• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI MANAJEMEN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL (DISDUKCAPIL) KABUPATEN TANAH DATAR DALAM PELAYANAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI MANAJEMEN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL (DISDUKCAPIL) KABUPATEN TANAH DATAR DALAM PELAYANAN MASYARAKAT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

(DISDUKCAPIL) KABUPATEN TANAH DATAR DALAM

PELAYANAN MASYARAKAT

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Jurusan Ekonomi Syariah konsentrasi Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Batusangkar

Oleh :

DIAN RAMADANI NIM 13 232 022

JURUSAN EKONOMI SYARIAH/MANAJEMEN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i

(DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah dalam Pelayanan Masyarakat”. Jurusan Ekonomi Syariah/Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, tahun 2019.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) kab. Tanah Datar dalam Pelayanan Masyarakat dalam membangun pola komunikasi dan sosialisasi program-program yang ada serta upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) kab. Tanah Datar untuk Optimalisasi Pelayanan dalam Mencapai Program. Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah field research atau penelitian lapangan. Dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara turun langsung kelokasi penelitian serta mengkajinya dengan kajian pustaka yang telah ada.

Hasil penelitian berdasarkan program-program yang telah dilaksanakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) kab. Tanah Datar sudah dilakukan sesuai dengan teknis dan prosedur.Akan tetapi belum terlaksana dengan maksimal karena sosialisasi program-progam tidak berjalan dengan maksimal seperti himbauan atau gebrakan untuk pembuatan dokumen serta perpanjangan tangan dari petugas registrasi nagari yang tidak optimal serta efektifitas pelayanan dalam mencapai pelayanan yang optimal seperti pembuatan dokumen kependudukan yang tidak mencapai target.

Kata kunci : Optimalisasi Manajemen, pelayanan Masyarakat,Pemerintah Daerah (DISDUKCAPIL)

(6)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK. ... i

DAFTAR ISI.. ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR.. ... v

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.. ... 1

B. Fokus Masalah.. ... 6

C. Rumusan Masalah.. ... 6

D. Tujuan Penelitian.. ... 6

E. Manfaat dan Luaran Penelitian.. ... 7

F. Defenisi Operasional.. ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Manajemen.. ... 9

2. Pelayanan.. ... 33

A. Penelitian yang Relevan.. ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. ... 60

B. Latar dan Waktu Penelitian. ... 60

C. Instrumen Penelitian... 61

D. Sumber Data. ... 61

E. Teknik Pengumpulan Data. ... 62

F. Teknik Analisis Data. ... 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

iii B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pola Komunikasi dan Sosialisasi

Program-program yang dilakukan ... 70 2. Mencapai Pelayanan yang Optimal. ... 73 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan. ... 78 B. Saran. ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(8)
(9)
(10)

1

oleh penyelengara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, aparatur pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. (Mahmudi, 2010, p. 230).

Konsep Islam mengajarkan bahwa dalam memberikan pelayanan kita harus bersikap lemah-lembut dan tidak berlaku keras dan tidak berhati kasar. Hal ini tampak dalam Al-Quran surat Ali- Imran ayat 159, yang menyatakan bahwa :

Artinya : “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah merekan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarhlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Penjelasan ayat : maka disebabkan rahmat yang amat besar dari Allah, sebagaimana dipahami dari bentuk infinif (nakirah) dari kata rahmat, bukan satu sebab yang lain. Disebabkan rahmat Allah itu engkau berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekirannya engkau berlaku keras, buruk perangai, kasar kata lagi berhati kasar, tidak peka terhadap keadaan orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekellingmu, disebabkan

(11)

oleh antipasti terhadapmu. Karena peragaimu tidak seperti itu, maka maafkanlah kesalahan-kesalahan mereka yang kali ini mereka lakukan, mohonkanlah ampun kepada Allah bagi mereka, atas dosa-dosa yang mereka lakukan dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni dalam urusan dunia, bahkan dalam syariat atau agama. Kemudian apabila telah melakukan hal-hal diatas dan telah membulatkan tekad, melaksanakan hasil musyawarah kamu, maka laksanakan sambil bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertwakkal kepada-Nya dan dengan demikian, Dia akan membantu dan membimbing mereka kearah apa yang mereka harapkan (Shihab, 2002, p. 309).

Ayat ini menjelaskan bagaimana seorang pemberi layanan publik bisa memberi pelayanan terhadap masyarakat sepenuh hati sesuai SOP yang telah ditentukan, sebagai pemberi pelayanan publik harus mempunyai jiwa yang adil, jujur, akuntabel, transparan, semua itu kunci dari keberhasilan pelayanan agar Kepuasan Masyarakat terpenuhi.

Dengan pelayanan yang diberikan pastinya akan lebih banyak masyarakat yang tertarik menggunakan jasa Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mengurus dokumen kependudukan. Saat ini dapat diketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Terlebih-lebih Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Perusahaan yang gagal memuaskan pelanggannya akan menghadapi masalah yang kompleks. Umumnya pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan pengalaman buruknya kepada orang lain dan bisa dibayangkan betapa besar kerugian dari kegagalan memuaskan pelanggan.Oleh karena itu setiap perusahaan jasa wajib merencanakan, mengorganisasikan, mengimplementasikan, dan mengendalikan sistem kualitas sedemikian rupa, sehingga pelayanan dapat memuaskan para pelanggannya. (Mukaron dan Laksana, 2015, p. 124).

(12)

Berdasarkan Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik seperti prosedur pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan dan kepastian jadwal pelayanan maka pemerintah memiliki konsekuensi untuk meningkatkan pelayanan dalam sektor pelayanan publik. Diharapkan aparatur pemerintah di seluruh Indonesia melaksanakan pelayanan publik dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Masih banyak yang harus dikoreksi dalam pelayanan publik di Indonesia . Ini tidak menutup kemungkinan di Kabupaten. Tanah Datar yang menjadi salah satu pelaksanaan dari pelayanan publik.

