• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH : I MADE AGUS PURWANTA NPM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH : I MADE AGUS PURWANTA NPM:"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP N 3 SUSUT PADA POKOK BAHASAN

EKOSISTEM TAHUN AJARAN 2012/2013

OLEH :

I MADE AGUS PURWANTA NPM:09.8.03.51.30.2.5. 0910

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

(2)

ii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII B SMP N 3 SUSUT PADA POKOK BAHASAN

EKOSISTEM TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar

OLEH :

I MADE AGUS PURWANTA NPM:09.8.03.51.30.2.5. 0910

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2013

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR.

MENYETUJUI

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dra.Desak Nyoman Budiningsih,M.Si Drs.Ida Bagus Made Widiadnya,M.M NIP. 19681106 199303 2 002 NIP. 19591004 198602 1 001

(4)

iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI

DITERIMA OLEH PENGUJI UJIAN SKRIPSI TINGKAT SARJANA PENDIDIKAN S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR.

DIUJI PADA: HARI : JUMAT

TANGGAL : 16 AGUSTUS 2013

PENGUJI UTAMA

Dra.Desak Nyoman Budiningsih,M.Si

NIP.19681106 199303 2 002

PENGUJI PEMBANTU I PENGUJI PEMBANTU II

Drs.Ida Bagus Made Widiadnya,M.M Dra.Dewa Ayu Sri Ratnani,MP NIP.19591004 198602 1 001 NIP. 19670619 1992 032 001

(5)

v

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI TINGKAT SARJANA PENDIDIKAN S-1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR.

HARI : JUMAT

TANGGAL : 16 AGUSTUS 2013

MENGESAHKAN

KETUA SEKRETARIS

Prof.Dr.Wayan Maba Dr.Drs.Cornelius Sri Murdo Yuwono,M.Si. NIP.19581231 198303 1 032 NIP. 195407181982031003

(6)

vi

PERNYATAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : I Made Agus Purwanta

Tempat/ Tanggal Lahir : Banjarangkan, 23 Mei 1989 NPM :

09.8.03.51.30.2.5.0910

Program Studi : Pendidikan Biologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis berupa skripsi yang berjudul : “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP N 3 Susut Pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013”

Adalah memang benar hasil karya tulis saya sendiri dan sama sekali bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain yang saya akui sebagai karya tulis saya sendiri. Apabila ternyata dikemudian hari pernyatan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan sesuai hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta dengan tidak melibatkan lembaga FKIP Unmas Denpasar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan

I Made Agus Purwanta

(7)

vii ABSTRAK

Purwanta, I Made Agus. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP N 3 Susut Pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar. Pembimbing: (I) Dra.Desak Nyoman Budiningsih,M.Si., (II) Drs.Ida Bagus Made Widiadnya,M.M

Kata kunci: Pembelajaran kooperatif, TTW, Hasil belajar

Pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa, akibatnya hasil belajar siswa tidak mengalami peningkatan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe TTW. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 3 Susut Kabupaten Bangli, pada kelas VII B. Subjek penelitian adalah 32 orang siswa kelas VII B SMP N 3 Susut Tahun Ajaran 2012/2013. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dengan persentase kenaikan nilai rata-rata (M) sebesar 8,29% dan daya serap siswa (DS) 8,29% serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 50%. Dari siklus I ke siklus II dengan persentase kenaikan nilai rata-rata (M) dan daya serap siswa (DS) 14,17% serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 66,67%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi penulis menyarankan kepada guru Biologi di SMP N 3 Susut agar menerapkan strategi pembelajaran kooperatif khusunya model pembelajaran kooperatif TTW terutama pada materi yang berbeda selain ekosistem.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul: “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP N 3 Susut Pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013”

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah menyediakan fasilitas selama penulis mengikuti studi di Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Mahasaraswati Denpasar.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah memberikan sarana dan prasarana selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, yang telah banyak memberikan saran, arahan dan petunjuk, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan,saran, arahan, motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Kepala Sekolah SMP N 3 Susut bersama staf, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

(9)

ix

7. Guru mata pelajaran Biologi dikelas VIIB SMP N 3 Susut atas ijin, kesabaran serta petunjuk, saran yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian disekolah.

8. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus mendidik, membekali dan penuh rasa pengabdian telah memberikan bimbingan serta petunjuk yang tidak ternilai harganya selama penulis mengikuti pendidikan dibangku kuliah. 9. Seluruh siswa VII B SMP N 3 Susut Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah

bekerjasama secara positif selama kegiatan penelitian.

10. Rekan-rekan mahasiswa Khususnya Pendidikan Biologi angkatan tahun 2009 dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber yang ada sehingga tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari semua pihak.

Denpasar, Agustus 2013

Penulis

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di sekolah, oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan, proses pembelajaran terus dikembangkan. Salah satu diantaranya adalah melalui inovasi pembelajaran kontekstual. Kajian IPA terutama biologi bukan hanya pada penguasaan konsep atau prinsip, tetapi juga suatu proses penemuan. Tantangan bagi guru untuk menciptakan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar secara langsung dan berorientasi pada pemecahan masalah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami yang dipelajari, bukan sekedar mengetahui (Anton, 2001). Belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku. Belajar memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat untuk mewujudkan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar (Bagas, 2001). Pembelajaran sains terutama biologi masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan kegiatan berpusat pada guru (Teacher Centered Learning), dimana guru menjelaskan materi hanya sebatas produk dan sedikit proses (Widya, 1999).

Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Prinsip pendekatan pembelajaran yang baik ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk

(11)

2

memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya (Arya, 1999). Siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh keterampilan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan keterampilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan proses, akibatnya siswa tidak memiliki keterampilan proses yang memadai.

