baru. Mengingat shampoo ini banyak digunakan oleh masyarakat, perlu juga diperhatikan kualitas bahan baku yang akan digunakan yaitu dari segi komposisi atau bahan yang terkandung dalam shampoo. Selain itu, pemilihan bahan baku shampoo dalam hal ini bahan baku utama (sodium lauryl ether sulphate) sangat berpengaruh juga pada perkembangan pabrik sendiri.
Tahun Jumlah impor (kg) Jumlah ekspor (kg) 2002 8.106.941 5.330.160 2003 10.945.261 5.333.146 2004 18.592.913 5.137.151 2005 18.714.339 5.803.913 2006 18.424.775 6.111.579
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006)
1.2. Perumusan masalah
Mengingat sampai saat ini kebutuhan akan shampoo begitu meningkat dan pembuatan shampoo berkualitas dalam skala industri lebih sedikit di Indonesia, sementara masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan produk yang berkualitas baik sehingga perlu dilakukan suatu pengembangan untuk memproduksi shampoo yang berkualitas untuk menarik konsumen dengan berbagai variasi keunggulan.
1.3. Tujuan PraRancangan Pabrik
Tujuan rancangan pabrik pembuatan shampoo adalah untuk mengaplikasikan ilmu Teknik Kimia yang meliputi neraca massa, neraca energi, operasi teknik kimia, utilitas dan ilmu teknik kimia lainnya sehingga dapat memberi gambaran kelayakan perancangan pabrik pembuatan shampoo.
1.4. Manfaat PraRancangan Pabrik
Manfaat dari pra perancangan pabrik pembuatan shampoo ini adalah untuk memberi gambaran tentang kelayakan pra rancangan pabrik pembuatan shampoo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Shampoo
Shampoo adalah produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, ketombe, partikel-partikel kotor yang berasal dari lingkungan dan kotoran lain dari rambut. Perkataan shampoo berasal dari kata champna yang berasal dari bangsa Anglo-Indian yang berarti memijat. Awalnya shampoo ini berasal dari bunga Michelia champaca yang secara tradisional digunakan untuk membuat rambut menjadi wangi. Pada tahun 1759, salah satu pengusaha di Inggris bernama Mahomed memperkenalkan shampoo untuk mandi yang kemudian dikenal dengan istilah Mahomed's Indian
Vapour Baths. Akhirnya pada tahun 1930, Kasey Hebert memperkenalkan
shampoo ini untuk rambut dengan penambahan herbal-herbal. (Sumber : wikipedia, 2008)
Pada zaman dahulu, di Indonesia shampoo dibuat dari kulit ari dan jerami padi. Kulit ari dan jerami padi ini dibakar dalam abu dan ditambahkan bahan alkali, lalu dicampur dengan air sehingga berbentuk seperti bubur. Shampoo ini dapat membersihkan rambut tetapi menyebabkan rambut menjadi sangat kering. Setelah itu minyak kelapa digunakan untuk melembabkan rambut tersebut.
Shampoo bekerja dengan melepaskan minyak alami rambut. Sebum adalah minyak yang disekresi oleh folikel rambut yang siap diserap oleh untaian rambut dan membentuk lapisan pelindung. Sebum melindungi struktur protein rambut dari kerusakan, tetapi perlindungan ini menyebabkan suatu akibat lain. Akibat itu adalah rambut cenderung mengumpulkan kotoran dan serpihan dari kulit kepala dan rambut. Surfaktan melepaskan sebum dari pori-pori rambut dan dengan demikian kotoran pada rambut dapat dilepaskan.
shampoo menggunakan jenis surfaktan yang berbeda yang seimbang untuk menghindari pelepasan minyak alami rambut secara berlebihan dari rambut.
Mekanisme kimia shampoo yang mendasari pembersihan rambut adalah mirip dengan sabun tradisional. Rambut yang tidak rusak mempunyai permukaan hidrofobik dimana lemak dari kulit seperti sebum melekat, tetapi air pertama kali tetap ditolak. Lemak tidak mudah dilepaskan dari rambut dengan pembilasan menggunakan air tawar. Surfaktan anionik secara substansi menghilangkan ketegangan permukan antarmuka dan memperhitungkan pemindahan sebum dari pori rambut. Material minyak non polar pada pori rambut dilarutkan dalam struktur misel surfaktan shampoo dan dihilangkan selama pembilasan. Pembusaan terjadi karena pemijatan shampoo pada kulit kepala.
Beberapa sifat-sifat shampoo secara umum antara lain : 1. Bersifat homogen
2. Memiliki warna tergantung pada warna yang dinginkan 3. Memiliki aroma tergantung parfum yang diberikan 4. Memiliki pH antara 5,5 – 6,5
5. Mengandung surfaktan anionik aktif sebesar 12 – 14 6. Specific gravity sebesar 1,02 – 1,05
gr/cm3 (Sumber : wikipedia, 2008)
Formula shampoo yang dibuat biasanya digunakan untuk memaksimalkan kualitas-kualitas seperti di bawah ini :
1. Kemudahan membilas
2. Akhir yang baik setelah pencucian rambut 3. Meminimalkan iritasi mata dan kulit 4. Tidak ada kerusakan pada rambut 5. Terasa lebih tebal dan lembut 6. Terasa harum
7. Tidak mengandung racun
8. Kandungan shampoo dapat diuraikan dengan baik 9. Derajat keasaman (pH) tidak kurang dari 7
but iran-butiran yang kecil sekali dari beberapa bahan seperti glikol, derivasi secara kimia dari asam sitrat. Beberapa produk shampoo dibuat untuk menghindari kerusakan rambut yang diakibatkan oleh radiasi sinar ultraviolet.dan shampoo juga dibuat dengan perlakuan medis.
2.1.1 Jenis-jenis Shampoo Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, shampoo dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain
a. Shampoo Padat
Shampoo padat atau shampoo batangan menggunakan surfaktan sabun dan atau surfaktan lain yang sesuai untuk diformulasi seperti padatan. Sabun padatan ini harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
b. Shampoo Jeli/Gel
Shampoo jeli/gel ini dibuat dengan meningkatkan viskositas dari shampoo cair biasa. Shampoo ini tidak dapat mengalir tetapi tidak padat, shampoo ini digunakan dengan cara mengoleskannya pada kulit atau rambut. Pada zaman dahulu, shampoo ini dibuat dengan melarutkan sabun sodium ke dalam air panas.
c. Shampoo Pasta/Krim
Shampoo dalam bentuk pasta biasanya dipasarkan dalam bentuk tube atau botol. Shampoo ini basah dan lebih mudah digunakan daripada shampoo padat serta lebih cepat larut.
d. Shampoo Kering
Shampoo kering ini berbentuk seperti tepung dan dibuat tanpa menggunakan air.