Tugas pokok pemerintah pada hakekatnya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, demikian juga dengan pemerintah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Tanah Datar. Pelayanan publik yang diselenggarakan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) sangat menarik untuk dicermati, karena kegiatannya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tentang dokumen kependudukan yang sah seperti Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran dan kartu tanda penduduk (KTP). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang primer dan mendesak karena menjadi syarat utama dalam pengurusan dokumen lain yang berhubungan dengan sosial, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, imigrasi dan lain-lain.

Kebijakan tentang kependudukan sendiri telah diatur dalam UU No 24 Tahun 2013 tentang rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk yang diselenggarakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil). Di mana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) memiliki 4 bidang ataupun 4 tugas yang pertama, yaitu bidang pelayanan pendaftaran penduduk. Dalam bidang ini tugasnya adalah mengelola identitas penduduk seperti KK, surat kedatangan, surat

(13)

pindah, KTP elektronik, serta kartu KIA (kartu identitas Anak). Kedua, bidang pelayan pencatatan sipil. Dalam bidang ini bertugas membuat akta kelahiran, akta kematian, akta perkawinan,akta perceraian,akta pengesahan anak, penetapan anak, dan peristiwa penting lainnya.ketiga, bidang pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Dalam bidang ini bertugas mengatur akses pengelolaan data seperti profil penduduk, data agregat dan lain-lain. Keempat. Bidang pemanfaatan data informasi kependudukan. Dalam bidang ini bertugas bekerja sama dengan instasi-instasi terkait guna mendapatkan data-data kependudukan yang valid seperti dengan Dinas Sosial dan Kemenag.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, adanya kendala-kendala atau hambatan yaitu terkait dengan tugas inti dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Tanah Datar yang diatur dalam UU no. 24 tahun 2013 di antaranya Veritifikdasi, Validasi, proses dokumen dan pengeluaran dokumen. Dalam tugas inti tersebut tidak berjalan baik disesabkan informasi yang disampaikan oleh pikak Dinas terkait persyaratan pembuatan dokumen kependududkan dan urusan administrasi kependududkan lainnya tidak disampaikan dengan baik dan jelas sehingga persyaratan yang diajukan masyarakat tidak lengkap. (Arwis, Wawancara, Senin, 8 Januari 2018)

Selanjutnya dalam menjalankan tugasnya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar dalam mencapai target pelayanan belum terlaksana atau tercapai dengan baik di antaranya alat atau media komunikasi serta informasi yang di sampaikan tidak optimal, selanjutnya prosedur yang berbelit-belit akibat birokrasi yang kaku dengan masyarakat, sealnjutnya sikap serta pelayanan yang kurang sopan antara petugas dengan masyarakat serta himbauan serta gebrakan-gebrakan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar sebagai pelayan penduduk untuk menyampaikan pentingnya dokumen kependudukan masih belum

(14)

optimal. (wawancara, Syamsuar. Kepala Bidang Pengelolaan Informasi ADM kependudukan, Senin, 25 Januari 2018)

Salah satu bukti tidak optimalnya penyampaian informasi serta media komunimasi yang di gunakan adalah wawancara langsung yang penulis lakukan dengan petugas-petugas masjid, petugas KUA serta pegawai kantor wali nagari yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten. Tanah Datar. Dari hasil wawancara penulis menyimpulkan bahwa tidak optimalnya penyampaian informasi serta media yang di gunakan karna masing perpanjangan tangan di atas tidak menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan baik, tidak rutin bahkan tidak sama sekali.

Selanjutnya adalah dalam bentuk memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat salah satu bentuk terobosan yang diberikan adalah dengan melakukan kegiatan yang yang dinamakan jemput bola ataupun online keliling masyarakat tidak harus repot-repot untuk datang ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk mengurus data kependudukan karena sudah ada tim khusus yang dibentuk yang terdapat di Kantor Wali Nagari masing-masing daerah yang dilantik langsung oleh Bupati yang sebelumnya telah dilakukan pembinaan-pembinaan terkait dengan kepengurusan data kependudukan. Namun setelah penulis melakukan survei dan wawancara dengan anggota tim bahwasanya masih belum adanya atau masih rendahnya keinginan masyarakat untuk membuat data kependudukan karena himbauan atau gebrakan yang dilakukan belum optimal. (Wawancara. Yeni, pegawai Kantor Wali Nagari dan anggota Tim kegiatan on line keliling. Rabu, 10 Januari 2018).

Selanjutnya masih rendahnya pencapaian pembuatan akta kelahiran sebanyak 79,81 % artinya masih terdapat 20,19 % yang belum memiliki akta kelahiran yang akhirnya akan menghambat kelancaran urusan anak-anak tersebut dalam berbagai keperluan yang mensyaratkan adanya akta kelahiran.(Laporan Tahunan 2018)

(15)

Hal inilah yang mendorong penulis meneliti lebih jauh untuk melakukan penelitian terhadap “Optimalisasi Manajemen pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Tanah Datar dalam Pelayanan Masyarakat”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis jelaskan di atas maka fokus masalah yang akan penulis teliti adalah :

1. Pola Komuniasi atau sosialisasi program-program yang dilakukan 2. Upaya dalam mencapai pelayanan yang optimal

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar dalam membangun pola komunikasi atau sosialisasi program-program yang ada?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar untuk optimalisasi pelayanan dalam mencapai program?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar dalam membangun pola komunisasi atau sosialisasi program-program yang ada.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten Tanah Datar untuk optimalisasi pelayanan dalam mencapai program.