Hasil observasi pembelajaran biologi di kelas VII B Di SMP Negeri 3 Susut menunjukkan adanya beberapa gejala yang mengindikasikan bahwa hasil belajar siswa rendah. Hal ini ditandakan dengan tidak adanya siswa yang bertanya hal-hal yang belum jelas kepada temannya saat diskusi, siswa masih terpaku pada buku paket, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi yang disampaikan, ada siswa yang tidak mencatat penjelasan atau kesimpulan dari guru, serta rendahnya kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan praktikum. Akar masalahnya adalah pembelajaran lebih didominasi oleh guru sehingga siswa berperan sebagai objek pembelajaran. Akibatnya kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan proses terhadap suatu materi pembelajaran. Dilihat dari nilai KKM, siswa di SMP N 3 Susut memperoleh nilai yang rendah. Nilai KKM di SMP N 3 Susut adalah 65, dan sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah 65.

(12)

3

Penyebab rendahnya hasil belajar siswa kelas VII B Di SMP Negeri 3 Susut antara lain adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang mengembangkan proses belajar seperti misalnya mengkomunikasikan, melakukan eksperimen, atau merumuskan suatu masalah dalam sebuah pengamatan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas VII B di SMP N 3 Susut adalah menggunakan strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih terampil dalam proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan dengan mendorong siswa untuk berfikir (think), aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik (talk), siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dalam pembelajaran biologi, siswa diajak untuk berpikir melalui bahan bacaan berupa buku referensi secara individual kemudian membuat catatan kecil mengenai materi yang telah dibaca. Hasil bacaan dikomunikasikan dengan talk yaitu diskusi kelompok yang dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa. Diskusi merupakan proses tatap muka interaktif dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat keputusan. Tahap terakhir dalam strategi ini adalah menulis (write) yaitu mengkonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual yang dapat meningkatkan aktivitas menulis siswa (Kardi dan Nur, 2000).

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan

(13)

4

proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusuan, atau perakitan alat. Keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru tidak hanya menyampaikan konsep dan teori saja, tetapi juga menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar aktif (Aryadi, 1999) Pembelajaran kooperatif adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik (Edit, 2000)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan upaya yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengadakan penelitian yang berjudul : Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII B SMP N 3 Susut Pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIIB SMP N 3 Susut pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013?

(14)

5 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : Untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP N 3 Susut pada Pokok Bahasan Ekosistem Tahun Ajaran 2012/2013 melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini yaitu: 1.4.1 Bagi Siswa

Membiasakan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran ekosistem.

1.4.2 Bagi Guru

Guru biologi yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat dalam penelitian ini dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran terutama biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

1.4.3 Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu semangat para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TTW agar hasil belajar meningkat.

(15)

6 1.5 Difinisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah persepsi terhadap istilah – istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka perlu disajikan penjelasan beberapa istilah sebagai berikut:

1.5.1 Implementasi

Menurut Nurdin Usman (2003), dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja sama dalam kelompok belajar (Ibrahim, 2000). Think-Talk-Write (TTW) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (1999). Strategi Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Pembelajaran think-talk-write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik.

1.5.3 Hasil Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), hasil diartikan sebagai sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen, dan sebagainya,

(16)

7

sedangkan belajar diartikan menuntut ilmu (kepandaian), melatih diri, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan karena pengalaman. Jadi hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2002).

1.5.4 Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya. Ekosistem adalah kesatuan interaksi yang seimbang antara komponen biotik dan komponen abiotik dalam suatu habitat (Arif, 1999)

(17)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003), belajar adalah sutau usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (2010), menyatakan bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses atau suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Belajar tidak hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana (2006), yang menyatakan bahwa belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan (Edi, 2009).

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai hasil dari berbagai pengalaman yang diperolehnya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan dan sikap.

(18)

9

Menurut Nurdin Usman (2003), dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi,

tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

Menurut Guntur Setiawan (2005) dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling

menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.

2.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan suatu lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang, 2005). Model pembelajaran adalah sebagai landasan praktek pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas (Sudrajat, 2008).

Model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan alur atau langkah – langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi ( siswa dan guru ), material (buku, papan tulis, kapur, dan alat belajar), fasilitas (ruang

(19)

10

kelas, audio visual) dan proses yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2010). Dalam model pembelajaran ditunjukkan secara jelas kegiatan – kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa, bagaimana urutan kegiatan – kegiatan tersebut, dan tugas – tugas khusus apa yang perlu dilakukan oleh siswa. Model pembelajaran merupakan aktualisasi dari model belajar, yang pada dasarnya membantu para siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan juga mengajar cara- cara bagaimana mereka belajar secara aktif (Joyce, 2000 dalam Sudrajat, 2008). Dengan belajar aktif, siswa akan turut serta dalam proses pembelajaran sehingga siswa akan dapat menikmati suasana yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat dimaksimalkan (Zaini, dkk., 2004)

Menurut Rusman (2011), ciri-ciri model pembelajaran antara lain: 1) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu, 2) mempunyai misi dan tujuan pendidikan, 3) memiliki bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah pembelajaran (sintaks), 4) memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, 5) membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Menurut Kardi dan Nur (2000), ada lima model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, antara lain pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model

(20)

11

pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas (Indra, 2000).

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif adalah suatu gambaran kerja sama antara individu satu dengan lainnya dalam suatu ikatan tertentu. Ikatan-ikatan tersebutyang menyebabkan antara satu dengan yang lainnya merasa berbeda dalam suatu tempat dengan tujuan-tujuan yang secara bersama-sama diharapkan oleh setiap orang yang berada dalam ikatan tersebut. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.

Metode pembelajaran kooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat (Budiasta, 2000).

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Model pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada

(21)

12

struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat efektif diantara anggota kelompok (Taniredja,dkk, 2011).

Menurut Arends (1997), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi pelajaran, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, 4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Menurut Davidson dan Warsham, 2002 dalam Isjoni (2011), Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Model pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinterasi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi sebagai siswa ataupun sebagai guru, dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto, 2007 ).

(22)

13

Menurut Lie (2008), bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran siswa dengan bekerjasama atau kelompok dengan kemampuan heterogen.

2.4.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap yang di mulai dari guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,diikuti oleh tahap menyajikan informasi mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, evaluasi terakhir memberikan penghargaan. Keenam tahap pembelajaran kooperatif ini disajikan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa

Siswa berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Siswa menyimak informasi dari guru

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan trasisi secara efisien

Siswa membentuk kelompok belajar

(23)

14 Fase 4

Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Siswa melakukan diskusi dalam pengerjaan tugas bersama kelompok belajar

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Siswa mengerjakan soal-soal dan mempresentasikan hasil diskusi Fase 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok

Siswa mendapat nilai dan penghargaan bagi siswa yang berprestasi

Sumber: Ibrahim, dkk.,(2000)

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW)

TTW merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (2000). Think Talk Write didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Model pembelajaran Think Talk Write mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Model pembelajaran Think Talk Write digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya. Pembelajaran think-talk-write memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Pembelajaran

(24)

15

kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur (Densereau, 1985).

Langkah-langkah model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Model pembelajaran kooperatif tipe TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran biologi, yaitu:

1. Think (Berpikir)

Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban atau strategi penyelesaian, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini siswa akan membaca sejumlah masalah yang diberikan pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS), kemudian setelah membaca siswa akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut (membuat catatan individu).

2. Talk (Berbicara atau Berdiskusi)

Pada tahap talk siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan, menyusun, dan menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap talk memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Pada tahap ini siswa akan berlatih melakukan komunikasi biologi dengan anggota kelompoknya secara lisan.

3. Write (Menulis)

Aktivitas menulis siswa pada tahap ini meliputi: menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah (baik penyelesaiannya, ada yang menggunakan diagram, grafik, ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti), mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada perkerjaan yang ketinggalan,

(25)

16

dan meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

2.6 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu kegiatan guru selama rentang pembelajaran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik yang memiliki karakteristik individual yang unik. Hasil belajar kognitif diartikan sebagai nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui tes yang bekenaan dengan objek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Nana, 2008). Menurut Hamalik (2010), prestasi belajar adalah penguasaan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang di kembangkan melalui mata pelajaran yang biasanya di tunjukan dengan nilai tes atau angka yang di berikan oleh guru. Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar (Depdiknas, 2006). Setiap orang mengartikan daya sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasainya. Istilah daya sering disamakan dengan tenaga; energi; gejala; keinginan; dorongan dan sebagainya. Istilah daya sering digunakan para

(26)

17

penulis sesuai dengan keilmuan yang dibidangi. Dalam kamus ilmiah populer istilah daya diartikan sebagai kemampuan; kekuatan; upaya kemampuan melakukan sesuatu (Al Barry, 1994). Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan hal-hal berikut . Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0-100% dengan batas kriteria ideal minimum 75%. Sekolah harus menetapkan KKM per mata pelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, dan sumber daya pendukung. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes (Dimayati, 2002).

2.7 Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling berhubungan. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang

(27)

18

bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi. Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanannya, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber makanannya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan memanipulasi alam (Artato, 1999).

2.8 Kerangka Penelitian

Sebagaian besar siswa kurang tertarik dari interaksi belajar siswa yang pasif dalam proses pembelajaran konvensional paradigma lama, siswa hanya mencatat dan menerima begitu saja apa yang diberikan guru tanpa ada timbal balik berupa komentar maupun peryataan. Siswa masih belajar secara individual dan seakan enggan bekerjasama pada saat siswa berdiskusi.

Oleh karena itu munculah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada paradigma baru. KTSP adalah kurikulum operasioal yang disusun dan diterapkan oleh tiap-tiap satuan pendidikan. Dengan diberlakukannya KTSP, setiap satuan pendidikan

(28)

19

diberikan keleluasaan dalam menyusun kurikulumnya yang disesuaikan dengan potensi-potensi yang ada disetiap satuan pendidikan tersebut. Maka dari itu dalam KTSP paradigma baru digunakanlah media pembelajaran seperti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dimana nanti hasilnya akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga hasil dari penggunaan paradigma baru menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat meningkatkan hasil belajar dan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka dapat diduga bahwa perbedaan permasalahan yang diberikan akan menyebabkan perbedaan pembelajaran kooperatif tipe TTW dengan pembelajaran konvensional yang dicapai oleh siswa, di mana dengan mempertimbangkan bahwa masalah biologi merupakan masalah-masalah yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

(29)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas VII B SMP Negeri 3 Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini, dilakukan dalam beberapa siklus. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK model Kurt Lewin, seperti terlihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut :

Gambar 3.1 Model PTK Menurut Kurt Lewin Sumber: Mulyasa (2009) Refleksi awal Tindakan Observasi Refleksi Perencanaan Tindakan Perencanaan Refleksi Observasi SIKLUS I SIKLUS II

(30)

21

Yang mengandung empat komponen, yaitu : (1) rencana, yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau perubahan sikap dan tingkah laku sebagai solusi, (2) tindakan, yaitu tindakan apa yang akan dilakukan oleh seorang guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan, (3) observasi, yaitu mengamati perilaku yang tampak selama pembelajaran berlangsung terhadap siswa, serta mengamati guru mengajar, (4) refleksi, yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan, dari berbagai kriteria.

