BAB II
ACUAN TEORITIK
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Model Pembelajaran ADDIE 1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola interaksi antara siswa dan guru di dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas (Lestari, 2015:37).
Meyer, W.J. dalam Triatno (2009:21) berpendapat bahwa model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Model mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur. Model dapat pula berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam mengajar di kelas. Model itu di klasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajaran, sintaks dan sifat dari lingkungan belajarnya (Suprihatiningrum, 2013:143).
Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007:80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi
proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Pengertian Model Pembelajaran ADDIE
Model pembelajaran ADDIE (analysis, desain, development, implementation, evoaluation). Menurut Fauzi (2014:367) Model pembelajaran ADDIE adalah salah satu desain pembelajaran yang bersifat generik. ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Menurut Pribadi dalam Dwipayanti (2013) Penerapan model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa diduga dapat membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar. Perlu diterapkan suatu perspektif model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran ADDIE (analysis, design, development, implementation, evaluation). Model ADDIE dikembangkan sebagai model pembelajaran yang inovatif karena memberikan proses belajar yang sistematis, efektif, dan efisien yang dikemas dalam langkah-langkah pembelajaran.
Sehingga dapat dikatakan model ADDIE merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk memberikan proses pembelajaran yang sistematis, efektif dan efisien.
Adapun tahapan model ADDIE adalah Analisys, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis (Analisys)
Lagkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kenerja atau performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja perlu dilakukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan menejemen. Tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atas prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. (Rahman, 2013:201)
pada tahap ini juga merupakan suatu proses mendefinisaikan apa yang akan dipelajari oeleh peserta belajar. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karekteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan, dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kenutuhan (Rahman, 2013: 210).
Jadi pada tahap ini pendidik/ pendesain sistem pembelajaran harus memperhatikan komponen- komponen penunjang agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pendesain harus mengetahui terlebih dahulu pengetahuan, karaktreristik, keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik serta kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
2. Desain (Design)
Desain adalah langkah kedua dari model system pembelajaran ADDIE. Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi program pembelajaran yang didisain sehingga program tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pada langkah desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan alternatif solusi yang akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah pembelajaran yang berhasil
diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan. Langkah penting dalam desain adalah menetukan pengalaman belajar atau leraning experience yang perlul dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas belajar. Langkah desain juga harus mampu menjawab pertanyaan apakah program pembelajaran yang didesaindapat digunakan untuk mengatasi kesenjangan performa (performance gap) yang terjadi pada diri siswa (Rahman, 2013:202).
Jadi pada tahap desain ini merupakan langkah lanjutan setelah analisis. Setelah masalah- masalah dianalisis maka harus dicari solusi alternatif, dengan merancang sistem pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh peserta didik. Dan untuk mengetahui apakah program pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah- masalah yang terjadi pada peserta didik atau tidak.
3. Pengembangan (Development)
Menurut Rahman (2013: 203) pengembangan merupakan langkah ketiga dalam implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, member dan memodifikasi bahan ajar atau learning materials uantuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirtentukan. Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah dirumuskan oleh desainer atau peranncang program pembelajaran dalam langkah desain. Langkah pengembangan dengan kata lain mancakuk kegiatan memilih dan menetukan metode, media aerta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program pembelajaran.
Jadi pada Langkah pengembangan ini merupakan penjabaran dari langkah desain, setelah pembelajaran di desain maka apa yang ada dalam desain pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Seperti mengembangkan materi pelajaran, strategi pembelajaran, pengembangan media pembelajaran dan penunjang pembelajaran lainnya.
4. Implementasi (Implementation)
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain system pembelajaran ADDIE. Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan program pembeljaran itu sendiri . langkah ini memang mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau instruktur kepada siswa (Rahman, 2013:203).
Jadi pada tahap ini merupakan realisasi dari langkah pengembangan atau dalam kata lain ada proses penyampaian materi dan informasi. Pendidik membimbing peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendesain juga harus memperhatikan model dan strategi pembelajaran apa yang efektif untuk digunakan dalam penyampaian materi, karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Evaluasi (Evaluation)
Langkah terkahir atau kelima dari model desain pembelajaran ADDIE adalah evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk meberikan nilai terhadap program pebelajatran. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan sepanjang pelaksanaan kelima langkah model ADDIE. Pada langkah analisis misalnya, proses evaluasi dilaksanakan dengan cara mengklarifikasi terhadap kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Evaluasi ini dikenal dengan istilah evaluasi formatif. Disamping itu, evaluasi juga dapat dilakukan dengancara membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Rahman, 2013:203).
