JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
ISSN : 1907-7343
Ketua Penyunting
Perminas Pangeran
Dewan Penyunting
Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana) Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana)
Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya)
Pembantu Pelaksana Tata Usaha
(Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran)
Risanti
Bary Hastomo Kristyadi Heru Kristanto
Alamat Penyunting dan Tata Usaha
Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224
Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) terbit sejak tahun 2006. Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang manajemen dan bisnis. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta
ISSN : 1907-7343
DAFTAR ISI
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
PROFITABILITAS UKM DENGAN ORIENTASI PASAR SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI
Maria Pampa Kumalaningrum ... 99-112
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU USAHA MIKRO DAN KECIL
Perminas Pangeran ... 113-125 PENGARUH KUALITAS, PERSEPSI NILAI, DAN CITRA TERHADAP
KEPUASAN PENUMPANG BUS TRANSJOGJA
Petra Surya Mega Wijaya ... 127-139 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PRODUK DETERJEN
DI KOTA YOGYAKARTA
Wendri Rusli ... 141-154 PENGARUH MODAL DAN TENAGA KERJA PER JENIS INVESTASI
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN SLEMAN PASCA OTONOMI DAERAH,
TAHUN 2001-2005
Rudy Badrudin ... 155-173 TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN DAN KINERJA KEUANGAN
PERBANKAN: STUDI KASUS PADA BPR PT PRISMADANA
PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
PROFITABILITAS UKM DENGAN ORIENTASI PASAR
SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI
Maria Pampa Kumalaningrum
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telepon 0274 486321, Fax. 0274 486155 E-mail: pampa_maria@yahoo.com
ABSTRACT
This study examined the effect of entrepreneurial orientation on profitability in small business mediated by market orientation. Entrepreneurial orientation reflects the degree to which firms’ growth objectives are driven by the identification and exploitation of untapped market opportunities. Market orientation reflects the degree to which firms’ strategic market planning is driven by customer and competitor intelligence. Data was processed with Structural Equation Modeling using AMOS program. The results showed that Entre-preneurial orientation has an direct effect on market orientation and indirect effect on profitability mediated by market orientation. The results suggest, at least in small firms, entrepreneurial orientation complements market orientation by instilling an opportunistic culture that impacts the firm’s profitability.
Keywords: market orientation, entrepreneurial orientation, and profitability.
PENDAHULUAN
Dalam era dinamik seperti saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk memiliki kapabilitas dinamik dan strategi yang mampu menangkap peluang dan memperbaharui pasar. Tekanan dan persaingan bisnis global mempengaruhi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti halnya globalisasi, peningkatan teknologi, peru-bahan demografi dan sosial, kemampuan untuk melakukan inovasi, dukungan dana, maupun kewirausahaan. Tetapi, dalam kenyataannya, tuntutan dari lingkungan
bisnis saat ini, ternyata masih sulit untuk dipenuhi Usaha Kecil dan Menengah. Kuncoro (2006) menyatakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia secara kualitas sulit berkembang di pasar karena menghadapi beberapa masalah internal, yaitu rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti kurang teram-pilnya sumberdaya manusia, kurangnya orientasi kewirausahaan, rendahnya pe-nguasaan teknologi dan manajemen, minimnya informasi, dan rendahnya orientasi pasar Dua dari permasalahan internal yang banyak dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan ternyata
juga menjadi perhatian besar dalam banyak penelitian dewasa ini.
Orientasi kewirausahaan adalah orientasi perusahaan yang memiliki prinsip pada upaya untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kesempatan (Lump-kin dan Dess, 1996). Miller (1983) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai orientasi untuk menjadi yang pertama dalam hal inovasi di pasar, memiliki sikap untuk mengambil risiko, dan proaktif terhadap perubahan yang terjadi pasar. Miller dan Friesen (1983) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi lebih kuat dibanding-kan perusahaan lain. Lumpkin dan Dess (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak cuma bertahan pada strategi masa lalu. Pada lingkungan yang dinamis seperti saat ini, orientasi kewirausahaan jelas merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Orientasi pasar adalah orientasi perusahaan yang memiliki prinsip pada upaya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (Kohli dan Jaworski, 1993). Perusahaan yang memiliki orientasi pasar, memiliki dasar perbaikan yang lebih cepat, serta akan tercermin pada kesuksesan produk unggulan baru perusa-haan, profitabilitas, bagian pasar (market
share), dan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (Day 1994; Narver dan Slater, 1994; Narver dan Slater, 1998; Becherer dan Maurer, 1997; Baker dan Sinkula, 1999; Hult dan Ketchen, 2001; Baker dan Sinkula, 2009).
Hasil dari implementasi strategi yang berdasar pada orientasi pasar, memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan sukses terhadap perubahan lingkungan. Orientasi pasar, secara signi-fikan merupakan faktor penting yang
memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar (Baker dan Sinkula, 2009). Dalam penelitian Kohli dan Jaworski (1990), ditemukan bahwa semakin besar orientasi pasar suatu organisasi, semakin besar pula kinerja keseluruhan. Narver dan Slater (1994) menemukan hubungan positif antara orientasi pasar dan profitabilitas bisnis (Day, 1994; Narver dan Slater, 1998).
Namun tidak demikian dengan orientasi kewirausahaan. Orientasi kewira-usahaan berkaitan lebih pada identifikasi dan eksploitasi kesempatan daripada memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga tidak diharapkan memiliki efek pada profitabilitas yang langsung seperti halnya orientasi pasar. Ketika efek orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar dikem-bangkan dalam suatu model bersama-sama secara simultan, orientasi kewirausahaan tidak memiliki efek langsung terhadap profitabilitas perusahaan (Matsuno, Mentzer, dan Ozsomer, 2002). Narver dan Slater (1998) melakukan regresi secara simultan terhadap orientasi kewirausahaan (Covin dan Slevin’s 1989 scale) dan orientasi pasar (Narver dan Slater’s 1990
scale) terhadap ROI. Mereka menemukan
efek yang signifikan dari orientasi pasar, tetapi tidak pada orientasi kewirausahaan. Hal ini bisa saja terjadi karena dampak orientasi kewirausahaan pada profitabilitas mungkin tidak secara langsung. Karena orientasi kewirausahaan adalah suatu konstruk yang overlapping dengan orien-tasi pasar, ada kemungkinan pengaruhnya pada profitabilitas dimediasi oleh konstruk lainnya, yaitu orientasi pasar.
Kondisi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan berbagai penelitian di atas memicu keingintahuan peneliti untuk mencoba menggabungkan orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dalam satu model. Orientasi pasar diharapkan berpengaruh langsung pada profitabilitas.
Sedangkan untuk variabel orientasi kewirausahaan diharapkan berpengaruh tidak langsung pada profitabilitas melalui efek orientasi pasar.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Gambar 1 merupakan model utama dalam penelitian ini. Hipotesis penelitian mengacu pada model ini. Model ini berupaya menganalisis pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap profitabilitas dengan orientasi pasar sebagai variabel pemediasi. Model penelitian menggunakan profitabilitas sebagai pengukuran kinerja perusahaan. Gambar 1
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Profitabilitas Usaha Kecil dengan Orientasi Pasar Sebagai Variabel Pemediasi
Secara singkat, orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan memiliki domain yang overlapping, tetapi berbeda (Narver dan Slater, 1998). Orientasi kewirausahaan mencerminkan sejauhmana perusahaan mampu mengidentifikasi dan mengek-sploitasi kesempatan yang belum diman-faatkan. Orientasi pasar mencerminkan sejauhmana perusahaan membina kepuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan sebagai suatu prinsip organisasi perusahaan.
Profitabilitas adalah ukuran luaran (outcome) keuangan. Pengukuran profita-bilitas menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh Baker dan Sinkula (2009). Ukuran profitabilitas terdiri tiga butir pertanyaan. Daftar pertanyaan berkaitan dengan perubahan penjualan, perubahan laba, dan perubahan laba margin (profit margin). Lumpkin dan Dess (1996) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai suatu metode, praktik, dan gaya pengambilan keputusan para manajer yang mengarah ke orientasi kewirausahaan. Hal ini mencakup proses eksperimen teknologi baru yang
menjanji-kan, keinginan untuk memperbesar kesem-patan pasar produk baru dan predisposisi untuk mengambil kesempatan berisiko. Perusahaan dengan orientasi kewirausa-haan yang kuat memiliki kemampuan mengubah ketidakpastian ling-kungan menjadi suatu manfaat bagi perusa-haan. Covin dan Slevin (1989) memandang kewirausahaan sebagai suatu eksploitasi kesempatan untuk memperbaharui dan memperbaiki perusahaan.
