• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Maka peran guru sangatlah penting dalam hal ini. Guru dituntut untuk berfikir kreatif dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik serta bertanggungjawab. Salah satu caranya dengan memilih pendekatan, strategi, dan model pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik memahami materi yang diajarkannya.

Menurut Hamalik (2014:3), pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sabagaimana yang diinginkan.

Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah. Gagasan IPS di Indonesia pun banyak mengadopsi dan mengadaptasi dari sejumlah pemikiran perkembangan pada NCSS (National Council for thr Social Studies) sebagai organisasi profesional yang cukup besar pengaruhnya dalam memajukan social studies bahkan sudah mampu mempengaruhi pemerintah dalam menentukan kebijakan kurikulum sekolahan.

Menurut Somantri (Sapriya, 2009:11), menyatakan bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Mendidik peserta didik agar berani melakukan eksplorasi dan berani menunjukkan gagasan-gagasan adalah hal yang sangat penting dan sangat mendasar. Oleh karena itu, pendidik

(2)

harus memberikan bekal berupa pengetahuan, dan menanamkan nilai-nilai moralitas yang baik kepada siswa.

Menurut Sardjiyo, dkk (2009:1.26), IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa dapat dibawa langsung di dalam lingkungan alam dan masyarakat. Dengan lingkungan alam sekitar, siswa akan akrab dengan kondisi setempat sehingga mengetahui makna serta manfaat mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial secara nyata.

Siswa di Sekolah Dasar lebih senang belajar mengenai sesuatu yang kongkrit karena di usia tersebut mereka masih dalam ranah berpikir kongkrit. Melihat kenyataan yang demikian, peneliti tertarik untuk menawarkan model pembelajaran CTL sebagai solusi dalam pembelajaran. Model pembelajaran CTL lebih mengutamakan proses pembelajaran yang mengaitkan pembelajaran dengan beragam konteks dalam kehidupan sehari-hari seperti: sekolah, keluarga, masyarakat, dan tempat kerja. Hal ini dapat memudahkan siswa dalam memahami apa yang mereka pelajari, siswa dapat mengkaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Elaine B. Johnson (2006:14), model pembelajaran CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. CTL bisa berhasil karena beberapa alasan. CTL sesuai dengan hati nurani manusia yang selalu haus akan makna. CTL juga mampu memuaskan kebutuhan otak untuk mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, yang merangsang pembentukan struktur fisik otak dalam rangka merespon lingkungan. Selain itu, CTL sesuai dengan cara kerja alam. Selama 75 tahun terakhir, para ahli fisika dan biologi telah menemukan bahwa ada tiga prinsip yang melekat pada segala sesuatu di alam, termasuk makhluk hidup. Hebatnya, ketiga prinsip tersebut, yaitu

(3)

kesaling-bergantungan, diferensiasi, dan pengaturan-diri ada dalam CTL. Karena CTL sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku pada alam, belajar secara kontekstual berarti belajar mengeluarkan potensi penuh seorang siswa secara ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, pelaksanaan pembelajaran IPS yang terjadi di SD Negeri Gedangan 01 sebagian besar masih menggunakan metode ceramah dan diskusi. Guru beranggapan bahwa metode tersebut lebih efektif dan siswa-siswa dianggap telah terbiasa. Guru menjadi pusat dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa lebih cenderung mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Model pembelajaran yang konvensional ini membuat siswa kurang aktif di dalam kelas, lebih senang diam dan pasif dalam merespon penjelasan dari guru. Hal ini berdampak pada hasil belajar IPS yang diperoleh siswa kurang optimal. IPS merupakan mata pelajaran yang mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana berkerjasama dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tidak dapat disampaikan secara teori, untuk dapat berinteraksi kita harus mempraktekkannya secara langsung. Sementara proses pembelajaran lebih cenderung pada ceramah. SD Negeri Gedangan 01 menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran IPS adalah 70. Sementara itu hasil pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Gedangan 01 yang berjumlah 31 siswa, rata-rata nilai ulangan harian yaitu 62,09. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM adalah 8 siswa, sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 23 siswa. Nilai tertinggi yaitu 80 sedangkan nilai terendah yaitu 35.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakaan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penggunaan model pembelajaran CTL. Dari uraian di atas maka muncul sebuah keraguan akankah model pembelajaran CTL dapat lebih mendukung keberhasilan belajar IPS siswa di sekolah. Apakah model pembelajaran CTL dapat menggantikan peran metode ceramah dan diskusi yang telah diterapkan dan dianggap lebih efektif dalam membangun kemajuan pendidikan di sekolah?

(4)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS dan Keaktifan Siswa Kelas IV SDN Gedangan 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2016.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, pada saat proses pembelajaran IPS kelas IV SDN Gedangan 01, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang masih terdapat beberapa permasalahan yaitu:

a. Siswa pasif ketika pembelajaran IPS dikelas.

b. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPS. c. Hasil belajar IPS siswa masih rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang dan judul penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran CTL lebih efektif dibanding model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Gedangan 01?

2. Apakah penerapan model pembelajaran CTL lebih efektif dibanding model pembebelajaran konvensional untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Gedangan 01?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran CTL terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Gedangan 01.

1.4.2 Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran CTL terhadap keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN Gedangan 01.

(5)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk mengembangkan model pembelajaran CTL, khususnya terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa kelas 4 SD pada mata pelajaran IPS.

1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Guru

a. Sebagai bahan masukan untuk menerapkan suatu model pembelajaran selain pembelajaran yang sudah dilakukan guru (konvensional).

2. Bagi Peserta Didik

a. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS. b. Dapat meningkatkan minat dan semangat belajar siswa. 3. Bagi Sekolah

a. Dengan hasil penelitian ini diharapkan bahwa guru di Sekolah Dasar dapat menemukan model belajar yang benar-benar tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPS di SD, khususnya pada kelas IV SD. b. Dapat meningkatkan kualitas sekolah yang terwujud dalam nilai yang

diperoleh siswa. 4. Bagi peneliti

a. Mengetahui perkembangan model pembelajaran yang dilakukan guru khusunya pada pembelajaran IPS.

b. Dapat menambahkan pengalaman langsung bagaimana menerapkan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan kepada siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Puguh Harianto sebagai Ketua Pelaksana yaitu tugas dari dua divisi ini hampir sama dan sesuai dengan keputusan dari DPM agar

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan mengukur apa yang perlu diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai tingkat kesalahan

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam "Ibnu Sina" Yarsi Sumbar Bukittinggi menunjukkan bahwa 54,7% perawat memiliki kecendrungan turnover, dari

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea