• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian 4.1.1 Profil Organisasi

Dalam rangka pembenahan aparatur pemerintah pada awal berdirinya Orde Baru tahun 1966, berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 15/U/Kep/8/1966 tanggal 31 Agustus 1966 ditetapkan antara lain kedudukan, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Departemen. Pembentukan Institusi Inspektorat Jenderal pada suatu Departemen pada saat itu dilakukan sesuai kebutuhan. Dengan Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 38/U/Kep/9/1966 tanggal 21 September 1966 dibentuk Inspektorat Jenderal pada delapan departemen termasuk Departemen Keuangan dan sekaligus mengangkat H.A. Pandelaki sebagai Pejabat Inspektur Jenderal Depkeu. Masih dalam Kabinet Ampera, dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133/Men.Keu/1967 tanggal 20 Juli 1967 ditetapkan (sambil menunggu pengesahan dari Presidium Kabinet Ampera), pembentukan Badan Alat Pelaksana Utama Pengawasan Departemen Keuangan yaitu Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dan mengangkat Drs. Gandhi sebagai Pejabat Inspektur Jenderal Departemen Keuangan. Memasuki masa Kabinet Pembangunan dengan Rencana Pembangunan Lima Tahunnya (Repelita), upaya penyempurnaan aparatur pemerintah baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah terus dilanjutkan. Pada awal pelaksanaan Repelita II tepatnya tanggal 26 Agustus 1974, terbit Keputusan Presiden Nomor 44 tahun 1974 tentang susunan Organisasi Departemen. Sebagai pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 tahun 1974 di atas, diterbitkanlah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 405/KMK/6/1975 tanggal 16 April 1975 tentang Susunan Orgasnisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan. Pasal 189 Keputusan Menteri Keuangan tersebut menetapkan susunan Organisasi Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan terdiri dari:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal 2. Inspektur Kepegawaian

(2)

3. Inspektur Keuangan dan Perlengkapan 4. Inspektur Pajak

5. Inspektur Bea dan Cukai.

Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-959/KMK.01/1981 tanggal 15 Oktober 1981, Susunan Organisasi Inspektorat Jenderal disempurnakan menjadi sebagai berikut:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal 2. Inspektur Kepegawaian

3. Inspektur Keuangan 4. Inspektur Perlengkapan 5. Inspektur Pajak

6. Inspektur Bea dan Cukai 7. Inspektur Umum

Salah satu peristiwa penting yang ikut mewarnai sejarah perkembangan Inspektorat Jenderal khususnya Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan adalah dibentuknya Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 tahun 1983. perangkat/aparat BPKP pada umumnya berasal dari Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN) yang merupakan salah satu unit/aparat pengawasan fungsional pemerintah di bawah Departemen Keuangan. Dengan dileburnya DJPKN menjadi BPKP sebagai aparat pengawasan fungsional pemerintah di luar departemen, maka sebagaimana departemen lainnya, Departemen Keuangan hanya memiliki satu aparat pengawasan fungsional yaitu Inspektorat Jenderal.

Mengingat beban tugas semakin berat, dirasakan perlu adanya peninjauan kembali susunan organisasi Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan, dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep-800/KMK.01/1985 tanggal 28 September 1985 maka susunan organisasi Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan disempurnakan kembali menjadi sebagai berikut:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal 2. Inspektur Kepegawaian

(3)

4. Inspektur Perlengkapan 5. Inspektur Anggaran 6. Inspektur Pajak

7. Inspektur Bea dan Cukai 8. Inspektur Umum.

Pada Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara terdapat perubahan nomenklatur yang semula Departemen Keuangan menjadi Kementerian Keuangan. Penyesuaian terhadap Peraturan Presiden tersebut diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkan. Memperhatikan bahwa peraturan Presiden ini ditetapkan tanggal 3 November 2009, maka perubahan nomenklatur Kementerian Keuangan diimplementasikan mulai tanggal 3 Mei 2010.

Awal tahun 2011, Kementerian Keuangan melakukan perubahan dalam formasi jajaran pejabat Eselon I dan Eselon II di lingkungan Kementerian Keuangan. Salah satu pejabat yang dilantik adalah V. Sonny Loho, Ak., M.P.M. sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan yang baru, menggantikan Dr. Hekinus Manao, Ak., M.Acc., CGFM yang pada Nopember 2010 yang lalu dilantik sebagai salah satu Direktur Eksekutif Bank Dunia. Selain itu perubahan organisasi juga terjadi di Inspektorat Jenderal sejak kepemimpinan Bapak Dr. Hekinus Manao, Ak., M.Acc., CGFM. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 184/KMK.01/2010 maka susunan organisasi Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan semakin dikukuhkan menjadi sebagai berikut:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal 2. Inspektorat I 3. Inspektorat II 4. Inspektorat III 5. Inspektorat IV 6. Inspektorat V 7. Inspektorat VI 8. Inspektorat VII

(4)

4.1.1.2 Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

Dalam rangka mengemban tugas melaksanakan pengawasan intern dan mendorong terwujudnya kepercayaan publik terhadap Kementerian Keuangan, Inspektorat Jenderal menetapkan visi:

“Menjadi unit audit internal terbaik yang profesional dan berintegritas

untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap Kementerian

Keuangan".

Untuk merealisasikan visi tersebut, Inspektorat Jenderal menetapkan misi sebagai berikut meningkatkan penerapan tata kelola, pengendalian intern, dan manajemen risiko di lingkungan Kementerian Keuangan; meningkatkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, efisiensi dan efektivitas pengelolaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan; meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara; serta mengawal reformasi birokrasi Kementerian Keuangan; dan Mengawasi perilaku yang menyimpang dari aparat Kementerian Keuangan.

4.1.1.3 Tugas dan Fungsi

Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan, diantaranya:

a.Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan

b.Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Keuangan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya

c.Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Keuangan

d.Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Keuangan; dan

(5)

4.1.1.4 Struktur organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010, struktur organisasi Inspektorat Jenderal sebagai berikut:

Gambar 4.1.1.4 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Humas termasuk ke dalam bagian umum pada Sekretariat Inspektorat

(6)

Adapun struktur organisasi bagian umum pada Sekretariat

Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan sebagai berikut:

Gambar 4.1.1.5 : Struktur Organisasi pada bagian umum Sekretariat Inspektorat

(7)

4.1.2 Profil Unit Kerja

4.1.2.1 Jobdesk Unit - Unit pada Sekretariat Inspektorat Jenderal Sekretaris Itjen yaitu Drs. Sofandi Arifin, Ak., MPA., CFE.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

Koordinasi kegiatan Inspektorat Jenderal, penataan organisasi dan ketatalaksanaan, pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan auditor eksternal terhadap unsur Kementerian Keuangan, penyusunan perencanaan dan pengelolaan keuangan;, Pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan dan pelayanan sistem informasi pengawasan; dan pelayanan ketatausahaan dan kehumasan, protokoler dan kerumahtanggaan, perlengkapan, serta penugasan pengawasan.

4.1.2.2 Bagian Organisasi dan Tata Laksana

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan no. 184 tahun 2011 pasal 1441-1444, Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas melaksanakan penataan organisasi dan ketatalaksanaan, pelaporan, dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan auditor eksternal terhadap unsur Kementerian Keuangan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1441, Bagian Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:

Pelaksanaan evaluasi organisasi, analisis jabatan, evaluasi sistem dan prosedur kerja, dan evaluasi pemeringkatan jabatan, pengelolaan

(8)

kinerja organisasi, manajemen risiko, analisis beban kerja, serta pelaksanaan legal drafting peraturan intern dan peraturan perundang-undangan, penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Inspektorat Jenderal, laporan akuntabilitas kinerja Inspektorat Jenderal, dan laporan periodik kegiatan pengawasan, pemantauan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal, serta validasi pengolahan data hasil pengawasan; dan penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan terhadap Inspektorat Jenderal, penghimpunan hasil pemantauan tindak lanjut yang dilaksanakan Inspektorat, penghimpunan hasil pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan auditor eksternal, dan pemantauan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap unsur Kementerian Keuangan, serta pengolahan data hukuman disiplin pegawai Kementerian Keuangan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, Bagian Organisasi dan Tata Laksana terbagi atas beberapa subbagian, yaitu: 1.Subbagian Organisasi, mempunyai tugas melakukan evaluasi

organisasi, analisis jabatan, evaluasi sistem dan prosedur kerja, dan evaluasi pemeringkatan jabatan.

2.Subbagian Ketatalaksanaan, mempunyai mempunyai tugas melakukan pengelolaan kinerja organisasi, manajemen risiko, analisis beban kerja, serta pelaksanaan legal drafting peraturan intern dan peraturan perundang-undangan.

3.Subbagian Pelaporan, mempunyai tugas melakukan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Inspektorat Jenderal, laporan akuntabilitas kinerja Inspektorat Jenderal, dan laporan periodik kegiatan pengawasan, pemantauan program dan kegiatan Inspektorat Jenderal, serta validasi pengolahan data hasil pengawasan.

