• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) NORI ASTIANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) NORI ASTIANA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM

TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN

UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

NORI ASTIANA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Nori Astiana

(4)
(5)

ABSTRAK

NORI ASTIANA. Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Dibimbing oleh SUDRADJAT.

Penelitian terdiri dari dua percobaan, yaitu (1) Optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan (2) Optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di tanaman belum menghasilkan (TBM). Penelitian optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan (TBM) bertujuan untuk mengetahui dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium pada pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan.

Penelitian optimasi pemupukan nitrogen dan kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor dari bulan Mei–September 2012. Rancangan yang digunakan adalah Faktorial yang disusun dalam lingkungan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas dengan dua faktor. Faktor pertama adalah pemupukan N, terdiri atas empat taraf, yaitu : 0 g tanaman-1 (N

0),25.91 g

tanaman-1 (N1), 51.83 g tanaman -1 (N2), dan 103.66 g tanaman-1 (N3) . Faktor

kedua adalah pemupukan K terdiri atas empat taraf, yaitu : 0 g tanaman-1 (K 0),

26.99 g tanaman-1 (K

1), 53.98 g tanaman-1 (K2), dan107.96 g tanaman-1 (K3), .

Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman, sehingga jumlah sampel adalah 240 tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk N dan K meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit. Dosis optimum pupuk dari umur 24–40 MST adalah 67.70 g bibit-1, sedangkan untuk pupuk Kalium adalah 86.68 g bibit-1.

Penelitian optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di tanaman belum menghasilkan (TBM), dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Singasari Jonggol, Bogor dari bulan Februari–Juni 2013. Rancangan yang digunakan Faktorial yang disusun dalam lingkungan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Penelitian dilaksanakan dengan dua percobaan, percobaan pertama adalah pemupukan nitrogen terdiri atas empat taraf yaitu N45 g tanaman-1 (N

1), 90 g tanaman-1 (N2), 135 g tanaman -1 (N3), dan 180 g tanaman -1 (N

4). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk nitrogen di TBM

dari umur 3-6 BST meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 12.88 (cm bulan-1),

jumlah daun 3.75 (helai bulan-1), lingkar batang 3.46 (cm bulan-1), dan jumlah anak daun 3.16 (cm-2 bulan-1). Percobaan kedua adalah pemupukan kalium terdiri

atas empat taraf yaitu 30 g tanaman-1 (K

1), 60 g tanaman-1 (K2), 90 g tanaman -1

(K3), dan120 g tanaman-1 (K1). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian

pupuk kalium di TBM dari umur 3-6 BST meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 12.83 (cm bulan-1), jumlah daun 3.61 (helai bulan-1), lingkar batang 4.03

(cm bulan-1), dan jumlah anak daun 2.61 (cm-2 bulan-1).

Kata kunci : dosis optimum, Kalium, kelapa sawit, Nitrogen, tanaman belum menghasilkan (TBM), pembibitan.

(6)

ABSTRACT

NORI ASTIANA. Optimizing of Nitrogen and Potassium Fertilizer Rate for Oil Palm Plant in Main Nursery and Immature. Supervised by SUDRADJAT.

The experiment consist of two experiment, the first experiment was optimizing of Nitrogen and Potassium fertilizer rate for oil palm seedling (Elaeis

guineensis Jacq.) on main nursery; and the second experiment was optimizing of

Nitrogen and Potassium fertilizers rate on immature plant of oil palm. The purpose of both experiments is to determine the optimum rate of Nitrogen and Potassium fertilizer.

The experiment of optimizing Nitrogen and Potassium fertilizer rate for oil palm on main nursery aims to determine the optimum rate of nitrogen and potassium fertilizers was carried out at IPB Experimental Station (Plantation Teaching Farm), Cikabayan Dramaga, Bogor, from May to September 2012. The treatment was laid-out in a factorial randomized block design with three replications. The first factor N.i.e. 0, 25.92, 51.8, and 103.66 N plant-1 and the second was K.i.e 0, 26.99, 53.98 and 107.96 g K2O plant-1. The result of the

experiment shows that Nitrogen and Potassium fertilizer increase the plant height, number of frond and stem diameter. Base on the plant height the optimum dose of Nitrogen fertilizer is 67.70 g and Potassium fertilizer is 86.68 during five months in the main nursery.

The objectif of the experiment optimizing of Nitrogen and Potassium fertilizer rate for oil palm on immature was to determine the optimum rate of Nitrogen and Potassium fertilizers. Experiment was conducted at IPB Experimental Station (Plantation Teaching Farm), Singasari Jonggol, Bogor, from February to June 2013. The treatment was laid-out in a factorial randomized block design with three replications. The experiment was conducted in two trials, the first trial is made up of four Nitrogen fertilization levels N.i.e. 45, 90, 135,and 180 g N plant-1. The result shows that Nitrogen in immature increase 12.88 (cm month-1) of growth of the plant height, 3.75 (sheet month-1) of number of fronds,

3.46 (cm month-1 ) of stem girth and 3.16 (cm2 month-1 ) of leaflet area. The

second is Potassium fertilization trial consist of four levels K.i.e. 30, 60, 90, dan 120 g K2O plant-1. The result shows that Potassium in immature increase 12.83

(cm month-1) of growth of the plant height, 3.61 (sheet month-1) of number of

fronds, 4.03(cm month-1 ) of stem girth and 2.61 (cm2 month-1 ) of leaflet area. Keywords: oil palm immature plant, oil palm seedling, optimizing fertilizer rate,

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

NORI ASTIANA

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM

TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN

UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(8)
(9)

Judul Skripsi : Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Nama : Nori Astiana NIM : A24090105 Disetujui oleh Dr Ir Sudradjat, MS Pembimbing Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)

Judul Skripsi

Nama NIM

: Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) : Nori Astiana : A24090105 Disetujui oleh Dr IT Sudradjat, MS Pembimbing Tanggal Lulus

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) berhasil diselesaikan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada:

1. Orang tua Drs Nana Sumarna, MM dan Dra Rinawanti, MM. Adik Norman Wardana dan Ilham Agam, serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat dan dorongan doa. 2. Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktu, memberikan bimbingan, saran dan arahan selama penulis melakukan penelitian,

3. Dr Ir Suwarto, MSi dan Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen penguji dalam ujian skripsi,

4. Dr Ir Nurul Khumaida MSi selaku pembimbing akademik,

5. Tim Riset Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill, Manager kebun Bapak Mohammad Joni beserta staf kebun. Rekan-rekan penelitian S2 Feni Shintarika, Hidayat Saputra, Yan Sukmawan dan Irwan Siallagan yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian,

6. Mei Lianti Arista, SP dan Rizqi Utami, SP yang telah membantu penulis selama penelitian,

7. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura, khususnya angkatan 46, 8. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 1 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Botani Kelapa Sawit ... 2

Syarat Tumbuh... 3

Pembibitan Kelapa Sawit ... 3

Pemupukan ... 4

Pemupukan Nitrogen (N) ... 4

Pemupukan Kalium (K) ... 5

BAHAN DAN METODE ... 5

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama ... 5

Tempat dan Waktu ... 5

Bahan dan Alat ... 5

Metode Percobaan ... 6

Pelaksanaan Percobaan ... 6

Pengamatan ... 7

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan . 7 Tempat dan Waktu ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode Percobaan ... 7

Pelaksanaan Percobaan ... 8

Pengamatan ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama ... 9

Kondisi Umum ... 9

Peubah Morfologi Tanaman ... 9

Tinggi tanaman ... 10

Diameter Batang ... 12

Jumlah Daun ... 13

Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium ... 14 Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap

(13)

Kondisi Umum ... 15

Laju Pertumbuhan Peubah Morfologi di TBM ... 16

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ... 16

Kastrasi pada TBM ... 18

SIMPULAN DAN SARAN... 19

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama ... 19

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan 19 DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN ... 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Pemberian dosis pupuk N dan K pada pembibitan utama 6