3.2 Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas VII B SMP N 3 Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 32 orang siswa, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 3 Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli dalam pelajaran biologi Pokok Bahasan Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di SMP N 3 Susut, pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013. SMP N 3 Susut merupakan salah satu SMP Negeri yang beralamat di Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Adapun alasan peneliti memilih kelas ini yaitu berdasarkan hasil pengundian yang di lakukan dengan cara

(31)

22

membuat 3 gulungan kertas yang didalamnya berisi tulisan kelas VII A, VII B, VII C. Kemudian ketiga kertas itu dimasukkan ke dalam botol setelah itu dikocok, yang pertama kali keluar adalah kertas yang berisi tulisan kelas VII B, sehingga kelas ini dijadikan sebagai kelas penelitian.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang dilakukan dari tanggal 21 Pebruari 2013 sampai tanggal 2 Mei 2013.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang sudah didesain dalam faktor yang diselidiki. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat yang harus diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.

Secara lebih rinci prosedur PTK dijabarkan sebagai berikut: 3.4.1 Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian meliputi:

Pembuatan instrumen, terdiri dari (1) penyusunan silabus, (2) penyusunan LKS dan LDS, (3) penyusunan lembar observasi siswa, lembar observasi kinerja guru, lembar kinerja pembelajaran, lembar evaluasi diri (self assessment) untuk siswa dan lembar wawancara guru.

(32)

23

3.4.2 Pelaksanaan penelitian Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan

1). Menyusun Rencana Pembelajaran 2 X 45 menit dengan indikator untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup di ekosistem.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Siswa melakukan pembahasan materi dengan berbagai media yang ada. 2) Guru memberikan topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

mahluk hidup di ekosistem.

3) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk mengeksplorasi topik yang diperoleh sebagai bahan bacaan dan mengerjakan

4) Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru.

5) Guru merangkum secara lisan materi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup

3. Observasi/ Evaluasi

1) Guru dan peneliti mengamati siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa.

2) Mengamati guru dalam mengelola pembelajaran dengan kesesuaian pengelolaan pembelajaran dengan kooperatif tipe Think Talk Write dan lembar observasi kinerja guru.

(33)

24

3) Melaksanakan tes hasil belajar. 4. Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu pula refleksi dilakukan antara guru dan pengamat berdiskusi bersama dan guru memberikan tanggapan tentang apa yang telah dirasakan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan Tindakan II

1) Menyusun Rencana Pembelajaran 2 X 45 menit dengan indikator.

2) Menyimpulkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup di ekosistem.

3) Mempersiapkan alat untuk belajar di luar kelas 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan II

1) Guru membagikan topik perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup di ekosistem.

2) Siswa dibawa keluar lapangan untuk mengamati secara langsung perbedaan dan perkembangan mahluk hidup disekitar sekolah.

3) Siswa melaksanakan pembelajaran Think Talk Write.

4) Siswa berpikir sehingga dapat menulis ringkasan dari materi pelajaran tersebut dan mempresentasikan di depan kelas.

5) Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. 6) Guru merangkum hasil diskusi.

(34)

25

3. Observasi / Evaluasi II

1) Guru dan peneliti mengamati siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa.

2) Mengamati guru dalam mengelola pembelajaran dengan kesesuaian pengelolaan pembelajaran dengan sintak kooperatif Think Talk Write dan lembar observasi kinerja guru.

3) Melaksanakan tes hasil belajar. 4. Analisis dan refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu pula refleksi dilakukan antara guru dan pengamat berdiskusi bersama dan guru memberikan tanggapan tentang apa yang telah dirasakan ketika proses pembelajaran berlangsung untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan, digunakan data yang berasal dari hasil observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kesimpulan.

3.5 Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar siswa. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh di setiap akhir siklus dilaksanakan dengan memberikan

(35)

26

evaluasi melalui test secara tertulis. Hasil belajar siswa meliputi tiga komponen yaitu : (1) Rata-rata kelas, (2) Daya Serap, dan (3) Ketuntasan Belajar

3.6 Analisis Data

3.6.1 Data Hasil Belajar

Analis data hasil belajar yang berupa nilai hasil test secara tertulis dianalisis dengan menggunakan analisis statistik dengan menentukan nilai Rata-Rata Kelas (M), Ketuntasan Belajar (KB), dan Daya Serap (DS).

1. Rumus untuk mencari nilai rata-rata hasil test sebagai berikut :

M = ∑ x1

N

Keterangan : M = Nilai rata-rata kelas

∑x1 = Jumlah nilai siswa untuk siklus 1

N = Banyak siswa yang ikut test

2. Rumus untuk mencari daya serap siswa adalah sebagai berikut:

Keterangan : DS = Daya serap siswa M = Rata-rata kelas STI = Skor tertinggi ideal

DS = M X100%

(36)

27

3. Rumus untuk mencari Ketuntasan Belajar siswa adalah adalah sebagai berikut :

Keterangan : KB = Ketuntasan belajar

Ni = Banyaknya siswa yang memperoleh nilail ≥ 65 N = Banyaknya siswa yang ikut test

Sumber : Nurkancana dan Sunartana (1992) dalam Maheni

3.6.2 Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Persentase peningkatan hasil belajar siswa menyangkut peningkatan rata-rata kelas, peningkatan daya serap siswa,serta ketuntasan belajar dari refleksi awal.