4.Subbagian Evaluasi dan Tindak Lanjut, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan tanggapan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan terhadap Inspektorat Jenderal, penghimpunan hasil pemantauan tindak lanjut yang dilaksanakan Inspektorat,

(9)

penghimpunan hasil pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan auditor eksternal, dan pemantauan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap unsur Kementerian Keuangan, serta pengolahan data hukuman disiplin pegawai Kementerian Keuangan.

4.1.2.3 Bagian Perencanaan dan Keuangan

Bagian Perencanaan dan Keuangan yang merupakan bagian dari Sekretariat yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan dan pengelolaan keuangan. Berdasarkan tugas tersebut maka Bagian Perencanaa dan Keuangan menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana strategis Sekretariat Inspektorat Jenderal, rencana kinerja tahunan dan penetapan kinerja, rencana anggaran, program kerja pengawasan tahunan, dan dokumen pelaksanaan anggaran Inspektorat Jenderal, pelaksanaan urusan perbendaharaan, pelaksanaan akuntansi serta penyusunan laporan keuangan dan laporan, perpajakan dan pengajuan permintaan pembayaran serta pengelolaan gaji dan tunjangan.

Guna mendukung pelaksanaan fungsi dari Bagian Perencanaan Keuangan maka terbagi dari 4 subbagian, yaitu:

1) Subbagian Perencanaan dan Anggaran, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana strategis Sekretariat Inspektorat Jenderal, rencana kinerja tahunan dan penetapan kinerja, rencana anggaran, program kerja pengawasan tahunan, dan dokumen pelaksanaan anggaran Inspektorat Jenderal.

2) Subbagian Perbendaharaan, mempunyai tugas melakukan urusan perbendaharaan.

3) Subbagian Akuntansi, mempunyai tugas melakukan pelaksanaan akuntansi serta penyusunan laporan keuangan dan laporan perpajakan.

4) Subbagian Permintaan Pembayaran dan Penggajian, mempunyai tugas melakukan pengajuan permintaan pembayaran serta pengelolaan gaji dan tunjangan.

(10)

4.1.2.4 Bagian Kepegawaian

Bagian kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan pegawai. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1449 PMK 184/01/2010, bagian kepegawaian menyelenggarakan fungsi : Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, personal profiling, dan konseling pegawai, perencanaan SDM, pelaksanaan assessment center, pengangkatan, penempatan, pengolahan kepangkatan, pemindahan, pemberhentian, dan pemensiunan pegawai, serta mutasi kepegawaian lainnya, pelaksanaan urusan absensi, cuti, kesejahteraan, dokumentasi, pengelolaan basis data, pemberian penghargaan, pengelolaan administrasi sanksi, dan monitoring pelaksanaan kewajiban pegawai, pengolahan bahan perolehan angka kredit pejabat fungsional, penyusunan formasi, dan evaluasi kinerja pegawai.

Berdasarkan fungsi kepegawaian seperti yang disebutkan di atas maka Bagian kepegawaian memiliki 4 subbagian, yaitu :

1. Subbagian Pengembangan Pegawai, mempunyai tugas melakukan pendidikan dan pelatihan,personal profiling, dan konseling pegawai. 2. Subbagian Assessment dan Mutasi Kepegawaian, mempunyai yugas

melakukan perencanaan SDM, assessment center, pengangkatan, penempatan, pengelolaan kepangkatan, pemindahan, pemberhentian, dan penyusunan pegawai, serta mutasi kepegawaian lainnya.

3. Subbagian Umum Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan absensi, cuti, kesejahteraan, dokumentasi, pengelolaan basis data, pemberian penghargaan, pengelolaan administrasi sanksi, dan monitoring pelaksanaan kewajiban pegawai.

4. Subbagian Jabatan Fungsional dan Evaluasi Kinerja, mempunyai tugas melakukan pengolahan bahan perolehan angka kredit pejabat fungsional, penyusunan formasi, dan evaluasi kinerja pegawai.

(11)

4.1.2.5 Bagian Sistem Informasi Pengawasan

Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 mengenai Organisasi dan Tata Kerja Kemeneterian Keuangan, Bagian Sistem Informasi dan Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan sistem informasi pengawasan. Dalam upaya melaksanakan tugas tersebut, Bagian Sistem Informasi dan Pengawasan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: Perencanaan dan evaluasi kebijakan di bidang teknologi informasi serta pembangunan sistem dan aplikasi, pemeliharaan aplikasi, pengelolaan basis data internal, serta analisis penyajian informasi, pengumpulan dan pertukaran data elektronis Kementerian Keuangan serta pemberian dukungan pengembangan audit berbasis teknologi informasi dan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi, pelatihan aplikasi, admnistrasi sistem, pengelolaan kepustakaan teknologi informasi, serta pelayanan dan dukungan teknis kepada pengguna.

Struktur Organisasi Bagian Sistem Informasi Pengawasan terdiri atas 4 (empat) subbagian, yaitu sebagai berikut:

1) Subbagian Pengembangan Sistem dan Aplikasi, mempunyai tugas melakukan perencanaan dan evaluasi kebijakan di bidang teknologi informasi serta pembangunan sistem dan aplikasi.

2) Subbagian Pengelolaan Basis Data Internal, mempunyai tugas melakukan pemeliharaan aplikasi, pengelolaan basis data internal, serta analisis dan penyajian informasi.

3) Subbagian Pengelolaan Data Eksternal, mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan pertukaran data elektronis Kementerian Keuangan serta pemberian dukungan pengembangan audit berbasis teknologi informasi.

4) Subbagian Dukungan Pengguna, mempunyai tugas melakukan pemeliharaan infrastruktur teknologi informasi, pelatihan aplikasi, administrasi sistem, pengelolaan kepustakaan teknologi informasi, erta pelayaan dan dukungan teknis kepada pengguna.

(12)

4.1.2.6 Bagian Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Bagian Umum bertugas melaksanakan pelayanan ketatausahaan dan kehumasan, protokoler dan kerumahtanggan, perlengkapan, serta penugasan pengawasan. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1) Pelaksanaan urusan persuratan, kearsipan, kepustakaan, penggandaan, ekspedisi, kehumasan, komunikasi publik, pemantauan aktivitas harian Inspektorat jenderal, serta pendampingan kepada para pegawai Inspektorat Jenderal yang dalam pelaksanaan tugasnya dimintasi keterangan oleh aparat penegak hukum;

2) Pelaksanaan urusan dalam, akomodasi, protokoler, kerumahtanggan, pengangkutan, dan pemeliharaan inventaris kantor;

3) Penyusunan rencana kebutuhan, pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan, penyiapan dokumen dan pelaporan layanan pemilihan penyedia barang/jasa, pencatatan, penyimpanan, penyaluran, pelaporan, dan penghapusan perlengkapan dan inventaris kantor; dan

4) Pelaksanaan administrasi penugasan pengawasan dan urusan perjalanan dinas.

Bagian Umum terdiri atas 4 (empat) subbagian, yaitu:

1. Subbagian Tata Usaha dan Kehumasan, mempunyai tugas melakukan urusan persuratan, kearsipan, kepustakaan, penggandaan, ekspedisi, kehumasan, komunikasi publik, pemantauan aktivitas harian Inspektorat Jenderal, dan pendampingan kepada para pegawai Inspektorat Jenderal yang dalam pelaksanaan tugasnya dimintai keterangan oleh aparat penegak hukum. 2. Subbagian Protokoler dan Rumah Tangga, mempunyai tugas melakukan urusan dalam, akomodasi, protokoler, kerumahtanggan, pengangkutan, dan pemeliharaan invetaris kantor.

(13)

3. Subbagian Perlengkapan, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana kebutuhan pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan, penyimpanan dokumen, dan pelaporan layanan pemilihan penyedia barang/jasa, pencatatan, penyimpanan, penyaluran, pelaporan, dan penghapusan perlengkapan dan inventaris kantor.

4. Subbagian Penugasan Pengawasan, mempunyai tugas melakukan administrasi penugasan pengawasan dan urusan perjalanan dinas.

4.1.3 Profil Informan

Wawancara dilakukan kepada empat informan. Dua orang adalah informan kunci yaitu kepala subbagian humas dan salah satu staff pada unit humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Selanjutnya dua orang lainnya adalah informan pendukung yaitu staff pada unit humas. Informan kunci yang pertama adalah Bapak Budi Prayitno M.Si sebagai kepala subbagian hubungan masyarakat pada Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Pimpinan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memimpin dan mengawasi kegiatan humas diantaranya urusan persuratan, kearsipan, kepustakaan, penggandaan, ekspedisi, kehumasan, komunikasi publik, pemantauan aktivitas harian Inspektorat Jenderal, dan pendampingan kepada para pegawai Inspektorat Jenderal yang dalam pelaksanaan tugasnya dimintai keterangan oleh aparat penegak hukum.