2 Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada TBM 8

3 Pertumbuhan bibit kelapa sawit 10

4 Respon tinggi tanaman terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium 10

5 Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium 13

6 Respon banyak daun terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium 14

7 Dosis optimasi pupuk Nitorgen berdasarkan peubah tinggi tanaman 15

8 Dosis optimasi pupuk Kalium berdasarkan peubah tinggi tanaman 15

9 Peubah laju pertumbuhan TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium 16

10 Rekapitulasi sidik ragam Nitrogen dan Kalium pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan luas anak daun 17

11 Pembungaan pada TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium 18

DAFTAR GAMBAR

1 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Nitrogen 11

2 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Kalium 12

3 Respon diameter batang terhadap pupuk Nitrogen 13

4 Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Kalium 13

5 Respon jumlah daun terhadap pupuk Nitrogen 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata–rata curah hujan, banyaknya hari hujan, temperatur, lama penyinaran matahari dan kelembaban udara di Dramaga, Bogor 22

2 Hasil analisis tanah untuk media pembibitan utama 22

3 Hasil analisis tanah awal di lapangan untuk penananaman kelapa sawit belum menghasilkan 23

4 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (staf Pusat Penelitian Tanah, 2008) 24

5 Standar pertumbuhan morfologi bibit kelapa sawit Dami Mas pada pre nursery (1-3 bulan) dan main nursery (4-12 bulan) 24

6 Laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang 25

7 Sidik Ragam Uji F peubah morfologi umur 24 MST sampai 40 MST 26

8 Sidik ragam uji F perlakuan N umur tanaman 3– 6 BST di TBM 29

9 Sidik ragam uji F perlakuan K umur tanaman 3–6 BST di TBM 31

10 Lay Out penelitian di pembibitan utama 34

11 Lay Out penelitian di TBM 34

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia terus mengalami peningkatan. Tahun 1996 luas tanaman kelapa sawit adalah 1.2 juta ha dan tahun 2013 meningkat menjadi 9.2 juta ha (Badan Pusat Statistik 2013). Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit menuntut adanya kesiapan dan ketersediaan bahan tanam atau bibit kelapa sawit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan bibit juga sangat dibutuhkan untuk keperluan peremajaan kelapa sawit (replanting) untuk mengganti tanaman yang sudah tidak menguntungkan lagi dari segi ekonomi (Fauzi et al. 2008).

Penyediaan bibit kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan di atas tentu tidak terlepas dari kegiatan pengadaan benih, penyemaian dan pembibitan di lapangan. Keberhasilan pertumbuhan tanaman kelapa sawit di lapangan sangat ditentukan oleh kondisi bibit yang ditanam. Bibit yang pertumbuhannya baik di pembibitan akan memberikan tanaman yang pertumbuhannya baik pula di lapangan (Solahuddin 2004). Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang paling menentukan masa depan pertumbuhan kelapa sawit di lapangan. Bibit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan standar bibit yang baik dapat dilihat dari diameter batang yang tegap, tinggi bibit yang jagur, jumlah daun yang cukup dan tidak terserang hama dan penyakit (Risza 1994).

Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pemupukan, baik secara dosis maupun waktu pemberiannya. Hal-hal yang menyangkut pupuk tidak asing bagi petani atau masyarakat. Namun, yang mereka kerjakan belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman sehingga usaha budidayanya tidak berhasil dengan baik. Mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur hara, diharapkan kita dapat melakukan pemupukan yang tepat. Jenis pupuk yang diberikan dapat disesuaikan dengan unsur yang dibutuhkan tanaman. Biasanya tanaman fase tumbuhnya berbeda kebutuhannya dengan tanaman yang sedang berbunga. Pemberian dosis pupuk harus disesuaikan dengan takaran yang telah ditetapkan. Pemberian dosis pupuk disesuaikan dengan umur tanaman, cara pemberian pupuk dan waktu pemberian pupuk sehingga kegiatan pemupukan menjadi leih efisien (Prihmantoro 1997).

Pemupukan dengan pupuk tunggal yang dilakukan secara tepat dikombinasikan dengan penerapan kultur teknis yang baik oleh perkebunan telah mampu meningkatkan produktivitas tanaman seperti kita kehendaki (Darmosarkoro et al. 2007).

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan. Menentukan dosis optimum pupuk Nitrogen dan

(17)

2

Kalium di pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan. Mengetahui interaksi pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pembibitan utama.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap dosis pupuk di pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan. Terdapat dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium dari dosis rekomendasi di pembibitan utama.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam family

Palmae, subkelas Monocotyledoneae. Beberapa jenis kelapa sawit yang umumnya

banyak ditanam diantaranya Dura, Pisifera, dan Tenera (Lubis dan Widanarko 2011). Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi (Pahan 2008). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal (Sastrosayono 2005). Akar kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh kebawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah sampai kedalaman 1 m dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza 1994).

Batang kelapa sawit termasuk monokotil, tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Batang bersifat fototrofi dan heliotrofi tumbuh tegak lurus dan menuju matahari (Risza 1994). Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40–60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang (Setyamidjaja 2006). Tinggi batang mencapai 30 m, tetapi secara komersial jarang ditemukan tinggi tanaman kelapa sawit melebihi ketinggian 15–18 m (Setyamidjaja 2006 ). Tanaman kelapa sawit mempunyai 8 spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri. Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim (Pahan 2008).

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi ( Lubis dan Widanarko 2011). Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun yang mempunyai helaian dan tulang anak daun, rachis yang merupakan tempat

(18)

3 anak daun melekat, tangkai daun yang merupakan bagian antara daun, batang dan seludang daun yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang (Pahan 2008). Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 m, jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm (Risza 1994).

Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan (tepung sari) dan bunga betina (putik), namun ada juga tanaman kelapa sawit yang hanya memproduksi bunga jantan (Sastrosayono 2005).

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit akan tumbuh dengan optimal apabila sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Sifat fisik dan kimia tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal adalah tanah yang memiliki pH 5.0–5.5, solum dalam, tidak berbau, kandungan hara tinggi, gembur, drainase baik, dan memiliki hara tinggi (Setyamidjaja 2006). Kelapa sawit dapat hidup didaerah mineral, gambut dan pasang surut (Lubis dan Widanarko 2011).

Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup (Setyamidjaja 2006). Tanaman kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran langsung dengan lama penyinaran 5–7 jam per hari. Curah hujan yang dibutuhkan per tahunnya berkisar 1 500–4 000 mm, tetapi curah hujan optimum adalah 2 000–3 000 mm (Lumbangaol 2010). Kecepatan angin optimal untuk kelapa sawit adalah 5-6 km jam-1 (Setyamidjaja 2006).

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu dipengaruhi oleh ketinggian tempat, maka selalu ada korelasi untuk suhu dan tinggi tempat bagi suatu lokasi penanaman kelapa sawit. Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 24–28 oC dengan suhu terendah 18oC dan

tertinggi 32oC (Setyamidjaja 2006). Suhu minimum untuk pertumbuhan vegetatif

kelapa sawit berkisar 20oC (Lubis dan Widanarko 2011).

Ketinggian tempat optimum untuk kelapa sawit adalah 0–400 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempa lebih dari 500 m dpl, pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan lebih rendah (Setyamidjaja 2006).

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan kegiatan awal lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya. Lokasi pembibitan harus memenuhi beberapa persyaratan agar pelaksanaan pembibitan dapat berjalan dengan baik dan aman. Syarat lokasi pembibitan yang perlu diperhatikan adalah lokasi datar, bila tidak datar sebaiknya teras dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman (Setyamidjaja 2006).

(19)

4

Budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap. Pembibitan yang sering digunakan adalah pembibitan dua tahap. Pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan dilakukan pada polibag kecil. Pembibitan awal (pre nursery) dilakukan terlebih dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur 3 bulan, bibit dipindah ke polibag besar atau tahap pembibitan utama (main nursery) hingga bibit siap ditanam sampai bibit berumur 12 bulan. Pembibitan satu tahap (single

stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada polibag

besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro et al. 2008).

