• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PERAIRAN PESISIR DI DESA SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PERAIRAN PESISIR DI DESA SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

61 EVALUASI KESUBURAN EKOSISTEM PERAIRAN PESISIR DI DESA

SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROPINSI LAMPUNG

Tugiyono

Jurusan Biologi F.MIPA. Universitas Lampung Email: tugiyono64@yahoo.com.au

ABSTRAK

Secara administratif Desa Sriminosari masuk Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Luas wilayah 1.250 ha, topografi landai, suhu 28oC - 40oC, curah hujan 250 mm/tahun. Desa ini memiliki kawasan mangrove seluas 200 ha dengan ketebalan 50-100 m yang 90% merupakan api-api (Avecennia sp), dan luasan tambak 175 ha, tetapi 70% tambak tidak beroperasi. Tingkat kesuburan suatu perairan dapat ditentukan berdasarkan indeks tropik-saprobik (TSI). TSI adalah suatu metode analisis struktur komunitas jasad renik untuk evaluasi kualitas air, ditinjau dari derajat pencemaran dan tingkat kesuburan. Tujuan dari penelitan ini untuk mengevaluasi kesuburan di perairan pesisir sebagai studi awal untuk pengembangan cultivar baru. Penelitian dilakukan pada eksosistem pesisir yang meliputi kawasan mangrove, kawasan bekas lahan tambak dan perairan sungai, di Dusun 2 dan Dusun 4 Desa Sriminosari. Pada masing-masing lokasi penelitian diambil contoh plankton dengan metode tuang, dan contoh air untuk dianalisis parameter kualitas air (temperatur, kekeruhan, TDS, bau, warna, pH, DO, COD, BOD5 NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4 dan salinitas). Berdasarkan hasil analisis diketahui kesuburan dan tingkat pencemaran di lokasi penelitian termasuk dalam kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk budidaya biota, pencemaran ringan atau belum tercemar atau kondisi oligotropik kecuali lokasi Mangrove di Dusun 2 dalam kondisi ß-mesosaprobik, pencemaran sedang. Berdasarkan hasil analisis kualitas air di wilayah studi tergolong kandungan bahan organik (BOD) dan unsur hara (phospat dan nitrat) tinggi bagi peruntukan kehidupan biota laut berdasarkan KepMenLH no 51 Tahun 2004. Sedangkan parameter lainnya masih dibawah baku mutu. Kesimpulan bahwa kondisi ekosistem pesisir di wilayah studi masih layak untuk dikembangan untuk budidaya biota laut seperti kepiting disamping udang.

Kata Kunci: tropik-saprobik oligotropik, mesosaprobik, Lampung Timur, mangrove.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kawasan pesisir mempunyai peran strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosisem darat dan laut, serta mempunyai potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996). Kekayaan ekosistem pesisir meliputi terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, serta suberdaya alam lain baik hayati maupun non hayati, seperti bahan tambang, mineral, pasir dan lain-lain. Begitu besarnya potensi yang terkandung di wilayah pesisir, mendorong berbagai usaha untuk pemanfaatannya. Sehingga di beberapa wilayah pesisir sudah muncul fenomena pemanfaatan yang bersifat

(2)

62 sektoral, eksploitatif dan melampaui daya dukung lingkungannya. Dampak pemanfaatan yang eksploitatif ditandai dengan adanya kerusakan fisik lingkungan pesisir yang semakin meningkat. Erosi dan pencemaran di wilayah pesisir 85% bersumber dari aktivitas daratan terutama di daerah estuari, serta pemanfaatan sumberdaya pesisir, seperti ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan pasir pantai. Pemanfaatan secara berlebihan akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap kelestarian ekosistem pesisir (Anomimus, 2006).

Salah satu komponen wilayah pesisir yang mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian wilayah pesisir tetapi juga rentan terhadap kerusakan baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove adalah ekosistem wilayah tropis yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem ini merupakan suatu ekosistem penting di kawasan pesisir, karena ekosistem ini memiliki berbagai fungsi yang dapat mendukung kelestarian dan keseimbangan ekosistem pesisir, serta dapat memberikan sumbangan ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat pesisir.

Ekosistem mangrove merupakan sumber detritus terbesar, baik yang berupa daun-daun atau ranting-ranting bakau yang telah membusuk, maupun alga bentik yang membusuk akan dimakan oleh bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi sebagai makanan dari sebagian protozoa dan avertebrata lainnya, dan kemudian protozoa dan avertebrata lain akan dimakan karnivora sedang, dan seterusnya, sehingga kekayaan berbagai biota laut ekosistem mangrove sangat tinggi. Disamping itu ekosistem bakau sebagai tempat pembesaran (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds) dan daerah pemijahan (spawning

grounds) bagi udang penaid, kepiting dan ikan-ikan laut seperti belanak, sebelum

mereka hidup di laut lepas (Bengen, 2002; Kordi 1997; Nontji, 2002).

Secara fungsional, terdapat dua fungsi pokok dari ekosistem mangrove, yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, fungsi ekosistem mangrove antara lain sebagai a) sumber bahan organik bagi perairan, b) sumber makanan berbagai hewan laut, c) habitat berbagai organisme, d) melindungi pantai dari erosi, dan e) daerah asuhan dan pemijahan hewan perairan. Secara ekonomis,

(3)

63 hutan mangrove berperan sebagai penyedia a) bahan bangunan, b) kayu bakar, c) bahan baku kertas, d) bahan baku makanan, obat-obatan dan tekstil serta e) tempat orang mencari kepeting bakau f) tempat pariwisata (Kustanti, 2008).

Mengingat pentingnya fungsi ekosistem mangrove diatas, maka keberadaan ekosistem mangrove merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan kawasan pesisir. Maka masyarakat, pemerintah desa dan instansi lain yang terkait di Desa Sriminosari telah melaksanakan program pengelolaan kawasan ekosistem hutan mangrove yang berbasis pada masyarakat. Program ini telah berhasil mempertahankan atau melestarikan ekosistem mangrove sepanjang pantai Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Kabupaten Lampung Timur, dengan ketebalan ± 100 meter.

Keberadaan ekosistem mangrove di kawasan pesisir di Desa Sriminosari telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat, diantaranya mencegah terjadi abrasi pada lahan tambak mereka, serta sebagian masyarakat menjadi pencari dan pengepul kepiting bakau di kawasan tersebut. Namun kelangsungan tambak udang telah menurun hampir 80% hal ini seiring dengan mewabahnya penyakit udang, banyak lahan tambak udang dibiarkan kosong, ditanami padi, serta tumpang sari antara udang dengan ikan bandeng (Anonimum, 2002).

Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini bertujuan ingin mengetahui kesuburan perairan di kawasan pesisir yang meliputi kawasan mangrove, tambak dan perairan muara sungai, berdasarkan indeks tropik-saprobik dan beberapa parameter kualitas air (temperatur, kekeruhan, TDS, bau, warna, pH, DO, COD, BOD5 NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4 dan salinitas).

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi, Laboratorium Intrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung, dan Ekosistem hutan mangrove Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur.

(4)

64 Pengambilan contoh

Pengambilan contoh plankton menggunakan metode pemekatan dengan menggunakan plankton net no 25, contoh yang tersaring disimpan dalam botol film valume 30 cc dan difiksasi dengan larutan formalin 4% sebanyak 3 tetes. Selanjutnya diamati di Laboratorium Ekologi, Jurusan Biologi F.MIPA Unila. Parameter kualitas air diukur secara insitu meliputi temperatur, pH dan oksigen terlarut, sedangkan parameter yang lain dianalisis di laboratorium. Pengambilan contoh air untuk dianalisis di laboratorium menggunakan jeligen volume 1 l, dan contoh terkumpul dimasukkan dalam boks dan diberi dry es untuk fiksasinya. Analisis parameter air Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia F. MIPA Unila, dengan metode dan parameter kualitas air disajikan Tabel 1.

Tabel 1. Metode dan peralatan analisis parameter fisika dan kimia kualitas air

PARAMETER SATUAN METODE/ALAT

SIFAT FISIK

1. Temperatur oC Termometer

2. Kekeruhan NTU Turbidimetri

3. TDS ppm Gravimetri 4. Bau Penciuman 5. Warna Spektrometri SIFAT KIMIA 1. pH pH meter 2. DO ppm DO meter

3. COD ppm Modifikasi Winkler

4. BOD5 ppm Modifikasi Winkler

5. NH3 ppm Spektrometri

6. NO2 ppm Spektrometri

7. NO3 ppm Spektrometri

8. PO4 ppm Spektrometri

Analisis

Kelimpahan plankton ditentukan berdasarkan rumus : (a.1000) c

N = --- l (Welch, 1948) N = jumlah plankton per liter air

a = jumlah rata-rata plankter dalam 1 ml sub contoh c = jumlah mililiter plankton yang dipekatkan l = volume contoh air semula dalam liter

(5)

65 Indeks keanekaragaman plankton ditentukan berdasarkan indeks Shannon-Wiener dengan rumus (Odum, 1993) :

H = - Σ pi ln pi

H = Indeks keanekaragaman Pi = ni /N

ni = jumlah individu jenis i

N = Total individu seluruh jenis organisme

Kesuburan Perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI)

Indeks saprobik adalah suatu metode analisis struktur komunitas jasad renik untuk evaluasi kualitas air, ditinjau dari derajat pencemaran dan tingkat kesuburan di dalam air. Indeks ini merupakan alat penilai kelayakan lokasi untuk budidaya biota laut, yang berkaitan dengan sifat kultivan, fisika-kimia air, bioteknis budidaya dan parameter penunjang lainnya.

Analisis Trosap bertumpu pada evaluasi terhadap parameter penyubur (trophic

indicators) dan parameter pencemaran (saprobic indicators) guna menilai kualitas air

dan kelayakannya bagi lokasi budidaya laut. Parameter biotik dan abiotik yang diukur adalah:

(a) kelimpahan dan keanekaragaman plankton (b) kelimpahan dan keanekaragaman benthos (c) kandungan bakteri (penunjang)

(d) sifat fisika kimia air: suhu, salinitas, kesadahan, alkalinitas, pH, DO, BOD, kecerahan, kekeruhan, kedalaman air, arus, gelombang, nitrat, phospat, amoniak dan logam berat (Anggoro, 1998).

Penentuan tingkat keseburan perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI) menurut Dresscher dan Van den Mark (1974):

SI = ) ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ) ( 1 ) ( 3 ) ( 1 ) ( 3 ) ( 1 nD nC nB nA nA nB nD nC (Anggoro, 1988)

n = jumlah individu organisme pada setiap kelompok saprobitas nA= jumlah individu penyusun kelompok polisaprobik nB= jumlah individu penyusun kelompok alpha mesosaprobik nC= jumlah individu penyusun kelompok betha mesosaprobik nD= jumlah individu penyusun kelompok oligosaprobik

(6)

66 HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Kemelimpahan Plankton

Kondisi populasi plankton di perairan tambak berdasarkan indeks keanekaragaman dalam keanekaragaman sedang (Lampiran 1), hal ini dikarenakan contoh air diambil pada tambak budidaya tumpang sari antara udang windu dan bandeng. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan plankton dapat terkendalikan oleh adanya dua cultivan tersebut atau juga dikarenakan di perairan tambak kondisi perairan cukup nutrien dan kualitas air mendukung kehidupan plankton. Kemelimpahan plankton dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi, kualitas perairan (Anonimum, 1997).

Tabel 2. Jumlah jenis, kemelimpahan dan indeks keanekaragaman plankton di wilayah pesisir

No Lokasi Jumlah Jenis Kemelimpahan plankton/liter Indeks keanekaragaman (Shannon-Weaver) Kategori Keanekaragaman* 1 SR1T 19 99.000 2,452 Sedang 2 SR1S 13 162.000 1,785 Rendah 3 SR1M 17 243.000 2,428 Sedang 4 SR2T 20 261.000 2,367 Sedang 5 SR2S 18 102.000 2,379 Sedang 6 SR2M 14 471.000 1,241 Rendah Keterangan :

* = Kriteria keanekaragaman plankton menurut Anonimum (1997).

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

Sedangkan rendah nilai keanekaragaman pada ekosistem mangrove di stasiun Sriminosari Dusun 2 dikarenakan pada saat pengambilan contoh kondisi air sangat sedikit (kondisi surut), contoh diambil pada saluran air yang terdapat di sela-sela mangrove. Hal ini menyebabkan jumlah jenis plankton sedikit, tetapi ada jenis tertentu yang toleran dapat berkembang dengan baik (Lampiran 1), sehingga menyebabkan menurunnya nilai indeks keanekaragaman. Sedangkan rendahnya nilai indeks keanekaragaman pada stasiun sungai di Sriminosari Dusun 4, dikarenakan contoh air diambil pada muara sungai, sehingga kondisi sungai cenderung dalam kondisi hyperhalin (salinitas 33 ppt) dibandingkan dengan stasiun lainnya, sehingga jenis plankton yang ditemukan lebih cenderung plankton yang tahan dengan salinitas tinggi (marine plankton).

(7)

67 Kesuburan Perairan berdasarkan Indeks Saprobik (SI)

Berdasarkan hasil analisis indeks saprobik dan indeks diversitas pada ke enam lokasi wilayah studi dalam belum tercemar, kondisi tercemar ringan dan tercemar sedang. Sedangkan tingkat kesuburan pada tingkat ß-mesosaprobik dan oligosaprobik, yang berarti kesuburan dapat dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut, kerang, teripang, tiram, udang dan kepiting (Anggoro, 1988; Kordi, 1997). Hal ini berarti lokasi wilayah pesisir Desa Sriminosari khususnya lokasi bekas tambak udang masih dapat digunakan alternatif budidaya dengan cultivan lain, selain udang. Misalnya sistem tumpang sari (silvofishery) antara udang dengan bandeng, atau budidaya kepiting bakau sebagai alternatif budidaya.

Tabel 3. Indeks saprobik dan diversitas di wilayah studi

No Lokasi IS H Tingkat

Saprobik

Indikasi

1 SR1T 2,52 2,45 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

2 SR2T 2,31 2,37 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

3 SR2S 1,87 2,38 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

4 SR1M 2,17 2,42 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar

5 SR2M 1,20 1,24 ß- mesosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya Pencemaran sedang

6 SR1S 2,28 1,78 Oligosaprobik Kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk

budidaya

Pencemaran ringan atau belum tercemar Keterangan

IS : Indeks Saprobik H : Indeks Diversitas

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sunga

Kualitas Air di Wilayah Studi

Kualitas perairan sangat menentukan kemelimpahan biota perairan dan setiap perubahan kualitas air akan berpengaruh terhadap keberadaan biota yang hidup didalamnya. Biota yang tidak toleran akan menghindar atau bahkan mati dari kondisi kualitas air yang tidak sesuai, sedangkan yang toleran akan berkembang dengan baik yang dikenal sebagai bioindikator.

(8)

68 Tabel 4. Hasil analisis parameter fisika dan kimia kualitas air

PARAMETER SATUAN Lokasi sampling

SR1T SR1S SR1M SR2T SR2S SR2M

SIFAT FISIK

1. Temperatur oC 26,55 26,50 26,70 26,50 26,48 26,50

2. Kekeruhan NTU 9,75 11,80 9,75 10,30 10,75 10,25

3. TDS mg/l 28,030 30,880 32,860 17,280 18,960 16,85

4. Bau berbau berbau berbau berbau berbau berbau

5. Warna TCU 18,50 16,70 16,90 15,75 18,20 16,85 SIFAT KIMIA 1. pH 7,28 6,87 7,19 7,26 7,68 7,79 2. DO mg/l 3,06 3,05 3,12 3,12 3,10 3,13 3. COD mg/l 114 102 82 68 90 70 4. BOD5 mg/l 22,50 27,60 24,19 19,10 28,50 20,60 5. NH3-N mg/l 0,16 0,20 0,13 0,04 0,02 0,05 6. NO2-N mg/l 0,17 0,28 0,30 0,15 0,10 0,12 7. NO3-N mg/l 7,20 4,19 5,40 2,10 4,85 5,20 8. PO4 mg/l 0,35 0,46 0,37 0,28 0,30 0,25 9. Salinitas ppt 30 33 35 23 25 26 Keterangan

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak

SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove

SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

Berdasarkan hasil analisis kualiitas air di wilayah studi tergolong kandungan bahan organik (BOD) dan unsur hara (phospat dan nitrat) tinggi bagi peruntukan kehidupan biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomer 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut peruntukan biota laut; yaitu BOD =20, phospat =0,015, dan nitrat = 0,008. Sedangkan parameter lainnya masih dibawah baku mutu. Kandungan bahan organik akan menentukan produktivitas perairan, makin tinggi kandungan bahan organik makin tinggi pula jumlah nitrogen yang dikandungnya, sehingga pertumbuhan klekap atau plankton sebagai pakan alami semakin baik (Kordi,1997).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tahap pertama dapat disimpulkan:

1. Kesuburan dan tingkat pencemaran di lokasi penelitian termasuk dalam kesuburan dapat dimanfaatkan, cocok untuk budidaya serta pencemaran ringan atau kondisi oligotropik kecuali lokasi Mangrove di Dusun 2 (SR2M) dalam kondisi ß-mesosaprobik.

(9)

69 2. Kondisi fisik dan kimia kualitas air dan tanah pada lokasi studi mendukung

kehidupan biota perairan pada umumnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas terselesainya penelitian ini kepada yang terhormat:

1. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Atas Pemberian Dana Penelitian Melalui Surat Perjanjian No.358/H26/8/Pl/2009 Tertanggal 6 Agustus 2009.

2. Kepala Desa dan stapnya Desa Sriminosari Kecamatan Labuhan Maringai Kabupaten Lampung Timur atas di perkenankan dan penyedia fasilitas bagi peneliti melalukan penelitian di wilayah pesisir Desa Sriminosari

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, S. 1988. Analisis Tropik Saprobik (Trosap) untuk menilai kelayakan

lokasi budidaya laut. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Universitas

Diponegora, Semarang.

Anonimum. 1997. Kisaran Kemelimpahan Plankton Predominan Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Oseanografi. Jakarta.

Anonimus. 2006. Monografi Desa Sriminosari. Bagian Tata Pemerintahan

Sekretariat Kabupaten Lampung Timur

Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta

Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan,

Institut Pertanian Bogor. 66 hal.

Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Handbook. Lewis Publisers, Boca Raton, Florida. 316 hal

Kordi, K.G.M. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem

Polikultur. Penerbit Dahara Prize, Semarang, 272 hal.

Kustanti, A. 2006. Inventarisasi Dan Indentifikasi Mangrove Provinsi Lampung.

Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Pesisir Dan Kelautan Universitas

Lampung.

(10)

70 Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2004. Keputusan No 51

Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

Odum, E.P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.697 hal

(11)

71 Lampiran 1. Jenis, kemelimpahan dan indeks keanekaragaman plankton

N0 Spesies SR1T SR2T SR2S n pi ln pi H n pi ln pi H n pi ln pi H 1 Fragillaria sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Pseudoeunotia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Thalasiosira sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 3000 0,011494 -4,46591 0,051332 0 0 0 0 4 Synedra sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621 5 Coscinodiscus sp 25500 0,2576 -1,356 0,3494 69000 0,264368 -1,33041 0,351719 20 0,2206 -1,511 0,3334 6 Schrodella sp 0 0 0 0 9000 0,034483 -3,3673 0,116114 0 0 0 0 7 Cyclotella sp 16500 0,1667 -1,792 0,2986 31500 0,12069 -2,11453 0,255202 6000 0,0588 -2,833 0,1667 8 Ethmodiscus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Rhizosolenia sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 1500 0,0147 -4,22 0,0621 10 Dactyliosolen sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 Surirella sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037 12 Campylodiscus sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037 13 Lauderia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 Cestus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621 15 Balanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621 16 Prorocentrum sp 0 0 0 0 21000 0,08046 -2,52 0,202758 6000 0,0588 -2,833 0,1667 17 Navicula sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0 18 Gyrosigma sp 9000 0,0909 -2,398 0,218 7500 0,028736 -3,54962 0,102 6000 0,0588 -2,833 0,1667 19 Pleurosigma sp 7500 0,0758 -2,58 0,1955 24000 0,091954 -2,38647 0,219445 22500 0,2206 -1,511 0,3334 20 Trachyneis sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0 21 Amphora sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 Nastogloia sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 0 0 0 0

(12)

72 N0 Spesies SR1T SR2T SR2S n pi ln pi H n pi ln pi H n pi ln pi H 23 Achnanthes sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Cocconeis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3000 0,0294 -3,526 0,1037 25 Nitzschia sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 15000 0,057471 -2,85647 0,164165 13500 0,1324 -2,022 0,2677 26 Biddulphia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 Triceratium sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 6000 0,022989 -3,77276 0,08673 0 0 0 0 28 Diplosalis sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 0 0 0 0 4500 0,0441 -3,121 0,1377 29 Ceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621 30 Oxytoxum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1500 0,0147 -4,22 0,0621 31 Stephanopyxis sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 3000 0,011494 -4,46591 0,051332 0 0 0 0 32 Skeletonema sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0 33 Melosira sp 1500 0,0152 -4,19 0,0635 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0 34 Pedinosoma sp 0 0 0 0 4500 0,017241 -4,06044 0,070008 0 0 0 0 35 Bacteriastrum sp 0 0 0 0 1500 0,005747 -5,15906 0,02965 0 0 0 0 36 Leptocylindus sp 4500 0,0455 -3,091 0,1405 0 0 0 0 0 0 0 0 37 Calanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 Glycera sp 6000 0,0606 -2,803 0,1699 0 0 0 0 0 0 0 0 39 Synchaeta sp 3000 0,0303 -3,497 0,106 15000 0,057471 -2,85647 0,164165 0 0 0 0 40 Maupasia sp 0 0 0 0 39000 0,149425 -1,90096 0,284051 1500 0,0147 -4,22 0,0621 41 Hyperia sp 0 0 0 0 4500 0,017241 -4,06044 0,070008 1500 0,0147 -4,22 0,0621 99000 1 0 2,4524 261000 1 0 2,366928 102000 1 2,3797

(13)

73 N0 Spesies SR2M SR1S SR1M n pi ln pi H n pi lnpi H n pi ln pi H 1 Fragillaria sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 3000 0,012346 -4,39445 0,054252 2 Pseudoeunotia sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Thalasiosira sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Synedra sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 0 0 0 0 15000 0,061728 -2,78501 0,171914 5 Coscinodiscus sp 15000 0,031847 -3,44681 0,109771 75000 0,462963 -0,77011 0,356532 75000 0,308642 -1,17557 0,362831 6 Schrodella sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Cyclotella sp 21000 0,044586 -3,11034 0,138677 22500 0,138889 -1,97408 0,274178 6000 0,024691 -3,7013 0,09139 8 Ethmodiscus sp 0 0 0 0 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 0 0 0 0 9 Rhizosolenia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 9000 0,037037 -3,29584 0,122068 10 Dactyliosolen sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0 11 Surirella sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 9000 0,037037 -3,29584 0,122068 12 Campylodiscus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 Lauderia sp 0 0 0 0 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 12000 0,049383 -3,00815 0,148551 14 Cestus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 Balanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 Prorocentrum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 12000 0,049383 -3,00815 0,148551 17 Navicula sp 7500 0,015924 -4,13996 0,065923 1500 0,009259 -4,68213 0,043353 6000 0,024691 -3,7013 0,09139 18 Gyrosigma sp 0 0 0 0 15000 0,092593 -2,37955 0,220328 15000 0,061728 -2,78501 0,171914 19 Pleurosigma sp 184500 0,39172 -0,93721 0,367123 16500 0,101852 -2,28424 0,232654 27000 0,111111 -2,19722 0,244136 20 Trachyneis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 Amphora sp 0 0 0 0 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 9000 0,037037 -3,29584 0,122068 22 Nastogloia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 Achnanthes sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Cocconeis sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 4500 0,027778 -3,58352 0,099542 0 0 0 0 25 Nitzschia sp 225000 0,477707 -0,73876 0,35291 13500 0,083333 -2,48491 0,207076 21000 0,08642 -2,44854 0,211602