2.1.2 Jenis-jenis Shampoo Berdasarkan Kegunaannya a. Shampoo Anti ketombe
Perusahaan-perusahaan telah mengembangkan shampoo yang secara khusus dibuat untuk anti ketombe. Shampoo ini mengandung fungisida
untuk mengurangi atau membunuh Malassezia furfur. Tar batubara dan turunan senyawa silikat sering digunakan.
b. Shampoo Alami
Beberapa perusahaan menggunakan bahan-bahan alami (bahan-bahan dari tumbuh-tumbuhan) seperti ekstrak tanaman atau minyak-minyak tanaman. Bahan-bahan tambahan ini dikombinasi dengan satu atau lebih surfaktan. c. Shampoo Bayi
Shampoo untuk bayi dan anak-anak dibuat dengan efek iritasi yang sangat kecil dan biasanya cenderung diproduksi dengan sangat sedikit menyebabkan kepedihan pada mata. Hal ini disempurnakan dengan satu atau lebih formulasi di bawah ini :
1. Produk ini kontak dengan mata setelah mengalir dari atas kepala dengan aliran yang begitu kecil.
2. Menyesuaikan pH shampoo dengan pH air mata dan dibuat dengan menyesuaikan juga dengan keadaan kulit kepala.
3. Menggunakan satu surfaktan atau dikombinasi untuk membuat iritasi yang sangat kecil.
4. Menggunakan surfaktan anionik dalam bentuk polietoksilat sintesis glikolemak dan atau polietoksilat sintetis monogliserida, dimana surfaktan menetralkan kepedihan mata dari surfaktan yang lain tanpa membuat pengaruh anastesi dari alkil polietoksilat atau alkil fenol polietoksilat.
Perbedaan dalam keempat formulasi di atas tidak mengatasi secara lengkap kontroversi penggunaan kandungan-kandungan shampoo untuk meredakan kepedihan mata oleh kandungan-kandungan lain. Formulasi 3 dan 4 sering menghasilkan keberagaman surfaktan yang digunakan pada shampoo bayi daripada shampoo-shampoo lain. Surfaktan sulfonat monoanionik dan peningkatan viskositas atau penstabilan busa alkanolamida lebih sering terlihat pada shampoo-shampoo lain.
d. Shampoo Hewan
Shampoo pada hewan seperti anjing dan kucing harus diformulasi secara khusus karena kulit hewan-hewan ini mempunyai lapisan-lapisan sel yang sangat berbeda dengan kulit manusia. Kulit kucing mempunyai 2-3 lapisan sel dan kulit anjing 3-5 lapisan. Sementara kulit manusia 10-15 lapisan. Ini adalah contoh yang jelas mengapa shampoo bayi tidak digunakan pada anjing, kucing atau binatang peliharaan lainnya.
Shampoo-shampoo hewan dapat mengandung insektisida atau bahan pengobatan lainnya untuk pembersihan kulit dari parasit seperti kutu atau kudis (luka-luka). Hal ini mengapa shampoo ini tidak pernah digunakan pada manusia.
2.2 Dasar Pemilihan Bahan Baku
Pada proses pembuatan shampoo ini akan digunakan bahan utama yaitu
sodium lauryl ether sulfonate, dimana bahan ini dibuat dari lauryl ether (C12) dan oleum. Jika persenyawaan lauryl (C12) ini digunakan pada shampoo, bahan ini dapat menghasilkan busa sekaligus meningkatkan stabilitas busa, meningkatkan kekuatan pencucian, memiliki kekentalan yang stabil, dan yang paling penting adalah persenyawaan ini merupakan persenyawaan yang paling baik untuk membuat surfaktan dibandingkan yang lain. Penggunaan oleum pada pembuatan shampoo ini hanya dimaksudkan untuk membantu proses pembuatan sodium
lauryl ether sulfonate yaitu pada proses sulfonasi.
2.3 Deskripsi Pembuatan Shampoo
2.3.1 Proses Pembuatan Sodium Lauryl Ether Sulfonat
Lauryl ether dicampurkan dengan oleum 20% di sulfonator (R-101) yang
dilengkapi dengan pengaduk dan jaket0 pendingin, dipanaskan pada suhu 46oC dengan tekanan 1 atm, waktu tinggal 4 jam. Reaksinya adalah sebagai berikut : C12H25OC2H4OH + SO3 + H2SO4 C12H25OC2H4O SO3H + H2SO4
Dalam reaksi ini, asam sulfat tidak ikut bereaksi. Hasil keluaran sulfonator berupa lauryl ether sulfonat, lauryl ether, ether dan asam sulfat. Hasil keluaran ini kemudian dimasukkan ke dalam mixer (M-101) dimana air ditambahkan sampai konsentrasi asam sulfat dari 99% menjadi 78%. Lalu campuran dari mixer (M-101) menuju dekanter (FL-(M-101). Di dalam dekanter inilah terjadi proses pemisahan lauryl ether, ether dan asam sulfat karena memiliki perbedaan densitas yang tinggi. Selain berdasarkan perbedaan densitas, pemisahan asam sulfat dan
lauryl ether sulfonat ini terjadi karena kedua zat ini tidak saling larut.
Kemudian lauryl ether sulfonat ini dinetralisasi dengan menggunakan NaOH 20% di dalam neutralizer (R-102) dengan temperatur operasi 51oC dimana reaksinya sebagai berikut :
C12H25OC2H4O SO3H + NaOH C12H25OC2H4O SO3Na + H2O
lauryl ether sulfonat Sodium lauryl ether sulfonat
Hasil keluaran sodium lauryl ether sulfonat ini kemudian digunakan untuk pembuatan shampoo.
2.3.2 Proses Pembuatan Shampoo
Air yang telah dipanaskan pada suhu 60oC dimasukkan ke dalam mixer (M-201), selanjutnya dimasukkan EDTA, ethylene glycol monostearate. Setelah campuran ini larut, lalu dimasukkan sodium lauryl ether sulfonate dan di aduk lagi sampai homogen. Penambahan sodium lauryl ether sulfonate ini di gunakan agar shampoo yang dihasilkan dapat memberikan busa. Setelah tercapai kondisi yang homogen, campuran ini kemudian didinginkan sampai suhu 40oC dan selanjutnya ke dalam mixer (M-202) akan dimasukkan sodium lauryl sarcisonate,
cocoamido prophyl betain, lauryl glucuside, coconut diethanol amide, dimethiconol dan poliquartenium dan di aduk sampai homogen.
parfum shampoo. Seluruh bahan ini akan dicampur sampai homogen. Campuran homogen (shampoo) ini selanjutnya dimasukkan ke storage tank (TT-201). Pada
Mengandung sodium sulfat sebesar 1% (maksimum) Mengandung sodium klorida sebesar 0,1% (maksimum) Mengandung dioksan sebesar 30 ppm (maksimum) Merupakan pasta berwarna kuning transparan Dibuat dari fatty alcohol
Biasanya digunakan sebagai surfaktan pada pembersih dal kosmetik
storage tank ini shampoo dibiarkan sampai suhu ruang (25oC – 30oC) sebelum di kemas (packing) dan dipasarkan.