Bibit yang ditanam di pre nursery maupun main nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur. Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman. Penyiangan, pengawasan dan seleksi serta yang paling penting adalah pemupukan (Setyamidjaja 2006).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air, unsur hara dan mineral tanah, jenis tanah, iklim dan cahaya matahari. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari pertumbuhan vegetatif sampai generatif tanaman. Jika salah satu faktor tersebut tidak sesuai dan tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman pasti akan terhambat dan bisa saja tanaman tersebut mati (Salisbury dan Ross 1995).

Pemupukan

Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pemupukan baik secara dosis maupun waktu pemberiannya. Mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur hara, diharapkan kita dapat melakukan pemupukan yang tepat. Jenis pupuk yang diberikan dapat disesuaikan dengan unsur yang dibutuhkan tanaman. Biasanya tanaman fase tumbuhnya berbeda kebutuhannya dengan tanaman yang sedang berbunga. Dosis pupuk diberikan sesuai dengan takaran, umumnya disesuaikan dengan umur tanaman. Cara pemberian pupuk perlu diperhatikan agar pupuk dapat diserap tanaman secara efisien. Waktu pemberian harus diperhatikan agar tidak banyak pupuk yang terbuang percuma (Prihmantoro 1997).

Unsur hara yang diserap tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) bersumber dari hara tanah, pelapukan bahan organik tanaman, kacangan (leguminosa) yang ditanam sebagai penutup tanah dan dari pupuk yang diberikan. Pada TBM, unsur hara yang diserap tanaman digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan persiapan aktivitas pembungaan (Darmosarkoro et al. 2007). Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) bertujuan untuk membangun kerangka pertumbuhan vegetatif tanaman yang kokoh menunjang sasaran produksi yang optimal pada masa tanaman menghasilkan (TM) (Lubis 1992).

Pemupukan Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman sebab merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat dan dengan demikian merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Pada umumnya Nitrogen

(20)

5 sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian tanaman vegetatif seperti daun, batang, dan akar (Sutejo 1999).

Nitrogen merupakan hara penting untuk pertumbuhan tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil dan untuk proses metabolisme. Kekahatan N akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan keseimbangan serapan unsur hara. Tanaman yang mengalami kekahatan N ditandai oleh daun-daun tua berwarna hijau pucat kekuningan, kecepatan produksi menurun dan menggulung ke arah lidi. Sebaliknya kelebihan N dapat menghasilkan daun yang lemah serta berkurangnya buah (PPKS 2007).

Pemupukan Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara terpenting untuk kelapa sawit, karena unsur ini paling banyak ditransfer ke tandan buah. Unsur ini juga berperan sebagai katalisator dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan minyak. Pada tanaman muda, unsur Kalium nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat panen pertama. Pemupukan Kalium pada tanah yang kandungan pasirnya tinggi bisa meningkatkan produksi tandan kelapa sawit (Sastrosayono 2005).

Kalium dalam sel daun sangat berperan dalam mekanisme pembukaan dan penutupan stomata. Kalium berperan dalam proses perpindahan air dari luar sel akar ke dalam xylem. Kalium mampu membentuk batang lebih kuat, dan menghasilkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Ismunadji et al. 1976).

Kalium mempunyai peranan penting terhadap tanaman tingkat tinggi, yaitu pemeliharaan turgor yang cukup dengan fotosintat dan konversi energi dalam kloroplas. Kekurangan unsur K dapat menyebabkan jumlah akar tanaman sulit mengambil unsur hara dari tanah dengan baik. Kalium berperan penting juga dalam fotosintesis karena secara langsung meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun. Hampir seluruh K diserap selama pertumbuhan vegetatif namun, sedikit yang ditransfer ke buah atau biji (Nelson 1968).

BAHAN DAN METODE

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Dramaga, IPB-Bogor. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 240 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan ini dilaksanakan lima bulan pada bulan Mei sampai September 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 240 bibit tanaman kelapa sawit umur 6 bulan varietas Damimas. Pupuk urea (45% N) dan KCl (60 % K2O). Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, jangka sorong, label, dan

(21)

6

Metode Percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak Kelompok yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk N dan dosis pupuk K. Faktor pertama adalah pemupukan N terdiri dari empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (N

0),

25.91 g bibit-1 (N1), 51.83 g bibit-1 (N2),dan 103.66 g bibit-1(N3).Faktor kedua

pemupukan K terdiri dari empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (K

0), 26.99 g bibit-1 (K1),

53.98 g bibit-1 (K

2), dan 107.96 g bibit-1 (K3). Kedua faktor dikombinasikan

menjadi 16 perlakuan. Setiap perlakuan diulang menjadi 3 kali. Setiap unit percobaan terdiri atas 5 sampel bibit kelapa sawit. Jumlah tanaman yang dipakai 240 tanaman. Model rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Yijk= µ + αi + βj + τk + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3, 4 j= 1, 2, 3, 4 k= 1, 2, 3

Yijk : hasil pengamatan pemupukan N ke-i, K ke-j pada

ulangan ke-k.

µ : rataan umum

αi : pengaruh perlakuan pupuk N ke-i.

βj : pengaruh perlakuan pupuk K ke-j .

τk : pengaruh dari kelompok ke-k

(αβ)jk : pengaruh interaksi antara taraf pemupukan N ke-i dan

pemupukan K ke-j.

εijk : pengaruh galat interaksi N ke-i dan K ke-j.

Data di analisis ragam dengan sidik ragam pada taraf F pada alfa (α) = 5 %, jika menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah yang diamati, dilanjutkan uji Kontras Polinomial Ortogonal (Matjik dan Sumertajaya 2006). Perhitungan dilakukan menggunakan SAS (Statistical Analysis Sistem) dan Microsoft excel. Pelaksanaan Percobaan

Pelaksanaan penelitian ini merupakan penelitian lanjutan, yaitu penelitian dengan judul yang sama (Halim 2012). Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman dan pembersihan gulma diikuti dengan penggemburan tanah dalam polibag.

Layout percobaan di pembibitan utama disajikan pada Lampiran 10. Aplikasi

dosis perlakuan dilaksanakan empat minggu satu kali, dengan dosis aplikasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada pembibitan utama Umur

(MST) N0 Dosis Nitrogen (N) Dosis Kalium (KN1 N2 N3 K0 K1 K22O) K3

(g bibit-1) 24 0 2.29 4.58 9.16 0 2.99 5.98 11.96 28 0 3.37 6.75 13.50 0 6.00 12.00 24.00 32 0 6.75 13.50 27.00 0 6.00 12.00 24.00 36 0 6.75 13.50 27.00 0 6.00 12.00 24.00 40 0 6.75 13.50 27.00 0 6.00 12.00 24.00 Total 0 25.91 51.83 103.66 0 26.99 53.98 107.96

(22)

7 Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan adalah peubah morfologi pada tanaman meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap empat minggu satu kali sebelum perlakuan pemupukan sampai bibit berumur 10 bulan. Peubah yang diamati adalah :

a. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai daun tertinggi.

b. Jumlah daun (helai), jumlah daun dihitung adalah daun sudah mulai terbuka sempurna.

c. Diameter batang (cm), diameter batang diukur menggunakan jangka sorong.

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian (Teaching

Farm) Kelapa Sawit Jonggol, Bogor, IPB-Cargill. Lokasi percobaan terletak pada

ketinggian 113 m diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan lima bulan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) yang berumur 3 bulan. Pupuk urea (45% N) dan K (60% K2O). Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, dodos,

cangkul, label, cat, dan meteran. Metode Percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak Kelompok yang terdiri dari satu faktor dan dua percobaan. Setiap jenis pupuk diberikan empat taraf yaitu pada percobaan pertama Nitrogen 22.5 g TBM-1 (N1),

45 g TBM-1 (N

2), 67.5 g TBM-1 (N3) dan 90 g TBM-1 (N4). Pada percobaan kedua

yaitu Kalsium 30 g TBM-1 (K

1), 60 g TBM-1 (K2), 90 g TBM-1 (K3) dan 120 g

TBM-1 (K4). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri

lima sampel TBM. Model aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut : Yijk= µ + αi + βj + εij

i = 1, 2, 3, 4 j= 1, 2, 3 Keterangan :

Yijk : hasil pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j.

µ : rataan umum

αi : pengaruh perlakuan ke-i.