Evaluasi ini merupakan proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Penilaian terhadap kompetensi, pengetahuan, keterampilan, sikap peserta didik setelah memperoleh
program pembelajaran tersebut. Evaluasi ini merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ADDIE
Menurut Pribadi (2009:125) kelebihan dan kelemahan dari model pembelajran ADDIE adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis.
Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.
b. Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang lama.
Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan anlisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
Sedangkan menurut Setiada dalam Dwipayanti (2013) Kelebihan model pembelajaran ADDIE yaitu memperhatikan perkembangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, bersifat konsisten dan reliabel, artinya tidak dapat berubah-ubah dan dapat dipercaya, saling ketergantungan satu sama lain, sehingga tidak ada unsur-unsur yang terpisah dari sistem, serta sederhana dan terstruktur dengan sistematis sehingga model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik
Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ADDIE ini merupakan model yang memiliki 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis sehingga dalam pengaplikasiannya tidak boleh dilakukan secara acak melainkan harus sistematis yaitu mulai dari analisys, design, develovment, implementation, dan evaluation dan juga model pembelajaran ini memperhatikan 3 ranah dalam penilaian yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.1.2 Pendekatan Inkuiri Terbimbing
1. Pengertian Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy kellen dalam Rusman (2011: 131) mancatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct intruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan startegi pembelajaran inkuiri dan diskoveri serta pembelajaran induktif. Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.
Fathurohman (2015 : 106) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri yaitu suatu model pembelajaran pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan dan petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan menurut Rizal (2014) Proses pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif sehingga siswa terlatih dalam memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan dan menurut Pratika (2016) model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kepada siswa untuk mempelajari cara menemukan fakta, konsep dan dan prinsip melalui pengalamannya secara langsung.
Hamalik (1991: 28) menyatakan bahwa Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Menurut Meidawati (2014) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk-petunjuk itu umumnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing siswa. Inkuiri jenis ini digunakan terutama pada siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Pada tahap awal diberikan lebih banyak bimbingan baru kemudian lambat laun bimbingan dikurangi.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru
banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
Adapun proses pembelajaran menggunkan inkuiri terbimbing menurut Triatno dalam Yusman (2010) adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan penrtanyaan sudah jelas, pertanyaan dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permaslahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menannyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada , dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa table, matriks, atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang diperoleh. Factor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “Benar” atau “Salah”. Setelah memperoleh kesimpulan kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis ini salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
2. Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing
Dalam suatu pedekatan pasti memilki kelebihan dan kekurangan adapun kelebihan dan kekurangan inkuiri terbimbing. Adapun kelebihan inkuiri terbimbing Menurut Hidayati dalam Taofik (2014) adalah sebagi berikut:
a) Mengembangkan ketrampilan siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
b) Mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.
c) Membina pengembangan sikap penasaran siswa melalui kegiatan ilmiah baik secara individual maupun kelompok.
d) Menambah kemampuan untuk melacak kembali pengetahuan dari inkuiri, karena inkuiri merupakan cara berfikir dan cara menghadapi masalah berdasarkan pengalaman dan fakta .
e) Dengan adanya metode inkuiri atau pemecahan masalah dapat menjadi alat bantu untuk mengingat sesuatu. Dengan alat bantu tersebut siswa dapat mengorganisasikan pengetahuan dapat diingat dan ditemukan kembali sehingga tidak menjadi bahan simpanan.
Selain memiliki kelebihan inkuiri terbimbing juga memiliki kekurangan, seperti yang dikemukakan oleh Sitiativa dalam Taofik adalah sebagai berikut: a) Pembelajaran dengan inkuiri mengandalakan suatu kesiapan berfikir,
sehingga siswa yang berfikir lambat akan mengalami kebingungan dalam membuat rumusan masalah, mencari dan mengolah data serta menyusun hasil penelitian secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, siswa yang mempunyai kemampuan berfikir cepat akan mendominasi pembelajaran sehingga menimbulkan kekecewaan bagi siswa lainnya.
b) Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan inkuri sangat besar terutama bagi kelas dengan jumlah siswa besar karena peran guru untuk pendamping siswa lebih banyak. Tujuan dari metode pembelajaran inkuri dapat terganggu oleh guru dan siswa yang telah terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional.
c) Bidang-bidang IPA membutuhkan banyak fasilitas untuk menguji ide-ide. d) Kebebasan yang diberikan guru terkadang disalahgunakan siswa untuk
melakukan hal-hal diluar kegiatan pembelajaran inkuiri.