2.4 Bahan-bahan Baku Pembuatan Shampoo 2.4.1 Sodium Lauryl Ether Sulfonate
Sifat-sifat umum :
1. Merupakan surfaktan anionic sebesar 68% - 73% 2. Memiliki nilai pH sebesar 7,0 – 9,0
am bahan
2.4.2 Oleum 20% Sifat-sifat umum :
1. Berat molekul : 178,14 gr/mol 2. Titik didih 3. Titik leleh 4. Densitas : 327,61oC : 21oC : 1930 kg/m3 5. Viskositas : 8,7 cp 6. berwujud cair 7. tidak berwarna
8. Bersifat menarik air dan mudah larut dalam air 9. Sangat korosif dan mudah meledak
7. 8. 9. Densitas Panas pembentukan : 1090,41 kg/m3 : -47,234 kkal/kmol Merupakan padatan berwarna putih
Dapat mengabsorpsi uap air dan CO2 dari udara mudah larut dalam air
Sodium Lauryl Sarcosinate Sifat-sifat umum : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Merupakan surfaktan anionik Merupakan cairan tak bewarna
Larut dalam pelarut organic, glikol dan gliserin Dapat menghasilkan busa
Tegangan permukaan
Konsentrasi misel kritis : 27,2 mN/m: 2,35 gr/L Sifat-sifat umum :
1. Berat molekul : 40 gr/mol 2. Titik didih : 1390oC 3. Titik leleh : 323oC 4. Temperatur kritis : 2546,85oC 5. Tekanan kritis : 249,998 atm 6. Kapasitas panas : -36,56 kkal/kg.oC
2.4.4
7. Banyak digunakan pada industri shampoo, sabun dan pasta gigi.
2.4.5 Cocoamido Prophyl Betain Sifat-sifat umum :
2. Memiliki nilai pH sebesar 6,0 – 7,5 3. Kandungan air sebesar 63% – 65%
4. Mengandung natrium klorida sebesar 4,5% - 6,0% 5. Mengandung monoklorasetat lebih kecil dari 5 ppm
Mengandung amina bebas sebesar 5% (maksimum) Viskositas pada 20oC sebesar 800 mPas
Merupakan cairan berwarna kuning Merupakan bahan pembuat busa
Lauryl Glucuside Sifat-sifat umum :
Kandungan air sebesar 47% - 50% Memiliki nilai pH sebesar 11,5 – 12,5
Mengandung free fatty alcohol sebesar 1,0% (maks)
Viskositas (40oC) sebesar 2000 – 4000 m.Pa.s 5. Densitas (40oC) 1,07 – 1,08 gr/cm3 Kandungan abu sebesar 2,0% (maks)
Dibuat dari glukosa dan lauril alkohol
7. Mengandung gliserin maksimal 3%
8. Mengandung asam glikolat maksimal 7000 ppm
2.4.6 Coconut Diethanol Amide Sifat-sifat umum :
1. Mengandung amida minimal 90% 2. Memiliki nilai pH sebesar 8,0 – 10,0
2.4.7
2.4.8 Dimethiconol Sifat-sifat umum :
1. Merupakan cairan kental berwarna putih seperti susu 2. Mengandung padatan sebesar 52%
3. Viskositas pada suhu 25oC sebesar 500 cps 4. Memiliki nilai (pH) sebesar 6-8
5. Mengandung dimetikonol 6. Tidak dapat terbakar
Sifat-sifat umum : 1. Viskositas 350 cps
2. Mengandung 0,8 – 1,1 % nitrogen (N2)
3. Digunakan sebagai pelembab pada bahan kosmetik
2.4.10 EDTA
Sifat-sifat umum :
1. Berat molekul : 292 gr/mol 2. Densitas : 0,86 gr/cm3 3. Titik leleh : 237 – 245oC 4. Terdekomposisi pada suhu 245oC
5. Kelarutan dalam air sebesar 0,1 gr/l (20oC) 6. Kelarutan dalam air sebesar 0,5 gr/l (90oC)
7. Dibuat dari 1,2 diaminoetana, formaldehid, air dan natrium sianida
2.4.11 Ethylene Glycol Mono Stearate Sifat-sifat umum :
1. Berwarna putih kekuking-kuningan
2. Warna menurut Lovibond 5¼” sebesar 2,5 R 15Y (maks) 3. Mengandung air sebanyak 1,0% (maksimum)
4. Titik leleh : 55-60oC
5. Angka asam : 2 (maks)
6. Angka iodine : 2 (maks)
7. Angka penyabunan : 178-188
2.4.12 Hydantoin
Sifat-sifat umum :
2. Titik leleh : 220oC
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Densitas
Titik leleh Titik didih Kelarutan dalam air
: 1,665 gr/cm3 : 153oC
: 175oC
: 133 gr/100 mm (20oC) Merupakan serbuk kristal berwarna putih
Larut dalam etanol anhidrat pada suhu 15oC
Banyak terdapat dan buah jeruk atau buah asam-asaman Banyak digunakan sebagai bahan aditif pada bahan makanan
Parfum (Green Silk) 1.
2. 3. 4.
Berat molekul : 322 gr/mol Merupakan zat cair bening
Memiliki indeks bias 1,446 – 1,466 (20oC) Berwarna agak kekuning-kuningan 5. banyak digunakan dalam industri farmasi dan bahan kosmetik
6. Banyak terdapat dan buah jeruk atau buah asam-asaman 7. Banyak digunakan sebagai bahan aditif pada bahan makanan
2.4.13 Citric Acid
Sifat-sifat umum :
1. Berat molekul : 192,123 gr/mol
2.4.14
5. Banyak digunakan sebagai bahan aditif
2.4.15 Pewarna
1. Densitas cairan sebesar 0,49 gr/cm3 2. Memiliki nilai pH sebesar 8,5 – 9,5
Kapasitas panas: 1 kal/g
Panas laten peleburan (es) : 80 kal/g Panas laten pengembunan: 540 kal/g Sebagai pelarut universal
Merupakan cairan yang tidak berwarna dan berbau Sifat-sifat umum :
1. Berat molekul : 18,016 gr/mol
2. Densitas : 0,99708 gr/cm3 (25oC) 3. Titik didih : 100oC (1 atm)
4. Titik beku : 0oC (1 atm) 5. Viskositas : 0,8937 cp (25oC) 6. Tekanan uap : 23,76 mmHg (25oC)
BAB III NERACA MASSA
Kapasitas pabrik : 8.000 kg/tahun Waktu operasi : 340 hari/tahun Basis perhitungan : 1 jam operasi Satuan operasi : kg/jam
3.1 Reaktor 101 (R-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa di Unit Reaktor 101
Bahan Masuk(kg/jam)1 2 Keluar (kg/jam)3
Lauril Eter Sulfat - - 69,7197
Lauryl ether 52,2500 - 0,5225 Ether 2,7500 - 2,7500 Asam Sulfat - 71,7870 71,7870 Air - 0,9087 0,9087 SO3 - 18,1739 0,1817 Sub total 55,0000 90,8696 -Total 145,8696 145,8696 3.2 Mixer 101 (M-101)
Tabel 3.2 Neraca Massa di Unit Mixer 101 Bahan Masuk (kg/jam) (kg/jam)Keluar
3 4 5
Lauril Eter Sulfat 69,7197 - 69,7197
Lauryl Ether 0,5225 - 0,5225 Ether 2,7500 - 2,7500 Asam Sulfat 71,7870 - 72,0096 Air 0,9087 19,4017 20,2695 SO3 0,1817 - -Sub total 145,8696 19,4017
-3.3 Dekanter 101 (FL-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa di Unit Dekanter 101 Bahan Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
5 6 7
Lauril Eter Sulfat 69,7197 69,7197 0,0000
Lauryl Ether 0,5225 0,0261 0,4964 Ether 2,7500 0,1375 2,6125 Asam Sulfat 72,0096 3,6005 68,4091 Air 20,3104 1,0155 19,2949 Sub total 74,4993 90,8129 Total 165,3122 165,3122 3.4 Reaktor 102 (R-102)
Tabel 3.4 Neraca Massa di Unit Reaktor 102
Bahan Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
6 10 11
SodiumLauril Eter Sulfat - - 73,9208
NaOH - 8,9061 0,0000
Lauryl Ether 0,0261 - 0,0261
Ether 0,1375 - 0,1375
Asam Sulfat 3,6005 - 3,6005