βj : pengaruh ulangan kontrol ke-j

εijk : pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ke-j

Data di analisis dengan sidik ragam pada taraf uji F pada α = 5 % jika menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah yang diamati, dilanjutkan dengan uji Kontras Polinomial Ortogonal (Matjik dan Sumertajaya 2006). Perhitungan dilakukan menggunakan SAS (Statistical Analysis Sistem) dan Microsoft excel.

(23)

8

Pelaksanaan Percobaan

Gulma pada gawangan TBM dibersihkan sampai W1 artinya penutup tanah 100% kacangan dan gulma dibersihkan semuanya, sedangkan piringan gulma dibersihkan sampai W0 artinya bebas dari gulma. Lahan yang digunakan pada TBM mempunyai karakteristik bergelombang, maka dari itu dibuat teras dan rorakan. Pemberian label untuk menandai perlakuan TBM agar memudahkan pada saat aplikasi pupuk dan pengamatan. Layout percobaan disajikan dalam Lampiran 11.

Pemeliharaan. Pemeliharaan jalan di TBM sangat penting untuk mempermudah akses serta memperbaiki aliran drainase agar air tidak tergenang. Pengendalian gulma pada TBM secara manual atau kimia. Pembuangan buah pasir dan pelepah akan dilakukan dengan cara didodos. Pembuatan rorakan disebelah tanaman bertujuan untuk menempatkan pupuk organik dan berfungsi sebagai lubang drainase.

Pemupukan. Pemupukan di TBM dilakukan setiap tiga bulan satu kali. Pupuk diberikan sesuai dosis rekomendasi pemupukan PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit). Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan KCL. Pupuk ditimbang menggunakan timbangan analitik dan ditebar sesuai dosis perlakukan yang ditentukan. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara ditebar mengelilingi piringan TBM tanpa mengenai permukaan tanaman. Aplikasi Pemupukan Nitrogen dan Kalsium. Aplikasi pupuk Urea dan KCL pada TBM dilakukan pada awal penelitian (Tabel 2).

Tabel 2 Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada TBM.

Bulan Dosis Nitrogen (N) (g tanaman-1) Dosis Kalium (K2O) (g tanaman-1)

N1 N2 N3 N4 K1 K2 K3 K4

1 22.5 45 67.5 90 30 60 90 120

Total 22.5 45 67.5 90 30 60 90 120

Pengamatan

Tanggap Morfologi Tanaman. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas anak daun. Pengamatan pada TBM dilakukan satu bulan satu kali. Peubah yang diamati meliputi :

a. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari pemukaan tanah sampai daun tertinggi.

b. Jumlah daun (helai), jumlah daun dihitung mulai pada daun yang sudah terbuka sempurna.

c. Lingkar batang (cm), lingkar batang diukur dengan meteran pada atas bonggol tanaman.

d. Luas anak daun (cm2), pengukuran luas anak daun diukur pada daun analisis

yaitu pada daun ke-9.

Analisis Tanah. Analisis tanah dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Sampel tanah diambil secara komposit yang dapat mewakili areal penelitian. Sampel tanah diperoleh dari beberapa titik di piringan dan gawangan blok perlakuan Nitrogen serta Kalium.

(24)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

Kondisi Umum

Media tanah yang digunakan merupakan media yang dipakai percobaan sebelumnya yaitu umur bibit 0–24 MST. Menurut Halim (2012), media tanah tanah yang dianalisis merupakan tanah latosol yang dicampur dengan kotoran sapi 7 : 1. Hasil analisis menunjukan, tanah yang digunakan mempunyai pH 4.7 –5.00, N tersedia antara 0.05%–0.29% dan K tersedia antara 1.05–1.29 me 100g-1. Data

hasil analisis tanah pada percobaan pembibitan utama disajikan pada Lampiran 2. Data iklim di daerah IPB Dramaga dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dramaga Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1. Curah hujan rata-rata dari bulan April sampai Agustus berkisar 173.04 mm bulan-1, curah hujan

tertinggi pada bulan April adalah 389.50 mm bulan-1 dan terendah pada bulan

Agustus adalah 70.3 mm bulan-1. Jumlah hari hujan adalah berkisar antara 7–31 hari dengan rata-rata 14.8 hari, jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Mei yaitu 31 hari dan jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 7 hari. Suhu berkisar 26 0C, dengan rata-rata suhu 25.98 0C. Lama penyinaran matahari berkisar 55%–89% dan kelembaban udara berkisar 74–86%. Menurut Lumbangaol (2010) Curah hujan merupakan hal terpenting karena tanaman kelapa sawit membutuhkan air untuk pertumbuhannya, bila kekurangan air pada tanaman kelapa sawit akan menurunkan produksi sebanding dengan defisit air. Air berfungsi sebagai pelarut pupuk yang diberikan sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi yang terdapat pada pupuk.

Peubah Morfologi Tanaman

Bibit kelapa sawit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan standar bibit yang baik dapat dilihat dari peubah morfologinya yaitu diameter batang yang tegap, tinggi bibit yang kokoh dan jumlah daun yang cukup (Risza 1994). Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun pada pengamatan pertama umur bibit 24 MST masing-masing adalah 91.3 ± 5.48 cm, 4.4 ± 0.34 cm, dan 14.2 ± 0.34 helai. Pertumbuhan

tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada akhir pengamatan umur bibit 40 MST masing-masing adalah 155.42 ± 9.6 cm, 7.08 ± 0.45 cm, dan 17.55 ±

0.79 helai (Tabel 3). Peubah laju pertumbuhan dari umur bibit 24 MST sampai umur bibit 40 MST yaitu tinggi tanaman 4.01 cm minggu-1, diameter batang 0.17

cm minggu-1, dan banyak daun 0.21 helai minggu-1. Laju pertumbuhan tinggi

tanaman, diameter batang, dan jumlah daun setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 6. Menurut Setyamidjaja (2006) laju kecepatan tumbuh tinggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan pertambahan tinggi sekitar 25–40 cm. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit yaitu kondisi sekitar tanaman seperti iklim, pemeliharaan dan kerapatan tanaman. Sidik ragam untuk peubah morfologi di pembibitan utama dapat dilihat pada lampiran 7.

(25)

10

Tabel 3 Pertumbuhan bibit kelapa sawit

Peubah tanaman 24 MST 28 MST 32 MST 36 MST 40 MST Tinggi tanaman (cm) 91.30 ± 5.48 111.25 ±5.40 125.41 ± 7.98 138.88 ± 8.58 155.42 ± 9.60 Diameter batang (cm) 4.40 ± 0.34 5.40 ± 0.38 5.67 ± 0.50 6.14 ± 0.46 7.08 ± 0.45 Banyak daun (helai) 14.20 ± 0.34 15.10 ± 0.49 15.64 ± 0.48 16.64 ± 0.61 17.55 ± 0.79

Pemberian perlakuan kombinasi pupuk Nitrogen dan Kalium merupakan upaya untuk memenuhi standar bibit siap salur. Percobaan yang dilakukan belum 100% memenuhi kriteria standar bibit sawit Dami Mas karena pada pengamatan umur bibit 24 MST tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun masing-masing mencapai 91.30 cm, 4.40 cm, dan 14.20 sedangkan pada standar bibit sawit Dami Mas masing-masing adalah 102.5 cm, 6.1 cm, dan 17.1. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit Dami Mas disajikan pada Lampiran 5. Hal ini karena perbedaan tempat, setiap tempat memiliki lingkungan yang berbeda salah satunya jenis tanah dan iklim.

Tinggi tanaman

Pupuk Nitrogen berpengaruh secara kuadratik terhadap tinggi tanaman pada umur 24, 32, 36 dan 40 MST, sedangkan memberikan pengaruh secara linier pada umur 28 MST. Pupuk Kalium berpengaruh secara kuadratik terhadap tinggi tanaman pada umur 24, 32, 36, dan 40 MST, sedangkan pupuk Kalium berpengaruh secara linier pada umur 28 MST.

Analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk Nitrogen dan Kalium berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi tidak terdapat interaksi pada pupuk Nitrogen dan Kalium. Respon peubah tinggi tanaman disajikan pada Tabel 4, Gambar 1 dan Gambar 2. Pemupukan Nitrogen berperan pada pertumbuhan vegetatif tanaman untuk meningkatkan tinggi tanaman (Setyamidjaja 2006). Tabel 4 Respon tinggi tanaman terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium

Perlakuan 24 MST 28 MST 32 MST 36 MST 40 MST Tinggi tanaman (cm)

N0 85.13b 106.50b 117.23 c 131.00 c 146.90 c N1 92.00a 115.57a 126.17ab 131.14ab 163.38ab N2 94.84a 119.78a 132.69 a 146.80a 152.94 a N3 93.20a 114.76a 125.57 b 136.57bc 152.94bc

Notasi ** ** ** ** **

Uji Kontras Q** L** Q** Q* Q*

K0 87.37b 109.69b 119.26b 131.82b 146.43b K1 91.52a 115.55a 126.77a 140.80a 157.40a K2 92.62a 115.83a 127.18a 140.33a 157.49a K3 93.67a 115.55a 128.44a 142.57a 160.36a

Notasi ** * * * **

Uji Kontras Q* L* Q* Q* Q*

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%; Pr: Probability; L: Linier; Q: Quadratik; tn: Tidak nyata

(26)

11

24 MST

28 MST 32 MST

36 MST 40MST

Gambar 1 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Nitrogen

y = -0,2808x2 + 3,4342x + 85,263 R² = 0,9962 80 85 90 95 100 0 5 10 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

y = 0.5111x + 111.14 R² = 0.2812 105 110 115 120 125 0 5 10 15 Tin ggi tan am an (c m )

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

y = -0,0738x2 + 2,2156x + 146,89 R² = 1 145 150 155 160 165 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

y = -0,0694x2 + 2,0913x + 130,78 R² = 0,9956 125 130 135 140 145 150 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

y = -0,0738x2 + 2,2156x + 146,89 R² = 1 145 150 155 160 165 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

(27)

12 24 MST 28 MST 32 MST 36 MST 40 MST

Gambar 2 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Kalium

Diameter Batang

Pupuk Nitrogen dan Kalium memberikan pengaruh secara kuadratik terhadap diameter batang pada umur 24 MST. Hasil analis ragam menunjukan bahwa perlakuan Nitrogen dan Kalium berpengaruh terhadap diameter batang pada umur 24 MST, sedangkan pada pengamatan 28, 32, 36 dan 40 MST tidak berpengaruh. Respon diameter batang terhadap pupk Nitrogen dan pupuk Kalium disajikan pada Tabel 5, Gambar 3 dan Gambar 4. Kalium dapat membentuk batang lebih kuat dan menghasilkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Ismunadji et al. 1976). y = -0.1699x2 + 2.6956x + 85.234 R² = 0.9985 80 85 90 95 100 0 5 10 15 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Kalium (g bibit-1)

y = 0.1963x + 112.1 R² = 0.4564 108 110 112 114 116 118 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Kalium (g bibit-1)

y = -0.03x2 + 1.0699x + 119.85 R² = 0.9177 115 120 125 130 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Kalium (g bibit-1)

y = -0.0318x2 + 1.1626x + 132.68 R² = 0.8694 130 135 140 145 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

Dosis Kalium (g bibit-1)

y = -0,0396x2 + 1,4762x + 147,4 R² = 0,8997 145 150 155 160 165 0 10 20 30 Tin gg i tan am an (cm )

(28)

13 Tabel 5 Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium

Perlakuan 24 MST 28 MST 32 MST 36 MST 40 MST Diameter batang (cm) N0 4.14b 5.20 5.38 5.80 6.90 N1 4.37b 5.31 5.77 6.14 6.92 N2 4.71a 5.51 5.71 6.64 7.42 N3 4.38b 5.58 5.80 6.00 7.10 Notasi ** tn tn tn tn Uji Kontras Q* - - - - K0 4.09b 5.18 5.50 5.89 6.73 K1 4.47a 5.34 5.55 6.17 7.28 K2 4.49a 5.54 5.81 6.37 7.28 K3 4.55a 5.54 5.80 6.16 7.05 Notasi ** tn tn tn tn Uji Kontras Q* - - - - Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%; Pr: Probability; L: Linier; Q: Quadratik; tn: Tidak nyata.

24 MST

Gambar 3 Respon diameter tanaman terhadap pupuk Nitrogen

24 MST

Gambar 4 Respon diameter batang terhadap pupuk Kalium Jumlah Daun

Pupuk Nitrogen memberikan pengaruh secara kuadratik terhadap jumlah daun pada pengamatan 24 MST (Gambar 5), sedangkan respon pupuk Kalium tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Hasil analis ragam menunjukan bahwa perlakuan kalium tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Perlakuan Nitrogen berpengaruh terhadap jumlah daun pada umur tanaman 24 MST, sedangkan pada pengamatan 28, 32, 36 dan 40 MST tidak berpengaruh (Tabel 6). Kalium dalam

y = -0.0183x2 + 0.1995x + 4.1046 R² = 0.8972 4 4,2 4,4 4,6 4,8 0 5 10 Diam eter b atan g (cm )

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

y = -0.0063x2 + 0.1102x + 4.1179 R² = 0.9196 4 4,2 4,4 4,6 4,8 0 5 10 15 Diam eter b atan g (cm )

(29)

14

sel daun berperan dalam mekanisme pembukaan dan penutupan stomata (Ismunadji et al. 1976). Bentuk daun dan jumlah daun sangat berpengaruh terhadap luas tangkapan sinar matahari (Lubis dan Widanarko 2011).

Tabel 6 Respon jumlah daun terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium

Perlakuan 24 MST 28 MST 32 MST 36 MST 40 MST Jumlah daun (helai)

N0 13.93 14.75 15.27 16.32 17.23 N1 14.25 15.15 15.82 16.82 17.76 N2 14.56 15.47 15.84 16.92 17.93 N3 14.18 15.05 15.80 16.60 17.28 Notasi * tn tn tn tn Uji Kontras Q* - - - - K0 13.99 14.70 15.32 16.22 17.12 K1 14.21 15.23 15.63 16.60 17.55 K2 14.20 15.32 15.90 17.05 17.93 K3 14.52 15.29 15.87 16.79 17.62 Notasi tn tn tn tn tn Uji Kontras - - - - - Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1% Pr: Probability; L: Linier; Q: Quadratik tn: Tidak nyata.

24 MST

Gambar 5 Respon jumlah daun terhadap pupuk Nitrogen Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium

Penentuan dosis optimum pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap peubah tinggi bibit kelapa sawit disajikan pada (Tabel 7) dan (Tabel 8). Dosis optimum pupuk Nitrogen untuk peubah tinggi tanaman dari umur 24–40 MST adalah 64.70 g tanaman-1, sedangkan untuk pupuk Kalium adalah 86.68 g tanaman-1.

Tinggi tanaman sangat responsif terhadap perlakuan pupuk Nitrogen dan Kalium. Analisis regresi pada umur tanaman 24 MST, menunjukan perlakuan Nitrogen membentuk respon kuadratik artinya dosis optimum 6.11 g bibit-1. Secara umum tinggi tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah perlakuan N2 94.84 cm, Koefisien korelasi (R2)sebesar 99%. Perlakuan Kalium membentuk

respon kuadratik dengan dosis optimum 7.93 g bibit-1, tinggi tanaman yang

menunjukan hasil tertinggi adalah K3 93.67 cm. Koefisien korelasi sebesar 0.99

artinya 99% tinggi tanaman disebabkan oleh perlakuan dosis Kalium. Pada akhir pengamatan tinggi tanaman umur tanaman 40 MST perlakuan Nitrogen membentuk respon kuadratik dengan dosis optimum 15.01 g bibit-1. Tinggi

y = -0.0221x2 + 0.2342x + 13.901 R² = 0.9526 13,8 14 14,2 14,4 14,6 0 5 10 Ju m lah d au n (h elai) Dosis Nitrogen (g)

(30)

15 tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah N1 163.38 cm. Koefisien korelasi

sebesar 1 artinya 100% pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh perlakuan dosis Nitrogen. Pada akhir pengamatan umur 40 MST perlakuan Kalium, membentuk respon kuadratik dengan dosis optimum 18.64 g bibit-1. Tinggi

tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah K3 160.36 cm. Koefisien korelasi

sebesar 0.90 artinya 90% pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh perlakuan dosis Kalium.

