• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

51

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis

Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai. Terbentuknya Kabupaten Kutai Timur ini pada tahun 1999, yang didasarkan atas Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pemekaran Wilayah Propinsi dan Kabupaten, yang diresmikan oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 28 Oktober 1999.

Lokasi Kabupaten Kutai Timur ini mudah dijangkau dengan berbagai jenis transportasi baik darat, laut maupun udara. Melalui jalan darat, Kabupaten Kutai Timur dapat dijangkau dalam jangka waktu sekitar 3 jam dari Kota Samarinda (Ibukota Kalimantan Timur). Sedangkan jika melalui udara, terdapat pelabuhan udara di PT KPC (perusahaan batubara) yang terbuka untuk umum (1 satu jam perjalanan dari Pelabuhan Udara Sepinggan, Balikpapan). Untuk prasarana transportasi laut telah direncanakan akan dikembangkan Pelabuhan Laut Sangatta dan Pelabuhan Laut Maloy.

Posisi strategis dari Kabupaten Kutai Timur adalah sebagai berikut :

• Terletak pada jalur poros regional lintas trans Kalimantan yang menghubungkan jalur Tanjung Selor – Tanjung Redep (kota-kota di utara Kabupaten Kutai Timur) ke Kota Samarinda langsung ke Balikpapan serta ke Kabupaten Pasir (Kalimantan Selatan), Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat;

• Terletak pada poros pertumbuhan kawasan ekonomi terpadu (Kapet) SASAMBA (Samarinda-Samboja-Balikpapan) dan kawasan segitiga pertumbuhan Bontang-Sanggata-Muara Wahau dan Sangkulirang;

• Terletak di sepanjang Selat Makasar yang merupakan alur pelayaran nasional, regional maupun internasional.

Wilayah Kabupaten Kutai Timur memiliki bentangan pantai sepanjang 152 km dengan batas wilayah untuk sebelah selatan Desa Teluk Pandan hingga ujung utara adalah Tanjung Mangkalihat. Kabupaten Kutai Timur ini memiliki luas wilayah sekitar 35.747, 5 km2 atau 3.574.750 ha.

(2)

Secara geografis kabupaten ini terletak pada koordinat :

• 1o52’39” Lintang Utara (LU) – 0o02’10” Lintang Selatan (LS) • 115o56’26” Bujur Timur (BT) – 118o58’19” Bujur Timur (BT) Wilayah kabupaten ini secara geografis dibatasi oleh :

• Sebelah Utara : Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Berau • Sebelah Timur : Selat Makasar

• Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang • Sebelah Barat : Kabupaten Kutai Kartanegara

Secara administrasi Kabupaten Kutai Timur memiliki 11 kecamatan. Ibukota Kabupaten Kutai Timur adalah Sanggata yang terletak di kecamatan Sanggata. Wilayah kecamatan yang berada di pesisir ada 5, yaitu Kecamatan Sangatta, Kecamatan Bengalon, Kecamatan Sangkulirang, Kecamatan Kaliorang, dan Kecamatan Sandaran (lihat Tabel 8 dan Gambar 4).

Tabel 8. Wilayah Kabupaten Kutai Timur Per Kecamatan

No. Kecamatan Ibukota Kec. Luas (km2) % Jumlah Desa

1. Sanggata Sanggata 3.898,26 10,91 22

2. Sangkulirang Sangkulirang 6.020,05 16,84 20 3. Muara Wahau Muara Wahau 5.724,31 16,01 9 4. Muara Bengkal Muara Bengkal 1.562,30 4,37 13 5. Muara Ancalong Muara Ancalong 3.241,28 9,07 12

6. Busang Long Lees 3.721,62 10,41 6

7. Telen Juk Ayak 3.129,60 8,76 7

8. Kombeng Miau Baru 581,27 1,63 7

9. Bengalon Sepaso 3.396,24 9,50 13

10. Kaliorang Bukit makmur 699,01 1,96 15

11. Sandaran Manubar 3.773,54 10,56 7

JUMLAH 35.747,48 100,00 129

(3)

Topografi dan Morfologi

Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Kutai Timur sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan morfologi di wilayah ini adalah sebagian pegunungan dan sebagian lagi adalah wilayah pantai. Kemiringan lereng 0 – 2% terutama wilayah-wilayah kecamatan di daerah pantai seperti Kecamatan Bengalon dan Sanggata. Kemiringan lereng 2 – 5% didominasi di Kecamatan Sangkulirang, kemiringan lereng 15 – 40% didominasi di daerah pegunungan seperti Kecamatan Sandaran dan Kaliorang. Sedangkan kemiringan yang curam/terjal (>40%) dominan di wilayah Kecamatan Muara Wahau, Telen dan Busang (Bappeda Kutim, 2004).