Informan kunci yang kedua adalah Rahma Setyaningsih, informan pendukung yaitu Putu Chandra Anggiantara dan Mujaini sebagai salah satu staff pada Humas Sekretariat Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, kepustakaan, penggandaan, ekspedisi, kehumasan, komunikasi publik, pemantauan aktivitas harian Inspektorat Jenderal, dan pendampingan kepada para pegawai Inspektorat Jenderal yang dalam pelaksanaan tugasnya dimintai keterangan oleh aparat penegak hukum.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Jenis informasi yang dikomunikasikan pemimpin kepada bawahan dan informasi yang disampaikan bawahan kepada pimpinan (komunikasi vertikal) terdiri dari :

(14)

Informasi yang disampaikan pimpinan terkait pelaksanaan kerja dan dasar pemikiran untuk pelaksanaan kerja, terdapat beberapa jenis yang pertama informasi berupa peraturan terkait pelaksanaan kegiatan tersebut. Pekerjaan dilakukan berdasarkan peraturan atau kebijakan. Kemudian berdasarkan pada pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya, pengalaman tahun sebelumnya dijadikan dasar untuk melakukan kegiatan di tahun yang ini. Kemudian informasi untuk melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait, dapat pula informasi untuk melakukan benchmarking pada unit lain yang telah melaksanakan kegiatan sebelumnya.

Selain itu, informasi yang disampaikan pimpinan terkait pelaksanaan kerja dan arahan untuk melakukan pekerjaan melalui rapat bulanan, monitoring, sejauh apa progress mengenai tugas harian bawahan. Berbeda pada saat sedang mempersiapkan event dimana tugasnya tidak harian, jadi rapat koordinasinya dilakukan rutin pada saat sebelum event. Sedangkan untuk tugas harian ada rapat koordinasi berkala. Budi Prayitno selaku pimpinan mengemukakan,

“Tiap tugas sudah menjadi tanggung jawab masing-masing walaupun anggota tim menyelesaikan nya bersama-sama. Mereka menjadi PIC untuk hal sendiri-sendiri. Contonya Rahma menjadi PIC web, Nyoman menangani auditorial dan

Dita menangani LP2P. PIC ditunjuk berdasarkan

kompetensinya, Saya berusaha untuk menentukan PIC berdasarkan konsep ‘the right man in the right place’ , dan saya juga melihat kenyamanan dari orang itu sendiri. Jadi melihat dari dua sisi, sisi saya dan sisi anak buah saya yang ditunjuk sebagai PIC. Mereka enjoy tidak melakukan itu. Jika mereka keberatan saya memperkenankan mereka untuk mengajukan keberatan.PIC tersebut yang mengkoordinir dengan rekan-rekan satu tim” (23/04/2014).

Adapun informasi mengenai kebijakan dan kinerja pegawai yang disampaikan dari atas ke bawah meliputi informasi mengenai kebijakan yang dilakukan secara langsung, dengan tatap muka secara personal atau di forum atau rapat. Selama ini informasi mengenai kebijakan dan praktik organisasi dilakukan pada forum rapat. Contoh kebijakan pimpinan kepada bawahan, untuk kegiatan menangani website, terdapat peraturan dari Sekretariat Jenderal yaitu biro komunikasi dan layanan informasi, dimana

(15)

pengelolaan website itu sudah diatur. Pada Kementerian Keuangan telah menetapkan ketentuan kementerian keuangan KMK itu berisi tampilan atau template, content yang ada pada website dimana masing-masing unit eselon harus mengaplikasikan sesuai dengan KMK tersebut, jadi untuk tahun 2014 dilakukan kegiatan pembenahan website sesuai dengan ketentuan Menteri Keuangan tersebut.

Selain itu, ada pula informasi mengenai kinerja pegawai. Untuk kinerja pegawai, dapat dilihat dengan menggunakan aplikasi yang namanya “e-performance”. Pada aplikasi tersebut, pencapaian kinerja disampaikan setiap tiga bulan satu kali berdasarkan target pada kontrak kerja. Pada kontrak kinerja ini, ada target yang harus dicapai. Ini yang disampaikan pada e-performance. Jadi e-performance berupa aplikasi untuk mengetahui progress atau capaian kinerja masing-masing pegawai. Misalnya untuk target kinerja diharuskan sebanyakan 108 kali posting berita pada website itjen, dan otomatis terlihat hasilnya di website, kita bisa melihat bahwa berapa banyak update berita yang dilakukan pasti tersimpan. Jadi, informasi mengenai kinerja pegawai diberikan melalui sistem. Selain itu terdapat penilaian perilaku, yang berupa penilaian silang untuk menilai perilaku individu, setiap bawahan diberikan penilaian yang sistemnya silang. Penilaian sistem silang ini untuk menilai perilaku individu. Misalnya antara pelaksana dengan pelaksana, pelaksana kepada atasan, atau atasan kepada pelaksana (bawahan).

Pimpinan mengarahkan apabila terdapat kesalahan pada pelaksanaan kerja bawahannya, kemudian pimpinan memberi arahan yang benar seperti apa. Misalnya auditorial terlambat terbit, maka PIC yang bertanggung jawab pada auditorial yang akan ditanyakan oleh pimpinan, ia akan menanyakan sudah sejauh mana auditorial tersebut dikerjakan. Pimpinan humas mengemukakan,

“Artinya jika menurut saya ada yang belum selesai, maka saya butuh itu untuk lebih diperhatikan, bila dalam satu hari ada lima orang yang harus diperingatkan, maka seluruhnya akan di ingatkan di hari yang sama. Namun jika saya merasa itu tidak perlu, maka saya tidak melakukannya. Jadi, semua bergerak di jalur, saya memberi tahu jalurnya kepada bawahan dan bawahan bergerak di jalur itu, tahu rambu-rambunya, saya mengharapkan bawahan dapat menginformasikan jika ada pergerakan. Saya

(16)

memastikan bahwa anak buah saya masih berada di jalurnya. Artinya, jika ada yang sudah agak keluar jalur maka saya akan mengarahkan kembali. Misalnya saya menyuruh Nyoman untuk memastikan keperluan bulpen untuk souvenir acara sudah lengkap. seperti itu. baik anak buah maupun saya sama-sama mempunyai timing masing-masing. Saat itu bertentangan, saya mencoba untuk memberi masukan. Contohnya saat saya mengingatkan anak buah saya bahwa jika tidak dikerjakan sekarang juga maka tidak akan selesai” (23/04/2014).

Adapun Informasi untuk mengembangkankan rasa memiliki tugas disampaikan atasan kepada bawahan, dalam hal ini tim humas membentuk grup internal, melalui Google talk internal. Selain itu ada pula gathering. Seperti makan siang bersama dan itu mempengaruhi kekompakan anggota tim humas. Pimpinan membentuk bawahan agar hubungan dengan tim kuat, seperti melalui gathering. Pimpinan mengembangkan rasa memiliki tugas ditunjukkan dengan pernyataan,

“Saya membangkitkan involving, artinya bawahan harus ikut bersama-sama dalam membangun. Artinya, itu adalah kerja bersama, apabila sukses nantinya akan menjadi sukses tiap orang juga. Jadi yang sering saya lakukan adalah dari mulai hal kecil, contohnya ide dari bawahan saya apreciate dan saya pertahankan sampai atas. Misalnya bawahan mengusulkan suatu program ‘Pak, mau ada program ini, bagus ya?’ kemudian saya akan meluncurkan ide tersebut sampai tingkat atas”(23/04/2014). Contoh yang disampaikan pimpinan bahwa dahulu ada seorang pegawai,yang saat ini sudah tidak bekerja. Ketika ada perpisahan Inspektur Jenderal atau Irjen, pimpinan meminta pegawai tersebut untuk menggambar. Gambarnya tidak terlalu bagus tetapi pimpinan merasa hal ini perlu untuk pegawai tersebut. Gambar seseorang memakai pakaian tentara sedang hormat. Lalu pimpinan membingkai gambar tersebut pada acara perpisahan Inspektur Jenderal, dan menunjukan nya kepada Inspektur Jenderal. Jadi pegawai ini merasa bangga dengan hal tersebut.

Dalam beberapa keadaan apabila bawahan berhalangan untuk mengerjakan suatu tugas, maka pimpinan itu sendiri yang akan melakukannya. Ia mengemukakannya dalam contoh percakapan berikut:

Pimpinan: Ki kemana kita ki?

Bawahan : Harus ke sini pak, kita harus ngeprint ini ini. Pimpinan : Bisa ga kamu?