Air 1,0155 35,6245 40,6478
Lauril Eter Sulfat 69,7197 - 0,6972
Sub total 74,4993 44,5306
Total 119,0299 119,0299
3.5 Mixer 102 (M-102)
Tabel 3.5 Neraca Massa di Unit Mixer 102 Bahan Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
8 9 10
NaOH 8,9061 - 8,9061
Air 0,1818 35,4427 35,6245
Subtotal 9,0879 35,4427
Tabel 3.6 Neraca Massa di Unit Mixer 201 Bahan Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam) 12 13 14 17 15
Sodium Lauril Eter
Sulfat 119,0299 119,0299
Sodium Lauril Eter Coocoamido P Betain Coconut Diethanol amide lauryl glucoside Dimethiconol Poliquartenium EDTA 0,9919 0,9919 Ethylene Glycol M.stearat 39,6766 39,6766 Hydantoin Asam Sitrat Parfum Pewarna Air 649,7050 649,7050 Subtotal 119,0299 0,9919 39,6766 649,7050 Total 809,4035 809,4035
Tabel 3.7 Neraca Massa di Unit Mixer 202 (Sambungan 3.7 Mixer 202 (M-202)
Tabel 3.7 Neraca Massa di Unit Mixer 202 Lanjutan
Bahan Masuk (kg/jam)
16 18 19 20 21 22
Sodium Lauril Eter Sulfat 119,0299
Sodium Lauril Eter 49,5958
Coocoamido P Betain 49,5958 Coconut D. amide 14,8787 lauryl glucoside 39,6766 Dimethiconol 14,8787 Poliquartenium EDTA 0,9919
Ethylene Glycol mstearat 39,6766 Hydantoin Asam Sitrat Parfum Pewarna Air 649,7050 )
Bahan Masuk (kg/jam)
Keluar (kg/jam)
23 24 25 26 27 28
Sodium Lauril Eter Sulfat 119,0299
Sodium Lauril Eter 49,5958
Coocoamido P Betain 49,5958 Coconut D. amide 14,8787 lauryl glucoside 39,6766 Dimethiconol 14,8787 Poliquartenium 2,9757 2,9757 EDTA 0,9919
Ethylene Glycol mstearat 39,6766
Hydantoin 1,9838 1,9838
Asam Sitrat 2,4798 2,4798
Parfum 5,9515 5,9515
Pewarna 0,4960 0,4960
BAB IV NERACA PANAS
Basis Perhitungan : 1 hari operasi Satuan Operasi : kJ/jam
Temperatur Basis : 25oC (298,15 K)
4.1 Reaktor (R-101)
Tabel 4.1 Neraca Panas di Reaktor (R-101) Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 593,1392 -Produk - 3.173,6647 Steam 282.323,4226 -Reaksi - 279.742,8972 Total 282.916,5618 282.916,5618 4.2 Reaktor (R-102)
Tabel 4.2 Neraca Panas di Reaktor (R-102) Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 3.428,4789 -Produk - 9.774,8707 Steam 1.436.266,159 -Reaksi - 1.429.915,1546 Total 1.439.690,0253 1.439.690,0253 4.3 Mixer (M-201)
Tabel 4.3 Neraca Panas di Mixer (M-201) Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 69774,1532
Steam 40.720,6927
Tabel 4.3 Neraca Panas di Cooler (E-201) Komponen
Masuk
(kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 110.494,8459
-Produk - 47.246,2717
Air pendingin -63.248,5743
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
Dari hasil perhitungan peralatan pada Lampiran C, maka dibuatlah data spesifikasi peralatan yang digunakan pada Pra-rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo sebagai berikut :
5.1 Tangki Penyimpanan Lauril Eter (TT-101)
Fungsi : Untuk menyimpan lauril eter
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 10,4485 m3 Diameter tangki : 2,2000 m Tinggi silinder : 2,7500 m Tinggi tangki : 2,7500 m Pdesain : 244,1944 kPa Tebal silinder : 0,2769 in
5.2 Pompa Tangki Penyimpanan Lauril Eter (J-101)
unit Spesifikasi :
- Diameter pompa : 0,1618 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 0,25 ft/s - Total friksi : 1,5785 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 4,5785 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.3 Tangki Penyimpanan Oleum (TT-102) Fungsi : Untuk menyimpan oleum
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C
Kondisi operasi : T = 30oC ; P = 1 atm Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 40,6794 m3 Diameter tangki : 3,4609 m Tinggi silinder : 4,3262 m Tinggi tangki : 4,3262 m Pdesain : 203,4530 kPa Tebal silinder : 0,0751 in
5.4 Pompa Tangki Penyimpanan Oleum (J-102)
Fungsi : Untuk memompa oleum ke reaktor (R-101) Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1
unit Spesifikasi :
- Debit pompa : 0,0005 ft3/s - Diameter pompa : 0,3010 in - Schedule number : 40
Kondisi operasi
Jumlah Kapasitas tangki Diameter tangki Tinggi silinder Tinggi tangki Pdesain Tebal silinder Pengaduk : T = 46oC ; P = 1 atm : : : : : : : 1 unit 0,2059 m3 0,6589 m 0,8786 m 0,8786 m 147,9354 kPa 0,0622 in Jacket
: - Jenis pengaduk: Propeller 3 blades Diameter pengaduk: 0,7205 ft Kecepatan pengaduk : 0,5 rps Daya pengaduk: 1/2 hp : - Diameter: 0,7097 Tebal: 0,1527 in - Total friksi : 4,3129 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 7,3446 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.5 Reaktor Sulfonasi (R-101)
Fungsi : Tempat terjadi reaksi sulfonasi Jenis : Mixed flow reactor
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 Grade C
5.6 Pompa Reaktor (J-103)
Fungsi : Untuk memompa campuran dari reaktor (R-101) ke mixer (M-101)
unit Spesifikasi :
- Diameter pompa : 0,2263 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1,25 ft/s - Total friksi : 5,3741 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 11,3741 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.7 Mixer (M-101)
Fungsi : Untuk menurunkan konsentrasi asam sulfat
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar ellipsoidal dan tutup datar Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C
Kondisi operasi : T = 40oC ; P = 1 atm Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 0,4941 m3 Diameter tangki : 0,8822 m Tinggi silinder : 1,3969 m Pdesain : 121,5900 kPa Tebal silinder : 0,0803 in
Pengaduk : - Jenis pengaduk : Propeller 3 blades - Diameter pengaduk : 0,9648 ft
- Kecepatan pengaduk : 0,5 rps - Daya pengaduk : 1/2 hp
5.8 Pompa Mixer (J-104)
Fungsi : Untuk memompa campuran dari mixer (M-101) ke decanter (FL-101)
- Debit pompa : 0,0005 ft3/s - Diameter pompa : 0,2296 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1,25 ft/s - Total friksi : 101,2339 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 107,2339 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.9 Dekanter (FL-101)
Fungsi : Untuk memisahkan campuran asam sulfat dan LES