Tabel 7 Dosis optimasi pupuk Nitrogen berdasarkan peubah tinggi tanaman

Umur

(MST) Persamaan Regresia R2 Dosis Nitrogen (gram) 24 y = -0.2808x2 + 3.4342x + 85.263 0.99 6.11 28 y = 0.5111x + 111.14 0.28 13.50 32 y = -0.0738x2 + 2.2156x + 146.89 1 15.01 36 y = -0.0694x2 + 2.0913x + 130.78 0.99 15.07 40 y = -0.0738x2 + 2.2156x + 146.89 1 15.01 Total 64.70

a Persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis Nitrogen optimum sehingga dipilih dosis tertinggi. Tabel 8 Dosis optimasi pupuk Kalium berdasarkan peubah tinggi tanaman

Umur

(MST) Persamaan Regresia R2 Dosis Kalium (gram) 24 y = -0.1699x2 + 2.6956x + 85.234 0.99 7.93 28 y = 0.1963x + 112.1 0.46 24.00 32 y = -0.03x2 + 1.0699x + 119.8 0.92 17.83 36 y = -0.0318x2 + 1.1626x + 132.68 0.87 18.28 40 y = -0.0396x2 + 1.4762x + 147.4 0.90 18.64 Total 86.68

a Persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis Kalium optimum sehingga dipilih dosis tertinggi. Peubah diameter batang dan jumlah daun kurang responsif terhadap perlakuan pupuk N dan K. Perhitungan dosis optimasi pupuk Nitrogen dan Kalium peubah diameter batang dan jumlah daun tidak bisa ditentukan

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan Kondisi Umum

Lahan yang digunakan dalam percobaan di tanaman kelapa sawit belum menghasilkan terdiri dari dua blok yaitu blok perlakuan Kalium dan blok perlakuan Nitrogen. Hasil analisis sampel tanah sebelum percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis sampel tanah blok perlakuan K terdiri dari 2 sampel yaitu di dalam piringan dan di dalam gawangan. Pada piringan blok perlakuan K tekstur tanah didominasi oleh liat 45.89%, debu 36.73%, dan kandungan pasir 17.38% . Analisis tanah yang telah ada dinilai dari kriteria penilaian berbagai sifat kimia tanah yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah (2008) disajikan pada Lampiran 4. reaksi tanah termasuk sangat masam dengan pH (H2O) 4.50, kandungan C-Organik sedang (2.15%), Kadar N rendah (0.19%),

kadar P sangat rendah (8.60 ppm) dan kadar K sedang (0.43 me 100 g-1). Pada gawangan blok perlakuan K tekstur tanah didominasi oleh liat 55.16%, debu

(31)

16

24.89%, dan kandungan pasir 19.95% . Reaksi tanah termasuk sangat masam dengan pH (H2O) 4.50, kandungan C-Organik sedang (2.23%), Kadar N rendah

(0.21%), kadar P rendah (10.60 ppm) dan kadar K sedang (0.27 me 100 g-1).

Hasil analisis tanah blok perlakuan N terdiri dari 2 sampel yaitu di dalam piringan dan di dalam gawangan. Pada piringan blok perlakuan N tekstur tanah didominasi oleh liat 46.09%, debu 37.30%, dan kandungan pasir 16.61% . Reaksi tanah termasuk masam dengan pH (H2O) 4.60, kandungan C-Organik sedang

(2.31%), Kadar N sedang (0.22%), kadar P rendah (13.20 ppm) dan kadar K sedang (0.45 me 100 g-1). Pada gawangan blok perlakuan N tekstur tanah

didominasi oleh liat 62.09%, debu 20.61%, dan kandungan pasir 17.30% . Reaksi tanah termasuk masam dengan pH (H2O) 4.60, kandungan C-Organik sedang

(2.15%), Kadar N rendah (0.20%), kadar P rendah (11.70 ppm) dan kadar K sedang (0.33 me 100 g-1).

Laju Pertumbuhan Peubah Morfologi di TBM

Rataan pertumbuhan tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, dan jumlah anak daun pada pengamatan perlakuan nitrogen di TBM umur 3 BST masing-masing 167.32 ± 8.89 cm, 26.03 ± 1.48 cm, 13.45 ± 1.18 helai, dan 97.83 ± 6.55 cm2. Pada pengamatan perlakuan Kalium masing-masing 164.28 ± 5.93

cm, 24.79 ± 1.57 cm, 15.3 ± 0.66 helai, dan 97.87 ± 7.90 cm2. Rataan

pertumbuhan pada 6 BST mengalami peningkatan pada peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun dan luas anak daun masing-masing dalam perlakuan Nitrogen 205.96 ± 6.01 cm, 36.40 ± 2.56 cm, 24.7 ± 1.22 helai, dan 107.30 ± 12.54 cm2. Pada perlakuan kalium masing-masing 202.77 ± 7.94 cm, 36.82 ± 2.47

cm, 26.12 ± 0.99 helai, dan 105.71 ± 6.17 cm2 (Tabel 9). Adapun sidik ragam peubah morfologi perlakuan Nitrogen dan Kalium umur 3-6 BST disajikan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Laju pertumbuhan pada TBM perlakuan Nitrogen peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, dan luas anak daun masing-masing adalah 12.88 (cm bulan-1), 3.46 (cm bulan-1), 3.75 (helai bulan-1) dan 3.16

(cm-2 bulan-1) sedangkan pada perlakuan Kalium masing-masing adalah 12.83 (cm

bulan-1), 4.03 (cm bulan-1), 3.61 (helai bulan-1) dan 2.61 (cm-2 bulan-1). Tabel 9 Peubah laju pertumbuhan TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium

Perlakuan Umur (BST) Tinggi tanaman (cm) Lingkar batang (cm) Jumlah daun (helai) Luas anak daun (cm2)

Nitrogen 3 167.32 ± 8.89 26.03 ± 1.48 13.45 ± 1.18 97.83 ± 6.55 4 174.48 ± 7.76 26.40 ± 3.21 17.30 ± 1.03 102.77 ± 6.86 5 204.98 ± 5.29 31.66 ± 1.28 20.30 ± 1.03 114.05 ± 14.51 6 205.96 ± 6.01 36.40 ± 2.56 24.70 ± 1.22 107.30 ± 12.54 Kalium 3 164.28 ± 5.93 24.79 ± 1.57 15.30 ± 0.66 97.87 ± 7.90 4 173.57 ± 5.55 27.02 ± 1.51 18.73 ± 1.04 107.46 ± 7.90 5 200.18 ± 4.91 34.18 ± 1.91 21.02 ± 0.66 107.77 ± 9.61 6 202.77 ± 7.94 36.89 ± 2.47 26.12 ± 0.99 105.71 ± 6.17

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pupuk Nitrogen dan Kalium tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, dan luas anak

(32)

17 daun. Koefisien ragam tertinggi perlakuan Nitrogen pada peubah lingkar batang 15.19 cm2 sedangkan koefisien ragam terendah yaitu tinggi tanaman 3.22 cm.

Koefisien ragam tertinggi perlakuan kalium pada peubah luas anak daun 9.34 cm2

dan terendah tinggi tanaman 2.45 cm . Hal ini menunjukan TBM pada penelitian ini pertumbuhannya seragam (Tabel 10). Koefisien ragam <25% dikatakan seragam (Matjik dan Sumertajaya 2006).

Tabel 10 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, dan luas anak daun pada TBM kelapa sawit.