(17)

Pimpinan : Ya sudah kita ke glodok beli tinta. (dengan mengendarai motor menuju glodok membeli tinta sendiri). Seperti itulah gambarannya. Pimpinan juga mengatakan “saat puasa harus mencari buku, Saya akan pergi mencar. Jadi, pada saat dibutuhkan, ia akan turun. Turun seturun-turunnya. Artinya sama dengan bawahan. Melakukan apa yang mereka lakukan. Jadi memang karena saat itu saya merasa itu yang paling baik” (23/04/2014).

Pimpinan membentuk bawahan bekerja bersama-sama dan ia tidak melakukan dengan hanya menunjuk-nunjuk saja, tetapi pimpinan menunjukan melalui pernyataan berikut ,

“Ayo mencari yang namanya souvenir, lukisan, datang ke tokonya. Ayo, bersama-sama ke PRJ ayo. Blusukan ayo. Saya mengajak benar-benar sampai detail. Artinya inilah cara saya mendekati bawahan, cara saya bisa mengerti pekerjaan bawahan. Paling tidak, dengan mengetahui susahnya, saya tidak mudah menggampangkan suatu urusan” (23/04/2014).

Di masa saat ini dimana informasi sangat mudah didapatkan, maka posisi pemimpin saat ini tidak lagi hanya memberikan informasi tetapi mengumpulkan informasi dari bawahan-bawahan nya dan setelah itu mengambil keputusan yang tepat. Jadi ada umpan balik atau feedback. Jadi komunikasi terjalin dua arah, tidak hanya bersifat intruksi terus menerus. Informasi yang disampaikan dari bawahan ke atasan untuk mengawasi kegiatan dalam organisasi dan memberi umpan balik atas instruksi atau informasi dari atas berupa laporan capaian kinerja. Pada laporan ini tidak hanya hasil saja yang dilaporkan, namun juga disampaikan hambatan-hambatan dalam mencapai target kerja tersebut. Jadi selain laporan, juga turut disampaikan kendala-kendala kenapa hasil itu tidak tercapai atau kendala-kendala selama proses kegiatan tersebut berjalanan. Harapannya dengan penyampaian hambatan tersebut dapat dicari jalan keluarnya. Itu disebut mitigasi resiko. Dengan tujuannya agar periode selanjutnya, kegiatan kerja berjalan dengan lancar dan target terpenuhi. Feedback dari bawahan kepada pemimpin, yaitu informasi mengenai keluhan, masalah, pendapat, ide.

Bawahan selalu terbuka mencari solusi dan konsultasi kepada atasan. Metode nya yaitu secara langsung atau face to face. Selain itu, feedback dari pemimpin ketika memberi tugas, ia memberikan arahan atau cara-cara

(18)

pelaksanaan nya lalu bawahan melaksanakan dan mengkoreksi. Intinya setidaknya pimpinan memberikan arahan. Pemimpin sangat demokratis, percaya, dan memberi arahan.

Bentuk informasi mengenai keluhan, masalah, gagasan, ide disampaikan bawahan kepada atasan bisa secara langsung, baik itu personal maupun pada forum rapat. Di awal tahun, biasanya pimpinan kehumasan memanggil bawahan untuk menceritakan pengalaman, keluh kesah atau ide-ide. Pimpinan memanggil secara personal satu per satu, dikumpulkan dan dicatat oleh pemimpin tersebut. Bawahan bebas menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Terkadang pada forum, bawahan menyampaikan ide secara langsung. Salah satu informan menyatakan,

“yang saya garisbawahi, yang saya nilai salut, pimpinan saya setiap tahun memanggil satu per satu pegawainya. Dan beliau juga tahu ternyata di unitnya seperti ini. Karena tidak semua pegawai itu dapat dikontrol oleh pimpinan jadi itu adalah masukan dari pimpinan”(09/05/14).

Budi Prayitno selaku pimpinan humas dan informan kunci mengemukakan,

“Informasi mengenai keluhan yang disampaikan bawahan kepada saya terbuka dan bebas. Maksudnya, jika ada permasalahan, saya selalu pimpinan akan menceritakan kepada bawahan-bawahannya dan sebaliknya. Jadi informasi berjalan dua arah. Selama ini, keluhan yang disampaikan dari anak buah kepada saya secara orang per orang. Artinya secara kolektif belum ada, belum mendengar. Tetapi jika orang per orang ada. Tapi saya berusaha menjadi seperti bawahan. Jika ada kebijakan yang dikeluhkan bawahan seperti ‘kenapa kebijakan ini yang diambil pak?’, Saya selalu menjelaskan pokok permasalahan nya dari awal, sehingga orang tersebut tahu mengapa keputusan tersebut yang diambil” (23/04/2014).

(19)

Tabel 4.2.1

Reduksi data – Jenis Informasi Vertikal

No Narasumber Hasil

1 Budi Prayitno (Kepala Divisi Humas)

Jenis informasi vertikal antara lain informasi mengenai arahan disampaikan pimpinan dengan terlebih dahulu menentukan bawahannya sebagai PIC melalui konsep “the right man in the right place” sesuai kompetensi dan kenyamanan bawahan. Ada yang bertugas mengkoordinir auditorial, ada pula yang mengkoordinir website. Pimpinan mengembangkan rasa memiliki tugas dengan mengusung ide kreatif atau gagasan program bawahannya kepada tingkat atas (Inspektur Jenderal) dan dengan mempersilahkan bawahan untuk mengikuti program pelatihan yang bermanfaat seperti diklat fotografi, kehumasan, dan sebagainya. Selain itu dengan ikut terjun langsung melakukan tugas bawahan, seperti mencari tools humas. Hal itu adalah cara pimpinan mendekati bawahan dan mengetahui bagaimana pekerjaan bawahannya. Bawahan dapat mengungkapkan keluhan kepada atasan baik mengenai dirinya sendiri atau pekerjaan secara interpesonal.

(20)

2 Rahma Setyaningsih (Staff Divisi Humas)

Informasi disampaikan pimpinan kepada bawahan mengenai peraturan, kebijakan, informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya, pengalaman tahun sebelumnya yang dijadikan dasar untuk melakukan kegiatan di tahun ini, informasi mengenai koordinasi dengan unit lain, benchmarking pada unit lain yang telah melaksanakan kegiatan tersebut sebelumnya. Informasi mengenai kinerja disampaikan pimpinan dalam aplikasi “e-performance”, yang dinilai setiap tiga bulan, satu kali. Informasi dari bawah ke atas berupa laporan capaian kinerja. Disampaikan pula hambatan-hambatan dalam mencapai target kerja. Pimpinan memanggil setiap bawahannya pada awal tahun untuk mengungkapkan keluh kesah, kemudian pimpinan mencatat apa yang disampaikan bawahan.

3 Putu Chandra (Staff Divisi Humas)

Informasi disampaikan pimpinan kepada bawahan yaitu mengenai arahan pelaksanaan kerja dalam rapat monitoring, pemberian arahan berdasarkan penentuan PIC (Person In Charge). Pimpinan menentukan PIC berdasarkan kompetensi dan kenyamanan bawahan. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas juga dilakukan pimpinan dalam bentuk gathering agar hubungan dengan tim erat. Pimpinan tidak hanya memberikan informasi tetapi mengumpulkan informasi dari bawahan-bawahannya dan setelah itu mengambil keputusan yang tepat. Jadi ada umpan balik atau feedback. Komunikasi terjalin dua arah, tidak hanya bersifat instruksi. Feedback dari bawahan kepada pemimpin, yaitu informasi mengenai keluhan, masalah, dan ide. Bawahan selalu terbuka mencari solusi dan konsultasi kepada atasan.

(21)

4 Mujaini (Staff Divisi Humas)

Jenis informasi vertikal diantaranya informasi mengenai kinerja dari atasan ke bawahan berdasarkan pada peraturan setiap tahun. Selain informasi mengenai kinerja, terdapat informasi mengenai penilaian perilaku. misalnya antara pimpinan menilai perilaku bawahan dan bawahan menilai perilaku pimpinan. Penilaian tersebut melalui aplikasi bernama e-performance. Pimpinan memberi informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas dengan membentuk grup internal pada google talk untuk dijadikan media komunikasi anggota divisi humas mengenai pekerjaan dan bincang-bincang informal. Bawahan secara terbuka dapat mengungkapkan permasalahannya kepada pimpinan.

4.2.2 Fungsi komunikasi horizontal dalam divisi humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan diantaranya :

Dalam hal koordinasi penugasan kerja dilakukan antara anggota dalam tim humas, dimana untuk kegiatan dan tugas fungsi Kementerian Keuangan bagian kehumasan yang tercantum dalam PMK 184 tentang pengaturan organisasi, pembagian kerja dilakukan di tiap awal tahun. Masing-masing pegawai bertanggungjawab pada satu atau lebih kegiatan. Untuk kegiatan insidentil, misalnya penyelenggaraan workshop atau seminar, sosialisasi, pembagian dilakukan dengan membentuk susunan kepanitiaan kegiatan tersebut, dan selanjutkan ditetapkan dalam surat keputusan Inspektur Jenderal.