Orientasi kewirausahaan memiliki tiga dimensi (Lumpkin dan Dess, 1996), yaitu inovasi (innovativeness), proaktif (proactiveness), dan pengambilan risiko
(risk taking) (Miller, 1983; Zahra dan
Covin, 1995). Mengacu pada tiga dimensi kewirausahaan, Miller (1983) memberikan definisi pada orientasi kewirausahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki suatu semangat orientasi kewirausahaan jika bisa menjadi yang pertama dalam melakukan inovasi produk baru di pasar, memiliki keberanian mengambil risiko, dan selalu proaktif terhadap perubahan tuntutan akan produk baru.
Orientasi kewirausahaan
Probabilitas Orientasi
Orientasi kewirausahaan yang menimbulkan inovasi adalah lebih dari adaptasi atau reaksi terhadap trend pasar. Inovasi yang terjadi karena orientasi kewirausahaan adalah inovasi yang ber-upaya untuk penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi organisasi, pasar, dan industri (Covin dan Slevin, 1986 dalam Baker dan Sinkula, 2009). Melalui proses identifikasi kesempatan dengan tujuan penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi konsep, maka produk baru yang radikal dilahirkan. Perusahaan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat, diprediksikan akan mampu mengembangkan konsep produk baru yang menuju kepada kebutuhan pelanggan yang ada maupun pelanggan potensial.
Zahra dan Covin (1995) menyata-kan bahwa perusahaan dengan orientasi kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan posisi pasar lebih dibandingkan para pesaing mereka. Perusahaan selalu mengamati perubahan pasar dan melakukan respon dengan dengan cepat terhadap perubahan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk proaktif dan keberanian mengambil risiko, menjadikan perusahaan memiliki kemampuan untuk menciptakan produk inovatif mendahului pesaing mereka sehingga memiliki orientasi pasar yang kuat karena akan mampu untuk memuaskan pelanggan dan mengidenti-fikasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pelanggan.
H1: Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap orientasi pasar.
Perusahaan yang memiliki orientasi pasar yang kuat akan memiliki prioritas pembelajaran tentang (1) pelanggan (seperti, suka atau tidak suka, ketidak-puasan, persepsi, dan lainnya), (2) faktor yang mempengaruhi pelanggan (misalkan, persaingan, kecenderungan ekonomi, sosial budaya, dan lainnya), dan (3) faktor yang mempengaruhi kemampuan perusa-haan untuk mempengaruhi dan
memuas-kan pelanggan (misalmemuas-kan teknologi, regulasi, dan lainnya) (Kohli dan Jaworski, 1990; Narver dan Slater, 1994)
Perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki ketrampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan generasi baru produk dan jasa pada pasar (Day, 1994). Selain itu, perusahaan lebih mungkin membuat perluasan lini dan merek terhadap pasar target baru (Kohli dan Jaworski, 1990; Narver dan Slater, 1990; Gatignon dan Xuereb, 1997; Baker dan Sinkula, 1999). Riset empiris memberi dukungan atas perspektif ini.
Penelitian Kohli dan Jaworski (1990), menemukan bahwa semakin besar orientasi pasar suatu organisasi, semakin besar pula kinerja keseluruhan. Narver dan Slater (1990) menemukan hubungan positif antara orientasi pasar dan profitabilitas bisnis (Day, 1994; Narver dan Slater, 1998). Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting untuk memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar.
Orientasi pasar yang kuat menuntut organisasi untuk fokus pada lingkungan yang berpengaruh pada kemampuan organisasi untuk meningkatkan kepuasan konsumen (Baker dan Sinkula, 1999). Strategi yang berorientasi pasar, memung-kinkan perusahaan beradaptasi dengan sukses terhadap perubahan lingkungan sehingga perusahaan dengan orientasi pasar yang kuat dapat merespon kekuatan lingkungan melalui proses belajar dan memunculkan inovasi serta perilaku reaktif terhadap pasar (Baker dan Sinkula, 1999).
Penelitian yang penting dan berpe-ngaruh pada perkembangan selanjutnya adalah penelitian Kohli dan Jaworski (1993) serta Narver dan Slater (1990). Aliran yang intensif dari riset empiris telah secara konsisten, tetapi tidak secara bulat,
melaporkan hubungan orientasi pasar dan profitabilitas, bahkan pada perusahaan kecil (Pelham dan Wilson 1996; Narver dan Slater, 1998; Baker dan Sinkula, 2009, 1999; Pelham 2000; Hult dan Ketchen 2001; Baker dan Sinkula, 2009).
Di samping bukti empiris tersebut, ada dukungan teoritis bagi hubungan antara orientasi pasar dan profitabilitas. Perusahaan dengan orientasi pasar yang kuat seharusnya mampu menghasilkan profit margin yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan orientasi pasar yang lemah. Profit margin yang tinggi adalah hasil sinergi dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, serta distribusi dan promosi, yang memungkinkan penyampaian produk dan jasa disesuaikan dengan kebutuhan pasar. H2: Orientasi pasar berpengaruh pada
profitabilitas.
Penelitian ini menggunakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di DIY sebagai unit analisis. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dipilih karena diharapkan memiliki fleksibilitas dan daya respon pada peristiwa lingkungan. Eksploitasi atas kesempatan baru merupa-kan pendorong utama bagi pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Teknik atau prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sampel penelitian diambil
berdasarkan kriteria tertentu yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di DIY yang memiliki kriteria kekayaan bersih maksimal 200 juta; hasil penjualan tahunan maksimal satu milyar; milik warga negara Indonesia; berdiri sendiri; usaha perseorangan; usaha tidak berbadan hukum; usaha berbadan hukum; atau koperasi.
Penelitian ini membutuhkan res-ponden UKM yang beragam untuk mengetahui kondisi orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan UKM di DIY. Karakteristik responden sampel yang
terdiri dari pria dan wanita, serta memiliki keberagaman dalam hal jenis usaha, lama berdiri, serta jumlah pekerja, diharapkan dapat mencerminkan keberagaman UKM yang ada di DIY.
Dalam penelitian ini, kuesioner yang disebar sebanyak 130 yang kembali hanya 105. Dari 105 tersebut yang layak diguna-kan hanya 100. Jumlah ini sesuai dengan syarat ukuran sampel minimal untuk SEM yaitu 100-200 (Ferdinand, 2002: 51).
Untuk operasionalisasi variabel, orientasi pasar diukur dengan mengguna-kan skala MORTN (Deshpane dan Farley, 1998). Orientasi pasar diukur berdasarkan 11 pertanyaan yang berkaitan dengan komitmen perusahaan pada kepuasan konsumen. Contoh pertanyaan untuk variabel ini adalah mengenai tingkat keterbukaan perusahaan mengkomunikasi-kan kesuksesan dan kega-galan dalam usaha memuaskan konsumen.
Orientasi kewirausahaan diukur dengan menggunakan konseptualisasi Miler (1983) yang dikembangkan oleh Covin dan Slevin (1989). Orientasi kewirausahaan terdiri atas tiga dimensi, yaitu keinovasian (innovativeness), proaktif, dan pengambilan risiko. Diukur dengan delapan butir pertanyaan. Contoh pertanyaan variabel ini adalah mengenai tingkat penekanan perusahaan pada R&D, dan kepemimpinan dalam teknologi dan inovasi.
Profitabilitas adalah ukuran luaran (outcome) keuangan. Pengukuran profitabilitas menggunakan daftar perta-nyaan yang dikembangkan oleh Baker dan Sinkula (2009). Ukuran profitabilitas terdiri tiga butir pertanyaan. Daftar pertanyaan berkaitan dengan perubahan penjualan, perubahan laba, dan perubahan laba margin (profit margin). Contoh pertanyaan variabel ini adalah mengenai perubahan dalam profit perusahaan.
HASIL PENELITIAN
Uji validitas dilakukan dengan menggu-nakan korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi
Product Moment Pearson. Untuk proses
perhitungan, peneliti menggunakan SPSS. Untuk menentukan valid tidaknya suatu variabel yang diuji, maka secara statistik hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi dengan taraf signifikansi 1% atau 5%. Semua variabel penelitian valid pada signifikansi 0.05.
Uji validitas digunakan untuk meyakinkan apakah pengukuran memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa instrumen benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten sehingga dapat berlaku dengan baik pada kondisi yang berbeda-beda. (Cooper dan Emory, 1995:153). Pengujian reliabilitas metode konsistensi internal dengan teknik Cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas.
Penelitian ini menggunakan meto-de konsistensi internal meto-dengan teknik
Cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas.
Hasil uji reliabilitas ditunjukkan oleh koefisien alpha variabel yang diuji. Proses perhitungan uji reliabilitas menggunakn
SPSS for Windows. Pada penelitian ini,
alat pengukur (kuesioner) yang diperguna-kan untuk mengukur semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini semuanya dapat diandalkan atau reliable.
Untuk menghitung orientasi pasar digunakan 11 pertanyaan. Jawaban terendah dari sebelas item pertanyaan tersebut adalah 3, sedangkan jawaban tertinggi adalah 10. Nilai jawaban rata-rata pertanyaan adalah 6, 9891. Variabel orientasi kewirausahaan dihitung dengan 8 pertanyaan. Jawaban terendah dari 8 item tersebut adalah 2,13 sedangkan jawaban tertinggi 9, 25 dan nilai jawaban rata-rata 5, 9225.
Variabel lain yaitu profitabilitas. Profitabilitas dihitung dengan 3 pertanyaan, dengan nilai terendah 3,3 dan nilai tertinggi 10, serta jawaban nilai rata-rata 7, 1833. Tabel 1 menunjukkan deskripsi data.
Tabel 1 Deskripsi Data
Minimum Maximum Mean Std. Deviation OP OK PROF 3.00 2.13 3.33 10.00 9.25 10.00 6.9891 5.9225 7.1833 1.23337 1.48262 1.55438
Untuk menguji kecocokan secara menyeluruh, peneliti menggunakan chi
square ( 2 ), indek kecocokan (GFI), indek Tucker Lewis (TLI), indek
kecocokan yang dinormalkan (Adjusted
GFI), dan chi square yang dinormalkan
(Normed 2 ) seperti yang tampak dalam Tabel 2.
Ringkasan Goodness-of Fit
Pengukuran Goodness-of
Fit
Hasil computer Kriteria diterima Keterangan Absolute:
1. Chi-square ( 2 )
2. Goodness-of Fit (GFI) 2 : 2,833 Signifikan level (p): 0,092 GFI: 0,983 p > 0.05, 2 kecil dan tidak signifikan GFI = 0.90 atau lebih
Model diterima Model diterima Incremental:
1. Tucker Lewis Index (TLI)
2. Normed Fit Index (NFI)
3. Adjusted GFI (AGFI)
TLI: 0,873 NFI: 0,940 AGFI: 0,896
TLI = 0.90 atau lebih NFI = 0.90 atau lebih AGFI = 0.90 atau lebih Marginal Model diterima Marginal Parsimony:
1. Normed Chi square
(CMIN/DF) Normed 2 : 2,833 Limit bawah: 1.0; Limit atas: 2.0, 3.0, atau 5.0. Model diterima
Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa chi-square = 2,833 dengan df. 1, dan p: 0.092 > 0.10. Hasil uji ini menunjukkan bahwa model tersebut
acceptable fit (secara statistik
mengin-dikasikan kecocokan yang baik) atau tidak terdapat beda yang signifikan antara data observasi dengan model penelitian yang diajukan oleh peneliti (Hair et al. (1995): 682). GFI menunjukkan derajat keco-cokan model secara keseluruhan. Ukuran ini merupakan ukuran nonstatistical. Nilai GFI berkisar dari 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit). GFI model penelitian ini sebesar 0,983. Hal ini menunjukkan model penelitian dapat diterima karena kriteria model diterima adalah GFI = 0.90 atau lebih.
Tucker Lewis Index (TLI), Normed Fit Index (NFI), dan Adjusted GFI (AGFI)
menunjukkan perbandingan antara model penelitian dengan baseline model, yang disebut dengan null model. Null model adalah model yang diharapkan dapat diungguli oleh model penelitian yang diajukan. Indikator-indikator ini merupa-kan ukuran nonstatistical. Kriteria
penerimaan TLI adalah 0.90 atau lebih, NFI adalah 0.90 atau lebih, dan AGFI adalah 0.90 atau lebih. TLI dalam penelitian ini menunjukkan angka di atas kriteria penerimaan. NFI dan AGFI dalam model penelitian ini menunjukkan nilai di bawah kriteria penerimaan, tetapi masih dapat diterima secara marginal.
Normed chi-square menunjukkan
dua kriteria suatu model tidak dapat diterima. Kriteria pertama, model peneli-tian “overfitted,” ditunjukkan dengan nilai
normed chi-square yang kurang dari 1.0.
Kriteria kedua adalah model tidak betul-betul mencerminkan data yang diobser-vasi, ditunjukkan dengan nilai normed
chi-square lebih besar dari 2.0 atau 3.0, atau
batas yang lebih liberal yaitu 5.0. Indikator ini merupakan ukuran nonstatistical.
Normed chi-square dalam penelitian ini
menunjukkan nilai di dalam batas bawah dan batas atas penerimaan yaitu 2.833.
Dalam hasil analisis AMOS masih banyak angka-angka lain yang dapat menunjukkan dapat diterima atau tidaknya suatu model penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa
indikator, seperti yang tertulis dalam Tabel 6, karena indikator-indikator di atas telah cukup mencerminkan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini acceptable
fit. 1.66 e1 PROF 1.98 e2 1.48 OK .57 OP .40 1 1 Gambar 2
Hasil Pengujian Hipótesis Penelitian
Pada gambar 2 terlihat hasil pengujian hipotesis penelitian. Pengujian secara simultan pengaruh orientasi kewira-usahaan terhadap profitabilitas dengan
pemoderasi orientasi pasar, dilakukan dengan model persamaan struktural. Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian hipotesis penelitian.
Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Variabel Penelitian
Exogenous Variables Endogenous Variables Beta CR Signifikan pada level H1 Orientasi kewirausahaan Orientasi pasar 0.574 5.569 0.002 H2 Orientasi pasar Profitabilitas 0.404 4.431 0.002 Uji dua arah, df. 14, : 0.10, t tabel: 1.761; : 0.05, t tabel: 2.145; : 0.01, t tabel: 2.977; dan : 0.002, t tabel: 3.787
PEMBAHASAN
Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Orientasi Pasar
Pada penelitian ini, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap orientasi pasar. yang menimbul-kan inovasi adalah lebih dari adaptasi atau reaksi terhadap trend pasar. Hal ini mendukung penelitian Covin dan Slevin (1986) serta Baker dan Sinkula (2009).
Inovasi yang terjadi karena orientasi kewirausahaan adalah inovasi yang berupaya untuk penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi organisasi, pasar, dan industri. Melalui proses identifikasi kesempatan dengan tujuan penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi konsep, maka produk baru yang radikal dilahirkan. Perusahaan dengan orientasi kewira-usahaan yang kuat, diprediksikan akan mampu mengembangkan konsep produk baru yang menuju kepada kebutuhan
pelanggan yang ada maupun pelanggan potensial.
Hasil penelitisn juga mendukung penelitian Zahra dan Covin (1995) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan orientasi kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan posisi pasar lebih dibandingkan para pesaing mereka. Perusahaan selalu mengamati perubahan pasar dan melakukan respon dengan dengan cepat terhadap perubahan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk proaktif dan keberanian mengambil risiko, menjadikan perusahaan memiliki kemam-puan untuk menciptakan produk inovatif mendahului pesaing mereka sehingga memiliki orientasi pasar yang kuat karena akan mampu untuk memuaskan pelanggan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pelanggan.
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Profitabilitas
Dalam penelitian ini, orientasi pasar berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini mendukung penelitian Narver dan Slater (1994). Perusahaan yang memiliki orientasi pasar yang kuat akan memiliki prioritas pembelajaran tentang (1) pelanggan (seperti, suka atau tidak suka, ketidakpuasan, persepsi, dan lainnya), (2) faktor yang mempengaruhi pelanggan (misalkan, persaingan, kecenderungan ekonomi, sosial budaya, dan lainnya), dan (3) faktor yang mempengaruhi kemam-puan perusahaan untuk mempengaruhi dan memuaskan pelanggan (misalkan tekno-logi, regulasi, dan lainnya)
Perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki ketrampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan generasi baru produk dan jasa pada pasar (Day, 1994). Selain itu, perusahaan lebih mungkin membuat perluasan lini dan merek terhadap pasar target baru (Kohli dan Jaworski, 1990; Narver dan Slater,
1990; Gatignon dan Xuereb, 1997; Baker dan Sinkula, 1999). Riset empiris memberi dukungan atas perspektif ini.
Hasil penelitian juga mendukung penelitian Kohli dan Jaworski (1990), yang menemukan bahwa semakin besar orientasi pasar suatu organisasi, semakin besar pula kinerja keseluruhan. Hal ini juga sama dengan hasil penelitian Narver dan Slater (1990) yang menemukan hubungan positif antara orientasi pasar dan profitabilitas bisnis Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting untuk memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar.
Orientasi pasar yang kuat menuntut organisasi untuk fokus pada lingkungan yang berpengaruh pada kemampuan organisasi untuk meningkatkan kepuasan konsumen (Baker dan Sinkula, 1999). Strategi yang berorientasi pasar, memung-kinkan perusahaan beradaptasi dengan sukses terhadap perubahan lingkungan sehingga perusahaan dengan orientasi pasar yang kuat dapat merespon kekuatan lingkungan melalui proses belajar dan memunculkan inovasi serta perilaku reaktif terhadap pasar (Baker dan Sinkula, 1999).
Penelitian yang penting dan berpengaruh pada perkembangan selanjut-nya adalah penelitian Narver dan Slater (1990) dan Kohli dan Jaworski (1993). Aliran yang intensif dari riset empiris telah secara konsisten, tetapi tidak secara bulat, melaporkan hubungan orientasi pasar dan profitabilitas, bahkan pada perusahaan kecil (Pelham dan Wilson 1996; Narver dan Slater, 1998; Baker dan Sinkula, 1999; Pelham 2000; Hult dan Ketchen 2001; Baker dan Sinkula, 2009).
Hasil penelitian juga sesuai dengan teori yaitu antara orientasi pasar dan profitabilitas. Perusahaan dengan orientasi pasar yang kuat akan mampu meng-hasilkan profit margin yang lebih tinggi
daripada perusahaan dengan orientasi pasar yang lemah. Profit margin yang tinggi adalah hasil sinergi dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, serta distribusi dan promosi, yang memungkinkan penyampaian produk dan jasa disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpe-ngaruh secara positif pada orientasi pasar. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berorientasi pada kewirausahaan memiliki ketrampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan produk dan jasa pada pasar serta membuat perluasan lini dan merek terhadap pasar target baru.
Dari kesimpulan di atas, penelitian ini memberikan implikasi bahwa pimpinan perusahaan atau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu untuk lebih meningkatkan komitmennya terhadap penerapan orientasi kewirausahaan karena telah terbukti dalam penelitian empiris bahwa orientasi kewirausahaan berhubu-ngan dan berpengaruh positif terhadap orientasi pasar. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi kewirausahaan yang kuat, akan mengem-bangkan konsep produk baru yang menuju kepada kebutuhan pelanggan yang ada. Maka Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu semakin menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan, sehingga selalu muncul semangat untuk mengembangkan produk-produk baru.
Pada hasil penelitian ini juga ditunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terha-dap profitabilitas. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi pasar yang kuat ternyata mampu menghasilkan profit margin yang lebih tinggi daripada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi pasar yang lemah. Profit margin yang lebih tinggi adalah hasil dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, serta distribusi dan promosi, yang mengakibatkan penyam-paian produk dan jasa bisa sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hal ini menimbulkan implikasi perlunya penumbuhan kesadaran yang lebih besar mengenai pentingnya orientasi pada pasar. Perusahaan-perusahaan yang memili-ki kesadaran akan perlunya bisnis berorien-tasi pada pasar akan mengem-bangkan tindakan-tindakan untuk semakin ber-fokus pada kebutuhan pelanggan, sehingga dapat meningkatkan profita-bilitas.
Saran
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama, sam-pel penelitian hanyalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada di wilayah Yogyakarta. Keterbatasan peneliti menye-babkan lingkup penelitian hanya terbatas. Keterbatasan kedua, pengukuran penelitian sepenuhnya berdasarkan pada pengukuran subyektif yaitu menggunakan persepsi para pemilik dan pengambil keputusan dalam perusahaan. Hal ini disebabkan data obyektif belumlah tersedia. Meskipun dalam banyak penelitian, peng-ukuran secara subyektif secara metodo-logis dapat dibenarkan, tetapi tetap saja dapat menimbulkan bias.
Berdasarkan keterbatasan peneli-tian, maka peneliti memberikan beberapa saran. Pertama, mengembangkan peneli-tian dengan membagi sampel berdasarkan karakteritik Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sehingga bisa dipetakan dalam jenis perusahaan apa, orientasi kewira-usahaan bepengaruh terhadap profitabilitas dengan orientasi pasar sebagai variabel pemoderat. Saran kedua, mereplikasi penelitian dengan sampel yang lebih luas baik secara geografis, demografis, maupun
cakupan industrinya. Ini dilakukan agar generalisasi hubungan antara orientasi
kewirausahaan, orientasi pasar, dan
profitabilitas dapat lebih tercapai
DAFTAR REFERENSI
Anderson, J. C. 1987. “An Approach for Confirmatory Measurement and Structural Equation Modelling of
Organizational Properties”.
Management Science, 33, 525-541.
Baker, W. E., and J. M. Sinkula. 2009. “The Complementary Effects of Market Orientation and Entrepre-neurial Orientation on Profitability in Small Business”. Journal of Small
Business Management, 47 (4),
443-464.
Baker, W. E., and J. M. Sinkula. 1999. “The Synergistic Effect of Market Orientation and Learning Orientation on Organizational Performance”.
Journal of the Academy of Mar-keting Science 27, 411-427.
Baron, R. M., and D. A. Kenny. 1986. “The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Consideration”. Journal of
Personal and Social Psychology, 51,
1173-1182.
Becherer, R.C., and J.G. Maurer. 1997. “The Moderating Effect of Environmental Variables on the Entrepreneurial and Market Orien-tation of Entrepreneur-Led Firms”.
Entrepreneurship: Theory and Prac-tice, 22, 47-58.
Cooper, D. R. and Emory, C.W. 1991.
Business Research Methods, Fifth
Edition, Chicago: Ricard D. Irwin, Inc.
Day. 1994. “The Capabilities of Market-Driven Organizations”. Journal of
Marketing, 58 (4), 37-52.
Deshpane, R., and J. Farley. 1998. “Measuring Market Orientation: Generalization and Synthesis,”
Journal of Market Focused Mana-gement, 2, 213-232.
Drucker, P. 2002. “This Discipline of Innovation”. Harvard Business Review, Agust, 95-102.
Gatignon, H., and J.M. Xuereb, 1997. “Strategic Orientation of the Firm and New Product Performance”.
Journal of Marketing Research, 34,
77-90.
Ghozali, Imam. 2005. “Konsep & Aplikasi dengan Program Amos 16” UNDIP, Semarang.
Han, J.K., N. Kim and R.K. Srivastava. 1998. “Market Orientation and Organizational Performance: is Inno-vation the Missing Link?”. Journal
of Marketing,62 (4), 30-45.
Hair, J. F., Jr., Rolph, E. A., Ronald, L. T., dan William, G. B. 1995.
Multiva-riate Data Analysis with Reading,
Ed. 4, New jersey: Prentice Hall International, Inc.
Henard, D.H. and D.M. Szymanski. 2001. “Why Some New Products Are More Successful Than Others”.
Journal of Marketing Research, 37,
362-375.
Hult, G.T. and D.J. Ketchen. 2001. “Does Market Orientation Matter?: A Test of The Relationship Between
Positional Advantage and Perfor-mance”. Strategic Management Journal, 26, 899-906.
Hurley, Robert Hult, G Thomas M. Hult. 1998.“Innovation, Market Orienta-tion and OrganizaOrienta-tional Learning: An Integration and Empirical Examination,” Journal of Marketing, p.42-54.
Kohli, A.K. and Jaworski, B.J. 1993. “Market Orientation: Antecedents and Consequences”. Journal of
Marketing, 57 (3), 53-70.
Kohli, A. L., and B.J. Jaworski. 1990. “Market Orientation: The Construct, Research propositions, and Mana-gerial Implications”. Journal of
Marketing, 54(2), 1-18.
Kohli, A. K., B. J. Jaworski, and A. Kumar. 1993. “MARKOR: A Measure of Orientasi pasar”. Journal
of Marketing Research, 30, 467-477.
Koncuro, Mudrajad. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, Jakarta: Erlangga.
Lee, J and Miller, D. 1996. “Strategy, Environment, and Performance in Two Technological Context: Contingency Theory in Korea”.
Organization Studies, Vol. 17, No.5,
p.729-750.
Lukas, Bryan A., O.C. Ferrel. 2000. “The Effect of Market Orientation on Product Innovation”. Journal of
Marketing Science, p 239-247.
Lumpkin, G. T., and G. G. Dess. 1996. “Claryfying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking it to Performance”. Academy of
Management Review, 21, 135-172.
Matsuno, K., J. T. Mentzer, and A. Ozsomer. 2002. “The Effects of Entrepreneurial Proclivity and Mar-ket Orientation on Business Performance”. Journal of Marketing, 66 (3) 18-33.
McKee, D.O., P.R. Varadarian and W,M. Pride. 1989. “Strategic Adaptability and Firm Performance: A Market: Contingent Perspective”. Journal of
Marketing, 53 (3), 21-35.
Mengue, N. and S. Auh. 2006. “Creating a Firm-Level Dynamic Capability Through Capitalizing on Market Orientation and Innovativeness”.
Journal of The Academy of Marketing Science, 24, 63-73.
Miller, D. 1983, “The Correlated of Entrepreneurship in Three Types of Firms,” Management Science, 29, p.770-791.
Miller D and P.H. Friensen. 1983. “Strategy-Making and Environment: The Third Link”. Strategic
Manage-ment Journal, 4 (3), p.221-235.
Narver, John and Stanley, F Slater. 1990. “The Effect of Market Orientation on Business Profitability”. Journal
of Marketing, p 20-35.
Narver, John and Slater, F Slater. 1994. “Does Competitive Environment Moderate the Orientasi pasar Performance Relationship”. Journal
of Marketing, p.4655.
Narver, John and Slater, F Stanley. 1998. “Customer-led and Market-Oriented: Let’s Not Confuse The Two”.
Strategic Management Journal, p1
Pelham, Alfred M. 1997. “Mediating Influences on the Relationship between Orientasi pasar and Profitability in Small Industrial Firms”. Journal of Marketing Theory
and Practice, 5, 55-57.
Pelham, Alfred M. 2000. “Orientasi pasar and Other Potential Influences on Performance in Small and Medium-Sized Manufacturing Firms”.
Journal of Small Business Management, 38, 48-67.
Pelham, Alfred M., and D.T. Wilson. 1996. “Longitudinal Study of The Impact of Market Structure, Stra-tegy, and Orientasi pasar Culture on Dimensions of Small Firm Perform-ance”. Journal of Marketing Science, 24, 27-43.
Sekaran U. 1992. Researcah Methods for
Business: A Skill Building
Ap-proach, Second Edition, New York: John Willey & Sons, Inc.
Stata, Ray. 1989. “Organizational Learning: The Key to Management
Innovation”. Sloan Management Review, p.63-74.
William E. B dan James M. S. 2009. ‘The Complementary Effects of Orientasi pasar and Entrepreneurial Orien-tation and Profitability in Small Business”. Journal of Small
Busi-ness Management, 47, 4, 443-464.
Wiklund, Johan. 1998. “The Sustainability of The Entrepreneurial Orientation-Performance Relationship”.
Entre-preneurship-Theory and Practice,
p.37-48.
Zahra, S. And J.G. Covin. 1995. “Contextual Influences on The Corporate Entrepreneurship-Perfor-mance: A Longitudinal Analysis”.
Journal of Business Venturing,
10(1), p.43-58.
Zahra, S. And J.G. Covin. 1995. “Contextual Influences on The Corporate Entrepreneurship Per-formance: A Longitudinal Analysi”.
Journal of Business Venturing,
10(1), p.43-58.
LAMPIRAN HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel Profitabilitas
Butir Pertanyaan Profitabilitas
1. Tingkat peningkatan pendapatan penjualan. 2. Tingkat peningkatan profit.
3. Tingkat peningkatan profit marjin.
0.747** 0.719** 0.761**
Tabel 2
Butir Pertanyaan Orientasi pasar
1. Tingkat monitoring konsumen
2. Keterbukaan mengkomunikasikan kesuksesan 3. Keterbukaan mengkomunikasikan kegagalan 4. Srategi mencapai keunggulan kompetitif 5. Berfokus pada konsumen
6. Konsumen melakukan penilaian terhadap produk dan jasa 7. Tujuan bisnis adalah kepuasan konsumen
8. Pengukuran kepuasan konsumen
9. Standar (cara) pelayanan terhadap konsumen 10. Bisnis dilakukan untuk melayani konsumen 11. Penyebaran data kepuasan konsumen
0.518** 0.562** 0.427** 0.611** 0.358** 0.630** 0.436** 0.618** 0.551** 0.368** 0.622** Keterangan: **signifikan pada p<0.01. *signifikan pada p<0.05. Tabel 3
Hasil Uji Validitas Variabel Orientasi kewirausahaan
Butir Pertanyaan Orientasi
kewirausahaan
1. Penekanan pada R&D, kepemimpinan dalam teknologi dan inovasi.
2. Keberanian perusahaan mengambil sikap agresif 3. Penekanan pada proyek berisiko tinggi
4. Penerimaan perusahaan terhadap perilaku variatif 5. Perubahan pada lini produk dan jasa perusahaan 6. Kemampuan mendahului pesaing
7. Kemampuan menjadi bisnis yang pertama di pasar 8. Sikap perusahaan saat menghadapi persaingan
0.753** 0.705** 0.667** 0.538** 0.569** 0.643** 0.348** 0.259** Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Koefisien Alpha
1 Orientasi pasar 0.736
2 Orientasi kewirausahaan 0.700
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KINERJA
KEUANGAN PENGEMBANGAN PRODUK BARU USAHA
MIKRO DAN KECIL
Perminas Pangeran
Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo 5-25, Yogyakarta, 55224
e-mail: perminas_pangeran@yahoo.com
ABSTRACT
Thepurpose of this study is to examine the effect of entrepreneurial orientation on performance in new product development. Drawing upon a sample of 129micro and smallsized firms, multiple regression was used for testing three hypotheses. The results reveal that risk takingand proactiveness influence performance in new product development, while innovativeness show no such effect.
Keywords: Innovativeness, Risk taking, Proactiveness,New Product
PENDAHULUAN
Peran Usaha Mikro dan Kecil memiliki kontribusi besar terhadap ekonomi dan pembangunan Indonesia. Sektor ini telah terbukti tangguh, ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, hanya sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bertahan dari kekeruntuhan ekonomi. UMKN memiliki peran strategis mengge-rakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Namun demikian UMKM tidak terlepas dari berbagai tantangan persaingan pasar yang semakin begitu ketat dan ancaman ekonomi global, seperti krisis global 2008-2009. Walaupun kita telah belajar dari pengalaman krisis sebelumnya bahwa UMKM tahan krisis, namun tetap saja harus ada kewaspadaan akan dampak persaingan dan krisis global terhadap sektor
UMKM. Oleh karena itu, salah satu strategi untuk tetap bertahan adalah pengembangan produk berkinerja tinggi.
Pengembangan produk berkinerja tinggi suatu perusahaan bergantung pada beberapa kapabilitas. Salah satu kapabilitasyang banyak mendapat perhatian penelitian adalah orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan (entrepreneurial
orientation) telah diakui sebagai determinan
utama kinerja perusahaan (Covin dan Slevin, 1991; Lumskin dan Dess, 1999). Untuk itu, penelitian ini juga berusaha membahas bagaimana kapabilitas ini berkaitan dengan kinerja keuangan pengembangan produk baru. Kinerja keuangan pengembangan produk baru ini berkaitan dengan sejauhmana suatu produk baru dipersepsikan memenuhi pangsa pasar, target penjualan, dan sesuai penggunaan pelang-gan, pertumbuhan penjualan, dan penca-paian profit. Sementara itu, orientasi kewirausahaan mencerminkan sejauhmana
perusahaan cenderung untuk melakukan inovasi, mengambil risiko, dan proaktif (Frishammar dan Horte, 2007).
Dalam literatur yang ada kapabilitas kewirausahaan ini dijelaskan sebagai karakteritisk level unit atau perusahaan. Kapabilitas adalah kebiasaan sehari hari yang komplek secara sosial yang menentukan efisiensi perusahaan dalam mentransformasikan input menjadi output (Frishammar dan Horte, 2007). Teece dan Pisano (1994) menjelaskan bahwa kewira-usahaan adalah kapabiltas yang dinamis karena memiliki sub kompetensi atau kapabilitas yang memungkinkan perusa-haan untuk menciptakan proses dan produk baru dan merespon lingkungan bisnis yang berubah. Pernyataan ini didukung oleh Frishammar dan Horte (2007) yang menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan menciptakan ketrampilan yang komplek, tak berwujud, tak diucapkan, yang memung-kinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan produk baru.
Beberapa penelitian telah mendoku-mentasikan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Davis et al., (2010) membuktikan bahwa para manajer dengan toleransi risiko tinggi, memiliki inovasi, dan tingkat keproaktifan yang tinggi berpengaruh positif terhadapa kinerja perusahaan. Frank,et al. (2010) juga menemukan ada hubungan positif antara orientasi kewira-usahaan dan kinerja bisnis pada kondisi lingkungan yang dinamis dan akses terhadap model tinggi. Hasil penelitian Su,
et al. (2011) membuktikan bahwa
orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinerja pada kondisi perusahaan mantap. Selain itu penelitian menemukan berhubungan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja berbentuk huruf
U terbalik. Sementara itu, hasil penelitian
Frishammar dan Horte (2007) membuk-tikan bahwa dimensi keinovasian berpenga-ruh positif terhadap kinerja pengembangan produk baru, sedangkan keproaktifan dan
pengambilan risiko tidak berpengaruh terhadap kinerja pengembangan produk baru.
Penelitian ini memiliki kontribusi pada beberapa hal. Pertama, penelitian memberi penekanan pada dimensi orientasi kewirausahaan, yaitu keinovasian, pengam-bilan risiko, dan keproaktifan, pada kinerja pengembangan produk baru. Hanya sedikit studi empiris yang membahas tentang dimensi ini secara terpisah. Peneliti membahas dimensi orientasi kewirausahaan yang terpisah karena perusahaan tidak harus menunjukkan level tinggi atau rendah dalam tiga dimensi secara simultan pada suatu waktu tertentu. Kontribusi kedua, penelitian ini secara khusus memfokus pada usaha mikro dan kecil sesuai definisi Badan Pusat Statistik. Kajian demikian ini belum banyak dilakukan sebelumnya sepengetahuan penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Tzokas et al. (2001) mengindikasikan bahwa orientasi kewira-usahaan adalah faktor penting bagi kinerja perusahaan kecil. Aspek kewirausahaan dapat berperan dalam menghadapi tantangan yang dihadapi Usaha Mikro dan Kecil, yaitu bagaimana Usaha Mikro dan Kecil dapat bertindak inovatif, proaktif, dan berani mengambil risiko.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja keuangan pengembangan produk baru. Dalam hal ini, penelitian ini memfokus pada usaha mikro dan kecil. Tulisan ini mulai dengan menelaah peneliti-an sebelumnya atas orientasi kewirausahapeneliti-an dan menghubungkannya pada kinerja keuangan pengembangan produk baru. Hasil sintesis membentuk dan menghasil-kan hipotesis. Berikutnya uraian tentang pendekatan dan metodologi penelitian yang digunakan. Temuan penelitian kemudian disajikan, diikuti dengan diskusi temuan ini. Tulisan ini menyimpulkan dan menyaji-kan implikasi kebijamenyaji-kan baik untuk pengembangan ilmu maupun praktisi.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hunt (2000) dan Frishammar dan Horte (2007) menyatakan bahwa organisasi tidak dapat mengetahui alternatif produk apa yang pelanggan sukai sehingga organisasi menghadapi ketidakpastian. Dalam hal ini perusahaan atau organisasi perlu inovatif, proaktif, dan mengambil risiko. Hal ini berarti organisasi perlu bertindak dengan berorientasi pada kewirausahaan.
Konseptualisasi orientasi kewirausa-haan didasarkan pada karya Covin dan Slevin (1989) dan Miller (1983). Atas dasar itu, Frishammar dan Horte (2007) menyarankan orientasi kewirausahaan terdiri dari tiga dimensi: keinovasian, pengambilan risiko, dan proaktif. Frishammar dan Horte (2007) memandang orientasi kewirausahaan ini sebagai dimensi yang terpisah karena perusahaan tidak perlu menunjukkan level tinggi atau rendah dalam tiga dimensi secara simultan pada suatu waktu tertentu. Dengan demikian, tiga dimensi akan muncul pada kombinasi yang berbeda. Secara keseluruhan, orientasi kewirausahaan mengacu kepada proses, praktik, dan aktivitas pembuatan keputusan yang mengarah kepada pendatang baru (new entry), sebagai contoh melalui penciptaan produk atau jasa baru (Lumpkin dan Dess,1996).
Dimensi pertama dari orientasi kewirausahaan adalah keinovasian. Keino-vasian mengacu kepada kecenderungan perusahaan ikut serta dan mendukung gagasan baru, kebaruan (novelty), eksperimentasi, dan proses kreatif yang menghasilkan proses teknologi, jasa, dan produk baru (Lumpkin dan Dess,1996; Tan, 1996). Keinovasian menunjukkan keingin-an perusahakeingin-an untuk meninggalkkeingin-an teknologi dan praktik yang ada. Oleh karenanya, keinovasian mirip dengan suatu iklim, budaya atau orientasi bukan hasil. Menurut Lumpkin dan Dess (1996)
keinovasian terjadi sepanjang suatu kontinum, contoh dari mencoba lini produk baru atau mengadakan percobaan produk baru, mencoba menguasuai suatu teknologi terbaru. Nelson dan Winter (1992) berargumen bahwa beberapa perusahaan mendapat banyak manfaat dari imitasi daripada inovasi. Dess dan Lumpkin (2005) lebih lanjut menyarankan bahwa keinovasian akan mengarah kepada suatu perangkap biaya, karena pengeluaran pada pengembangan produk baru dapat menjadi pemborosan sumberdaya jika upaya ini tidak berhasil. Hasil penelitian Frishammar dan Horte (2007) menunjukkan bahwa keinovasian berpengaruh positif pada kinerja pengembangan produk baru.
Keinovasian menyiratkan suatu keinginan untuk meninggalkan praktik yang ada dalam suatu perusahaan (Ozsomer et al. 1997). Untuk mengeksplorasi gagasan baru dan ikut serta dalam percobaan adalah ciri utama pengembangan produk baru yang sukses (Robinson dan Stern, 1997). Dalam aliran yang sama, Cooper el al. (2004) menyarankan bahwa suatu budaya yang membantu perkembangan proses kreatif adalah penting bagi kinerja pengembangan produk baru. Disarankan lebih lanjut bahwa keinovasian harus memperhitungkan keu-nikan suatu produk, dengan demikian memungkinkan penciptaan suatu produk yang berbeda dari alternatif saingannya yang dinilai oleh pelanggan. Penelitian Cooper (1993) menunjukkan bahwa tidak adanya keinovasian merupakan penjelasan penting mengapa gagalnya suatu produk baru. Oleh karena itu hipotesis kedua adalah
H1: Keinovasian berpengaruh positif
terhadap kinerja pengembangan produk baru.
Komponen kedua orientasi kewirausa-haan adalah pengambilan risiko (risk taking). Pengambilan risiko didefinisikan sebagai sejauhmana para manajer berkeinginan membuat komitmen atas sumberdaya yang berisiko dan besar tetapi mereka memiliki
peluang besar gagal(Miller dan Friesen, 1978). Sama seperti keinovasian, pengambilan risiko terjadi sepanjang kontinum yang berkisar dari risiko yang relatif aman sampai risiko yang sangat tinggi (misalnya meluncurkan produk baru di pasar baru) (Lumpkin dan Dess,1996).
Walaupun banyak risiko dapat membahayakan kinerja pengembangan produk baru, risiko itu sendiri tak dapat dihindari karena kesuksesan suatu pengembangan produk baru tidak dapat diketahui sebelumnya. Contoh, perusahaan seringkali menggunakan sumberdaya pada proyek pengembangan ketika kesempatan ditangkap oleh pasar, meskipun kadang tanpa pengetahuan tentang apakah proyek pengembangan ini akan menghasilkan. Pengambilan risiko meliputi perangkap dan bahaya, tetapi perusahaan harus sering bertindak tanpa mengetahui apakah tindakan mereka akan menghasilkan (Dess dan Lumpkin, 1996). Prototipe mungkin gagal pada pabrik dan desain baru mungkin gagal di pasar tetapi jika tidak ada risiko yang diambil, tidak pernah ada produk baru yang akan dihasilkan dan diluncurkan (Frishammar dan Horte,2007). Dengan demikian dapat dihipotesiskan
H2: Pengambilan risiko
berpengaruhpositif terhadap kinerja pengemba-ngan produk baru.