(14)

74 N0 Spesies SR2M SR1S SR1M n pi ln pi H n pi lnpi H n pi ln pi H 26 Biddulphia sp 0 0 0 0 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 0 0 0 0 27 Triceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 6000 0,024691 -3,7013 0,09139 28 Diplosalis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 6000 0,024691 -3,7013 0,09139 29 Ceratium sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3000 0,012346 -4,39445 0,054252 30 Oxytoxum sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 Stephanopyxis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 Skeletonema sp 0 0 0 0 0 0 0 0 9000 0,037037 -3,29584 0,122068 33 Melosira sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34 Pedinosoma sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 Bacteriastrum sp 3000 0,006369 -5,05625 0,032205 0 0 0 0 0 0 0 0 36 Leptocylindus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 Calanus sp 1500 0,003185 -5,74939 0,01831 3000 0,018519 -3,98898 0,07387 0 0 0 0 38 Glycera sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39 Synchaeta sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 Maupasia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 Hyperia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 471000 1 0 1,240881 162000 1 0 1,785332 243000 1 2,421837 Keterangan N : Jumlah plankter/liter

SR1T : Sriminosari dusun 4 tambak SR2T : Sriminosari dusun 2 tambak SR1M : Sriminosari dusun 4 mangrove SR2M : Sriminosari dusun 2 mangrove SR1S : Sriminosari dusun 4 sungai SR2S : Sriminosari dusun 2 sungai

(15)

75 DISKUSI

Penanya : Tri Suryono (Puslit Limnologi LIPI)

Pertanyaan : Apakah ada pengaruh dari sungai terhadap ekosistem pesisir? Jawaban : Ya, sungai mempunyai pengaruh terhadap ekosistem pesisir.

CATATAN

1. Terdapat penggunaan kutipan yang tidak dicantumkan di daftar pustaka. 2. Referensi mengenai indikasi indeks saprobik dan criteria kesuburan

sebaiknya dicantumkan.

3. Keterangan mengenai lokasi pengambilan contoh sebaiknya dicantumkan dalam metode penelitian.

Gambar

Tabel 1. Metode dan peralatan analisis parameter fisika dan kimia kualitas air
Tabel 2. Jumlah jenis, kemelimpahan dan indeks keanekaragaman plankton di wilayah pesisir  No  Lokasi  Jumlah  Jenis  Kemelimpahan plankton/liter  Indeks keanekaragaman (Shannon-Weaver)  Kategori  Keanekaragaman*  1  SR1T  19  99.000  2,452  Sedang  2  SR1
Tabel 3. Indeks saprobik dan diversitas di wilayah studi

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat lima judul pemberitaan Dahlan Iskan yang ditampilkan dalam teks- teks media Harian Fajar Makassar yang menunjukkan bahwa realitas yang muncul dalam pemberitaan

a) Sistem yang dihasilkan dapat memprediksi masa studi mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. b) Sistem

[r]

Political socialisation is still pursued by formal and informal national political institutions, which means that youth absenteeism in European Parliamentary elections is also

penyiaran; Informasi yaitu bahwa lembaga penyiaran (radio) merupakan media informasi dan komunikasi yang mempunyai peran penting dalam penyebaran informasi yang seimbang dan

dalam arti khusus) yaitu ketentuan- ketentuan yang mengatur hubungan antar manusia, yang menyangkut harta benda atau kebutuhan terhadap benda, seperti hubungan jual

Penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta selama satu minggu dengan Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari segi usia

Abstrak – Mata pelajaran sistem komputer pada semester satu didominasi oleh materi hitungan, hal tersebut kurang diminati oleh siswa. Selain itu, rata-rata nilai siswa