Dalam mempersiapkan acara atau event, Bentuk pembagian kerja antar anggota dalam tim itu biasanya disertakan dengan pembagian kerja

(22)

masing-masing anggotanya, dimana pembagian disesuaikan dengan kompetensi masing-masing pegawai. Karena meskipun satu subbagian, masing-masing pegawai memiliki kemampuan dan kompetensi sendiri-sendiri. misalnya, A memiliki keahlian di bidang desain, jadi dia bertugas di bidang desain visual, B bertugas pada pengadaan tools kehumasan, souvenir karena beliau sudah mengikuti di klat atau ahlinya di bidang pengadaan barang dan jasa. Kemudian C, karena ia PIC updating website jadi ia mendapat bagian dokumentasi dan peliputan.

Pada bagian tim humas, informasi mengenai pembagian tugas berdasarkan jobdesk masing-masing. Namun, antara satu sama lain dalam tim humas memiliki hubungan interpersonal yang cukup kuat dan dapat dikatakan kekeluargaan. Sehingga, jika ada anggota tim yang tugasnya sedang tidak padat , ia akan mengambil alih tugas rekan lain yang lebih banyak. Hal yang paling penting, sebagai tim goalnya adalah permasalahan dapat diatasi atau pekerjaan itu selesai.

Tim humas berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan, dalam menciptakan rancangan suatu program pelatihan atau kampanye humas, seminar, workshop dengan melakukan rapat beberapa hari, minggu bahkan beberapa bulan sebelum penyelenggaraan acara. Contohnya adalah AAIPI (Asosiasi Auditor Pemerintah Indonesia) diselenggarakan bulan April, tetapi mulai Januari diadakan briefing dan meeting. Karena acara itu pasti butuh koordinasi dengan Event Organizer. Terlebih lagi dalam rencanya tersebut akan mengundang wakil presiden. Untuk itu perlu tahap-tahap, sehingga perlu koordinasi dua atau tiga bulan sebelum acara. Selanjutnya, koordinasi berjalan secara berkelanjutan baik secara rapat formal lanjutan maupun informal, koordinasi ringan sesama anggota, laporan atau koordinasi tiap angggota kepanitiaan. Penyampaian progress, misalnya melaporkan pada pimpinan sudah sampai dimana laporan dikerjakan, sehingga tidak perlu melalui rapat.

Selain itu, dalam mempersiapkan acara besar, berbagi informasi melalui disposisi (surat perintah) hirarki dari kepala bagian kepada kepala sub bagian, dari kepala subbag kepada bawahan dan ditunjuk 1 PIC (Person In Charge). Selain dari tugas dan fungsi harian, pasti ada pula tugas setiap ada event. Untuk mempersiapkan event pastilah dilakukan rapat koordinasi

(23)

bersama tim humas secara tatap muka untuk melakukan pembagian kerja. Pertemuan sehari-sehari selalu dilakukan antara tim. Jadi diskusi selalu dilakukan dengan pertemuan langsung.

Dalam hal ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat yang terjadi, pemecahannya adalah dengan diskusi dengan semua anggota, untuk dicari langkah terbaik. Jika ada unit lain atau pegawai di luar bagian humas juga ikut dilibatkan. Terutama untuk kegiatan yang memang membutuhkan koordinasi dengan unit lain. Semua init yang terlibat diskusi untuk mencari jalan terbaik.

Selain itu, salah satu informan pendukung yaitu Chandra mengemukakan:

“perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, pasti akan selalu ada. Dan teman berdebat adalah lawan berpikir, saling sharing. Tentu tidak menarik jika semua memiliki ide yang sama, jadi pada dasarnya jika ada hal positif maka akan diambil dari

pendapat yang berlawanan antara satu dengan yang

lainnya”(16/04/14).

Mengenai perbedaan pendapat biasanya bila tim humas tidak mempunyai gagasan atau kompetensi yang lebih, maka akan bertanya kepada orang atau unit yang punya kompetensi lebih. Jawaban yang diperoleh dari unit lain akan di diskusikan kembali. Melihat mana yang lebih baik, jawaban dari anggota unit humas yang berbeda pendapat atau jawaban dari unit lain. Namun, konflik di dalam tim tidak pernah ada. Hal ini karena kepribadian setiap orang di unit humas yang selalu ceria, tidak ada yang pernah terbawa emosi.

Komunikasi dalam tim dilakukan untuk membangun hubungan baik secara pribadi antar anggota. komunikasi dianggap sebagai kunci penting dalam suatu organisasi. Apalagi pekerjaan yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama tim, komunikasi adalah jembatannya. Perencanaan, progress kegiatan, hambatan, capaian kegiatan, disampaikan ke seluruh anggota tim melalui media yang bernama “komunikasi”. Selain itu,salah satu narasumber pendukung yaitu Mujaini mengemukakan ,

“Komunikasi personal antara tim humas dilakukan secara langsung dan melalui media sosial. Secara langsung melalui pertemuan sehari-hari, dan secara informal pertemuan saat weekend dilakukan seperti acara nonton dan makan bersama. Dan media sosial yaitu chat melalui gtalk. Diluar jam kantor,

(24)

secara informal, tim humas jalan-jalan bersama, nonton bersama di bioskop untuk merekatkan hubungan. Saling bercerita hal pribadi antara satu dengan yang lain nya, hal ini berarti ada kepercayaan antara satu dengan yang lain. Satu sisi, hal ini diyakini bisa satu memperkuat emosional diantara rekan-rekan dalam tim”(29/04/14).

Tabel 4.2.2

Reduksi data – Fungsi Komunikasi Horizontal

(25)

1 Rahma Setyaningsih (Staff Divisi Humas)

Fungsi komunikasi horizontal untuk berbagi koordinasi tugas dalam tim humas, disesuaikan kepada kompetensi anggota. Misalnya dalam mempersiapkan acara, yang bertanggung jawab pada bidang desain visual, pengadaan tools kehumasan, peliputan atau pengelolaan website disesuaikan pada kompetensi tiap anggota. Tim humas juga melakukan briefing dan meeting beberapa minggu sebelum pelaksanaan acara guna berbagi gagasan akan program. ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat pasti ada. Pemecahannya adalah dengan diskusi dengan semua anggota untuk dicari langkah terbaik.

2 Putu Chandra (Staff Divisi Humas)

Fungsi komunikasi horizontal untuk koordinasi tugas tim. Informasi mengenai pembagian tugas antara anggota tim humas berdasarkan jobdesk masing-masing, tetapi antara satu sama lain dalam tim humas memiliki hubungan interpersonal yang cukup kuat dan kekeluargaan. Sehingga, anggota yang tugasnya sedang tidak padat, akan membantu tugas rekan lain yang lebih padat. Hal yang terpenting, sebagai tim goalnya dapat tercapai. Dalam mempersiapkan acara besar, koordinasi bersama tim humas secara tatap muka. Pertemuan sehari-sehari dan diskusi selalu dilakukan secara langsung. Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal yang wajar dikarenakan rekan satu tim adalah lawan berpikir dan bertukar informasi, hal positif dapat diambil dari pendapat yang berlawanan antara satu dengan yang lainnya. 3 Mujaini (Staff

Divisi Humas)

Fungsi komunikasi horizontal untuk koordinasi tugas tim melalui penetapan PIC atau kompetensi masing-masing anggota. Fungsi komunikasi horisontal selanjutnya untuk berdiskusi untuk mencari jalan keluar atas perbedaan pendapat. Jika tim tidak dapat menemukan solusi maka unit lain yang memiliki kompetensi pada masalah tersebut akan dilibatkan.

(26)

4.2.3 Metode komunikasi horizontal yang digunakan dalam divisi humas Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan meliputi:

Bentuk komunikasi dalam tim yang dilakukan diantaranya rapat, dilaksanakan secara reguler. Rapat ini untuk membahas capaian kinerja dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Rapat juga dilaksanakan setiap akan ada kegiatan seperti workshop, seminar. Untuk interaksi pribadi secara berkelanjutan selalu dilakukan. Baik yang bersifat spontan, atau yang

(27)

terjadwal. Telepon, hanya ketika diperlukan. Terutama untuk kegiatan-kegiatan yang memerlukan koordinasi secara berkelanjutan. Kegiatan sosial, belum pernah dilakukan.

Kegiatan yang menciptakan rasa kebersamaan dilakukan, seperti family gathering, outbond. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kekompakan sesama pegawai, lebih mempererat hubungan. Untuk yang lebih santai, seperti pada 14 April 2014 memperingati ulang tahun salah satu anggota tim humas. Selain itu, metode komunikasi tim yang paling sering adalah face to face. Pertemuan langsung dirasa lebih menarik daripada sosial media.