Meskipun inkuiri terbimbing memiliki kekurangan dalam proses pembelajarannya namun pada penelitian ini peneliti tertarik menggunkan inkuiri terbimbing dalam proses pembelajarnnya karena dapat mengembangkan ketrampilan siswa untuk memecahkan permasalahan dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri sehingga dijika siswa mampu memecahkan masalah dengan sendirinya maka siswapun akan mampu memecahkan soal-soal latihan yang diberikan pada saat pembelajaran sehingga diharapkan siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
2.1.3 Aplikasi Model Pembelajaran ADDIE Melalui Pendekatan inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Siwardani (2015) Model pembelajaran ADDIE adalah model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik, meningkatkan sikap ilmiah, motivasi belajar, keterampilan berpikir kritis, kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai, dan partisipasi peserta didik. Model pembelajaran ADDIE juga merupakan desain/model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan proses sains, bersifat kooperatif, fleksibel, menyesuaikan dengan lingkungan belajar yang berorientasikan pada struktur implementasi. Model ADDIE dapat dipadukan dengan pendekatan inkuiri terbimbing, karena inkuiri terbimbing juga memilik langkah-langkah didalam proses pembelajaran, yaitu merumuskan masalah, mengumpulkan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan mengolah data, interpretasi hasil analisis dan pembahasan, menarik kesimpulan. Pada kegiatan inkuiri terbimbing pada tahap merumuskan masalah dilaksanakan pada langkah analyze, di mana pada langkah ini siswa terlebih dahulu menganalisis masalah melalui kegiatan identifikasi masalah yang bersifat kontekstual kemudian mentransformasi dalam bentuk rumusan masalah dan membuat hipotesis sebagai jawaban sementara. Kegiatan melakukan induksi dilakukan siswa untuk merancang (design) pemecahan masalah dalam bentuk
aktivitas ilmiah berupa eksperimen maupun diskusi dan mengembangkan (development) rancangan tersebut berdasarkan informasi-informasi relevan yang diperoleh baik dalam pemilihan alat, bahan, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Kegiatan memutuskan dilaksanakan pada saat siswa mengimplementasikan (implementation) rancangan yang telah dikembangkan dalam bentuk pembahasan dan kesimpulan terkait eskperimen yang telah dilakukan sebagai bentuk inkuiri. Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan di mana siswa mengevaluasi (evaluate) teori dan fakta berdasakan hasil kegiatan. Model ADDIE tidak hanya meningkatkan ranah kognitif saja, tetapi juga meningkatkan ranah afektif dan psikomotorik siswa. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator.
Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. Adapun sintaks pembelajarannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kegiatan pembelajaran Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Pengamatan Analisis Siswa (berkelompok)
mengamati benda berupa kardus yang berbentuk bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok Perumusan masalah
dan perumusan hipotesis
Siswa (berkelompok) kemudian menganalisis apa yang ditemukan dari kardus yang berbentuk kubus dan balok tersebut
desain Menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang ditemukan
Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
terkait kardus yang berbentuk kubus dan balok tesebut
Pengumpulan data Pengembangan Siswa mencari dan mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan bertukar pendapat
dengan siswa
lain/kelompok lain
Implementasi Siswa dengan
kelompoknya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada berdasarkan informasi data yang didapat
Siswa bersama kelomoknya kemudian
mempresentasikan hasil pengamatan kelompok dan kelompok lain memberi tangggapan terhadap apa yang dipresentasikan Merumuskan
kesimpulan
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pengamatan terkait materi yang dipelajari
Tahapan Inkuiri
Terbimbing Tahapan ADDIE
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
materi yang telah dipelajari
2.1.4 Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Proses belajar bukan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Sedangkan Abdurahman dalam Jihad (2013: 14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Sudjana (2003: 3) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan karena kebetulan. Tingkat pencapaian hasil belajar disebut dengan hasil belajar hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Dengan demikian hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dilami siswa dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Hasi belajar tidak semata-mata di dapat oleh seseorang, tetapi hasil belajar didapat setelah seseorang mengikuti proses belajar serta tes hasil belajar. Menurut Purwanto (2011:46) mendefinisikan hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan dia mencapai penguasaan sejumlah bahan yang diberikan
dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan hasil belajar dapat berupa perubahan dalam sapek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Bloom dalam Uno (2012 : 149) Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi.