Kabupaten Kutai Timur terletak pada kisaran elevasi 0 – 2.025 m di atas permukaan air laut (Mean Sea Level). Secara umum wilayah ini didominasi oleh elevasi 0 –150, yaitu meliputi sebagian besar Kecamatan Sandaran, Sangkulirang, Kaliorang, Bengalon, Sanggata, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Telen dan sebagian kecil Kecamatan Busang dan Muara Wahau. Elevasi >150 m dpal terletak di daerah bagian utara kabupaten. Wilayah dengan elevasi >375 m dpal terletak di Kabupaten Busang Muara Wahau (Bappeda Kutim, 2004). Daerah pesisir pantai sebagian memiliki elevasi 0-7 m dan sebagian yang lain mempunyai elevasi 7-25 m (Unmul, 2002). Lahan-lahan tambak yang eksisting saat ini umumnya terletak pada elevasi antara 0-0,75 m diatas permukaan air laut rata-rata (MSL).

Iklim

Berdasarkan Klasifikasi Schmidt dan Ferguson, type iklim di Kabupaten Kutai Timur termasuk kelas A dengan ciri utamanya tidak terdapat perbedaan musim hujan dan kering, dimana bulan basahnya (100 mm) sangat dominan. Sedangkan berdasarkan Klasifikasi Koppen termasuk kelas Af (Iklim Tropika Basah) dengan ciri hujan terdapat sepanjang tahun, lembab, dan berangin dengan jumlah hari hujan rataan 75 hari/tahun (Unmul, 2002).

Berdasarkan data BPS Kutai Timur tahun 2005, curah hujan rata-rata di Kabupaten Kutai Timur pada Tahun 2004 berkisar antara 28 mm/bulan (bulan Agustus) hingga 146 mm/bulan (bulan Juni). Selama tahun 2004 terdapat 9 bulan

(4)

basah (lebih dari 100 mm), bulan basah tertinggi terjadi antara bulan Desember hingga Pebruari.

Suhu udara rataan 27,6 oC, dengan kisaran suhu udara maksimum antara 31,6oC–32,8oC dan kisaran suhu udara minimum antara 21,9oC–23,8oC. Kelembaban udara cukup tinggi, rataan 75%, dengan kisaran maksimum antara 92–96% dan kisaran minimum antara 53–59%. Panjang penyinaran matahari berkisar antara 3,6 – 5,1 jam/hari (Unmul, 2002).

Rata-rata radiasi matahari tertinggi pada bulan April (545,5 g/cal/cm2/hari) dan terendah pada bulan Januari (292 g/cal/cm2/hari) dengan lama penyinaran matahari berkisar antara 3,69 jam (bulan Januari) hingga 6,54 jam (bulan Agustus). Evapotranspirasi Potensial (PET) yang dihitung dengan menggunakan metode Papadaki’s diperoleh sebesar 1098 mm/tahun atau rata-rata berkisar antara 2,71 sampai dengan 3,64 mm/hari (Bappeda Kutim, 2004).

Kondisi Sungai

Sungai-sungai di lokasi penelitian termasuk sungai alluvial yang berpola dendritik, terutama Sungai Sangatta dan Sungai Bengalon aliran sungai melalui daerah yang sangat datar dan banyak diantaranya melalui daerah yang berawa-rawa. Karena daerah rawa ini secara hidrologis berfungsi sebagai daerah retensi banjir (mengurangi besarnya debit banjir), maka sungai-sungai di daerah penelitian memiliki fluktuasi yang tidak besar dan kecepatan arusnya lambat. Sungai-sungai demikian sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, dengan ciri-ciri antara lain intrusi air asin dapat masuk jauh ke arah hulu, dengan fluktuasi salinitas antara air pasang dan air surut yang relatif kecil di daerah muara sungai.

Sungai-sungai di Kecamatan Sangkulirang, terutama pada hamparan Prupuk dan Marokangan mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan Sungai Sangatta dan Sungai Bengalon, karena memiliki kemiringan yang relatif besar sehingga pengaruh pasang surut relatif lebih kecil. Dengan demikian fluktuasi salinitas antara waktu air pasang dengan air surut relatif lebih besar.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara ke kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur adalah DAS Sangatta, DAS Sangkimah, DAS Santan, DAS Bengalon, dan DAS Sangkulirang.

(5)

60

Kondisi Pantai

Kondisi fisiografi wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur dapat dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu: dataran pasir, dataran aluvial, rawa pasang surut, rataan lumpur, dan perbukitan. Bentuk lahan di wilayah pesisir merupakan hasil bentukan dari proses marin dan koluvial-fluvial secara bersamaan. Bentuk lahan tersebut meliputi rataan pasang surut (tidal flat/tidal swamp), delta, beting karang, dan rataan lumpur. Rawa pasang surut tersebar antara daerah Tanjung Pakut sampai Muara Bengalon, sekitar Sungai Dunan, Pulau Sengkuang, Pulau Senumpak, sekitar Sungai Mengenay, dan Sungai Senyiur. Sebaran delta terutama di muara-muara sungai dengan ukuran yang cukup besar, seperti Sungai Sangatta, Sungai Bengalon, dan Sungai Kenyamukan.

Kondisi pantai sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik catchment area sungai-sungai yang mengalir di perairan tersebut.

Menurut data dari penelitian Unmul (2002), kondisi tanah di pesisir Kab. Kutai Timur menunjukkan perbedaan sifat fisik, yaitu:

ƒ Hamparan Muara Bengalon (Kec. Bengalon) bertekstur liat berdebu. ƒ Hamparan Kaliorang (Kec. Kaliorang) bertekstur pasir berlempung. ƒ Hamparan Susuk (Kec. Sandaran) bertekstur lempung liat berpasir. ƒ Hamparan Marokangan (Kec. Sangkulirang) bertekstur lempung.

Jenis tanah liat berdebu mempunyai tekstur yang halus dengan permeabilitas rendah serta mempunyai tingkat kesuburan yang cukup tinggi dan dapat menunjang pertumbuhan kelekap dengan baik.

Jenis tanah lempung liat berpasir mempunyai tekstur yang agak kasar dengan permeabilitas sedang, tetapi mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan kurang menunjang pertumbuhan kelekap.

Jenis tanah pasir berlempung mempunyai tekstur yang agak kasar dengan permeabilitas yang tinggi dan tingkat kesuburan rendah.

Sifat Kimia Tanah

Kesuburan tanah ditandai oleh banyaknya kandungan bahan organik dan unsur hara tanah. Kesuburan tanah penting diketahui terutama pada lokasi areal

(6)

pertambakan yang diusahakan secara tradisional dan semi intensif, dimana pakan alami masih dibutuhkan. Pada budidaya bandeng, kelekap merupakan bahan pakan utama, sedangkan pada budidaya udang kesuburan perairan menentukan kesuburan plankton.

Bahan organik terukur di pesisir Kab. Kutai Timur berkisar antara 1,05-3,19% (Unmul, 2002). Apabila dibandingkan dengan kebutuhan ideal yang berkisar antara 3-5% maka kandungan bahan organik ini masih relatif rendah, sehingga diperlukan pengelolaan tanah dengan pemupukan, terutama dengan pupuk organik seperti pupuk kandang.

Derajat keasaman (pH) tanah berkisar antara 5,1-7,4 dengan pH potensial berkisar antara 4,8-7,3. kecilnya perbedaan antara pH aktual dengan pH potensial menunjukkan bahwa pH tanah di lokasi tersebut cukup stabil (tidak berfluktuasi). Bila dibandingkan dengan pH ideal untuk keperluan budidaya tambak yaitu antara 7,5 -8,5; maka pH tanah tersebut masih relatif rendah, sehingga diperlukan pengapuran untuk memperbaiki kondisi pH tanah.

Kondisi Hidro-Oseanografi Pasang Surut Laut

Pasang surut di perairan pesisir Kabupaten Kutai Timur termasuk tipe campuran cenderung ke harian ganda atau mixed prevailing semidiurnal (Unmul, 2002), yaitu kecenderungan dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan amplitudo dan periode pasang surut yang berbeda. Fluktuasi pasang surut maksimum tercatat sebesar 2,5 meter pada saat pasang purnama (Dishidros, 2005; Unmul, 2002). Di Tanjung Maloy tercatat air surut rendah (LWS) = 0 meter, Mean Sea Level = 1,57 meter dan air pasang tinggi (HWS) = 3.20 meter (Dinas Perhubungan Laut, 2002 dalam Fitran, 2002).

Arus Laut

Kecepatan arus permukaan maksimum di perairan pesisir Kab. Kutai Timur terjadi pada saat pergerakan pasang surut terbesar, yaitu saat neap tide dan

spring tide dengan kecepatan arus rata-rata mencapai 20-80 cm/detik dengan arah

(7)

62

Arus perairan yang terjadi di perairan pesisir Kab. Kutai Timur dikaitkan dengan fluktuasi pasang surut memperlihatkan perubahan arah dan kecepatan arus sesuai dengan perubahan pasang surut. Hal tersebut mengindikasikan adanya pengaruh yang dominan dari pasang surut terhadap arus. Kecepatan arus pada waktu air pasang lebih kecil dibanding kecepatan arus pada waktu air surut, karena pada waktu surut ada tambahan massa air tawar.

Kecepatan arus yang terukur pada saat penelitian adalah sebagaimana yang tercantum pada lampiran 2.

Gelombang Laut

Berdasarkan sumbernya, gelombang di pantai selatan dapat dibedakan dari jenis gelombang alun dan gelombang angin. Gelombang alun merupakan gelombang rambat yang berasal dari wilayah atas Kalimantan yang kemudian merambat mencapai pesisir. Pada umumnya gelombang alun lebih tinggi daripada gelombang angin. Gelombang tinggi terjadi bila terdapat super posisi gelombang alun dan gelombang angin.

Menurut nelayan lokal, musim angin di perairan laut Kabupaten Kutai Timur dapat dibedakan menjadi 3, yaitu musim angin utara (Pebruari-April), musim angin selatan (Mei-September), dan musim angin pancaroba/peralihan (Oktober-Januari). Pada musim angin utara, gelombang kecil, sehingga perairan laut relatif tenang. Pada musim angin selatan mulai bertiup angin yang menyebabkan gelombang menjadi tinggi. Musim yang paling buruk biasanya terjadi pada musim peralihan dimana terjadi putaran angin yang menyebabkan gelombang tinggi dan arah gelombang tidak menentu, sehingga berbahaya bagi pelayaran.

Teluk Lombok, Teluk Golok, dan Teluk Sangkulirang merupakan daerah yang cukup terlindung dari aspek gelombang alun, sehingga perairan teluk pada umumnya di dominasi gelombang refraksi-defraksi dari gelombang alun dan gelombang angin lokal. Oleh karena itu tinggi gelombang perairan teluk lebih kecil dari perairan bebas, sementara itu terumbu karang juga dapat meredam gelombang. Biasanya gelombang yang melewati hamparan terumbu karang akan pecah, dengan demikian kondisi gelombang di wilayah studi yang terletak pada

(8)

lingkup daerah teluk atau berdekatan dengan terumbu karang pada dasarnya sangat mendukung bagi usaha budidaya laut.

Gelombang laut di perairan pesisir Kabupaten Kutai Timur relatif kecil. Berdasarkan informasi nelayan setempat gelombang pada kondisi normal maksimum sekitar 30 – 50 cm. Di wilayah perairan laut antara 1 sampai 2 mil dari garis pantai terdekat kisaran tinggi gelombang di Sangkulirang lebih tinggi dibandingkan wilayah laut lainnya sedangkan pada perairan terluar mempunyai tinggi gelombang berkisar 50 – 70 cm.

Berdasarkan hasil penelitian kerjasama antara Bappeda Kutai Timur dengan Universitas Mulawarman (2002) yang dilaksanakan pada bulan Nopember 2001, tinggi gelombang rerata mencapai 20 cm dengan periode gelombang 20 detik per rangkaian gelombang. Tinggi gelombang laut yang terukur pada saat penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.

Kecerahan Perairan

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, tingkat kecerahan perairan di pesisir Kabupaten Kutai Timur rata-rata lebih dari 80%. Namun pada beberapa daerah tertentu yang dekat dengan muara sungai besar dan kecepatan arusnya rendah, sehingga flushing rate kecil, seperti daerah Teluk Lombok, Muara Sangatta, Muara Bengalon, dan Teluk Sangkulirang memiliki kecerahan kurang dari 80%, bahkan kurang dari 60%. Hal ini terjadi karena kebanyakan sungai-sungai di Kabupaten Kutai Timur mempunyai padatan tersuspensi yang tinggi, akibat erosi yang disebabkan oleh pembukaan hutan di daerah hulu sungai.