Bentuk : Silinder horizontal
Jumlah : 1 buah
Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C Kondisi penyimpanan : T = 250C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 1,7431 m3 Diameter tangki : 0,7467 m Tinggi silinder : 3,7335 m Pdesain : 244,5445 kPa Tebal silinder : 0,1016 in 5.10 Pompa Dekanter (J-105)
Fungsi : Untuk memompa campuran dari decanter ke reaktor 102
unit Spesifikasi :
- Diameter pompa : 0,1749 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 0,5 ft/s - Total friksi : 10,4029 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 16,4029 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.11 Pompa Dekanter (J-106)
Fungsi : Untuk memompa H2SO4 sisa dari dekanter ke tangki TT-103
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit Spesifikasi : - Debit pompa : 0,0007 ft3/s - Diameter pompa : 0,7897 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 0,1892 ft/s - Total friksi : 7,0656 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 19,0656 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.12 Tangki Asam Sulfat (TT-103)
Fungsi : Untuk menyimpan campuran asam sulfat Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit
Tinggi silinder : 4,4738 m Pdesain : 165,0505 kPa Tebal silinder : 0,0753 in 5.13 Silo NaOH (G-101)
Fungsi : Untuk menyimpan padatan NaOH
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar runcing 30o dan tutup datar
Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C Jumlah : 1 unit
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 7,0569 m3 Diameter tangki : 1,3539 m Tinggi silinder : 1,6924 m Pdesain : 191,75 kPa Tebal silinder : 0,0611 in 5.14 Conveyor (C-101)
Fungsi : Mengangkut NaOH dari silo ke elevator Jenis : Horizontal screw conveyor
Bahan konstruksi : Carbon steel
Jumlah : 1 unit
Laju volumetrik : 0,0005 ft3/s
Daya : 0,00004 hp
Jenis : Spaced-Bucket Centrifugal-Discharge Elevator Bahan konstruksi : Malleable-iron
Jumlah : 1 unit Spesifikasi :
- Ukuran bucket = (6 x 4 x 4¼) in - Jarak antar bucket = 12 in = 0,305 m
- Kecepatan bucket = 225 ft/mnt = 68,6 m/mnt = 1,143 m/s - Kecepatan putaran = 43 rpm
- Lebar belt = 7 in = 0,1778 m =17,78 cm
- Daya = 0,0003 hp
5.16 Mixer (M-102)
Fungsi : Untuk menghilangkan warna campuran Jenis : Silinder vertikal dengan dasar datar dan tutup
ellipsoidal.
Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C Kondisi operasi : T = 30oC ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 0,0527 m3 Diameter tangki : 0,4184 m Tinggi silinder : 0,6625 m Pdesain : 126,5823 kPa Tebal silinder : 0,0649 in
Pengaduk : - Jenis pengaduk Propeller 3 blades
- Diameter pengaduk : 0,4910 ft - Kecepatan pengaduk : 1 rps - Daya pengaduk : 1/2 hp
5.17 Pompa Mixer (J-107)
Fungsi : Untuk memompa campuran dari mixer 102 ke reaktor 102
- Debit pompa : 0,0004 ft3/s - Diameter pompa : 0,1976 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1 ft/s - Total friksi : 1,9258 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 3,9258 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.18 Reaktor Netralisasi (R-102)
Fungsi : Tempat terjadi reaksi netralisasi Jenis : Mixed flow reactor
Bahan konstruksi : Stainless steel SA-316 Grade C Kondisi operasi : T = 51oC ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 0,0804 m3 Diameter tangki : 0,4816 m Tinggi silinder : 0,7646 m Pdesain : 131,6504 psi Tebal silinder : 0,0519 in
Pengaduk : - Jenis pengaduk : Propeller 3 blades - Diameter pengaduk : 0,5266 ft - Kecepatan pengaduk : 1 rps - Daya pengaduk : 1/2 hp Jacket : - Diameter : 0,5324 m - Tebal : 0,1447 in 5.19 Pompa Reaktor (J-108)
SLES
Jumlah : 1 unit Spesifikasi : - Debit pompa : 0,0007 ft3/s - Diameter pompa : 0,2904 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1 ft/s - Total friksi : 10,5739 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 13,5739 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.20 Tangki Penyimpanan Sodium Lauril Eter Sulfat (TT-104
Fungsi : Untuk menyimpan Sodium Lauril Eter Sulfat. Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 57,8961 m3 Diameter tangki : 3,893 m Tinggi silinder : 4,8663 m Pdesain : 171,9205 kPa Tebal silinder : 0,352 in
5.21 Pompa Sodium Lauril Eter Sulfat (J-201)
Fungsi : Untuk memompa SLES dari tangki SLES ke mixer 201. Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1
unit Spesifikasi :
- Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1 ft/s
- Total friksi : 10,5739 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 13,5739 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.22 Mixer (M-201)
Fungsi : Untuk mencampurkan bahan-bahan pembuat shampoo Jenis : Silinder vertikal dengan dasar ellipsoidal dan tutup datar
ellipsoidal.
Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C Kondisi operasi : T = 60C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 0,7059 m3 Diameter tangki : 0,9936 m Tinggi silinder : 1,5732 m Pdesain : 137,6727 kPa Tebal silinder : 0,0891 in
Pengaduk : - Jenis pengaduk : Propeller 3 blades - Diameter pengaduk : 1,0866 ft
- Kecepatan pengaduk : 1 rps - Daya pengaduk : 1/2 hp
5.23 Pompa Mixer (J-202)
Fungsi : Untuk memompa campuran dari mixer 201 ke heater. Jenis : Pompa sentrifugal
- Debit pompa : 0,0058 ft3/s - Diameter pompa : 0,7917 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1,5675 ft/s - Total friksi : 0,3349 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 3,3349 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.24 Cooler (E-201)
Fungsi : Menurunkan temperatur campuran dari 60oC menjadi 40oC
Jenis : 2-4 Shell and Tube heat Exchanger
Jumlah : 1 unit Jenis tube : 18 BWG Diameter dalam, ID : 13,25 in Diameter luar, OD : 3/4 in Panjang tube : 9 ft Jumlah tube : 102 ft 5.25 Mixer (M-202)
Fungsi : Untuk mencampurkan bahan-bahan pendukung shampoo Jenis : Silinder vertikal dengan dasar ellipsoidal dan tutup datar
ellipsoidal.