Perlakuan Umur (MST) Perlakuan Koefisien Ragam

Nitrogen Tinggi tanaman 16 BST tn 4.051007 17 BST tn 5.029283 18 BST tn 3.226855 19 BST tn 3.268985 Lingkar batang ... 16 BST tn 7.078915 17 BST tn 15.195840 18 BST tn 4.178475 19 BST tn 6.498339 Jumlah daun 16 BST tn 10.002690 17 BST tn 6.885383 18 BST tn 5.867839 19 BST tn 5.911794

Luas anak daun

16 BST tn 4.896880 17 BST tn 5.430447 18 BST tn 14.139700 19 BST tn 13.084970 Kalium Tinggi tanaman ... 16 BST tn 3.763674 17 BST tn 3.344679 18 BST tn 2.452995 19 BST tn 3.948780 Lingkar batang 16 BST tn 7.780766 17 BST tn 6.715950 18 BST tn 4.743332 19 BST tn 8.068309 Jumlah daun 16 BST tn 4.585526 17 BST tn 5.417558 18 BST tn 5.133067 19 BST tn 4.521570

Luas anak daun

16 BST tn 9.341311

17 BST tn 8.489966

18 BST tn 9.127371

19 BST tn 7.593881

(33)

18

Kastrasi pada TBM

Tabel 11 Pembungaan pada TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium umur 6 BST

Perlakuan Jumlah TBM yang telah berbunga

(pohon) (%)

Nitrogen 31 51.60

Kalium 21 35.00

Jumlah TBM umur 6 BST pada perlakuan Nitrogen yang telah berbunga sebanyak 31 TBM (51.60%), sedangkan pada perlakuan Kalium sebanyak 21 TBM (35%). Pembuangan bunga jantan dan bunga betina (kastrasi) dilakukan setelah pengamatan. Menurut Setyamidjaja (2006) kastrasi yaitu pembuangan bunga jantan dan betina yang masih muda tumbuh pada tanaman umur 10-20 bulan. Kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat persediaan air, dan hara. Menciptakan tanaman bersih sehingga mengurangi terjadi gangguan hama dan penyakit.

Curah hujan harus diperhatikan dalam aplikasi pemupukan. Pemupukan di TBM perlakuan Nitrogen menggunakan urea dan perlakuan Kalium menggunakan KCl. Aplikasi pupuk urea pada musim kemarau dengan curah hujan <100 mm per bulan tidak disarankan karena memiliki penguapan yang tinggi. Sebaliknya. pada curah hujan yang tinggi hujan >250 mm per bulan. Aplikasi pupuk yang mudah larut seperti KCl tidak disarankan karena berpotensi kehilangan tinggi melalui proses pencucian oleh aliran permukaan dan erosi (Pahan 2008).

Aplikasi pemupukan dilapang pada piringan dengan cara dibenam, bertujuan untuk mengurangi kehilangan pupuk karena aliran permukaan dan penguapan, walaupun aplikasinya lebih mahal karena memerlukan lebih banyak tenga kerja (Pahan 2007). Pada TBM I dibuat piringan pokok radius 1 m. saat pemupukan piringan hendaknya sudah bersih dari rumput-rumputan sehingga pupuk benar-benar diserap oleh akar terutama pupuk Nitrogen (Risza 1994).

Pemupukan nitrogen dan kalium mampu meningkatkan luas daun. Meningkatnya luas daun akan dengan bertambah umur tanaman disebabkan oleh bertmbahnya anak daun dan rata-rata pertumbuhannya (Pahan 2008)

Nitrogen merupakan hara esensial untuk tanaman yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pembentukan vegetatif tanaman. Fungsi Nitrogen adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein dalam tanaman, membuat daun lebar dengan warna hijau dan meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah (Sutejo 1999). Nitrogen untuk pembentukan protein. sintesis krolofil. dan untuk proses metabolisme. Tanaman yang mengalami kekahatan Nitrogen ditandai dengan kecepatan produksi daun menurun, anak daun berukuran sempit, dan menggulung ke arah lidi. Kekahatan nitrogen pada tanah dapat menghambat pertumbuhan akar dalam tanah yang dangkal atau padat (Darmosarkoro et al. 2007)

Kalium merupakan unsur hara penting untuk kelapa sawit, karena unsur ini paling banyak ditransfer ke tandan buah. Aktivitas penting dalam proses fisiologi yaitu fotosintesis dan respirasi banyak dipengaruhi oleh unsur kalium. Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat panen pertama (Sastrosayono 2005).

(34)

19

SIMPULAN DAN SARAN

Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama

Simpulan

Pemberian pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap bibit kelapa sawit meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Laju pertumbuhan bibit umur bibit 24–40 MST adalah tinggi tanaman 4.01 cm minggu-1, diameter batang 0.17 cm minggu-1, dan banyak daun 0.21 helai minggu

-1. Dosis optimum pupuk Nitrogen 64.70 g bibit-1 selama 5 bulan dan dosis

optimum pupuk Kalium 86.68 g bibit-1 selama 5 bulan.

Saran

Perlu penelitian lanjutan mengenai pengamatan jaringan organ-organ bibit kelapa sawit, agar dapat diketahui kandungan unsur haranya. Bibit kelapa sawit perlu diamati dilapangan, sehingga dapat diketahui jangka panjang perlakuan yang sama di TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan

Simpulan

Pemberian Nitrogen di TBM meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Laju pertumbuhan pada TBM perlakuan Nitrogen peubah tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, dan luas anak daun masing-masing adalah 12.88 (cm bulan -1), 3.46 (cm bulan-1), 3.75 (helai bulan-1) dan 3.16 (cm-2 bulan-1) sedangkan pada

perlakuan Kalium masing-masing adalah 12.83 (cm bulan-1), 4.03 (cm bulan-1), 3.61 (helai bulan-1) dan 2.61 (cm-2 bulan-1). Tidak ditemukan dosis optimasi pada

perlakuan Nitrogen dan Kalium di TBM.

Saran

Dosis pemupukan Nitrogen dan Kalium tidak berpengaruh terhadap morfologi TBM, disarankan pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium ditingkatkan.

(35)

20

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman di Indonesia. http://www.bps.go.id. [12 Oktober 2013]. Darmosarkoro W. Akiyat. Sugiyono. Sutarta ES. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit.

Medan: Pusat Percobaan Kelapa Sawit.

Darmosarkoro W. Winarna. Sutarta ES. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa

Sawit. Medan (ID): Pusat Percobaan Kelapa Sawit.

Fauzi Y. Yustiana EW. Iman S. Rudi H. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya

Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Halim. 2012. Optimasi Dosis Nitrogen dan Kalium Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Pembibitan Utama [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ismunadji MS. Partohardjono dan Satsijati. 1976. Peranan Kalium dalam

Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Bogor: Edisi Khusus No.2 LP3.

Lubis RE. Widanarko A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis). Medan: Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar.

Lumbangaol P. 2010. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit. Rekomendasi Pupuk Kelapa Sawit.

Mattjik AA. dan Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan MINITAB. Bogor: IPB Press.

Nelson WL. 1968. Plant Factors Affecting Potasiium Availability and Uptake p. 335-383. In The Role Potassium In Agriculture. ASA. CSSA. Madison. Wisconsin.

Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2007. Budidaya Kelapa Sawit, Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan, Sumatra Utara.

[PPT] Pusat Penelitian Tanah. 2008. Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Kimia

Tanah. Jakarta: Departemen Pertanian

Prihmantoro H. 1997. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Risza S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogykarta:

Kanisius.

Salisbury FB. Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB. Sastrosayono S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. PT. Jakarta: Agromedia Pustaka. Setyamidjaja D. 2006. Budidaya Kelapa sawit. Yogyakarta: Kanisius.

Solahuddin. 2004. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembibitan Kelapa Sawit di PT.Kerinci Agung. Makalah pada Training Senior Konduktor dan Supervisor PT.TKA dan PT. SSS. Sungai Talang.

(36)

21

(37)

22

Lampiran 1 Rata-rata curah hujan, banyaknya hari hujan, temperatur, lama penyinaran matahari dan kelembaban udara di Dramaga, Bogor.

Bulan Curah hujan Hari hujan Temperatur rata-rata penyinaran Lama rata-rata RH

(mm) (hari) (0C) (%) (%) April 389.50 14 26.20 55 86 Mei 195.00 31 26.10 75 85 Juni 93.90 12 26.20 78 81 Juli 116.50 10 25.80 63 79 Agustus 70.30 7 25.80 89 74

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Bogor.