Komunikasi pribadi melalui tatap muka dapat memberi kontribusi bagi hubungan antarpersonal dan pekerjaan. Kedekatan antar pegawai dianggap membawa manfaat positif terutama dalam pekerjaan. Kedekatan antar personal, menghilangkan gap seperti rasa sungkan. Perbedaan junior dan senior tidak terlihat, sehingga kekompakan bisa terus dijaga. Kelancaran komunikasi dapat mempermudah suatu pekerjaan, karena koordinasi dapat dilakukan secara terus menerus. Selain itu, pembicaraan dalam pertemuan formal maupun informal dilakukan juga berkontribusi dalam hal tukar pikiran mengenai pekerjaan tim.

Bentuk komunikasi tim tersebut mendukung dalam penyampaian gagasan setiap orang untuk menyempurnakan pekerjaan tim humas. Rahma selaku narasumber kunci mengemukakan:

“Terlebih lagi kehumasan itu tidak bisa dilakukan dengan “diam”. Yang ada di humas itu adalah bicara, ide, kreativitas, tim, event, koordinasi. Kesemua itu dapat diwujudkan melalui komunikasi. Komunikasi yang efektif menyempurnakan pekerjaan di kehumasan. Komunikasi sudah merupakan suatu keharusan. Komunikasi dua arah. Informasi digali dari berbagai pihak yang terlibat dalam suatu masalah, baru dapat dicari pemecahannya. Pemecahannya pun dilakukan melalui komunikasi, baru action. Selain itu, Dengan pertemuan face to face ini, tiap anggota bebas dan terbuka menyampaikan gagasan dan ide satu sama lainnya”(09/05/14).

Hambatan atau kelemahan yang terjadi pada saat komunikasi tim dilakukan melalui metode tersebut diantaranya, terlalu banyaknya informasi yang masuk, terkadang membuat keputusan tidak dapat segera diambil. Selain itu, terdapat pula kelemahan dari bergantungnya anggota tim terhadap komunikasi tatap muka. Pada saat ada anggota tim yang ditugaskan dinas

(28)

keluar kota. Hal itu membuat anggota tim jarang bertemu. Saat hal itu terjadi, anggota tim memanfaatkan sosial media untuk berbagi informasi.

Dalam hal kepercayaan antara tim humas, kepercayaan yang diberikan antara rekan-rekan dalam tim humas terkait penyelesaian kerja, sampai dengan saat ini, pegawai saling percaya satu sama lain. Karena pembagian kerja hitam di atas putih sudah jelas melalui kontrak kinerja. Pembagian kerja diketahui oleh atasan langsung. Pembagian ini tentu saja telah disesuaikan dengan kemampuan dan kompetensi masing-masing pegawai. “Right man on the right place”, sudah benar-benar diterapkan di subbag humas ini. Jadi sudah pada kompetensi dan bagian masing-masing. kepercayaan satu sama lain dalam pelaksanaan kerja sangat besar. Masing-masing anggota yakin terhadap kemampuan rekan-rekan pada satu tim humas.

Tabel 4.2.3

Reduksi data – Metode Komunikasi Horizontal

(29)

1 Rahma Setyaningsih (Staff Divisi Humas)

Metode komunikasi horizontal melalui rapat, interaksi pribadi secara tatap muka, telefon. Kegiatan informal juga dilakukan anggota tim seperti gathering, outbond, merayakan ulang tahun anggota tim. Hubungan interpersonal antar anggota membawa manfaat positif pada pekerjaan dalam menghilangkan gap seperti rasa sungkan dimana perbedaan junior dan senior tidak tampak. Kepercayaan antar anggota yang besar dikarenakan setiap anggota bertanggung jawab pada bidang yang sesuai dengan kompetensi atau dapat dikatakan “Right man on the right place”.

2 Putu Chandra (Staff Divisi Humas)

Metode komunikasi tim yang paling sering adalah face to face. Pertemuan langsung dirasa lebih menarik daripada sosial media. metode tatap muka tersebut dapat memberikan kontribusi bagi hubungan antarpersonal dan pekerjaan dimana pembicaraan dalam pertemuan formal maupun informal dalam hal tukar pikiran mengenai pekerjaan tim. Dengan pertemuan face to face ini, tiap anggota bebas dan terbuka menyampaikan gagasan dan ide satu sama lainnya.

3 Mujaini (Staff Divisi Humas)

Metode komunikasi horisontal dilakukan melalui kegiatan informal dalam tim humas yang dilakukan setiap akhir pekan, seperti nonton bersama dan makan bersama. Dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar anggota dapat saling bercerita mengenai masalah pribadi dan juga masalah pekerjaan. Sehingga dapat memperkuat hubungan antar anggota dalam tim.

4.2.4 Cara pimpinan humas mengendalikan, mengarahkan, mendorong, melibatkan, serta memberi ganjaran kepada bawahan atau anggota divisi humas diantaranya melalui:

Pengawasan yang dilakukan pimpinan kepada bawahan yang dibagi dalam pengawasan jangka pendek dan pengawasan jangka panjang.

(30)

Pengawasan jangka pendek dilakukan melalui rapat monitoring satu minggu satu kali. Dalam hal ini Kepala bagian humas melakukan rapat yang berisi: arahan mengenai hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi, sebagai pengingat (reminder) akan target-target, juga motivasi.

Pengawasan jangka panjang dilakukan dengan rapat monitoring tiga bulan satu kali (triwulanan). Rapat monitoring triwulanan ini disertai dengan presentasi capaian masing-masing subbag pada periode yang bersangkutan. Hasil rapat ini nanti menjadi dasar pimpinan untuk disampaikan pada rapat tingkat Sekretariat pada Inspektorat Jenderal. Selain itu, Pengawasan pimpinan juga dilakukan dengan mengecek tugas secara berkala. Sebelumnya sudah diberikan deadline. Misalnya deadline dalam waktu dua minggu. Pada minggu pertama misalnya pada hari ke lima pasti akan ditanya progress tugas sudah sampai dimana.

Kemudian, dari hasil wawancara dengan kepala subbagian humas yaitu bapak Budi Prayitno, pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan kepada bawahan menggunakan konsep management by exception. Maksud dari konsep ini dikemukakan oleh pimpinan,

“Sepanjang saya tidak melihat ada hal-hal yang keluar jalur, saya akan membiarkan dan mendukung anak buah saya berkreasi bahkan jika hal itu menambah sisi positif bagi mereka” (23/04/2014).

Bentuk pengawasan pimpinan kepada bawahan bersifat langsung didukung jarak ruangan dekat misalnya mendatangi bawahan, menanyakan mengenai tugas yang telah diberikan. Selain itu pengawasan juga dilakukan melalui google talk, pimpinan menanyakan progress sudah sampai dimana. Namun jika dalam mempersiapkan suatu event, semua bersama-sama berkumpul, bentuk pengawasan juga langsung. Pimpinan menanyakan sudah berapa persen perkembangannya. Atau jika jarak pimpinan dan bawahan jauh, maka pengawasan dilakukan melalui telefon. Namun jika tugas harian, bentuk pengawasan terbagi dua yaitu secara personal dan melalui google talk.

Adapun batasan-batasan yang ditetapkan atasan dalam melakukan pekerjaan, kepala bagian memberi kebebasan. Memberikan kebebasan pada bawahan untuk berkreasi tetapi di akhir atau saat deadline, pimpinan akan memberi saran perbaikan tentang bagaimana seharusnya. Jadi di awal tidak

(31)

dibatasi harus seperti apa. Selain itu, mengenai batasan yang ditetapkan kepada bawahan, sesuai dengan peraturan yang berlaku pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Integritas harus selalu dijaga. Intinya, kegiatan apapun diperkenankan selama tidak merusak nama baik institusi dan tidak melanggar peraturan mengenai disiplin pegawai yang tertera dalam PP 53. Tindakan koruptif dan nepotisme serta memanfaatkan kekuasaan atau kewenangan jelas dilarang oleh Pimpinan Humas. Namun larangan tersebut tidak hanya oleh pimpinan tetapi juga karena humas selaku unit internal pengawas pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.

Dari hasil wawancara kepada kepala subbagian humas, ditemukan bahwa batasan pada instansi pemerintahan sudah ketentuan umum. Baik di informasikan atau tidak setiap pegawai sudah harus tau. Secara umum, batasan berasal dari kantor. Dan ditambah pula pernyataan dari pimpinan humas berikut,

“Budaya dari unit ini sendiri, dimana setiap unit kan pasti punya gaya sendiri-sendiri. Batasan tersebut mengarah pada budaya pada tim humas. Dalam beberapa kondisi misalnya, Rahma saya perkenankan untuk dapat langsung berkomunikasi dengan bagian unit lain. Hal seperti itu saya perkenankan karena dapat memberi hal positif bagi mereka untuk kedepannya. Hal yang tidak saya perbolehkan adalah apabila jasa yang dilakukan oleh anak buah saya mendapat bayaran dari orang atau unit lain, seperti jasa design Chandra atau yang lainnya. Jika ditemukan hal seperti itu, saya akan melakukan apa yang harus saya lakukan, memberikan punish kepada yang bersangkutan” (23/04/2014).