(16)

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis

Dapat digunakan untuk memperkaya ilmu penulis dan memperluas Khazanah ilmu pengetahuan serta sebagai literature yang digunakan oleh mahasiswa dan peneliti selanjtnya guna pengembangan Ilmu Manajemen Syariah khususnya dalam optimalisai manajemen dalam pelayanan masyarakat.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh manajemen Syariah, khususnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan dalam optimalisasi manajemen dalam pelayanan masyarakat.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran penelitian dari penelitian ini adalah dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah dan dapat menambah khazanah perpustakaan IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul Optimalisasi Manajemen pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kabupaten. Tanah Datar yaitu:

Optimalisasi adalah proses pencarian solusi yang terbaik, tidak selalu keuntungan yang paling tinggi yang bisa dicapai jika tujuan pengoptimalan adalah memaksimumkan keuntungan, atau tidak selalu biaya yang paling kecil yang bisa di tekan jika tujuan pengoptimalan adalah meminimumkan biaya.(Hotniar Siringiringo,2015,.P.4). Menurut penulis sendiri optimalisasi adalah suatu upaya untun mencapai sebuah tujuan dengan melakukan kegiatan atau program yang dapat membantu dalam pencapaian target yang ingin dicapai.

(17)

Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage dengan kata benda management. Dan manager untuk yang dilakukan kegiatan manajement diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen.(Husaini Usman, 2008,. P. 4) menurut penulis sendiri manajemen adalah suatu kegiatan mengatur atau melakukan suatu pekerjaan dengan aturan atau ketentuan yang telah ditetapkan untu mencapai suatu tujuan.

Kualitas pelayanan adalah suatu cara kerja perusahaan yang berusaha mengadakan perbaikan mutu secara terus-menerus terhadap proses, produk dan service yang dihasilkan perusahaan (Bukhari, 2007 : 286). Sedangkan menurut Tjiptono, kualitas pelayanan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketetapan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Fandi, 2009). Menurut penulis sendiri kualitas pelayanan itu sendiri adalah sebagai tolak ukur untuk menggambarkan sejauh mana pelayanan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Ini dapat dilihat dari hasil pelayan yang telah diterapkan.

(18)

9 1. Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage berarti control. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan mengendalikan, menangani atau mengelola. Sebagai contoh dapat dilihat dalam berbagai pengertian dari penggunaan kalimat berikut ini yaitu mengendalikan seekor kuda, mengendalikan sebuah perahu, menangani dan mengelola suatu perusahaan atau rumah tangga. Selanjutnya, kata benda “manajemen” atau management dapat mempunyai berbagai arti. Pertama sebagai pengelolaan, pengendalian atau penggunaan (managing). Kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani suatu benda skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, itu yang berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerjasama dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Yayat Herujito, 2001:1)

Tiga pengertian itu mendukung kesepakatan anggapan bahwa manajemen dapat dipandang sebagai ilmu dan seni. Manajemen sebagai seni artinya kemampuan pengelolaan suatu itu merupakan seni menciptakan (kreatif). Hal ini merupakan keterampilan dari seseorang. Dengan kata lain, penerapan ilmu manajemen bersifat seni oleh karena itu, manajemen adalah suatu yang sangat penting karena ia berkenaan dan berhubungan erat dengan perwujudan atau berkenaan dan berhubungan erat dengan perwujudan pencapaian tujuan.

Secara umum para ahli dalam mengartikan dan mendefenisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang

(19)

mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan, dan lain sebagainya.Seperti disebutkan sebelumnya jika digeneresasi dapat dinyatakan bahwa setelah dilihat dari literature-literatur yang ada, pengertian manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian:

1. Manajemen sebagai suatu proses

2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia 3. Manajemen sebagai ilmu dan sebagai seni

Jika disederhanakan manajemen sebagai suatu proses itu melihat bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagaimana rumusan Encylopedia of social Science, bahwa manajemen itu merupakan suatu proses di mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen mulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dan seterusnya kembali pada kegiatan awal berupa perencanaan sebagai suatu yang kontinum. Melalui proses itu pemimpin (manajer) menggunakan semua sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Dakam proses itu keberadaan orang (sumber daya manusia) adalah sumber daya terpenting bagi setiap organisasi, namun para pemimpin (manajer) tidak akan dapat mencapai tujuan secara optimal apabila mengabaikan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya. (Zaidan Nawawi, 2015:11-13).

Sedangkan mereka yang melihat manajemen sebagai suatu seni memandang bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain, bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama dan seterusnya dimana semua itu diperlukan seni untuk melakukannya. Lagi pula pada hakikatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah Managing (mengatur), sehingga untuk mengatur di sini diperlukan suatu seni, bagaimana

(20)

orang lain melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam konteks ini pula Mery Parker Follett mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Artinya para pimpinan (manajer) dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain memerlukan sebuah seni. (Zaidan Nawawi, 2015:13).

Sedangkan manajer artinya orang yang mengelola dan menangani suatu perusahaan, hotel dan sebagainya. Jadi, manajer (manager) bisa terdiri dari seorang atau beberapa orang, misalnya satu dewan. Menurut Harrington Emerson dalam Phffne Jhon F, dan Presthus Robert V. Manajemen mempunyai lima unsure (5M), yaitu: Men, Money, Materials, Machines, and Methods (Herujito, 2001: 6).

Sistematika menurut pandangan ahliitu jelas menunjukkan, manusia merupakan unsur manajemen yang pokok. Manusia tidak dapat disamakan dengan benda, ia mempunyai peranan, pikiran, harapan serta gagasan. Reaksi psikisnya terhadap keadaan sekeliling dapat menimbulkan pengaruh yang lebih jauh dan mendalam serta sukar unruk diperhitungkan secara seksama. Oleh karena itu, manusia perlu senantiasa diperhatikan untuk dikembangkan kearah yang positif sesuai dengan martabat dan kepribadiannya sebagai manusia. Sejalan dengan pandangan itu, Harold Konntz dan Cyril O. Donnel menegaskan, “Management is the development of people, not the direction of thing” (Herujito, 2001:7)

Manajemen memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Karenanya , manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien (Hafulyon, 2010:1).

(21)

1. Menurut Didin Hafiduddin (2005:5) manajemen syariah adalah prilaku yang terkait dengan keimanan dan ketauhidan. Menurut Karebet dan yusanto, syari’ah memandang manajemen dari dua sisi, yaitu manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai aktifitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai salah satu dari ilmu umum yang lahir berdasarkan fakta empiris yang tidak berkaitan dengan nilai, peradaban manapun. Namun sebagai aktifitas, maka manajemen dipandang sebagai sebuah amal yang akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT, sehingga ia harus terikat pada aturan syara’, nilai dan peradaban Islam. Manajemen Islami (syariah) berpijak pada aqidah Islam. Karena aqidah islam merupakan dasar ilmu pengetahuan atau tsaqofah Islam.

2. Henry Fayol dalam khasanah (2010:62) mengemukakan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaaan, pengorganisasian, kepemimpinan, koordinasi dan pengawasan atas usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

3. Hani Handoko juga mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan organisasi dengan perencanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penusunan personalia atau kepegawayan, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan. (Sudewo, 2004:64)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008,p.986), Optimalisasi adalah suatu tindakan, proses atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem atau keputusan) menjadi lebih / sepenuhnya sempurna, fungsional atau lebih efektif. Sedangkan dalam Kamus Oxford (2008,p.358),

(22)

“Optimization is the process of finding the best solution to some problem where “ best “ accords to prestated criteria”. Jadi, optimalisasi adalah sebuah proses, cara dan perbuatan 5 (aktivitas/kegiatan) untuk mencari solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu. b. Fungsi Manajemen

1. Perencanaan

Perencanaan (planning) berarti menentukan tujuan untuk kinerja organisasi dimasa depan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.Meliputi pendefenisian tujuan suatu organisasi, penentuan strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan tersebut, dan pengembangan serangkaian rencana komprehensif untu menggabung dan mengoordinasi berbagai aktivitas.

2. Pengoganisasian

Pengorganisasian (Organizing) meliputi penentuan dan pengelompokan tugas kedalam departemen, penentuan otoritas, serta alokasi sumber daya diantara organisasi. Meliputi penentuan tugas yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan tugas tersebut, bagaimana tugas tersebut dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan dimana keputusan-keputusan dibuat.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan (leading) merupakan penggunaan pengaruh untuk memberikan motivasi kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama, mengomunikasikan tujuan kepada karyawan untuk mencapai tujuan organisasi, dan memberikan masukan kepada karyawan agar memiliki kinerja dengan tingkat yang lebih tinggi.Setiap organisasi terdiri atas individu-individu dan ada tugas manajemen untuk mengarahkan dan

(23)

mengoordinasi individu-individu tersebut. Ketika manajer memotivasi karyawan, mengatur aktivitas individu lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan konfli diantara anggotanya, mereka terlibat dalam kepemimpinan.

4. Pengendalian

Pengendalian (controlling) berarti mengawasi aktivitas karyawan, peranan organisasi pada jalur pemenuhan tujuan, dan pengoreksian bila diperlukan. Tren baru berupa pemberdayaan dan kepercayaan terhadap karyawan telah menyebabkan banyak perusahaan tidak lagi terlalu menekankan pada pelatihan karyawan untuk membantu dan mengoreksi mereka. Guna memastikan bahwa segalanya berjalan seperti yang seharusnya, manajemen harus memantau kinerja organisasi. Kemudian kinerja aktual tersebut dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila terdapat penyimpangan yang signifikan, adalah tugas manajemen untuk mengembalikan organisasi tersebut pada jalur yang benar, pemantauan, perbandingan dan pembetulan potensial ini adalah tujuan dan fungsi pengendalian.(Stephen P. Robbins, 2008:5-6)

Manajemen oleh para ahli dibagian atas beberapa fungsi, pembagian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam 3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi

manajer.

Fungsi manajemen terbagi atas empat fungsi pokok antara lain (Agus Sabardi, 2001:3-4):

(24)

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah penentuan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.

Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk tercapainya tujuan yang dikehendakinya. Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu maksud yang didokumentasi secara khusus yang memuat tujuan dan tindakan. Tujuan adalah akhir dari tindakan, sedangkan tindakan itu sendiri adalah alat untuk mencapai ke tujuan tersebut. Dengan perkataan lain bahwa tujuan merupakan target yang menjadi sasaran manajemen.

Terdapat ruang lingkup yang terdapat dalam perencanaan yaitu:

1. Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang meliputi jangka waktu 10 tahun ke atas

2. Perencanaan jangka menengah yaitu perencanaan ini meliputi jangka waktu 3-10 tahun

3. Perencanaan jangka pendek yaitu perencanaan yang kurun waktunya kurang dari 1 tahun.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah membagi pekerjaan yang telah ditetapkan tersebut kepada para anggota organisasi sehingga pekerjaan terbagi habis ke dalam unit-unit kerja. Pembagian pekerjaan ini disertai pendelegasian agar masing-masing melaksanakan tugasnya secara tanggung jawab, hubungan kerja

(25)

antar unit perlu dibuat karena untuk mengatur jalannya arus pekerjaan.

Dalam pengorganisasian, penetapan struktur peran-peran melalui penentuan berbagai aktifitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan bagian-bagiannya, penugasan, pendelegasian, wewenang untuk melaksanakannya, serta koordinasi hubungan wewenang dan informasi baik dalam struktur organisasi.

3. Pergerakan (Actuating)

Pergerakan adalah upaya manajer dalam menggerakkan orang-orang untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien berdasarkan perencanaan dan pembagian tugas masing-masing. Untuk menggerakkan tugas-tugas tersebut, perlu adanya dukungan atau motivasi, dan pengembangan atau peningkatan pelaksana. (Draft, 2006:9).

Menurut Siagian (1992:128) penggerakan dapat didefenisikan pula sebagai keseluruhan usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi.

4. Pengawasan (Contolling)

Pengendalian dan pengawasan dilakukan agar aktivitas organisasi berjalan dengan lancar sesuai rencana. Bila terjadi penyimpangan, maka menejer segera memberikan peringatan untuk meluruskan kembali langkah-langkah yang telah ditetapkan.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan, untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja yang actual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu

(26)

penyimpangan dan mengukur penyimpangan tersebut, dan untuk mengambil tindakan perbaikan untuk menjamin bahwa sumber daya telah digunakan secara efektif guna mencapai tujuan.

Pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagai fungsi organisasi, pengawasan merupakan salah satu tugas yang mutlak yang diselenggarakan oleh semua orang yang menduduki jabatan manajerial, mulai dari manajer puncak hingga para manajer rendah yang secara langsung mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh semua petugas operasional.

Langkah-langkah pengawasan : 1. Menetapkan standar

2. Mengukur kinerja

3. Memperbaiki penyimpangan. c. Dasar dan Tujuan Manajemen

Semua organisasi, baik berbentuk badan usaha swasta, badan yang bersifat public ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, tentu mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya. Manajemen didalam suatu badan usaha, baik industry niaga dan jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efesien. Sikap ini harus dimilikioleh setiap pengusahadan manajer dimana pun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan public, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaan hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut (Antonio, 2003: 97).

(27)

Manajemen yang kita kenal sekarang ini adalah manajemen barat yang individualistis dan kapitalis. Dalam masyarakat yang penting diri sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka telah meninggalkan nilai-nilai religious yang berdasarkan hubungan tanggung jawab antara manusia dengan manusia dengan tuhannya, baik mengenai suruhan dan ma’arufdan mencegah yang munkar, semata-semata ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Dari sejumlah definisi telah teramat jelas dinyatakan bahwa pencapaian tujuan merupakan benang merah yang melekatkan dan menjadi inti dari misi sebuah manajemen. Adanya tujuan yang ditetapkan secara jelas dan bagaimana mencapainya itu yang membedakan antara sebuah kegiatan yang dilakukan secara asal-asalan dengan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan prinsip manajemen. Melalui pengguanaan prinsip-prinsip manajemen itu diharapkan tujuan yang ditetapkan bisa dicapai secara efektif dan efesien. Kegiatan manajemen itu biasanya ditandai dari kegiatan atau usaha merencanakan, mengorganisasi, mengaearahkan, mengoordinasi, serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi yang ujung-ujungnya adalah tercapainya tujuan organisasi secara efesien dan efektif. (Zaidan Nawawi, 2015:14). d. Peran Manajemen

1. Peran Antarpersonal

Semua manajer diharuskan melakukan tugas-tugas terkait seremonial dan bersifat simbolis. Sebagai contoh, ketika rektor perguruan tinggi memberikan ijazah sarjana pada acara wisuda atau seorang pengawas pabrik menjadi pemandu tur pabrik untuk sekelompok murid sekolah menengah, ia berperan sebagai tokoh utama (Figurebead). Semua manajer memiliki peran kepemimpinan. Peran ini mencakup perekrutan, pelatihan, pemberian motivasi, dan pendisiplinan

(28)

karyawan.Peran ketiga dalam pengelompokan antarpersonal adalah peran penghubung. Aktivitas ini sebagai hubungan dengan individu luar yang memberikan informasi kepada manajer tersebut. Individu luar tersebut mungkin adalah individu atau kelompok di dalam atau di luar organisasi. Manajer penjualan yang mendapatkan informasi dari manajer pengendalian kualitas di perusahannya sendiri mempunyai kerja sama hubungan internal. Ketika manajer penjualan tersebut berhubungan dengan eksekutif penjualan lain melalui sebuah asosiasi perdagangan pemasaran, ia mempunyai suatu kerja sama berhubungan eksternal.

2. Peran Informasional

Semua manajer, sampai pada tingkat tertentu, mengumpulkan informasi dari organisasi-organisasi dan institusi luar. Biasanya, mereka mendapatkan informasi dengan membaca majala dan berkomunikasi dengan individu lain untuk mempelajari perubahan selera masyarakat, apa yang mungkin direncanakan oleh para pesaing, dan semacamnya. Hal ini sebagai peran pemantau. Para menejer juga bertindak sebagai penyalur untuk meneruskan informasi ini kepada anggota organisasional. Hal ini di sebut sebagai penyebar. Selain itu, manajer bertindak selaku juru bicara mereka mewakili organisasi di hadapan pihak luar.

3. Peran Pengambilan Keputusan

Mengidentifikasi empat peran terkait pengambilan keputusan. Dalam peran kewirausahaan para menejer memulai dan mengawasi proyek-proyek baru yang akan meningkatkan kerja organisasi mereka. Sebagai penyelesaian masalah, manajer melakukan tindakan korektif untuk menyelesaikan berbagai masalah yang tidak terduga. Sebagai pengalokasi sumber daya, manajer bertanggung jawab menyediakan sumber

(29)

daya manusia, fisik dan moneter. Terakhir manajer memainkan peran negosiator, dimana mereka mendiskusikan berbagai persoalan dan tawar menawar dengan unit-unit lain demi keuntungan unit mereka sendiri. (Stephen P. Robbins, 2008:7-8)

e. Sarana Manajemen

Sarana penting atau sarana utama dari setiap manajer untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebi dahulu adalah manusia( Men atau Women). Berbagai macam aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan aktivitas itu dapat kita tinjau dari sudut proses seperti, planning, organizing, staffing, directing, dan controlling. Dapat pula ditinjau dari sudut bidang seperti penjualan, produksi, keuangan, personalia, dan sebagainya. Tampa adanya manusia, manajer tidak akan mungkin mencapai tujuannya. Harus diingat bahwa manajer adalah orang yang mencapai hasil melalui orang lain. (Manullang, 2012:4)

Sarana manajemen yang kedua adalah uang (money). Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi, membeli bahan-bahan, peralatan-peralatan dan sebagainya. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai bila dinilai dengan uang lebih besar dari uang yang digunakan untuk mrncapai tujuan tersebut. Kegagalan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyanya ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam menggunakan uang. (Manullang, 2012:4)

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan bahan-bahan (materials), karenanya dianggap pula sebagai alat atau sarana manjemen untuk mencapai tujuan. Demikian pula dalam proses pelaksanaan kegiatan, terlebih dalam kemajuan

(30)

tegnologi dewasa ini, manusia bukan lagi sebagai pembantu bagi mesin seperti pada masa sebelum revolusi industry, malahan sebaliknya mesin telah berubah kedudukannya sebagai pembantu manusia. (Manullang, 2012:4)

Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna, manusia dihadapkan kepada berbagai alternative atau cara melakuakn pekerjaan. Oleh karena itu, metode atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan. Misalnya, ceramah berfariasi, metode kasus, metode insiden, game, dan role playing. Masing-masing metode itu tentu berbeda daya guna dan hasil gunanya untuk mrncapai suatu tujuan pendidikan tertentu. (Manullang, 2012:4)

Bagi badan yang bergerak di bidan industri, maka sarana manajemen penting lainnya adalah pasar (markets). Tampa adanya pasar bagi hasil produksi, jelas tujuan perusahaan industry tidak mungkin akan tercapai. Salah satu masalah pokok bagi perusahaan industry adalah minimal mempertahankan pasar yang sudah ada, bila mungkin berusaha mencari pasar baru bagi hasil produksinya. Oleh karena itulah salah satu sarana manajemen penting lainnya khusus bagi perusahaan industri dan umumnya bagi semua badan yang bertujuan untuk mecari laba, markets atau pasar. (Manullang, 2012:4-5)

f. Keahlian Manajemen

1. Keahlian teknis (Tehnical Skill)

Meliputi kemampuan untuk menerapkan pengetahuan atau keahlian khusus. Ketika memikirkan keahlian yang dimiliki oleh para propesional seperti insyinyur Teknik Sipil atau ahli bedah mulut, anda biasanya berfokus pada keahlian-keahlian teknis mereka.Melalui pendidikan formal yang ekstemsif, mereka telah mempelajari pengetahuan dan praktik-praktik

(31)

khusus dalam bidang mereka. Tentu saja, para professional tidak memonopoli keahlian teknis, dan tidak semua keahlian teknis harus dipelajari disekolah-sekolah atau program-program pelatihan formal. Semua pekerjaan menuntut sejumlah keahlian khusus, dan banyak individu mengembangkan keahlian teknis mereka dalam pekerjaan.

2. Keahlian Personal (Human Skill)

Adalah kemampuan untuk bekerja sama, memahami, dan memotivasi individu lain, baik secara indivual maupun dalam kelompok. Banyak individu cakap secara teknis, tetapi tidak cakap secara antar personal. Mereka mungkin merupakan pendengar yang buruk, tidak mampu memahami kebutuhan individu lain, mereka harus memiliki keahlian personal yang baik untuk berkomunikasi, memotifasi, dan mendelegasikan. 3. Keahlian Konseptual (Conceptual Skill)

Yaitu kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis situasi-situasi yang rumit. Pembuatan keputusan, misalnya, mengharuskan para manajer untuk mengidentifikasi masalah, mengembangkan solusi alternative tersebut, dan memiliki solusi terbaik.manajer bisa jadi cakap secara teknis dan secara antarpersonal, namun masih gagal karena ketidak mampuan untuk proses dan mengintrepertasikan informasi secara rasional. (Stephen P. Robbins, 2008:8-9)

g. Bentuk Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen dihubungakan dengan tingkatannya di dalam organisasi. Kegiatan manajemen tingkat atas, menengah, dan bawah adalah berbeda. Kegiatan-kegiatan manajemen mempengaruhi pengolahan informasi karena informasi yang dibutuhkan berbeda untuk masing-masing tingkatan. Kebutuhan informasi yang berbeda ini dapat diketahui dari masing-masing

(32)

kegiatan manajemen tersebut. Kegiatan manajemen untuk masing-masing tingkatan dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Perencanaa Strategis

Merupakan kegiatan manajemen tingkat atas (Top manajer) Frederick H. Wu dalam bukunya mendefinisikan perencanaan strategis.”Perencanaan Strategis “ adalah proses evaluasi lingkungan organisasi, penetapan tujuan organisasi, dan penentuan strategi-strategi.

a) Proses evaluasi lingkungan luar organisasi

Lingkuangan luar organisasi selalu berubah secara konstan dan perubahan ini mungkin dapat mengakibatkan perubahan strategi yang sudah ditetapkan. Pengaruh lingkungan luar dapat berupa kesempatan pasar, teknologi, tekanan politik, sosial, persaingan, kesempatan, tegnologi pasar, inflasi dan sebagainya. Lingkungan luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi. Oleh karena itu, manajemen tingkat atas harus pandai mengevaluasinya. Manajemen tingkat atas harus dapat bereaksi terhadap kesempatan yang diberikan oleh lingkungan luar seperti produk baru, pasar baru, pengembangan pasar dan sebagainya. Selain itu, manajemen tingkat atas harus tanggap terhadap tekanan-tekanan lingkungan luar yang dapat merugikan organisasi dan sedapat mungkin mengubaht tekanan menjadi kesempatan.

b) Penentuan tujuan

Tujuan adalah apa yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan ditetapkan oleh manajemen tingkat atas dalam proses perencanaan strategis yang bersifat jangka panjang (long range). Misalnya, tujuan perusaahan adalah dalama

(33)

waktu 5 tahun menjadi penjual terbesar di dalam industry dengan menguasai 60% pasar.

c) Penentuan strategis

Manajemen tingkat atas menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan organisasi dengan maksud mencapai tujuannya. Inilah yang disebut strategi. Dengan strategi, semua kemampuan yang berupa sumber daya akan dikerahkan supaya tujuan organisasi dapat diraih. Sumber daya organisasi dapat berupa sumber daya yang terlebat seperti material, modal, personil, dan sumber daya dan kesempatan lingkungan luar organisasi. Contoh strategi adalah memasuki pasar baru, pengembangan produk baru, perubahan metode, distribusi, penggunaan computer untuk pelayanan pelanggan dan lain sebagainya. Strategi ini ditentukan oleh manajemen tingkat menengah dan manajemen tingkat bawah.