1.Untuk mengetahui persentase peningkatan rata-rata kelas di gunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Mi-j = Persentase peningkatan nilai rata-rata dari i ke j Mi = Nilai rata-rata kelas i

Mj = Nilai rata-rata kelas j

KB = Ni X 100%

N

Mi - j = Mj – Mi X 100% Mi

(37)

28

2.Untuk mencari persentase peningkatan daya serap siswa digunakan rumus sebagai berikut:

DSi - j = DSj – Dsi X 100% DSi

Keterangan: DSi-j = Persentase peningkatan daya serap dari i ke j DSi = Daya serap siswa i

DSj = Daya serap siswa j

3.Untuk mencari persentase peningkatan ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

KBi - j = KBj – Kbi X 100% Kbi

Keterangan: KBi-j = Persentase peningkatan ketuntasan belajar KBi = Ketuntasan belajar siswa i

KBj = Ketuntasan belajar siswa j Sumber: Sudjana (1986)

(38)

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing – masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dua pertemuan untuk membahas materi dan satu pertemuan untuk test prestasi akhir siklus. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 21 Pebruari sampai dengan tanggal 2 Mei 2013 melibatkan 32 orang siswa kelas VII B SMP N 3 Susut Tahun Ajaran 2013/2014 .

4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan observasi pada siklus I, didapatkan bahwa setelah mendapatkan penjelasan mengenai langkah – langkah yang harus diterapkan pada pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), siswa masih kebingungan saat mengikuti proses pembelajaran. Sehingga peneliti masih berkeliling kelas dan memberi penjelasan kembali pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung . Setelah diberikan materi dikelas kemudian siswa diajak kehalaman sekolah untuk melakukan pengamatan yang berkaitan dengan ekosistem, siswa masih belum dapat melakukan siklus inquiry dengan baik terlihat dari masih tergantungnya siswa pada penjelasan peneliti pada saat melakukan setiap tahap pada siklus observasi di luar ruangan. Selain itu saat langsung terjun ke lingkungan siswa terlihat berusaha sangat keras untuk melakukan eksplorasi terhadap objek yang telah disiapkan, siswa juga masih mengalami kesulitan saat mengerjakan LKS yang telah dibagikan meskipun peneliti telah menjelaskan.

(39)

30

Kerjasama yang dilakukan oleh kelompok masih belum terkoordinasi dengan baik, bahkan saat siswa menyajikan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan di luar kelas, siswa yang kemampuan akademiknya kurang masih mengalami kesulitan dalam menanggapi saran serta pertanyaan dari kelompok lain, siswa yang pandailah yang mendominasi dalam menanggapi saran dan pertanyaan dari kelompok lain, terlihat bahwa siswa yang pandai masih belum mampu mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang kemampuan akademisnya kurang. Hasil dan kesimpulan dari hasil diskusi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung belum dicatat.

Namun siswa telah mampu mengingat materi yang telah dipelajari saat berada di lingkungan. Sehingga saat diberikan kuis pada akhir pertemuan siswa telah mampu menjawab dengan baik. Meski telah mampu menjawab kuis yang berkaitan dengan lingkungan dengan baik, siswa masih bingung saat menghubungkan isi materi yang dipelajari dikelas dengan yang ada dilingkungan sekolahnya.

Kemudian saat melakukan refleksi pada akhir pertemuan siswa masih belum dapat menyatakan langsung pengetahuan yang telah didapatkan maupun memberi saran mengenai kekurangan dari proses pembelajaran yang telah diikuti.

Dari data perolehan hasil belajar siswa pada siklus I , tampak sudah meningkat dari refleksi awal yaitu dengan rata-rata kelas (M) sebesar 61,40 dengan daya serap siswa (DS) sebesar 61,40% serta ketuntasan belajar (KB)

56,25%. Hasil belajar siswa masih perlu ditingkatkan lagi agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

(40)

31

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II

Pada siklus II siswa telah terbiasa dan sangat senang saat melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TTW. Terlihat dari siswa yang melakukan langkah-langkah dalam siklus observasi dengan baik. Siswapun sangat senang saat mengerjakan LKS atau penelitian, saat melakukan eksplorasi terhadap pengamatan yang telah disiapkan serta saat menyajikan hasil pengamatan dari kelompoknya dihadapan guru dan teman sekelas.

Saat diskusi siswa yang presentasi telah saling bantu dengan rekan dalam kelompoknya untuk menanggapi saran dan pertanyaan dari guru dan kelompok lain. Siswa telah mampu menjawab kuis pada tiap akhir pertemuan dan menghubungkan materi yang dipelajari dengan lingkungan tempat mereka dengan baik. Begitupun saat melakukan refleksi, siswa telah dapat menyatakan dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada setiap pertemuan serta menghubungkannya dengan lingkungan mereka. Selain itu, siswa juga telah dapat mengemukakan pendapat tentang kekurangan pada saat pertemuan tersebut dan mengemukakan solusi yang harus dilakukan.

Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TTW, peningkatan hasil belajar sudah terlihat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Hasil Belajar Siswa Dari Pra Siklus ke Siklus I

Variabel Pra Siklus Siklus I Peningkatan I Keterangan

M 56,70 61,40 8,29 % Meningkat

DS 56,70% 61,40% 8,29% Meningkat

(41)

32

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada Pra Siklus ke Siklus I yang disajikan pada Tabel 3.1, terlihat bahwa rata-rata kelas (M) Pra Siklus sebesar 56,70, sedangkan pada Siklus I sebesar 61,40, dengan peningkatan sebesar 8,29% . Daya serap siswa (DS) di Pra Siklus yaitu 56,70%, sedangkan Siklus I sebesar 61,40% dan mengalami peningkatan sebesar 8,29%. Ketuntasan belajar (KB) pada Pra Siklus yaitu 37,50%, sedangkan pada Siklus I 56,25%, dan mengalami peningkatan sebesar 50%.

Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I ke Siklus II

Variabel Siklus I Siklus II Peningkatan II Keterangan

M 61,40 70,10 14,17% Meningkat

DS 61,40% 70,10% 14,17% Meningkat

KB 56,25% 93,75% 66,67% Meningkat

Berdasarkan data hasil belajar siswa pada Siklus I ke Siklus II yang disajikan pada Tabel 3.2, terlihat bahwa rata-rata kelas (M) Siklus I sebesar 61,40, sedangkan pada Siklus II sebesar 70,10 dengan peningkatan sebesar 14,17% . Daya serap siswa (DS) di Siklus I yaitu 61,40%, sedangkan Siklus II sebesar 70,10% dan mengalami peningkatan sebesar 14,17%. Ketuntasan belajar (KB) pada Siklus I yaitu 56,25%, sedangkan pada Siklus II 93,75%, dan mengalami peningkatan sebesar 66,67%.

(42)

33

Tabel 3.3. Rekapitulasi Hasil Analisis Data

Variabel Pra Siklus Siklus Peningkatan Keterangan I II Pra siklus ke siklus I Siklus I ke siklus II M 56,70 61,40 70,10 8,29% 14,17% Meningkat DS 56,70% 61,40% 70,10% 8,29% 14,17% Meningkat KB 37,50% 56,25% 93,75% 50% 66,67% Meningkat Keterangan : M = Rata-rata kelas

DS =Daya Serap Siswa

KB = Ketuntasan Belajar Siswa

Dari perolehan hasil belajar siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II yang disajikan pada Tabel 3.3, terlihat bahwa sudah meningkat dari Pra Siklus ke Siklus I yaitu dengan rata-rata kelas (M) sebesar 8,29% dengan daya serap siswa (DS) sebesar 8,29% serta ketuntasan belajar (KB) 50%. Dari siklus I ke Siklus II peningkatan terlihat yaitu dengan rata-rata kelas (M) sebesar 14,17% dengan daya serap siswa (DS) sebesar 14,17% serta ketuntasan belajar (KB) 66,67%.

4.2 Pembahasan

Dari Tabel 3.3 di atas, dapat diketahui hasil test belajar siswa pada siklus I dengan rata-rata kelas 61,40, daya serap siswa 61,40% serta ketuntasan belajar 56,25%

(43)

34

lebih besar dari Pra Siklus yaitu dengan rata-rata kelas 56,70 daya serap siswa 56,70% serta ketuntasan belajar 37,50%. Persentase peningkatan rata-rata kelas dan daya serap siswa sebesar 8,29% serta ketuntasan belajar sebesar 50% dari refleksi awal ke siklus I.

Hasil test ini dipengaruhi oleh siswa yang masih canggung dan bingung dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe TTW. Hal ini dikarenakan siswa telah terbiasa mengikuti proses pembelajaran konvensional dengan guru sebagai pusatnya (Teacher Centered Learning) dan menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa merasa belum siap saat sumber belajar berubah dari guru menjadi belajar sendiri. Selain itu, siswa yang pandai masih belum mentransfer pengetahuan yang didapatkannya kepada siswa yang kemampuannya kurang karena belum dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga sebelum dapat mentransfer pengetahuan yang dimiliki untuk berdiskusi dalam kelompok telah habis, siswa masih memaksakan diri saat melakukan eksplorasi terhadap objek yang telah disiapkan dan melakukan siklus observasi karena siswa belum pernah mencari dan menemukan sendiri pengetahuan untuk diri mereka yang berkaitan dengan lingkungan tempat mereka hidup, siswa juga belum dapat menerapkan sistem belajar kelompok (learning community) dengan maksimal karena siswa dari kelompok lain masih ragu-ragu untuk bertanya pada kelompok yang sedang berpresentasi mengenai materi yang telah mereka dapat didalam maupun di luar kelas, begitu juga sebaliknya siswa yang presentasi juga belum mampu menyajikan materi yang dibahas dengan baik.

Saat melakukan refleksi siswa belum dapat memberi komentar karena masih kebingungan dengan proses pembelajaran yang berlangsung., terlihat bahwa siswa memiliki respon yang kurang positif mengenai proses pembelajaran yang telah

(44)

35

berlangsung. Namun pada saat diberikan kuis pada tiap akhir pertemuan, siswa dapat menjawab dengan baik karena telah mendapatkan pengalaman langsung dari proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Maka dapat dikatakan bahwa siswa telah mampu menguasai materi dengan proses pembelajaran kooperatif tipe TTW.

Untuk menanggulangi keadaan pada siklus I, maka pada awal siklus II siswa diberikan penjelasan kembali mengenai langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TTW. Menegaskan pada siswa mengenai cara untuk berpikir aktif dalam pelajaran tanpa menunggu penjelasan guru (think), memotivasi siswa dapat menyampaikan hasil diskusi atau mempresentasikan hasil belajar mereka dihadapan teman dan guru (talk), dan menuntun siswa untuk menuliskan hasil presentasi dan saran-saran dari guru serta teman-teman (write) dapat berupa karya ilmiah ataupun yang lainnya.

Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dipengaruhi oleh siswa yang mulai terbiasa dan menikmati dalam melaksanakan proses pembelajaran kooperatif tipe TTW (Trianto, 2009). Selain itu, siswa telah mampu menggunakan waktu dengan efektif, siswa juga terlihat senang pada saat melakukan ekplorasi terhadap objek yang telah disiapkan dan melakukan siklus observasi karena siswa telah dapat mencari dan menemukan sendiri pengetahuan untuk diri mereka yang menyangkut materi. Demikian juga saat presentasi, siswa telah mampu menyajikan materi dengan baik. Pada saat refleksi akhir, siswa telah dapat memberi komentar pada teman mereka yang presentasi karena telah mengetahui kekurangan dari penjelasan tersebut. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Trianto (2009), bahwa suatu kelas dikatakan telah menerapkan pembelajaran kooperatif bila siswa telah mampu mengkontruksi sendiri pengetahuannya (konstruktivisme / think), menemukan pengetahuannya dengan

(45)