Menurut Supriahiningrum (2013 : 41) ranah afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Menurut Uno dalam Supriahtiningrum (2013: 41) ada lima tingkatan afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.
Menurut Suprihatiningrum (2013: 45) ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampialn yang bersifat manual atau motorik. Domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan, urutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, maknisme, respon tebimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
Luitzen Egburtus jam Brower dalam Uno ( 2012 : 127) mengatakan matematika adalah sama dengan bagaikan eksakta dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak pada akal manusia (human intellect). Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konduksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang antara aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis.
Dari berbagai pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Dalam hal ini keberhasilan yang dimaksud adalah bagaimana peserta didik dapat memahami dan mempelajari pola, bentuk dan struktur melalui penalaran yang logis. Untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran.
Hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perilaku atau
pembelajaran yang dilakukan siswa atau dengan kata lain hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan apa yang di peroleh siswa dari proses belajar matematika. Dalam penelitian ini Yang diukur dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah dilihat dari ketiga ranah yaitu ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.
Menurut Bloom dalam Uno (201 :149) Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingket pengetahuan sampai ke tingkat evaluasi. Sedangkan ranah afektif menurut Suprihatiningrum (2013:41) ranah afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. Ranah psikomotorik Menurut Suprihatiningrum (2013:45) mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampialn yang bersifat manual atau motorik. Domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan, urutan dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, maknisme, respon tebimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.
2. Aspek Hasil Belajar
Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:206), domain kognitif dan afektif adalah sebagai berikut:
a) Domain kognitif
1. Pengetahuan hafalan (knowedge) ialah tingkat kemampuan untuk mengenal atau mengetahui adanya respon, fakta , atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai dan menggunakannya
2. Pemahaman adalah kemampuan memahami arti konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Pemahaman dibedakan menajdi 3 kategori:
pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, pemahaman eksplorasi.
3. Aplikasi atau penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkrit yang dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.
4. Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu intregasi atau situasi tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya.
5. Sintesis yaitu penyatuan unsure-unsur atau bagian –bagian kedalan suatu bentuk menyeluruh.
6. Evaluasi adalah membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan lain sebagainya.
b) Domain afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belaja, ranah afektif terdiri dari :
1. Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat secara lebih aktif.
2. Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulus dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.
3. Menilai, merupakan kemampuan menilaingejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencapai jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas yang terjadi.
4. Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.
5. Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
c) Domain psikomotorik
Ranah psikomotor berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan antara lain:
1. Gerakan tubug, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang mencolok.
2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga dan badan.
3. Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata.
4. Kemampuan berbicara, merupakan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Djamarah (2002:142) didalam proses belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah factor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan dan sejumlah factor instrumental yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapaianya keluaran yang dikehendaki.
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yakni: a. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan l;ingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik.Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik disekolah. Oleh karena itu kedua lingkungan ini akan dibahas satu demi satu dalam uraian berikut :
1. Lingkungan Alami
Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi peserta didikyang hidup didalamnya salah satunya udara yang tercemar, oleh karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar peserta didik disekolah. Belajar dengan keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang pengap.
2. Lingkungan Sosial Budaya
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa lepaskan diri dari ikatan sosial.System sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukumk yang berlaku dalam masyarakat.Demikian juga halnya disekolah, ketika anak didik berada disekolah, maka dia berada dalam system sosial disekolah.Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati. Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis berat ringannya pelanggaran. Lahirnya peraturan sekolah
bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan belajar disekolah. Djamarah (2002:145)
b. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai, program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik disekolah. Adapun yang terdapat dalam faktor instrumental yakni:
1. Kurikulum : tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, sebelum guru programkan sebelumnya. Setiap guru harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum kedalam program yang lebih rincidan jelas sasarannya.
2. Program : Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan disekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, sarana dan prasarana.
3. Sarana dan fasilitas : Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang stretegis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengjar disekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah, yang didalamnya da ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halam sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
4. Guru : guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar disekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah merupakan masalah. mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru yang
dapat memegangnya. Itu berarti mata pelajarn itu tidak dapat diterima anak didik, karena tidak ada guru yang memberikan pelajaran untuk mata pelajaran itu. Djamarah (2002:151)
c. Kondisi Fisiologis
Pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuanj belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlaianan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran. d. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu semua keadaan dan fungsi psikologis tertentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, maka dari itu minat, kecerdasan,bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah factor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Demi jelasnya , kelima factor ini akan diuraikan satu demi satu.Yakni : 1. Minat : suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dipartisipasikan dalam suatu aktivitas.