Dalam hal pemberian arahan atau perintah kepada bawahan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, Pimpinan langsung menyampaikan kepada pegawai yang ditunjuk. Dapat berupa lisan maupun bisa secara tertulis. Kemudian secara tidak langsung, kepala bagian menyampaikan melalui kepala subbagian humas kemudian diteruskan kepada pegawai yang ditunjuk. Metode penyampaian bisa melalui tatap muka langsung ataupun melalui lembar disposisi.

Selain itu ditemukan pula hasil penelitian bahwa metode pimpinan memberi tugas kepada bawahan yang lebih sering digunakan adalah face to face, karena didukung jarak ruangan yang dekat. Dari hasil wawancara dengan kepala bagian humas, ditemukan bahwa metode menyampaikan arahan dapat menggunakan media sosial yaitu google talk dan melalui tatap muka langsung,

(32)

dan apabila anggota tim lengkap, diadakan rapat. Metode yang paling sering digunakan yaitu tatap muka langsung.

Pimpinan menyatakan,

“karena daya serap setiap orang berbeda-beda sehingga cara saya memberi instruksi pun melihat dari pribadi setiap bawahannya. Ada orang yang lebih menyukai informasi langsung dan ada orang yang tidak. Bagi saya metode tatap muka langsung antar personal lebih efektif dibanding metode tatap muka langsung ke banyak orang, karena lebih mudah untuk orang memahaminya. Karena jika tatap muka secara personal makna lebih dalam dan bawahan pun lebih mengerti apa yang dimaksud. Berbeda dengan informasi yang disampaikan kepada banyak orang karena hanya dapat memberikan informasi yang umum” (23/04/2014).

Adapun bimbingan yang dilakukan atasan kepada bawahan dalam penyelesaian tugas, dimana dalam penyampaian capaian kinerja, biasanya kepala subbagian humas atau pegawai menyampaikan hambatan-hambatan yang dihadapi, biasanya terkait mengapa target tidak sesuai dengan yang direncanakan, tidak tercapai pada periode yang sudah ditetapkan. Selanjutnya Kepala subbagian humas memberikan arahan tentang bagaimana mengatasi hambatan-hambatan tersebut , atau biasanya kalau di Itjen itu disebut mitigasi resiko. Mitigasi resiko ini dapat berupa action, pembuatan kebijakan, atau melakukan koordinasi dengan Bagian atau unit lain yang terkait. Terutama untuk kegiatan yang memang itu gabungan.

Selain itu, motivasi dan dukungan dilakukan sering dan berkala, bagaimana progress yang dilakukan, monitoring tentang pekerjaan yang sudah dibebankan dan bentuk motivasi dilakukan dengan sharing materi mengenai konsep manajemen. Bimbingan yang diberikan dari atasan kepada bawahan apabila itu adalah hal yang baru atau tugas yang baru, maka bawahan akan diberikan instruksi karena bawahan belum mengetahui dengan jelas dasar-dasarnya seperti apa. Tetapi jika itu adalah hal atau tugas yang berulang, pimpinan secara otomatis hanya mengingatkan saja karena menurut salah satu staff humas,

“Pak Budi sudah percaya dengan kemampuan anak buahnya. Artinya kalau memang dirasa sudah bisa dilepas atau mengerjakan sendiri, maka pantauan nya tidak terlalu menuntun, Jadi, ada kebebasan untuk para bawahannya. Karena percaya dengan kemampuan bawahannya. Karena hal itu baik bagi bawahan untuk mengembangkan kreatifitas”(29/04/14).

(33)

Pimpinan subbagian humas menyatakan :

“Saya bahagia jika setiap anak buah bisa maju. Saya tidak pernah membatasi bawahan untuk berkreasi. Bahkan jika ada diantara mereka yang ingin pindah ke unit lain dan mungkin bagian lain mereka anggap itu lebih menarik, saya tidak akan menghalangi dan terus mendukung bawahan nya untuk maju. Saya menganggap mereka seperti keluarga sendiri. Dan saya mengharapkan mereka pun menganggap saya sebagai keluarga. Diluar kedinasan atau diluar hubungan kerja dirinya pun saya berusaha dekat dengan mereka. Baik atau buruk harus tetap fight bersama” (23/04/2014).

Dalam membuat keputusan, kepala bagian humas sangat terbuka menerima saran dan masukan dari bawahan. Untuk komunikasinya sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dengan sarana yang bermacam-macam. Melalui tatap muka langung baik personal atau dalam rapat, dan melalui media tidak langsung, melalui metode informal seperti chatting pada google talk. Pegawai dipersilakan untuk menceritakan keluh kesah, suka duka, dan saran serta masukan kepada pimpinan di bagian humas. Ini merupakan salah satu cara yang nanti akan digunakan pimpinan untuk menentukan kebijakan selanjutnya dan penetapan capaian kerja dalam setahun kedepan.Selain itu, salah satu informan pendukung menyatakan,

“Dalam pemecahan masalah, pimpinan memberi solusi sementara, selanjutnya meminta pendapat – pendapat dari bawahan. Ketika tidak ada masukan dari bawahan maka solusi sementara itu yang dipakai namun jika ada masukan, maka akan diambil suara terbanyak dari bawahan untuk mendapat keputusan akhir. Komunikasi yang terjadi pada unit humas terbuka dan supel. Sebagai pemimpin , ia tahu bagaimana memposisikan diri secara vertikal dan horizontal. Jadi bawahan akan menghargai / respect sehingga bawahan pun memposisikan dirinya dan tahu waktu kapan saat serius dan kapan saat berbincang informal dengan rekan-rekan”(16/04/14).

Selama ini, dalam membuat keputusan, unit humas selalu membahas terlebih dahulu masalah bersama-sama. Melihat dari dari sudut pandang bawahan seperti apa dan sudut pandang pimpinan seperti apa. Jika bawahan belum menemukan solusi, unit humas akan menanyakan hal tersebut ke unit yang memiliki kompetensi yang lebih. Pendapat atau gagasan dari unit lain tersebut yang akan digunakan. Jadi, keputusan tidak diambil jika satu tim tidak memahami ilmunya sama sekali.

(34)

Dalam membuat keputusan bawahan dapat memberi pandangan atau mungkin kritik, jadi dipikirkan bersama. Artinya jika pandangan tersebut tepat maka akan dituruti. intinya, segala keputusan dibuat dengan selalu musyawarah, jadi selalu menghargai ide. Contohnya ketika membeli souvenir untuk acara, pimpinan memberi masukan baiknya seperti apa, jika bawahan setuju dan sependapat maka ide tersebut yang dipakai namun apabila menurut bawahan ide tersebut tidak tepat maka mereka akan langsung berbicara kepada pimpinan, merekomendasikan ide lain. Jadi, setiap ada acara selalu ada komunikasi antara pimpinan dan bawahan.

Adapun bentuk ganjaran seperti penghargaan dari atasan kepada bawahan atas keberhasilan kerja, sering dilakukan secara verbal atau pujian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan motivasi pegawai yang bersangkutan. Selain verbal, secara financial juga dilakukan. Dalam kegiatan kerja tertentu kenggotaannya ditetapkan dalan Surat Keputusan (KEP) Inspektur Jenderal. Rewards untuk anggota yang masuk dalam KEP tersebut diberikan reward dalam bentuk honorarium.

Selain itu penghargaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan berupa gathering, mengajak makan. Dalam mengapresiasi kinerja yang baik, pimpinan memberikan pujian langsung, tatap muka dan melalui sosial media. Contohnya, Setelah event selesai, pimpinan membuat ucapan “terima kasih” pada media sosial, atau datang langsung ke ruangan bawahan untuk memberikan pujian”.

Pimpinan menganggap, sukses itu adalah sukses bersama, jika ada bawahan yang sudah mulai merenggang maka akan ia eratkan lagi. Jika terjadi singgungan ia pasti akan turun langsung menyelesaikan masalah dengan cara mengajak bawahannya makan siang siang bersama. Hal itu dilakukan pimpinan untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa memposisikan diri menjadi atasan dan dapat pula sejajar dengan bawahannya. Pimpinan menyatakan,

“Saya berada di belakang anak buah saya untuk mendorong mereka agar terus maju layaknya Ki Hajar Dewantara. Terkadang saya bisa menjadi teman bercerita dan bercanda dengan mereka” (23/04/2014).