36

melakukan siklus observasi (inquiry dan modeling), mendiskusikan pengetahuan yang didapatkan bersama kelompoknya dengan teman dan guru (questioning dan learning community), mempresentasikan hasil belajar (talk), dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari (refleksi/ write)

(46)

37 BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B di SMP N 3 Susut, Kabupaten Bangli Tahun Ajaran 2012/2013 disimpulkan sebagai berikut:

1.5.1 Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam Materi Ekosistem pada siswa kelas VII B di SMP N 3 Susut Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil refleksi awal (prasiklus) yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW, didapatkan nilai rata-rata kelas siswa (M) sebesar 56,70 dengan daya serap (DS) sebesar 56,70%, serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 37,50% . Pada siklus I, didapatkan nilai rata-rata kelas siswa (M) sebesar 61,40 dengan daya serap (DS) sebesar 61,40%, serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 56,25%. Sedangkan pada siklus II, didapatkan nilai rata-rata kelas siswa (M) sebesar 70,10 dengan daya serap (DS) sebesar 70,10%, serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 93,75%. Maka, berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dengan persentase kenaikan nilai rata-rata kelas siswa (M) sebesar 8,29%, daya serap siswa (DS) sebesar 8,29% serta ketuntasan belajar (KB) sebesar 50%. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata kelas siswa (M) dan daya serap siswa (DS) sebesar 14,17% serta ketuntasan belajar sebesar (KB) sebesar 66,67%.

(47)

38

5.2 SARAN

Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disampaikan saran sebagai berikut :

5.2.1 Diharapkan bagi siswa dengan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TTW, dapat membiasakan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran ekosistem.

5.2.2 Bagi Guru biologi yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat dalam penelitian ini dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran terutama biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

5.2.3 Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memacu semangat para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TTW agar hasil belajar meningkat.

(48)

39

DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2001. Definisi belajar dan mengajar. http: // definisi-belajar 25 maret 2002 Arends.1997. Pembelajaran Kooperatif. http: // www.docstoc. Com/docs/ 16101609 /

Model – Pembelajaran – Kooperatif,(Online), diakses tanggal 25 maret 2012 Arifin.1987. Definisi Belajar dan Mengajar. http: // edukasi.kompasiana.com /

2010/09/26/definisi-belajar-mengajar/,(online), diakses tanggal 25 maret 2012 Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Arya. 1999. Pendekatan Pembelajaran. Jakarta : Salanda

Aryadi. 1999. Keterampilan Kognitif dan Intelektual. Jakarta : Apindo

Dansereau.1985. Model Pembelajaran Cooperative Tipe ttw.http: //wywld.wprldpress.com/2009/11/04/Model-Pembelajaran-TTW 1985/ (online),diakses 27 maret 2012

Depdikbud.1994.Petunjuk Pelaksanaan Belajar Mengajar. Jakarta:Dirjen Dikdasmen Didang. 2005. Model Sistem Pembelajarn . http : //tepern06.

wordspress.com/2011/09/07/model-sistem-pembelajaran/,(online),diakses tanggal 10 april 2012

Edit. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Bandung . Erlangga

Hamalik.O. 2010.Kurikulum pembelajaran. Jakarta : PT.Bumi Aksara. http: //id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem

http: //id.wikipedia.org/wiki/ttw think talk write

Ibrahim,M.,Rachmadiarti, F.,Nur,M dan Ismono.2000. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:University Press.

Indrawan.2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Juliantara.2010. Aktivitas Belajar Siswa. http// Edukasi.

Kompasiana.com/2010/04/11/Aktivitas Belajar/,(online), diakses tanggal 12 Maret 2012.

(49)

40

Kurt Lewin, 1998.Penelitian Tindakan Kelas.Komponen 4.Jakarta:Erlangga

Nurhadi dan Senduk. 2003.Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.Malang : UM Press.

Nurkancana.1986. Konsep Belajar. http: //Kiara pedes2.blogspot.com./2010/01 /konsep-belajar.html,(online),di akses 12 maret 2012

Nurkancana,W dan Sunartana.1992.Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Pribadi, B. A.(2009). Model Desain Sistem Pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta:PT Dian Rakyat

Rahayu,W.S.2010 Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write dengan picture untuk neningkatkan hasil brelajar biologi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA |SMA negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi:

Universitas Negeri Malang .http://library.umc.id

?ptk/index.php?mod=detail=42144,

Riyanto,Y.2009.Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rusman. 2011. Model Model Pembelajaran . Jakarta : PT Raja Grafindo.Persada.

Samhadi. 2007. Mengukur Kualitas Output Sistem Pendidikan. Kompas, Senin 10 Agustus 2012

Setiawan. Guntur. 2005. Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: 2005 Angkasa

Suharsimi,A. 2007.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Erlangga

Surata, S.P.K. 2009. Ekologi Umum: Sebuah Pendekatan Lokal. Denpasar. Pelawa Sari Uno. 2009. Model Pembelajaran Kelas// http//pembelajaran= mid.detail, (online), di

akses tanggal 12 November 2011.

Widya. 1999. Teacher Centered Learning.// Model Pembelajaran. Komas. Selasa 20 Januari 1999.