Bahan konstruksi : Stainless Stell SA-316 grade C Kondisi operasi : T = 40C ; P = 1 atm
2,2474 m Tinggi silinder : 3,5585 m
Pdesain : 148,548 kPa Tebal silinder : 0,1443 in
Pengaduk : - Jenis pengaduk : Propeller 3 blades - Diameter pengaduk : 2,4578 ft
- Kecepatan pengaduk : 1 rps - Daya pengaduk : 1/2 hp
5.26 Pompa Mixer (J-203)
Fungsi : Untuk memompa SLES dari tangki SLES ke mixer 201. Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit Spesifikasi : - Debit pompa : 0,0095 ft3/s - Diameter pompa : 0,7614 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 2,5676 ft/s - Total friksi : 0,0047 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 12,0047 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.27 Tangki Penyimpanan Shampoo (TT-201)
Fungsi : Untuk menyimpan shampoo
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kapasitas tangki : 27,2068 m3/unit Diameter tangki : 3,0266 m Tinggi silinder : 3,7833 m Pdesain : 198,6571 kPa Tebal silinder : 0,454 in
5.28 Gudang Bahan Baku
Fungsi : Untuk penyimpanan bahan baku. Jenis : Gudang beton
Bahan konstruksi : Beton
Kondisi operasi : T = 30oC ; P = 1 atm Jumlah : 1 unit
Volume : 48 m3 Panjang : 4 m
Lebar : 3 m
Tinggi : 4 m
5.29 Tangki penyimpanan sodium lauryl sarcisonat (TT-202)
Fungsi : Untuk menyimpan sodium lauryl sarcisonate Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit
Kapasitas tangki : 15,4409 m3 Diameter tangki : 2,5059 m Tinggi silinder : 3,1324 m
Jenis : Pompa sentrifugal Jumlah : 1 unit Spesifikasi : - Debit pompa : 0,0002 ft3/s - Diameter pompa : 0,2253 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 0,5 ft/s - Total friksi : 9,2449 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 19,2449 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.31 Tangki penyimpanan cocoamido prophyl betain (TT-203)
Fungsi : Untuk menyimpan cocoamido prophyl betain Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 41,0055 m3 Diameter tangki : 3,4701 m Tinggi silinder : 4,3377 m Pdesain : 138,346 kPa Tebal silinder : 0,0706 in
5.32 Pompa cocoamido prophyl betain (J-205)
Fungsi : Untuk memompa CPB dari tangki CPB ke mixer 202 Jenis : Pompa sentrifugal
- Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 1,25 ft/s
- Total friksi : 50,8396 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 60,8396 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.33 Tangki penyimpanan lauryl glucoside (TT-204)
Fungsi : Untuk menyimpan lauryl glucoside
Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 17,8502 m3 Diameter tangki : 2,6299 m Tinggi silinder : 3,2874 m Pdesain : 152,8884 kPa Tebal silinder : 0,0672 in
5.34 Pompa lauryl glucoside (J-206)
Fungsi : Untuk memompa lauryl glucoside dari tangki lauryl glucoside ke mixer 202
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1
unit Spesifikasi :
- Debit pompa : 0,0002 ft3/s - Diameter pompa : 0,1706 in - Schedule number : 40
- Kerja poros : 24,5467 ft.lbf/lbm - Daya pompa : 1/2 hp
- Bahan konstruksi : Commercial steel
5.35 Tangki penyimpanan ethylene glycol monostearate (TT-205)
Fungsi : Untuk menyimpan ethylene glycol monostearate Jenis : Silinder vertikal dengan dasar dan tutup datar Bahan konstruksi : Baja karbon SA-283 grade C
Kondisi penyimpanan : T = 300C ; P = 1 atm
Jumlah : 1 unit Kapasitas tangki : 6,1344 m3 Diameter tangki : 1,3695 m Tinggi silinder : 1,7119 m Pdesain : 206,4223 kPa Tebal silinder : 0,0663 in
5.36 Pompa ethylene glycol monostearate (J-207)
Fungsi : Untuk memompa EGMS dari tangki EGMS ke mixer 202
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit Spesifikasi : - Debit pompa : 0,0001 ft3/s - Diameter pompa : 0,1196 in - Schedule number : 40 - Kecepatan alir : 0,25 ft/s - Total friksi : 3,7932 ft.lbf/lbm - Kerja poros : 13,7932 ft.lbf/lbm
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol dengan cermat, mudah dan efisien, sehingga kondisi operasi selalu berada dalam kondisi yang diharapkan. Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di pabrik mencapai tingkat kesalahan (error) yang paling minimum sehingga produk dapat dihasilkan secara optimal (Perry, 1999).
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk (indicator), pencatat (recorder), dan pemberi tanda bahaya (alarm). Instrumentasi bekerja
secara manual atau otomatis. Instrumen digunakan dalam industri kimia untuk mengukur variabel – variabel proses seperti temperatur, tekanan, densitas,
viskositas, panas spesifik, konduktifitas, pH, kelembaman, titik embun, tinggi cairan (liquid level), laju alir, komposisi, dan moisture content. Instrumen – instrumen tersebut mempunyai tingkat batasan operasi sesuai dengan kebutuhan pengolahan (Timmerhaus, 2004).
Variabel – variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen adalah (Considine,1985) :
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan. 2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik,
konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel lainnya.
Secara umum, kerja dari alat – alat instrumentasi dapat dibagi dua bagian yaitu operasi secara manual dan operasi secara otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses bergantung pada petimbangan ekonomis dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat – alat instrumentasi juga harus ditentukan apakah alat – alat itu dipasang pada peralatan proses (manual control) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bagian peralatan (automatic control). (Perry,1999).
Menurut sifatnya konsep dasar pengendalian proses ada dua jenis, yaitu :
Pengendalian secara manual
Tindakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia. Sistem pengendalian ini merupakan sistem yang ekonomis karena tidak membutuhkan begitu banyak instrumentasi dan instatalasinya. Namun pengendalian ini berpotensi tidak praktis dan tidak aman karena sebagai pengendalinya adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan.
Pengendalian secara otomatis
Berbeda dengan pengendalian secara manual, pengendalian secara otomatis menggunakan instrumentasi sebagi pengendali proses, namun manusia masih terlibat sebagai otak pengendali. Banyak pekerjaan manusia dalam pengendalian secara manual diambil alih oleh instrumentasi sehingga membuat sistem pengendalian ini sangat praktis dan menguntungkan.
Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah
Sistem kerja lebih efisien
Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen – instrumen adalah (Timmerhaus, 2004) :
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran 2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan 4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses
6.1.1 Tujuan Pengendalian
Tujuan perancangan sistem pengendalian dari pabrik pembuatan Shampoo adalah sebagai keamanan operasi pabrik yang mencakup :
Mempertahankan variabel – variabel proses seperti temperatur dan tekanan tetap berada dalam rentang operasi yang aman dengan harga toleransi yang kecil.