2. Kecerdasan : seorang ahli seperti Raden Cahaya Prabu berkeyakinan bahwa perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada masa umur balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja, terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka alat indranya mengalami kerusakan.
3. Bakat : disamping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan fakktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hamper tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang.
4. Motivasi : mengingat motivasi merupakan motor penggerak dalam perbuatan, maka bila anak didik yang kurang memiliki motivasi intrinsic, diperlukan dorongan dari luar, yaitu motivasi ekstrinsik agar anak didik termotivasi untuk belajar. Disini diperlukan pemanfaatan bentuk-bentuk motivasi secara akurat dan bijaksana. Penjabaran dan pembahasan lebih mendalam tentang bentuk-bentuk motivasi dalam belajar. Djamarah (2002:167)
2.1.5 Respon Siswa Terhadap Model pembelajaran
Menurut teori Thorndike (Djamarah, 2000: 25) belajar adalah proses interaksi anatara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Sama halnya belajar merupakan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon antara aksi dan reaksi (Salvin, 2000: 35).
Menurut Rosita dalam Setianingsih (2009) kegiatan belajar mengajar dalam suatu ruangan kelas akan ditemukan suatu reaksi yang berbeda terhadap berbagai tugas dan materi pelajaran yang diberikan. Siswa akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap kegiatan dan materi yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, kedudukan respon dalam proses pembelajaranan merupakan bagian yang sangat penting. Seorang guru yang menerapkan model pembelajaran merupakan bagian dari stimulus yang yang diberikan pada saat pembelajaran, sedangkan yang diperlukan selanjutnya adalah reaksi atau disebut juga respon yang ditunjukkan oleh siswa terhadap proses pembelajaran. Disamping itu, karena reaksi yang ditunjukan antar siswa akan berbeda-beda, maka guru perlu melakukan klarifikasi mengenai reaksi atau respon siswa tersebut. Dalam hal ini, peneliti menggunakan instrumen angket yang berupa pernyataan. Pernyataan ini akan menunjukan bagaimana siswa menanggapi atau merespon stimulus yang diberikan oleh guru.
Respons siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan/pendapat siswa tentang pembelajaran aktif dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing. Respon siswa terhadap model pembelajaran diukur pada ketertarikan terhadap pembelajaran, interaksi antar siswa dan guru pada saat proses pembelajaran, merumuskan permasalahan dan hipotesis, mencari dan menemukan serta merumuskan kesimpulan.
2.2 Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) dengan judul Jurnalnya “Penerapan Model Pembelajaran Analysis Design development Implement Evaluation untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kesala IV SD Negeri 3 Bengkel” Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis Design Development Implement Evaluation) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 3 Bengkel pada tahun pelajaran 2013/2014. Nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 65,64 dengan persentase rata-rata 65,64% yang tergolong pada kategori cukup dan ketuntasan belajar sebesar 51,25%. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 80,24 dengan persentase rata-rata sebesar 80,24% yang berada dalam kategori baik dan ketuntasan belajar sebesar 92,31%. Rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,04. Seiring dengan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa persentase rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pun ikut meningkat. Peningkatan persentase rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 15,60%, dan peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 40,06.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani (2011) dengan Judul penelitiannya “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis” hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh harga sebesar 2,94 dan sebesar 1,98. Hasil pengujian diperoleh menunjukan bahwa < . Dengan demikian Ho di tolak dan Ha diterima taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen daengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol, dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nurtyaningsari, Avis (2011) dengan Judul penelitiannya “Penerapan Model Pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV A SDN Pendem 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas IV A mengalami peningkatan nilai rata-rata yang cukup baik yaitu pada siklus I sebesar 68,4, pada siklus II meningkat menjadi 86,43. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan sebesar 58, pada akhir siklus II meningkat sebesar 80,86. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation) pada siklus II meningkat sebesar 80,86. Untuk itu disarankan model pembelajaran ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation) digunakan pada mata pelajaran yang lain. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Wijana, Eka (2011) dengan Judul penelitiannya