2. Pengendalian manajemen

Pengendalian adalah proses meyakinkan bahwa organisasi telah menjalankan strategi yang sudah ditetapkan dengan efektif dan efesien. Pengendalian manajemen merupakan tingkatan taktik, yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategis dapat dilakukan dengan berhasil. Taktik yang dilakukan biasanya bersifat jangka pendek. Dalam pengendalian manajemen terdapat suatu proses yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh manajer. Dalam pengendalian manajemen terdapat suatu proses yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh manajer. Proses pengendalian manajemen terjadi dalam pertemuan-pertemuan dan diskusi. Sebagai tambahan informasi informal, beberapa perusahaan juga mempunyai proses pengendalian manajemen yang formal, yang

(34)

terdiri dari tahap pemprograman, penyusunan anggaran, pelaksanaan, dan pengukuran serta pelaporan dan analisis. 3. Pengendalian operasi

Pengendalian operasi adalah proses meyakinkan bahwa setiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efesien. Pengendalian operasi ini merupakan proses penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas-tugas manajemen tingkat bawah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan dalam manajemen tingkat atas lebih menjurus ke perencanaan jangka panjang dan penentuan strategis. Lebih bawah tingkatannya, kegiatan manajemen lebih menjurus ke hal-hal yang sifatnya operasional.(Tata Sutabri, 2005:56-58)

h. Kedudukan Manajemen di dalam Syariah Islam

Perbuatan manusia menurut pendekatan syariah dapat berbentuk ibadah dan biasa berbentuk muamalah. Suatu perbuatan ibadah pada asalnya tidak boleh dilakukan kecuali ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam al-qur’an dan hadist, yang menyatakan bahwa perbuatan itu harus atau boleh dilakukan. Sedangkan dalam muamalah pada asalnya semua perbuatan boleh dilakukan kecuali ada ketentuan dalam al-qur’an dan hadist yang melarangnya.

Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansi dengan al-qur’an dan hadist antara lain (Antonio, 2003:94) :

1. Prinsip Amar Ma’aruf Nahi Munkar 2. Kewajiban Menegakkan Kebenaran 3. Kewajiban menegakkan keadilan

(35)

4. Kewajiaban menyampaikan amanah.

i. Fungsi Perencanaan dalam Manajemen Perusahaan

Menurut Emie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah (2005:97) perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Perencanaan yang baik adalah ketika apa yang dirumuskan ternyata dapat direalisasikan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan yang buruk adalah ketika apa yang dirumuskan dan ditetapkan tidak berjalan dalam implementasi, sehingga tujuan organisasi menjadi tidak terwujud (Sule dan Saefullah, 2005:97).

Perencanaan memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah (Sule dan Saefullah, 2005:97-98) :

1. Perencanaan sebagai pengarah

Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinisasi. Organisasi yang tidak menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan. Perencanaan dalam hal ini memegang fungsi pengarahan dari dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.

2. Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka sumber dana yang diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaannya untuk penggunaan apa saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan.

3. Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas

Dalam perencanaan, organisasi menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam

(36)

pengawasan, organisasi membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja organisasi

Rencana (plans) adalah segala bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujian (goals) akan dicapai dan bagaimana sumber daya organisasi akan dialokasikan, penjadwalan dari proses pencapaian tujuan hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan. j. Fungsi Pengorganisasian dalam Manajemen Perusahaan

Jika dalam fungsi perencanaan, tujuan dan rencana ditetapkan, maka dalam pengorganisasian rencana tersebut diturunkan dalam sebuah pembagian kerja tertentu dalam sebuah struktur organisasi dimana didalamnya terdapat kejelasan bagaimana rencana organisasi akan dilaksanakan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Berikut empat pilar dalam pengorganisasian (Sule dan Saefullah, 2005:152):

1. Pembagian Kerja (Division of Work)

Upaya untuk menyederhanakan dari seluruh pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut dinamakan sebagai pembagian kerja. (Sule dan Saefullah, 2005:153).

2. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)

Adapun penerimaan bon pembayaran, pencatatan pengeluaran, penerimaan uang dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan, begitu juga bidang lainnya. (Sule dan Saefullah, 2005:154).

(37)

3. Penentuan Relasi Antar Bagian dalam Organisasi (Hierarchy) Dalam penentuan hierarki organisasi manajer perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan hierarki horizontal atau hierarki vertical. Hierarki horizontal adalah bentuk struktur organisasi yang bagian2 organisasinya banyak ke samping, dan meminimalkan jumlah sub bagian atau departemen. Adapun hierarki vertical meminimalkan bagian-bagian organisasi ke samping secara horizontal, dan memperbanyak sub bagian atau departemen secara vertical. (Sule dan Saefullah, 2005:154).

4. Koordinasi (Coordination)

Koordinasi adalah proses dan mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. (Sule dan Saefullah, 2005:158).

k. Fungsi Pengarahan dan Implementasi dalam Manajemen Operasional

Sebagai konsekkuensi logis dari adanya sturktur organisasi dimana organisasi dibagi menjadi bagian-bagian organisasi maka muncul kelompok-kelompok kerja yang dibentuk untuk mendukung pencapaian tujuan di tingkat bagian keseluruhan organisasi. Kelompok kerja merupakan salah satu factor kunci dalam implentasi dan fungsi pengarahan karena kelompok kerja inilah yang akan menjalankan berbagai rencana yang telah disusun dalam organisasi.