Mendeteksi situasi berbahaya kemungkinan terjadinya kebocoran alat, karena komponen zat yang digunakan pada pabrik pembuatan shampoo ini sangat mudah terbakar. Pendeteksian dilakukan dengan menyediakan
alarm dan sistem penghentian operasi secara otomatis (automatic shut down systems).
Mengontrol setiap penyimpangan operasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja maupun kerusakan pada alat proses.
6.1.2 Jenis – Jenis Pengendalian dan Alat Pengendali
Sistem pengendalian yang digunakan pada pabrik ini menggunakan dan mengkombinasikan beberapa tipe pengendalian sesuai dengan tujuan dan
Elemen Pengendali Akhir
Proses
measuring device + controller
Perubahan pada sistem diukur (setelah adanya gangguan), hasil pengukuran dibandingkan dengan set point, hasil perbandingan digunakan untuk mengendalikan variabel yang dimanipulasi.
2. Feedforward control
Besarnya gangguan diukur (sensor pada input), hasil pengukuran digunakan untuk mengendalikan variabel yang dimanipulasi.
3. Adaptive control
Sistem pengendalian yang dapat menyesuaikan parameternya secara otomatis sedemikian rupa untuk mengatasi perubahan yang terjadi dalam proses yang dikendalikannya, umumnya ditandai dengan adanya reset input pada
controller (selain set point pada input dari sensor)
4. Inferential control
Seringkali variabel yang ingin dikendalikan tidak dapat diukur secara langsung, sebagai solusinya digunakan sistem pengendalian di mana variabel yang terukur digunakan untuk mengestimasi variabel yang akan dikendalikan, variabel terukur dan variabel tak terukur tersebut dihubungkan dengan suatu persamaan matematika.
Pengendalian yang banyak digunakan adalah jenis feedback (umpan balik) berdasarkan pertimbangan kemudahan pengendalian. Diagram balok untuk sistem pengendalian ini secara umum dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut ini :
gangguan (disturbances)
ELEMEN PENGENDALI ELEMEN PENGUKURAN
ELEMEN PRIMER
ELEMEN PENGENDALI AKHIR
PROSES
Kelembaban (humidity) dan kadar air (moisture)
Kekeruhan zat cair (turbidity) dan derajat warna zat cair (clarity)
Untuk pengukuran nilai variabel proses di atas dapat digunakan sebuah penganalisis (analyzer).
SET POINT
Gambar 6.1 Blok Diagram Sistem Pengendalian Feedback
Pengukuran nilai keempat variabel di atas menggunakan bantuan sensor untuk mendeteksi nilai masing – masing variabel proses. Sedangkan variabel proses yang lain termasuk dalam kategori tertentu karena variabel itu tergantung kebutuhan akan proses yang melibatkannya. Variabel proses tersebut antara lain :
a. Konsentrasi
b. Kepadatan (density) dan spesific gravity
GANGGUAN
Gambar 6.2 Sebuah loop Pengendalian
Gambar 6.3 Suatu Proses Terkendali
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari (Considine,1985) : Elemen Primer (Primary Element)
Elemen Primer berfungsi untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas suatu variabel proses dan menerjemahkan nilai itu dalam bentuk sinyal dengan menggunakan transducer sebagai sensor. Ada banyak sensor yang digunakan tergantung variabel proses yang ada. Sensor untuk temperatur, yaitu bimetal, thermocouple, termal mekanik, dll.
Sensor untuk tekanan, yaitu diafragma, cincin keseimbangan, dll. cepat lambatnya aliran fluida, dan tinggi rendahnya tekanan dalam suatu tangki.
Variabel proses ini bersifat relatif atau dalam kondisi berubah – ubah. Sensor diterjemahkan sebagai harga pengukuran. Untuk lebih jelasnya, gambar di bawah ini merupakan suatu contoh aktual dari suatu proses yang terkendali.
Sensor untuk level, yaitu pelampung, elemen radioaktif, perbedaan tekanan, dll.
Sensor untuk aliran atau flow, yaitu orifice, nozzle dll. b. Elemen Pengukuran (Measuring Element)
Elemen Pengukuran berfungsi mengonversikan segala perubahan nilai yang dihasilkan elemen primer yang berupa sinyal ke dalam sebuah harga pengukuran yang dikirimkan transmitter ke elemen pengendali.
Tipe Smart
Tipe smart menggunakan microprocessor elektronic sebagai pemroses sinyal.
c. Elemen Pengendali (Controlling Element)
Elemen pengendali berfungsi menerima sinyal dari elemen pengukur yang kemudian dibandingkan dengan set point di dalam pengendali (controller). Hasilnya berupa sinyal koreksi yang akan dikirim ke elemen pengendali menggunakan processor (computer, microprocessor) sebagai pemroses sinyal pengendalian. Jenis elemen pengendali yang digunakan tergantung pada variabel prosesnya.
Untuk variabel proses yang lain misalnya :
a. Temperatur menggunakan Temperature Controller (TC) b. Tekanan menggunakan Pressure Controller (PC)
c. Aliran/flow menggunakan Flow Controller (FC) d. Level menggunakan Level Controller (LC) d. Elemen Pengendali Akhir
Elemen pengendali akhir berperan mengonversikan sinyal yang diterimanya menjadi sebuah tindakan korektif terhadap proses. Umumnya industri menggunakan control valve dan pompa sebagai elemen pengendali akhir.
1. Control valve
Control valve mempunyai tiga elemen penyusun, yaitu:
Positioner yang berfungsi untuk mengatur posisi actuator.
Actuator Valve berfungsi mengaktualisasikan sinyal pengendali
(valve).
Ada dua jenis actuator valve berdasarkan prinsip kerjanya yaitu :
a. Actuator spring/per.
Actuator ini menggunakan spring/per sebagai penggerak piston actuator.
Untuk menggerakkan piston, actuator ini menggunakan tekanan udara yang dimasukkan ke rumah actuator.
Valve, merupakan elemen pengendali proses. Ada banyak tipe valve
berdasarkan bentuknya seperti butterfly valve, valve bola, dan valve segmen.
2. Pompa Listrik
Elemen pompa terdiri dari dua bagian, yaitu :
Actuator Pompa.
Sebagai actuator pompa adalah motor listrik. Motor listrik mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Prinsip kerjanya berdasarkan induksi elektromagnetik yang menggerakkan motor.
Pompa listrik berfungsi memindahkan/menggerakkan fluida baik itu zat cair, gas dan padat.
Secara garis besar, fungsi instrumentasi adalah sebagai berikut : 1. Penunjuk (indicator)
2. Pencatat (recorder) 3. Pengontrol (regulator)
4. Pemberi tanda bahaya (alarm)
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah : 1. Untuk variabel temperatur:
Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati temperature suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian
Temperature Indicator Controller (TIC) adalah instrumentasi yang
digunakan untuk mengamati temperature dari suatu alat 2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
untuk mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat. 3. Untuk variabel tekanan
Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Pressure Indicator Controller (PIC) adalah instrumentasi yang
digunakan untuk mengamati tekanan operasi suatu alat. 4. Untuk variabel aliran cairan
Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Flow Indicator Controller (FIC) adalah instrumentasi yang digunakan
untuk mengamati laju aliran atau cairan suatu alat. (Sumber: Kallen, 1961)
6.1.3 Variabel – Variabel Proses dalam Sistem Pengendalian 1. Tekanan
Peralatan untuk mengukur tekanan fluida adalah kombinasi silikon oil dalam membran/plat tipis dengan pengukur kuat arus listrik. Prinsipnya adalah perubahan kuat arus listrik akibat perubahan tekanan. Instrumen ini digunakan antara lain untuk mengukur tekanan pada reaktor, dan tekanan keluaran blower. 2. Temperatur
Peralatan untuk mengukur temperatur adalah thermocouple. Instrumen ini digunakan antara lain dalam pengukuran temperatur dalam reaktor, heat
exchanger.