“Penerapan Model Belajar Word Square untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika(penelitian tindak kelas VIII-C SMP Al-Falah Karang wangi Depok)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan prosentase pencapaian ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 73,3% dan siklus II 86,67% sedangkan keaktifan klasikal pada siklus I 51,7% dan siklus II 66,67%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa menunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,60%, Penelitian yang dilakukan oleh Putrayasa juga kesamaan pada Variabel X dan Y nya yaitu tentang model ADDIE dan Hasil Belajar. Dari segi perbedaannya penulis menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina Sofiani menunjukan bahwa
< . Dengan taraf kepercayaan 95% dengan demikian terdapat pengaruh
model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar. Hasil penelitan diatas juga terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu penelitiannya ingin mengetahui pengaruh pendekatan inkuiri tebimbing terhadap hasil belajar,
perbedaannya penulis menggunkan model pemebalajaran ADDIE melalui pendekatan serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Avis Nurtyaningsarimenunjukan bahwa penerapan Model Pembelajaran ADDIE untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,03 Hasil penelitan diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu Variabel X dan Y nya yaitu tentang model ADDIE dan Hasil Belajar. perbedaannya yaitu variable Y dalam penelitian tersebut tidak hanya hasil belajar saja melainkan dengan aktivitas belajarnya serta sasaran dan waktu penelitian yang berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Wijana menunjukan bahwa penerapan model model belajar word square untuk meningkatkan hasil belajar belajar pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,37% pada ketuntasan belajar, sedangkan pada keaktifan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,97%. Hasil penelitan diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu pada variable Y yaitu hasil belajar sedangkan untuk variabel X nya terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan Eka Wijana dan penulis, yaitu eka wijana menggunkan model belajar word square sedangkan penulis menggunkan model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajran ADDIE Melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar” layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumya.
2.3 Kerangka Berfikir
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan siswa untuk belajar sehingga pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan akan sesuatu serta kritis dalam berfikir.
Keberhasilan pembelajaran didukung oleh beberapa faktor, faktor tesebut bisa berasal dari dalam ataupun luar peserta didik, salah satu factor pendukung tersebut berasal dari seorang pendidik. Pendidik harus mampu melakukan manajemen pembelajaran secara efektif dan efisien. Kemempuan guru memilih strategi pembelajaran ini harus disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing adalah model yang memiliki lima tahapan yaitu, analisys, design, development, implementation, evaluation.
Pada tahap analisys siswa diajak mengamati benda disekitar dan dirangsang untuk menganalisis apa yang ditemukan dari benda tersebut sehingga pada tahap ini siswa didorong untuk berfikir kritis. Kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar ranah kognitif. Pada tahap design siswa menganalisis pertanyaan yang ditemukan pada tahap analisys, kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian hasil belajar pada ranah kognitif. Pada tahap development siswa mencari dan menaumpulkan data dan bertukar pendapat untuk menjawab pertanyaan yang ada pada tahap design, hal ini menunjukaan bahwa siswa mampu merespon apa yang ada didalam proses pembelajaran sehingga kegiatan ini merupakan bagian dari penilaian ranah afektif. Pada tahap implementation siswa mencoba menjawab pertanyaan dari informasi yang didapat pada saat kegiatan development dan mempresentasikan hasil dari jawaban pertanyaan tersebut, sehingga pada kegiatan implementation ini siswa memiliki kemampuan berbicara yang merupakan bagian dari penilaian hasil belajar ranah psikomotorik. Tahap terkhir dalam model pembelajaran ADDIE yaitu evaluation pada tahap ini siswa dan guru menyimpulkan apa yang pada tahap implementation di presentasikan oleh siswa dan pada tahap ini juga siswa di berikan soal untuk menevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, sehinnga kegiatan ini merupakan bagian darai penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas mengenai model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran Keterangan :
X = Model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing (variabel bebas)
Y = Hasil belajar Matematika (variabel terikat)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, kerangka berfikir yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini :
Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar matematika.
Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran ADDIE melalui pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar matematika.
MODEL ADDIE PENDEKATA N INKUIRI TERBIMBING 1. Analysis 2. Design 3. Development 4. Imlemetation 5. Evaluation a) Pengamatan b) Perumusan Masalah c) Perumusan Hipotesis d) Pengumpulan Data e) Merumuskan Kesimpulan HASIL BELAJAR Kognitif Psikomotorik Afektif