Lampiran 2 Hasil analisis tanah untuk media pembibitan utama

Sifat Tanah Satuan Nilai Uji Tanah Metode /Ekstrakan

pH H20 5.6 Agak Masam pH Meter

pH KCl 5.63 pH Meter

C-Organik (%) 2.72 Sedang Walkley & Black

N-Total (%) 0.24 Sedang Kjeldhal

C/N Ratio

P-Tersedia Ppm 25 Tinggi Bray-I

Ca (me 100g-1) 4.42 Rendah 6 N NH4 OAc pH 7.0

Mg (me 100g-1) 1.97 Sedang 6 N NH4 OAc pH 7.0

K (me 100g-1) 1.29 Sangat Tinggi 6 N NH4 OAc pH 7.0

Na (me 100g-1) 1.51 Sangat Tinggi 6 N NH4 OAc pH 7.0

Al (me 100g-1) 0 6 N NH4 OAc pH 7.0

KTK (me 100g-1) 17.92 Sedang 6 N NH4 OAc pH 7.0

KB (%) 51.46 Tinggi

Tekstur

Pasir (%) 8.16 Pipet

Debu (%) 20.6 Pipet

Liat (%) 71.23 Pipet

Keterangan : Data dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB (Halim 2012)

(38)

23 Lampiran 3 Hasil analisis tanah awal di lapangan untuk penananaman kelapa

sawit belum menghasilkan

Sifat Tanah Satuan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Piringan blok K Gawangan blok K Piringan blok N Gawangan blok N Nilai Kriteria Nilai Kriteria ekstrakan Metode /

pH H20 4.50 sangat

masam 4.50 sangat masam 4.60 masam 4.60 masam pH Meter

pH KCl 3.80 3.80 3.90 3.90 pH Meter

C-Organik (%) 2.15 sedang 2.23 sedang 2.31 sedang 2.15 sedang Walkley

& Black

N-Total (%) 0.19 rendah 0.21 sedang 0.22 sedang 0.20 rendah Kjeldhal

C/N Ratio

P-Tersedia (ppm) 8.60 sangat

rendah 10.60 rendah 13.20 rendah 11.70 rendah Bray-I

Ca (me 100 g-1) 4.00 rendah 3.08 rendah 5.44 rendah 4.28 rendah N

NH4OAc pH 7.0

Mg (me 100 g-1) 1.92 sedang 1.32 sedang 2.22 tinggi 1.79 sedang N

NH4OAc pH 7.0

K (me 100 g-1) 0.43 sedang 0.27 sedang 0.45 sedang 0.33 sedang N

NH4OAc pH 7.0

Na (me 100 g-1) 0.33 rendah 0.23 rendah 0.38 sedang 0.24 rendah N

NH4OAc pH 7.0

KTK (me 100 g-1) 33.18 tinggi 32.78 tinggi 32.48 tinggi 35.58 tinggi N

NH4OAc pH 7.0

Al (me 100 g-1) 11.89 11.51 9.59 9.78 N KCl

H (me 100 g-1) 2.88 4.26 1.99 1.80 N KCl

KB (%) 20.13 rendah 14.95 sangat

rendah 26.14 rendah 18.66 sangat rendah

Tekstur

Pasir (%) 17.38 19.95 16.61 17.30 Pipet

Debu (%) 36.73 24.89 37.30 20.61 Pipet

(39)

24

Lampiran 4 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (staf Pusat Penelitian Tanah, 2008)

Sifat Kimia Tanah Rendah Sangat Rendah Sedang Tinggi Tinggi Sangat C-Organik (%) <1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 >5.00 Nitrogen (%) <0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0,51-0.75 >0.75 C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 P2O5 Bray-1 (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35 P2O5 Olsen (ppm) <10 10-25 26-45 46-60 >60 K2O HCl 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60 KTK (me/100g) <5 5-16 17-24 25-40 >40

Basa-basa yang dapat dipertukarkan

K (me/100g) < 0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.6-1.0 >1.0 Na (me/100g) < 0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1.0 Mg (me/100g) <0.4 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 >8.0 Ca (me/100g) <0.2 2-5 6-10 11-20 >20 Kejenuhan basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70 Reaksi Tanah Masam Sangat Masam Masam Agak Netral Alkalin Agak Alkalin pH (H2O) <4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8,5 >8.5

Lampiran 5 Standar pertumbuhan morfologi bibit kelapa sawit Dami Mas pada

pre nursery (1-3 bulan) dan main nursery (4-12 bulan)

Umur Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang

(Bulan) (cm) (helai) (cm) 1 8.4 2.0 0.4 2 17.7 3.0 0.5 3 27.8 4.0 0.9 4 33.0 6.5 1.3 5 40.0 8.5 1.6 6 57.6 11.1 2.2 7 75.9 13.3 4.1 8 87.9 15.2 5.5 9 102.5 17.1 6.1 10 104.2 18.8 7.6 11 142.2 20.4 7.6 12 159.6 22.5 8.0

(40)

25 Lampiran 6 Laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang Tinggi tanaman

Perlakuan Laju pertumbuhan

24-28 MST 28-32 MST 32-36 MST 36-40 MST ………cm minggu-1)……… N0 5.34 2.68 3.44 3.97 N1 5.89 2.65 1.24 8.06 N2 6.23 3.23 3.53 1.53 N3 5.39 2.70 2.75 4.09 K0 5.58 2.39 3.14 3.65 K1 6.01 2.80 3.51 4.15 K2 5.80 2.84 3.29 4.29 K3 5.47 3.22 3.53 4.45 Jumlah daun

Perlakuan Laju pertumbuhan

24-28 MST 28-32 MST 32-36 MST 36-40 MST ……… (cm minggu-1)……… N0 0.20 0.13 0.26 0.23 N1 0.22 0.17 0.25 0.23 N2 0.23 0.09 0.27 0.25 N3 0.25 0.16 0.20 0.17 K0 0.18 0.15 0.22 0.22 K1 0.25 0.10 0.24 0.24 K2 0.28 0.14 0.29 0.22 K3 0.20 0.14 0.23 0.21 Diameter batang

Perlakuan Laju pertumbuhan

24-28 MST 28-32 MST 32-36 MST 36-40 MST ………(cm minggu-1) ………..……… N1 0.23 0.11 0.09 0.19 N2 0.20 0.05 0.23 0.19 N3 0.30 0.05 0.05 0.27 K0 0.27 0.08 0.10 0.21 K1 0.22 0.05 0.15 0.28 K2 0.26 0.07 0.14 0.23 K3 0.25 0.06 0.09 0.22

Gambar

Tabel 4  Respon tinggi tanaman  terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Gambar 1  Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Nitrogen
Gambar 2  Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Kalium
Gambar 3  Respon diameter tanaman terhadap pupuk Nitrogen
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini menunjukkan resep yang diberikan di Puskesmas Bontolempangan II Kabupaten Gowa bahwa 50 resep memiliki potensi drug-drug interaction

Berikut adalah tabel kegiatan pelaksanan: melakukan pelatihan tata cara survey dan penggalian potensi bersama dengan instruktur yang dipandu oleh aparat desa Muaro

Sidik ragam stabilitas sembilan galur mutan harapan kacang hijau pada 16 lokasi diperoleh interaksi antara galur dengan lokasi (linier) nyata untuk hasil biji mengindikasikan

Pada bagian peneliti memaparkan bahwa teknik analisis data yang digunakan meliputi teknik analisis deskriptif kualitatif dan dapat pula dilengkapi dengan teknik analisis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara perilaku manajer atas isu manajemen lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan variabel intervening

Galendo diformulasi dengan cokelat yang merupakan makanan yang sangat digemari oleh semua kalangan khususnya anak muda sehingga dihasilkan inovasi produk galendo

Tahun 1991 masyarakat Rawang Jaya hidup sebagai Petani Jagung, Ubi Kayu, Cabe, dan juga menanam padi, membuat masyarakat mengalami kerugiaan bahkan ada yang gagal panen,