(50)

41

LAMPIRAN – LAMPIRAN

(51)
(52)
(53)

44

Lampiran 3.Nama Siswa Kelas VII B SMP N 3 Susut

NO NAMA SISWA

1 Anak Agung Ray Andika 2 Dewe Ayu Dwi Adnyani 3 Dewe Ayu Pradnya Paramitha 4 I Dewe Gede Yoga

5 I Dewe Made Angga Wiguna 6 I Dewe Nyoman Alit Yuda 7 I Gede Dwi Payan Sastramitha 8 I Gede Wahyu Drana

9 I Kadek Dwi Angga Resa 10 I Kadek Mandala Putra 11 I Kadek Surya Dinata 12 I Kadek Widiadnyana 13 I Ketut Rama Prayoga 14 I Komang Sastra Wijaya 15 I Made Adit Sanjaya 16 I Nyoman Budiarta

17 I Putu Agus Wahyu Pramartha 18 I Putu Sudiatmika

19 Ida Ayu Mas Maharani

20 Luh Made Puje Astuti Widiari 21 Made Ayu Srihartami

22 Ni Jro Made Julrantari 23 Ni Kadek Febriani 24 Ni Kadek Patika Sari 25 Ni Kadek Perdiyanti 26 Ni Komang Redani

27 Ni Komang Sinta Pramesti 28 Ni luh Pingka Yeni

29 Ni Luh Puspawati 30 Ni Luh Sri Murtiningsih

31 Ni Made Winda Kharisma Stevani 32 I Putu Krisna Adit Kusuma

(54)

45 Lampiran 4. Data Hasil Belajar Siswa

PRA SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II

1 Anak Agung Ray Andika 65.0 65.0 70.0 2 Dewe Ayu Dwi Adnyani 50.0 55.0 65.0 3 Dewe Ayu Pradnya Paramitha 50.0 55.0 60.0 4 I Dewe Gede Yoga 65.0 65.0 75.0 5 I Dewe Made Angga Wiguna 50.0 65.0 70.0 6 I Dewe Nyoman Alit Yuda 65.0 65.0 75.0 7 I Gede Dwi Payan Sastramitha 65.0 70.0 70.0 8 I Gede Wahyu Drana 50.0 50.0 65.0 9 I Kadek Dwi Angga Resa 65.0 65.0 75.0 10 I Kadek Mandala Putra 50.0 60.0 70.0 11 I Kadek Surya Dinata 50.0 65.0 65.0 12 I Kadek Widiadnyana 70.0 70.0 80.0 13 I Ketut Rama Prayoga 50.0 55.0 75.0 14 I Komang Sastra Wijaya 45.0 65.0 70.0 15 I Made Adit Sanjaya 50.0 65.0 65.0 16 I Nyoman Budiarta 70.0 80.0 70.0 17 I Putu Agus Wahyu Pramartha 50.0 65.0 75.0 18 I Putu Sudiatmika 50.0 50.0 65.0 19 Ida Ayu Mas Maharani 70.0 70.0 70.0 20 Luh Made Puje Astuti Widiari 50.0 50.0 65.0 21 Made Ayu Srihartami 70.0 70.0 80.0 22 Ni Jro Made Julrantari 45.0 60.0 70.0 23 Ni Kadek Febriani 70.0 70.0 75.0 24 Ni Kadek Patika Sari 70.0 70.0 75.0 25 Ni Kadek Perdiyanti 50.0 52.0 70.0 26 Ni Komang Redani 45.0 45.0 65.0 27 Ni Komang Sinta Pramesti 60.0 63.0 70.0 28 Ni luh Pingka Yeni 55.0 55.0 60.0 29 Ni Luh Puspawati 55.0 57.0 75.0 30 Ni Luh Sri Murtiningsih 50.0 50.0 65.0 31 Ni Made Winda Kharisma Stevani 70.0 70.0 75.0 32 I Putu Krisna Adit Kusuma 44.0 53.0 68.0 1814.0 1965.0 2243.0

56.70 61.40 70.10 56.70% 61.40% 70.10% 37.50% 56.25% 93.75%

DAYA SERAP SISWA KETUNTASAN BELAJAR

DATA HASIL BELAJAR SISWA

NO NAMA SISWA

NILAI

TOTAL

(55)

46

Lampiran 5. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Analisis Data Hasil Belajar Siswa pada refleksi awal (pra siklus) Jumlah nilai siswa ( ∑x ) = 1.814,0

Banyak siswa (N) = 32

Sehingga nilai rata-rata kelas adalah :

Dengan daya serap :

Ds0= M STI Ds0= 5.67 X 100% 10 Ds0= 56.70%

Dan ketuntasan belajar :

KB0= Ni x100% N KB0= 12 x100% 32 KB0= 37.50% Mo = ∑x 1 N Mo = 1814 32 Mo = 56.70

Gambar

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Gambar 3.1 Model PTK Menurut Kurt Lewin  Sumber: Mulyasa (2009)    Refleksi awal Tindakan  Observasi   Refleksi   Perencanaan   Tindakan  Perencanaan  Refleksi  Observasi SIKLUS I SIKLUS II
Tabel 3.1 Data Hasil Belajar Siswa Dari Pra Siklus ke Siklus I
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I ke Siklus II
+5

Referensi

Dokumen terkait

penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar

Bertolak dari gejala yang ditemukan pada anak kelompok B TK Sarodja Desa Hutadaa Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo, maka dalam upaya meningkatkan kemandirian dalam

Adapun simpulan yang dapat penulis ambil dari uraian-uraian di atas tentang selisih harga pada bandrol produk yang terjadi di Indomaret Suryalaya adalah: pelaksanaan

Surat keluar yang sudah dibuat diberikan kepada Kepala KUA untuk diperiksa dan di tanda tangani kemudian surat keluar tersebut diberikan kembali kepada Bagian

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan akurasi dari sistem pengenalan suku kata bahasa Indonesia menggunakan metode Linier

Adanya penurunan nilai perusahaan pada perusahaan asuransi di Indonesia, serta terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh tingkat pertumbuhan

Hedging contract forward merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi kerugian akibat fluktuasi kurs valas, karena kontrak ini

Putusan hakim berupa rehabilitasi diberikan kepada pecandu yang melakukan tindak pidana pada Pasal 127 ayat (1) tidak menjadi acuan SEMA 4 Tahun 2010 disebutkan surat