Komponen terakhir dari orientasi kewirausahaan adalah proaktif. Proaktif berkaitan dengan melihat ke depan (foward looking) dan upaya menjadi penggerak pertama. Tujuannya untuk memperoleh keunggulan untuk membentuk lingkungan dengan memperkenalkan produk baru dalam persaingan yang akan datang (Lyon, Dess dan Lumpkin, 2000). Menurut Lumpkin dan Dess (1996), proaktif adalah penting karena menyiratkan pendirian untuk melihat kedepan (foward looking) yang disertai dengan aktivitas yang inovatif atau spekulasi baru. Menurut Lumkin dan Dess, lawan konseptual proaktif adalah kepasifan
(ketidakmampuan meraih kesempatan). Perusahaan yang proaktif adalah
leader bukan follower, karena perusahaan
memiliki kemauan dan tinjauan ke masa depan untuk meraih kesempatan baru (Lumpkin dan Dess, 1996).Lebih lanjut, perusahaan yang proaktif sering merupakan perusahaan yang mengajukan produk baru dan seringkali memperkenal produk baru lebih dulu atau mendahului pesaingnya (Miller, 1983; Venkatraman, 1989; Dess dan Lumpkin, 2005). Dalam hal ini, keunggulan kompetitif perusahaan tergan-tung pada kecepatan mereka memasuki pasar dan kemampuan mereka memenuhi kebutuhan pelanggan (Li et al, 2008). Walaupun kenyataan bahwa pelanggan perusahaan yang memperkenalkan produk baru dapat enggan beradaptasi dengan cara melakukan hal-hal baru (Miller, 1983), proaktif seharusnya berdampak positif terhadap kinerja pengembangan produk baru. Alasannya, pertama, keproaktifan memilikikeunggulan sebagai penggerak pertama (Lieberman dan Montgomery, 1988) yang memungkinkan laba tinggi atas produk baru ketika kondisi tidak adanya persaingan. Kedua, proaktif menyiratkan peningkatan kecepatan pengembangan produk baru. Kecepatan demikian ini meruapakan syarat penting bagi pengem-bangan produk baru. Terakhir, kepasifan merupakan suatu ketidakmampuan perusa-haan untuk meraih kesempatan. Hal ini benar-benar tidak diinginkan jika kinerja pengembangan produk baru menjadi tujuan perusahaan(Frishammar dan Horte, 2007). Oleh karena itu hipotesis sebagai berikut:
H3: Keproaktifan berpengaruh positif
terhadap kinerja pengembangan produk baru
METODE PENELITIAN
Sampel dalam penelitian terdiri dari usaha mikro dan kecil (UMK), khususnyaindustri kerajinan yang berada Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penentuan
sampel menggunakan metoda purposive
sampling. Sampel ditentukan berdasarkan
beberapa kriteria. Pertama, perusahaan atau usaha kerajinan yang mencakup produk kerajinan kulit, perak, keramik, gerabah, rotan, dan mebel. Kedua, usaha kecil dan menengah mendasarkan pada pengertian dari BPS: usaha mikro dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang dan usaha kecil dengan jumlah pekerjakurang dari 20 orang.
Penelitian menggunakan kuesioner yang diberikan kepada usaha mikro dan kecil pada industri kerajinanyang berada di Kabupaten Bantul. Jumlah responden yang dapat digunakan dalam penelitian sebanyak 129responden. Karakteristik demografi responden mendasarkan pada gender, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, jumlah karyawan, dan terget pasar. Tabel 1 menjelaskan frekuensi dan prosentase responden berdasarkan karakteristik demografi.
Tabel 1
Karakteristik Responden
No Karekteristik Unsur Frekuensi Prosentase 1 Gender Laki-laki Perempuan 52 77 40 60 2 Usia < 30 30 -40 >40 -50 >50 24 48 45 12 18,6 37,2 34,9 9,3 3 Status Perkawinan Nikah Belum Nikah 113 16 87,6 12,4 4 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah SD/SR SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma Sarjana 2 2 7 76 15 27 1,6 1,6 5,4 58,9 11,6 20,9 5 Jumlah
Karyawan < 5 Orang 5 - 19 Orang 71 58 55 45 6 Target Pasar Dalam Negeri
Luar Negeri
128 1
99 1 Dari aspek usia responden tampak
bahwa mayoritas pengusaha berada pada usia antara 30 - 40. Selanjutnya, terbesar kedua pada kelompok usia > 40 – 50. Sementara itu, pada kelompok usia mudah sebesar 24 persen, yang menunjukkan secara tidak langsung prospek di industri ini semakin menarik bagianak muda. Ditinjau dari aspek gender dan status perkawinan, mayoritas responden wanita dan mayoritas sudah berkeluarga.
Ditinjau dari aspek sumberdaya
manusia, mayoritas responden berpendidi-kan Sekolah Menengah Atas. Hal ini mengindikasikan cukup lumayannya kualitas sumberdaya usaha industri ini. Semakin tingginya pendidikan pengusaha akan mempengaruhi kemampuan seorang dalam melakukan pengelolaan usahanya. Selain itu, ditinjau dari karakteristik jumlah karyawan mayoritas adalah usaha mikro (55%) dan usaha kecil (45%). Selanjutnya target pasar sebagian besar (99%) diarah kepada pasar dalam negeri.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel dependen adalah kinerja keungan pengembangan produk baru. Variabel independen meliputi variabel orientasi kewirausahaan, keinovasian, pengambilan risiko, dan keproaktifan. Variabel dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya (Atuahene-Gima and Ko,200; Covin dan Slevin, 1999; Frishammar dan Horte, 2007) dan dimodifikasi sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pengukuran variabel mengggunakan kuesioner dengan skala likert lima dan tujuh. Semua item item dirata-ratakan untuk memperoleh skor variabel.
Orientasi Kewirausahaan
(Entrepreneu-rial Orientation).
Orietansi kewirausahaan mencakup keinovasian (innovativeness), pengambil risiko (risk taking), dan keproaktifan (proactiveness). Penelitian ini mengguna-kan instrumen yang digunamengguna-kan oleh Covin and Slevin(1999), dan Frishammar dan Horte (2007). Beberapa studi sebelumnya telah menggunakan skala ini dengan hasil yang memuaskan. Keinovasian
(innovati-veness), pengambil risiko (risk taking), dan
keproaktifan (proactiveness). Pertama, keinovasian teridiri dari tiga butir pernyataan. Item pernyataan ini mencakup penekanan pada inovasi, keunngulan teknologi, riset dan pengembangan produk baru; produk baru yang ditawarkan selama lima tehun terakhir; perubahan dramatis pada produk. Kedua, pengambilan risiko terdiri dari tiga butir pernyataan. Item pernyataan ini mencakup kecenderungan pada proyek berisiko dan laba tinggi, sikap terhadap risiko, tindakan berisiko. Ketiga, keproaktifan terdiri dari 3 butir pernyataan. Item pernyataan mencakup tindakan mendahului pesaing, menjadi pertama dalam meluncurkan produk, berusaha menghadapi pesaing. Setiap butir pernyataan diberi skala tipe likert dengan tujuh poin, 1 sampai 7 (1=
menunjukkan orientasi kewirausahaan yang sangat rendah, sedangkan 7= menunjukkan orientasi kewirausahaan yang sangat tinggi).
Kinerja Keuangan Pengembangan Produk Baru.
Kinerja Keuangan pengembangan produk baru diukur pada level perusahaan dengan menggunakan instrumen yang digunakan oleh Atuahene-Gima and Ko (2001) dan Frishammar dan Horte (2007). Alasan pengukuran dilakukan pada level perusahaan. Pertama, karena perusahaan yang diteliti adalah kecil maka tidak ada alasan untuk meyakini adanya perbedaan yang signifikan pada kinerja pengembangan produk baru diantara unit-unit yang ada dalam perusahaan. Kedua, variasi kinerja proyek produk baru pada perusahaan kecil lebih kecil dibandingkan perusahaan besar. Terakhir, kesulitan dalam menentukan proyek yang dianggap representatif bagi perusahaan secara menyeluruh. Kinerja keuangan pengembangan produk baru terdiri dari 4 butir pernyataan. Item pernyataan mencakuppangsa pasar, pertumbuhan penjualan, profit perusa-haan, dan keuntungan atas aset.Setiap item pertanyaan diberi skala tipe likert dengan lima poin, 1 sampai 5 (1= Sangat tidak setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Agak Setuju, 4 = Setuju, dan 5 = Sangat Setuju).
Alat Pengukuran Variabel
Uji reliabilitas dan validitas dari item pertanyaan telah dilakukan. Untuk menilai reliabilitas, uji statistik alpha Cronbach digunakan untuk menentukan tingkat konsistensi diantara butir pernyataan pada masing masing faktor atau konstruk. Suatu konstruk dikatakan cukup reliabel jika memberi nilai alpha Cronbach >70% (Nunnally, 1960). Hasil perhitungan apha Cronbach untuk masing-masing faktor disajikan pada tabel 2.