Peralatan yang digunakan untuk mengukur laju alir fluida adalah venturimeter. Instrumen ini digunakan antara lain dalam pengukuran laju alir zat masukan reaktor.
4. Perbandingan Laju Alir
Peralatan yang digunakan adalah sambungan mekanik (mechanical linkage) yang dapat disesuaikan (adjustable), pneumatik, atau elektronik. Hasil pengukuran laju alir aliran yang satu menentukan (me–reset) set point laju alir aliran lainnya. Instrumen ini digunakan pada pengukuran laju alir umpan reaktor
5. Permukaan Cairan
Peralatan untuk mengukur level permukaan cairan adalah pelampung dan lengan gaya. Prinsipnya adalah perubahan gaya apung yang dialami pelampung akibat perubahan level cairan. Pelampung yang mengapung pada permukaan cairan selalu mengikuti tinggi permukaan cairan sehingga gaya apung pelampung dapat diteruskan ke lengan gaya, sehingga dapat diketahui tinggi cairan. Penggunaannya adalah untuk mengukur level permukaan fluida seperti pada kolom waste heat boiler, dan tangki.
6.1.4 Syarat Perancangan Pengendalian
Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan dalam perancangan pabrik antara lain :
1. Tidak boleh terjadi konflik antar unit, di mana terdapat dua pengendali pada satu aliran.
2. Penggunaan supervisory computer control untuk mengkoordinasikan tiap unit pengendali.
3. Control valve yang digunakan sebagai elemen pengendali akhir memiliki
yang dipasangkan pada pipa tidak boleh lebih dari satu dalam one
dependent line. Pemasangan check valve diletakkan setelah pompa.
5. Seluruh pompa yang digunakan dalam proses diletakkan di permukaan tanah dengan pertimbangan syarat safety dari kebocoran.
6. Pada perpipaan yang dekat dengan alat utama dipasang flange dengan
tujuan untuk mempermudah pada saat maintenance.
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo
No. Nama Alat Jenis Instrumen
1. Tangki Penyimpanan Level Controller (LC)
2. Dekanter Level Controller (LC)
3. Silo Level Controller (LC)
4. Mixer Temperature Controller (TC) 5. Cooler Temperature Controller (TC)
6. Reaktor Temperature Controller (TR)
7. Pompa Flow Controller (FC)
TC LC Bahan masuk Air pendingin TC Bahan keluar PC Air pendingin bekas
Reaktor Tangki Penyimpanan Cooler
Bahan masuk PC steam FC TC LC Bahan keluar
Mixer Pompa Silo
LC
FC
Belt Conveyor Dekanter
Gambar 6.4 Alat-alat pengendali pada pabrik shampoo
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik
Aktivitas masyarakat umumnya berhubungan dengan resiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada badan atau usaha. Karena itu usaha – usaha keselamatan merupakan tugas sehari – hari yang harus dilakukan oleh seluruh karyawan. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik merupakan faktor yang perlu diperhatikan secara serius. Dalam hubungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin, bahan baku dan produk, sifat zat, serta keadaan tempat kerja harus mendapat perhatian yang serius sehingga dapat dikendalikan dengan baik untuk menjamin kesehatan karyawan.
E- 251
E- 251
Perusahaan yang lebih besar memiliki divisi keselamatan tersendiri. Divisi tersebut mempunyai tugas memberikan penyuluhan, pendidikan, petunjuk – petunjuk, dan pengaturan agar kegiatan kerja sehari – hari berlangsung aman dan
dapat dihindarkan (Bernasconi, 1995).
Statistik menunjukkan bahwa angka kecelakan rata – rata dalam pabrik kimia relatif tidak begitu tinggi. Tetapi situasi beresiko memiliki bentuk khusus, misalnya reaksi kimia yang berlangsung tanpa terlihat dan hanya dapat diamati dan dikendalikan berdasarkan akibat yang akan ditimbulkannya. Kesalahan – kesalahan dalam hal ini dapat mengakibatkan kejadian yang fatal. (Bernasconi, 1995)
Dari 330 peristiwa
300 Hanya kerusakan
benda
28 Cedera ringan
2 Cedera berat sampai
cedera mematikan
Gambar 6.5 Tingkat kerusakan di suatu pabrik
Kerusakan (badan atau benda) dapat terjadi secara tiba – tiba tanpa dikehendaki dan diduga sebelumnya. Keadaan atau tindakan yang bertentangan dengan aturan keselamtan kerja dapat memancing bahaya yang akut dan mengakibatkan terjadinya kerusakan.
Untuk menjamin keselamatan kerja, maka dalam perencanaan suatu pabrik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
Lokasi pabrik
Sistem pencegahan kebocoran
Sistem perawatan
Sistem penerangan
diperhatikan pada saat bekerja di setiap pabrik – pabrik kimia, yaitu:
Tidak boleh merokok atau makan
Tidak boleh minum minuman keras (beralkohol) selama bertugas
Bahaya dan tindakan – tindakan yang tidak memperhatikan keselamatan akan mengakibatkan kerusakan. Yang menjamin keselamatan kerja sebetulnya adalah pengetahuan mengenai bahaya sedini mungkin, sehingga pencegahan dapat diupayakan sebelum bahaya tersebut terjadi.
Berikut ini upaya – upaya pencegahan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin terjadi pada pra – rancangan pabrik pembuatan shampoo dapat dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan terhadap kebakaran
Memasang sistem alarm pada tempat yang strategis dan penting, seperti
power station, laboratorium dan ruang proses.
Mobil pemadam kebakaran harus selalu dalam keadaan siap siaga di fire
station.
Fire hydrant ditempatkan di daerah storage, proses, dan perkantoran.
Fire extinguisher disediakan pada bangunan pabrik untuk memadamkan
api yang relatif kecil.
Smoke detector ditempatkan pada setiap sub – stasiun listrik untuk
mendeteksi kebakaran melalui asapnya. 2. Memakai peralatan perlindungan diri
Di dalam pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, seperti :
Pakaian pelindung
Pakaian luar dibuat dari bahan – bahan seperti katun, wol, serat, sintetis, dan asbes. Pada musim panas sekalipun tidak diperkenankan bekerja dengan keadaan badan atas terbuka.
Sepatu harus kuat dan harus dapat melindungi kaki dari bahan kimia dan panas. Sepatu pengaman bertutup baja dapat melindungi kaki dari bahaya