Salinitas

Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran salinitas di suatu perairan.

(9)

64

Potensi Ekosistem Pesisir dan Laut

Secara ekologis, tipe ekosistem yang utama terdapat di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Kutai Timur ada 3 (tiga) yaitu hutan bakau, terumbu karang, dan padang lamun. Ketiganya merupakan ekosistem yang sangat vital, dinamis, high

bio-diversity, dan produktivitas tinggi. Ekosistem ini banyak dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan seperti ppemukiman, kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, perhubungan, rekreasi, dan industri.

Dibandingkan dengan daerah lain, kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur lebih spesifik karena mempunyai hutan rawa dan sungai-sungai besar. Sungai merupakan sarana bagi berbagai kepentingan, tidak saja oleh penduduk tapi juga oleh industri, HPH, pertambangan minyak, dan batu bara. Oleh karena itu kondisi ekosistem di pesisir Kabupaten Kutai Timur sangat dipengaruhi kualitas dan kuantitas air sungai.

Kawasan Kabupaten Kutai Timur terbentuk dari beberapa ekosistem yang terdiri dari ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem padang lamun. Diantara ekosistem tersebut terdapat beberapa yang dikategorikan sebagai kawasan konservasi, oleh karena berfungsi penting dalam menunjang kehidupan biota laut dan pelindung fisik kawasan pesisir, antara lain :

1. Mangrove

Komunitas jenis mangrove yang terdapat di lokasi penelitian terdiri dari 7 jenis, yaitu: Avicennia spp, Sonneratia spp, Rhizophora mucronata, Rhizopora

apiculata, Bruguiera, Ceriops, dan Casuarina equsetifolia.

Menurut hasil penelitian Saragih (2004), degradasi hutan mangrove terjadi di beberapa desa yang termasuk dalam Kecamatan Sangatta, yaitu Desa Singa Geweh, Desa Sangatta Utara dan Desa Sangkima. Degradasi terjadi pada jenis

Ceriops dan Casuarina equsetifolia. Degradasi ini terjadi karena konversi

mangrove untuk pertambakan, pemukiman, perluasan Pertamina Daerah Operasi Sangkima, dan pembangunan Tempat Pelelangan Ikan di Muara Sungai Kenyamukan. Selain itu pengaruh pasut pada saat angin Utara dan Selatan menyebabkan masuknya air laut lebih jauh ke daratan, sehingga kedua komunitas

(10)

tersebut tidak dapat tumbuh. Kondisi mangrove di kecamatan lain, yaitu Kaliorang, Sangkulirang, dan Sandaran relatif masih utuh.

Keberadaan fauna di kawasan mangrove sangat spesifik karena terkait dengan habitat lahan basah, sebagian besar didominasi oleh jenis burung, Oleh karenanya, keberadaan fauna erat kaitannya dengan ekosistem lahan basah, yaitu rawa dan delta muara sungai, seperti burung-burung air, satwa lain selain burung adalah biawak (Varanus salvator), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan beberapa jenis ular.

2. Padang Lamun

Sebagai penyangga ekosistem terumbu karang, padang lamun berfungsi meredam gelombang dan arus, perangkap sedimen, tempat asuhan, tempat mencari makan, dan tempat pemijahan beberapa jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Ekosistem padang lamun berada di rataan terumbu karang, didominasi oleh tumbuhan rumput laut dengan struktur perakaran di dasar perairan, luasannya mencapai 2.416 ha pada kedalaman 0-2 meter.

Secara umum padang lamun di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Timur ditumbuhi oleh Halophila pinealis dan Enhalus pinifolia. Jenis lainnya adalah

Thallasia, Halodule, Cymodoceae, Padina, Halimeda, Galaxaura, dan Laurencia

dengan penutupan sebesar 52-100%.

Selain berbagai jenis flora laut, padang lamun di Kabupaten Kutai Timur juga dihuni oleh berbagai organisme seperti bintang laut biru (Linckia laevigatus), bulu babi (Tripnesteus gratila), teripang biru dan coklat.

3. Terumbu Karang

Terumbu karang umumnya berada di pesisir utara Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan Sangkulirang dan Sandaran), yaitu di sekitar Pulau Miang Besar dan Pulau Miang Kecil, serta Pulau Birah-birahan di depan Teluk Manubar, dengan luasan terumbu karang mencapai 1.117 ha.

Kondisi terumbu karang di daerah ini masih cukup baik (Unmul, 2002). Terumbu karang yang ada dari jenis karang lunak dan keras. Jenis yang dominan adalah Acropora, selain itu pada kedalam 2-8 meter ditemukan koloni karang biru

(11)

66

(Heliopora) dan karang api (Millepora), juga jenis karang Anacropora,

Sarcolphyton, Pocillopora, Porites, dan Serriatopora yang penyebarannya sampai

pada kedalaman 15 meter.

Kegiatan Perikanan

Mata pencaharian utama penduduk di pesisir Kabupaten Kutai Timur adalah sektor perikanan, baik budidaya tambak, perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil perikanan. Seperti halnya kondisi yang terjadi di perikanan Laut Jawa pada umumnya, potensi sumberdaya perikanan di kawasan Kabupaten Kutai Timur cenderung mengalami ancaman tangkap lebih (over-fishing). Oleh karenanya kegiatan budidaya perikanan semakin ditingkatkan pengembangannya untuk meningkatkan nilai tambah bagi nelayan. Budidaya perikanan yang dikembangkan diantaranya adalah ikan kerapu (Epinephelus spp), lobster, dan rumput laut (Eucheuma sp). Sedang pengolahan hasil perikanan masih relatif sedikit yaitu hanya ada kegiatan pengasinan ikan.

Banyaknya jumlah rumah tangga perikanan (RTP) yang terlibat dalam kegiatan perikanan laut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Perikanan menurut Jenis Kegiatan, di Kabupaten Kutai Timur (Satuan: RTP)

Kecamatan Perikanan

Laut Tambak

Karamba

(Kerapu, Lobster RumputLaut)

Sangatta 575 125 50

Sangkulirang 570 - 30

Sandaran 441 142 25

Bengalon 293 123 -

Kaliorang 148 149 -

Sumber: Buku Tahunan Statistik Perikanan, DKP Kab. Kutai Timur, 2005

Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan umumnya penangkapan ikan karang (ikan demersal) dan ikan pelagis untuk konsumsi. Lokasi penangkapan terletak di perairan Kabupaten Kutai Timur hingga laut lepas yaitu di perairan Selat Makassar.

(12)

Alat yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan yaitu jaring muro-ami, bubu, jaring insang, bubu, dan jaring cebur. Sedangkan pengeboman masih digunakan di beberapa tempat, sehingga mengakibatkan rusaknya hamparan terumbu karang yang merupakan habitat ikan hias dan biota laut lainnya.

Penangkapan ikan dengan alat bagan tancap ditemui disekitar perairan Muara Sangatta yang menyebar sepanjang perairan pantai dangkal, namun jumlahnya hanya sekitar 4-5 buah saja. Berdasarkan pengamatan, diketahui bangunan bagan yang tidak digunakan lagi dan dibiarkan begitu saja di perairan.

Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2004 sebanyak 168.529 jiwa. Dengan luas wilayah 35.747,5 km2 maka kepadatan penduduknya rata-rata adalah 4,71 jiwa per km2. Distribusi atau sebaran penduduknya tidak merata dan hanya terkonsentrasi di wilayah-wilayah ibukota kecamatan. Kepadatan penduduknya paling tinggi ada di Kecamatan Kombeng, yaitu 22,71. Untuk kecamatan pantai, wilayah yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sangkulirang, yaitu sebesar 17,80. Laju pertumbuhan penduduk umumnya lebih dari 1%, kecuali di Kecamatan Kaliorang.

Penyebaran penduduk dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Timur lebih terkonsentrasi di Kecamatan Sangatta (lebih 30%) dan Kecamatan Sangkulirang (lebih dari 11%). Penyebaran, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk 5 kecamatan pantai di Kabupaten Kutai Timur selama tahun 2000 hingga 2004 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Penyebaran, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk kecamatan pantai, di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2000-2004

Kecamatan 2000 2001 00-01 2002 01-02 2003 02-03 2004 03-04 Padat

/km2 Sebar % Padat /km2 Sebar % Laju % Padat /km2 Sebar % Laju % Padat /km2 Sebar % Laju % Padat /km2 Sebar % Laju %

Sangatta 11,50 30,61 11,97 29,70 4,09 14,07 33,87 17,51 15,75 37,10 11,91 16,36 37,85 3,91 Bengalon 1,78 4,12 2,55 5,51 43,76 2,61 5,47 2,23 3,18 6,52 21,81 3,21 6,47 1,10 Sangkulirang 2,76 11,33 2,90 11,11 8,40 2,83 10,51 -2,53 2,79 10,61 -1,28 17,80 9,83 5,39 Kaliorang 16,04 7,65 17,38 7,73 5,21 17,21 7,43 -1,03 16,89 7,14 -1,81 2,75 7,38 -1,37 Sandaran 1,21 3,10 1,23 2,95 1,80 1,19 2,78 -2,68 1,48 3,37 23,64 1,49 3,35 1,22

(13)

68

Isu dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Kutai Timur

Dalam Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur dinyatakan bahwa, isu pengembangan wilayah Kabupaten Kutai Timur meliputi 2 isu utama, yaitu masalah ekonomi dan keterbatasan SDM:

1. Ekonomi:

Perekonomian Kabupaten Kutai Timur bersifat dualistik, dimana struktur perekonomian terbagi dua, yaitu ekonomi modern dan ekonomi tradisional yang relatif terpisah dan kurang terkait satu sama lain. Keterpisahan kedua struktur tersebut mengakibatkan perkembangan ekonomi yang cepat dari sektor modern kurang mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi tradisional. Bahkan penguasaan sebagian besar lahan oleh sektor modern telah menyebabkan pengembangan ekonomi tradisional makin terbatas. Perekonomian wilayah Kabupaten Kutai Timur masih sangat bergantung pada sektor modern seperti kegiatan eksploitasi SDA yang tidak dapat diperbaharui, yang kurang memberikan dampak pengganda (multiplier

effect) dan kesejahteraan pada masyarakatnya, serta potensial menurunkan

kualitas lingkungan.

Perekonomian rakyat yang masih bersifat subsistence (sekedar untuk penyambung hidup), dengan volume perdagangan yang relatif kecil dan hanya mencukupi kebutuhan sendiri. Para petani tambak dan rumput laut belum bisa memproduksi panen yang cukup besar untuk keperluan ekspor. Kegiatan ekonomi yang berlangsung relatif terisolasi dengan sistem ekonomi yang lebih luas, sehingga nilai dan volume perdagangan dengan wilayah Indonesia lainnya relatif kecil, apalagi dengan pasar internasional. 2. Keterbatasan SDM:

Kemampuan SDM belum mendukung tujuan pengembangan wilayah yang berbasis SDA yang dapat diperbaharui. Pemerintah Daerah belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan pemerintahan umum, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu keterbatasan ketersediaan sumberdaya manusia daerah dan aparatur pemerintah baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat dipastikan dapat menghambat proses pembentukan kelembagaan yang mendukung tujuan pengembangan wilayah.

Gambar

Tabel 8.  Wilayah Kabupaten Kutai Timur Per Kecamatan
Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Perikanan menurut Jenis Kegiatan, di Kabupaten  Kutai Timur  (Satuan: RTP)
Tabel 10. Penyebaran, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk kecamatan  pantai, di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2000-2004

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana akad pembiayaan pada perbankan syariah yang dibuat secara baku menurut hukum islam,

Untuk merakit varietas unggul baru dari set ge- notipe yang digunakan dalam penelitian ini genotipe- genotipe yang berasal dari gerombol I, II, III, IV, dan VII

Terkait dengan hal tersebut maka plasma nutfah kedelai harus dilestarikan sebagai upaya untuk menjaga keberadaan sumber gen berbagai karakter penting yang mungkin akan

Membuat dokumentasi selama kemajuan pembangunan akan mengungkap masalah-masalah dan mengungkapkan kelalaian yang mungkin tidak lain yang dapat terdeteksi sampai

Senran Kagura Skirting Shadows Senran Kagura Crimson Girls Senran Kagura Shinovi Versus Senran Kagura NewWave Senran Kagura Bon Appetit Senran Kagura 2 Deep Crimson.. The other

Adapun beberapa yang belum optimal dengan adanya indikator- indikator yaitu pada kolom tangan dan kuku dikarenakan pekerja tidak selalu mencuci tangan, penanganan makanan

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali (Termohon) membantah telah melakukan kekeliruan penghitungan dan pelanggaran selama penyelenggaraan Pemilukada Bali Tahun 2013 sebagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi yang diproksikan dengan pengaruh relevansi nilai laba, nilai