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu instrumen kuesioner. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Penelitian ini lebih menguji pada validitas butir instrumen. Untuk mengukur validitas butir instrumen dilakukan dengan cara menghitung korelasi (r) antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk. Adapun harga kritis untuk validitas butir adalah 0,30 (Widoyoko, 2009:143). Jika nilai validitas butir, korelasi,r > 0,30 maka nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Hasil perhitungan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk juga disajikan pada tabel 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Organisasi bahasan akan diawali dengan penyajian data statistik deskriptif dan hasil uji reliabilitas dan validitas. Statistik deskriptif meliputi angka statistik,
yaitu rerata, standard deviasi, nilai ekstrim. Deskriptif statistik yang dimaksud disini adalah variabel-variabel utama yang digunakan sebagai dasar pengujian hipotesis, yaitu orientasi kewirausahaan teridiri dari tiga variabel. Variabel keinovasian diberi lambang INOV. Variabel keproaktifan diberi lambang PROAC. Variabel pengambilan risiko diberi lambang RISKT.
Data deskriptif, hasil uji reliabilitas, dan validitas disajikan pada tabel 2. Hasil uji statistik alpha Cronbach untuk masing masing faktor dan itemnya disajikan ada tabel 1. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai alpha untuk keinovasian, alpha = 70,5 pengambilan risiko, alpha = 71,1, dan keproaktifan, alpha = 80,5. Selanjutnya, alpha untuk kinerja pengembangan produk baru adalah72, 6.Nilai alpha untuk semua konstruk memberi nilai alpha Cronbach, α > 70%. Hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa semua variabel memenuhi kriteria reliabilitas.
Tabel 2
Data Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Rata-rata Std Range Maks Min Cronbach’s Alpha
Corrected Item-Total Correlation Keinovasian 4,68 1,10 5,00 7,00 2,00 .705 >0,30 Keproaktifan 4,25 1,16 6,00 7,00 1,00 .711 >0,30 Pengambilan Risiko 4,49 1,27 5,67 7,00 1,33 .805 >0,30 Kinerja Pengembangan Produk Baru 3,60 0,64 3,75 5,00 1,25 .726 >0,30
Sementara itu, hasil perhitungan korelasi (r) antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk dapat rinci sebagai berikut. Untuk tiga item
keinovasian masing-masing, item per-nyataan 1 (r = 0,401), item perper-nyataan 2 (r = 0,561), dan item pernyataan 3 (r = 0,620). Berikutnya, Item pernyataan
untuk dimensi keproaktifan, yaitu item pernyataan 1 (r = 0,564), item pernyataan 2 (r = 0,512), dan item pernyataan 3 (r = 0,525). Item pernyataan untuk dimensi pengambilan risiko, yaitu item pernyataan 1 (r = 0,706), item pernyataan 2 (r = 0,716), dan item pernyataan 3 (r = 0,545). Juga, item pernyataan untuk dimensi kinerja pengembangan produk baru, yaitu item pernyataan 1 (r = 0,501), item pernyataan 2 (r = 0,559), item pernyataan 3 (r = 0,617), dan item pernyataan 4 (r = 0,395).
Hasil uji validitas butir menunjuk-kan bahwa semua item pernyataan untuk masing-masing variabel berada diatas nilai kritis, r > 0,30. Hasil ini dapat dikatakan semua variabel memenuhi kriteria validitas butir. Jelas dapat disimpulkan bahwa faktor keinovasian (innovativeness), pengambil risiko (risk
taking), dan kinerja pengembangan produk
baru semua indikator valid.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan model regresi berganda. Hasil pengujian disajikan
pada tabel 3. Model empiris penelitian sebagai berikut:
Y,it = α + β1INOV,it+ β2RISKT,it + β3 PROAC,it + µ,it
Keterangan:Y = Kinerja Keungan Pengembangan Produk Baru sebagai variabel dependen, α adalah konstanta, β adalah koefisien, Variabel Indepen-den meliputi INOV (keinovasian), PROAC (keproaktifan), dan RISKT (Pengambilan Risiko).
Hasil uji hipotisis dirangkum dalam tabel 3.Hasil analisis koefisien regresi berganda menunjukkan bahwa kinerja pengembangan produk baru perusahaan adalah dipengaruhi secara signifikan oleh faktor keproaktifan
(p-value= 0,025< α =0,05). Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang bertindak proaktif dapat meningkatkan kinerja pengembangan produk baru. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis 1 (H1).
Tabel 3
Ringkasan Hasil Model Empiris Penelitian
Hipo-tesis
Variabel Lambang Prediksi Hasil (β) Nilai t (P-Value) Simpulan H1 Keinovasian INOV β > 0 -.053 -.855 (0.394) Tidak didukung H2 Pengambilan Risiko RISKT β > 0 .101 1.751
(.085) Didukung H3 Keproaktifan PROAC β > 0 .114 2.269
(0.025)
Didukung
Berikutnya, hasil analisis koefisien regresi juga menunjukkan bahwa pengambilan risiko berpengaruh terhadap kinerja pengembangan produk baru perusahaan (p-value= 0,085 > α =0,10). Arah koefisien pengambilan risiko adalah
postif dan signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan harapan bahwa pengambilan risiko berpengaruh positif terhadap kinerja pengembangan produk baru perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis 2a.
Sementar itu, hasil analisis koefisien regresi menunjukkan bahwa keinovasian tidak berpengaruh pada kinerja pengembangan produk baru perusahaan
(p-value = 0,394> α =0,10). Arah koefisien
keinovasian adalah negatif dan tidak signifikan. Hasil penelitian ini mengindi-kasikan bahwa perusahaan tidak harus melakukan inovasi besar-besaran untuk menghasilkan produk baru dan mening-katkan kinerja pengembangan produk baru. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan prediksi hipotesis 3.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keproaktifan berpengaruh terhadap kinerja pengembangan produk baru. Dengan demikian, untuk meningkatkan kinerja pengembangan produk baru, kebutuhan pelanggan sekarang dan yang akan datang seharusnya dipenuhi secara proaktif. Hasil ini sesuai dengan harapan bahwa keproaktifan berdampak positif terhadap kinerja pengembangan produk baru. Hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan, pertama, keproaktifan memiliki keunggulan sebagai penggerak pertama (Frishammar dan Hörte, 2007) yang memungkinkan laba tinggi atas produk baru. Kedua, keproaktifan mengindikasikan adanya peningkatan kecepatan pengembangan produk baru. Kecepatan demikian ini merupakan syarat penting bagi pengembangan produk baru. Hasil penelitian sebelumnya, Frishammar dan Horte, (2007) mengungkapkan proaktif tidak berpengaruh positif pada peningkatkan kinerja pengembangan produk baru.
Berikutnya, pengambilan risiko, sebagai salah satu komponen dari orientasi kewirausahaan, menunjukkan bahwa pengambilan risiko berpengaruh positif terhadap pengembangan kinerja produk baru. Berkaitan dengan pengambilan risiko, interpretasi yang mungkin adalah bahwa usaha kecil memiliki kendala pada komitmen sumberdaya berisiko. Karena
perusahaan kecil umumnya memiliki basis sumberdaya terbatas, komitmen sumberdaya besar dengan kegagalan yang terjadi memiliki dampak serius pada profit atau mungkin memperburuk masa depan perusahaan. Namun demikian, perusahaan yang lebih kecil akan memilih projek pengembangan produk baru dengan tingkat risiko yang lebih tinggi, sementara itu secara simultan mencoba untuk mengontrol probabilitas keterjadiannya. Dikarenakan keterbatasan ukuran dan sumberdaya yang ada, perusahaan kecil ini lebih rentan dibandingkan perusahaan besar. Oleh karena itu, kunci untuk mengelola risiko adalah mengontrol probabilitas keterjadian risiko (Frishammar dan Hörte, 2007). Pengambilan risiko adalah penting bagi perusahaan. Jika tidak ada risiko yang diambil, tidak pernah ada produk baru yang akan dihasilkan dan diluncurkan.
Dengan demikian jelas dari hasil penelitian ini bahwa kapabilitas strategik yang berbeda memberi kontribusi pada pengembangan produk. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa kapabilitas strategik yang berbeda berkontribusi pada kinerja pengembangan produk baru. Di satu sisi perusahaan perlu sensitif pada informasi pelanggan, melakukan penyesuaian tambahan pada lini produk dan produk, dan mendasarkan pembuatan keputusan pengem-bangan produk baru pada kebutuhan dan keinginan pelanggan, aktivitas berkaitan dengan orientasi pemasaran.Secara simultan, perusahaan juga perlu ikut serta pada gerakan yang lebih berani, pada tingkat tertentu mengabaikan informasi pelanggan, menciptakan budaya yang membantu perkembangan kreativitas dan mendukung proses kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pemasaran dan pengam-bilan risiko adalah kapabilitas strategik penting bagi pengembangan produk baru.
Demikian juga, tidak adanya asosiasi antara keproaktifan dan kinerja pengembangan produk baru dapat dijelaskan dengan beberapa alasan.