Ia menyatakan bahwa dirinya berusaha untuk bisa berada di tengah bawahan-bawahannya agar mereka tidak takut karena memang hal itu tidak

(35)

perlu. Pimpinan memperkenankan pendapat apapun yang dikemukakan bawahannya. Ia menyatakan bahwa dirinya bukan gudang kebenaran. Jadi, semua dilakukan bersama-sama dan bentuk penghargaan pimpinan dilakukan dengan memberi kebebasan pada setiap bawahan nya untuk berkreasi,

mengemukakan pendapat, dan berbincang-bincang informal. Kepercayaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sangat besar. Karena

ini itu memang penting dalam organisasi. Idealnya memang kepercayaan harus diberikan dari atasan. Pada unit humas, kepercayaan yang sangat besar juga kepada bawahannya. Di awal sudah diberi kebebasan untuk mengerjakan tugas, dan jika sudah selesai baru dilaporkan. Pada saat awal bawahan melakukan pekerjaan, pimpinan tidak menentukan batasan-batasan. selama itu sesuai dengan SOP , sesuai dengan aturan dan tidak diluar SOP.

Tabel 4.2.4

Reduksi data - Cara pimpinan humas mengendalikan, mengarahkan, mendorong, melibatkan, serta memberi ganjaran kepada bawahan atau anggota divisi humas

No Narasumber Hasil

1 Budi Prayitno (Kepala Divisi Humas)

Bentuk pengawasan pimpinan kepada bawahan dalam pelaksanaan kerja dengan memberi kebebasan kepada bawahan, selama tidak melanggar peraturan maka hal apapun akan

(36)

didukung guna mengembangkan kreatifitas bawahan. Pimpinan memperkenankan bawahan berkomunikasi dengan anggota unit lain, bila hal itu positif untuk bawahannya. Metode untuk memberi intruksi melalui google talk, tatap muka dan forum rapat. Pimpinan lebih menyukai tatap muka karena pemahaman setiap bawahannya berbeda-beda sehingga pimpinan menyesuaikan pada pribadi bawahannya. Motivasi oleh pimpinan dalam bentuk dukungan, kepercayaan, dan secara verbal pimpinan menyatakan “baik atau buruk harus berjuang bersama-sama”. Dalam membuat keputusan pimpinan menghargai ide dan kritik, dan selalu dilakukan dengan mengumpilkan pendapat dari bawahan. Pimpinan dapat memposisikan diri sejajar dengan bawahan saat berbincang-bincang secara informal.

2 Rahma

Setyaningsih (Staff Divisi Humas)

Pengawasan melalui rapat monitoring satu kali dalam satu minggu untuk membahas mengenai hambatan bawahan dalam pelaksanaan tugas dan. Pemberian arahan pimpinan kepada bawahan dilakukan melalui tatap muka atau tertulis yakni melalui lembar disposisi. Bimbingan dilakukan pimpinan dalam bentuk mitigasi resiko, dimana bawahan dipersilahkan menginformasikan hambatan yang dihadapi, kemudian pimpinan mencari jalan keluar seperti action, pembuatan kebijakan atau koordinasi dengan unit lain. Dalam pembuatan keputusan, pimpinan amat terbuka akan saran dan gagasan dari pimpinan dijadikan dasar pembuatan kebijakan. Penghargaan diberikan pimpinan kepada bawahan secara verbal melalui pujian dan financial melalui honorarium kepada bawahan yang berprestasi. 3 Putu Chandra

(Staff Divisi Humas)

Pengawasan pimpinan kepada bawahan dilakukan dengan mengecek tugas secara berkala, dua hari sebelum deadline. Pimpinan memberi kebebasan berkreasi pada bawahan dalam melaksanakan tugas, dan jika sudah selesai baru dilaporkan untuk kemudian diberikan saran perbaikan. Di awal, pimpinan tidak menentukan batasan-batasan. Pemberian arahan dilakukan secara tatap muka, didukung oleh jarak ruangan yang dekat.

(37)

Motivasi dilakukan oleh pimpinan dengan memberikan ilmu atau mengformasikan materi mengenai konsep management kepada bawahan. Dalam pembuatan keputusan, pimpinan memberi solusi sementara, selanjutnya meminta pendapat – pendapat dari bawahan. Pembuatan keputusan melalui suara terbanyak dari bawahan untuk mendapat keputusan akhir. Komunikasi yang terjadi pada unit humas terbuka, supel. Pimpinan mengetahui bagaimana memposisikan diri secara vertikal dan horizontal, sehingga bawahan juga dapat memposisikan diri dan tahu waktu kapan seharusnya serius bekerja dan berbicang-bincang informal. Penghargaan dari pimpinan dalam bentuk apresiasi kinerka baik dari bawahan yaitu berupa gathering atau mengajak makan bersama, pimpinan memberikan pujian langsung, tatap muka dan melalui sosial media. Contohnya: setelah event membuat ucapan terima kasih pada sosial media atau datang langsung ke ruangan bawahan untuk memberikan pujian.

4 Mujaini (Staff Divisi Humas)

Pengawasan dilakukan secara tatap muka, pimpinan mendatangi bawahan secara langsung untuk menanyakan pencapaian kerja sejauh apa. Dalam penyampaian arahan pimpinan lebih sering secara langsung karena didukung jarak ruangan yang dekat. Selain tatap muka, pengawasan juga dilakukan melalui google talk. Pimpinan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk berkomunikasi dan berkreasi dalam pelaksanaan tugas selama tidak melanggar peraturan dan disiplin pegawai seperti tindakan korupsi dan nepotisme. Bimbingan diberikan pimpinan kepada bawahan apabila tugas yang diberikan kepada bawahan merupakan hal yang baru. Pimpinan sangat mempercayai kemampuan bawahan karena hal itu dianggap dapat mengembangkan kreatifitas setiap bawahan dalam divisi humas. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan dan bawahan membahas melalui sudut pandang pimpinan dan bawahan. Apresiasi atas kinerja yang baik dilakukan pimpinan dalam

(38)

bentuk makan siang bersama.

4.2.5 Hasil Penelitian ditunjukan melalui bagan berikut :

Gaya Kepemimpinan Kepala Humas (Partisipatif/Pengajak Serta)

Aliran informasi horizontal dalam komunikasi internal

Aliran informasi vertikal dalam komunikasi internal

(39)

Fungsi komunikasi horizontal dalam divisi humas

Metode komunikasi horizontal

Jenis Informasi yang dikomunikasikan pimpinan ke bawahan dan sebaliknya Kontrol, arahan, dukungan pimpinan kepada bawahan - Untuk koordinasi kerja tim seperti susunan kepanitiaan acara -Untuk berbagi informasi mengenai rencana program acara -Untuk meperoleh solusi atas ketidaksepakatan pendapat anggota dalam tim -Untuk membangun hubungan personal satu sama lain dalam tim humas.

Metode

komunikasi dalam tim dilakukan secara formal yaitu melalui rapat secara reguler, dan secara informal melalui google talk, family gathering, outbond, bincang-bincang informal secara tatap muka, dan diluar jam kerja setiap akhir pekan, anggota tim humas makan malam dan menonton film bersama-sama di bioskop satu kali dalam satu Informasi mengenai arahan untuk melakukan tugas, kebijakan, dan benchmarking dengan unit lain -Informasi mengenai penentuan PIC, progress kerja, pelaksaanaan kerja -Informasi mengenai nilai kinerja dan nilai perilaku bawahan melalui e-performance

-Informasi membangun

kebersamaan tim dan Informasi berupa laporan, ide , saran, keluhan dari bawahan

Rapat monitoring satu kali dalam satu minggu, arahan melalui tatap muka, disposisi dan google talk

- kebebasan berkreasi dan berkomunikasi dengan unit lain.

- motivasi melalui mitigasi resiko dan sharing materi management - Pembuatan keputusan berorientasi bawahan -Penghargaan secara verbal, gathering dan honorarium

Gambar

Gambar 4.1.1.4  Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan.
Gambar 4.1.1.5 : Struktur Organisasi pada bagian umum Sekretariat Inspektorat  Jenderal Kementerian Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Anugrah Quba Mandiri Bengkulu jelas dan tidak berbelit-belit kepada pelanggan, dengan rata-rata 3,90 dengan kriteria jawaban responden dalam keadaan baik, artinya

Pada umumnya pembeli atau konsumen di pasar luar negeri sangat memperhatikan barang-barang yang mereka beli, baik itu menyangkut kualitas, harga dan waktu penyerahan

Model time se- ries stasioner Auto Regressive - AR(1) memberikan nilai pendekatan nilai tukar yang baik bahkan memberikan nilai peramalan yang baik pula, na- mun demikian model

Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa di Kabupaten Konawe Selatan unsur cuaca yang mempunyai pengaruh langsung positif besar terhadap peningkatan intensitas penyakit busuk

Pembakuan nama juga dapat membantu masyarakat untuk mengingat batas-batas wi- layah antar provinsi, kabupaten/kota karena pembakuan nama pulau bagi pulau yang belum memiliki

Tugas akhir dengan judul “Perencanaan Persediaan Buah Apel di Giant Supermarket” diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri di Program

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

Sesuai dengan Peraturan Bupati Lumajang Nomor 73 Tahun 2020 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Sekretariat Daerah,