(38)

Terdapat tiga pilar utama dalam kelompok kerja yang perlu diperhatikan agar kelompok kerja bisa berjalan secara efektif yaitu kinerja kelompok atau organisasi secara keseluruhan, pekerjaan kelompok, dan pertumbuhan individu. Agar kelompok kerja dapat berjalan secara efektif dan terhindar dari konflik maka komunikasi menjadi factor kunci bagaimana anggota-anggota dalam kelompok kerja dapat bekerja sebagaimana mestinya. Ketiga pilar tersebut dikelola dengan baik oleh manajer agar tidak tidak terjadoi konflik dalam organisasi. Konflik organisasi terjadi manakala berbagai pihak dalam organisasi tidak dapat memahami satu sama lainnya dalam menjalankan tugasnya dalam kelompok kelompok kerja atau antar kelompok kerja. Berbagai pendekatan yang dapat dilakukan untuk dapat meminimalkan konflik. (Sule dan Saefullah, 2005:311).

l. Fungsi Pengawasan dalam Manajemen

Pengawasan dilakukan menggunakan umpan balik informasi mengenai kemajuan. Jadi seorang manajer perlu mengetahui jumlah dan kualitas produk yang dihasilkan dan kuantitas bahan dan buruh yang digunakan atau seorang pedagang mendapat laporan yang menunjukkan perdagangan yang sebenarnya yang meliputi para pelanggan produk, keuntungan, dan lain sebagainya dari pada kota-kota yang direncanakan.

Raplh Currier Davis dan Allan C.Filley membagi fungsi pengawasan menjadi 8 fungsi yang terdiri dari tahap kegiatan sebagai berikut:

a) Perencanaan Rutin (routine planning)

Fungsi pertama dalam pengawasan manajemen adalah perencanaan taktis. Hal ini berbeda dengan perencanaan strategis yang pernah diuraikan dimuka. Seperti telah dijelaskan, perencanaan strategis membuat keputusan orisinil mengenai berbagai kebutuhan bagi pencapaian

(39)

suatu tujuan, sedangkan perencanaan taktis tidak. Perencanaan strategis menjawab pertanyaan apa tujuan organisasi, apa kriteria untuk menyelesaikan secara memuaskan, apa yang harus dijalankan dan bagaimana cara melakukannya? Perencanaan taktis/ rutin itu, tidak lebih dari penerapan rencana-rencana teknis berdasarkan rencana menyeluruh yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsinya hanya rutin dan sifatnya hanya sekunder dibandingkan dengan engambilan keputusan yang terdapat pada perencanaan strategis.

b) Penjadwalan (scheduling)

Fungsi penjadwalan dalam pengawasan adalah menentukan kapan fase-fase penting dari suatu rencana harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, penjadwalan mengatur jumlah waktu keseluruhan yang telah sitetapkan menjadi bagian-bagian sesuai dengan penyelesaian setiap fase dari suatu proyek. c) Persiapan (preparation)

Fungsi persiapan ini memberikan kepastian kepada pengawas bahwa sefalanya sudah siap digunakan kapan dan dimana serta jenis yang tepat yang dibutuhkan. Akan tetapi hal ini tidak bersangkutan dengan pemesanan, pengumpulan, dan penyajian barang-barang secara fisik. Contoh, staff pengawas produksi yang membutuhkan jenis-jenis barang untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Pertama-tama ia perlu men cek untuk memastikan apakah barang-barang yang dibutuhkan tersedia. Staff sendiri tidak perlu menyediakan barangnya sebab hal ini merupakan tugas staff pelayanan teknis. Disini peran informasi memegang peranan penting.

(40)

d) Pengabaran (dispactching)

Fungsi ini adalah mengawasi pekerjaan para petugas untuk memastikan bahwa penyelesaian pekerjaan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pengawasan mencegah jangan sampai suatu pekerjaan dilakukan terlalu cepat atau terlalu lambat atau dilakukan lebih bersifat untuk kepentingan pribadi daripada untuk kepentingan organisasi. Ketepatan waktu antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain dalam proses pelaksanaan suatu pekerjaan sangat penting.

e) Pengarahan (direction)

Pengarahan adalah fungsi yang mengatur kegiatan dengan jalan memberi intruksi dan penjelasan kepada bawahan mengenai kebutuhan-kebutuhan bagi suatu rencana. Ini merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan mengenai jalannnya pekerjaan yang diharapkan informasi yang diberikan kepada para petugas sedemikian rupa sehingga dalam menyelesaikan pekerjaan segalanya menjadi jelas. Pengarahan bisa dilakukan secara tulisan maupun lisan. Pengarahan secara tertulis baisa dilakukan pada pengarahan teknis, sedangkan pengarahan secara lisan lazimnya dilakukan untuk hal-hal yang perlu persuasian atau motivasi.

f) Pemeriksaan (supervision)

Supervise atau pemeriksaan dilakukan begitu pekerjaan dimulai,yakni memeriksa apakah para pekerja menjalankan semua petunjuk atau pengarahan. Jadi, fungsi supervise adalah memastikan apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana dan intruksi atau tidak. Tujuannya adalah memastikan apakah para pekerja mengerti segala petunjuk dan apakah mereka

(41)

mengerjakannya. Yang terpenting dalam supervise adalah melihat penyimpangan dari apa yang seharusnya menurut rencana. Bedanya dengan pengawasan adalah bahwa pengawasan menanganinya apabila kegiatan telah dilaksanakan.

g) Pembandingan (comparison)

Supervise selanjutnya diikuti fungsi pembandingan yang merupakan aktivitas menilai pelaksanaan secara menyeluruh. Pembandingan mencatat penyimpangan-penyimpangan pekerjaan yang direncanakan, mencari sebab-sebabpenyimpangan tersebut. Apabila terdapat kelainan-kelainan dari rencana, maka hal ini dilaporkan kepada pimpinan untuk dikoreksi.

h) Pembetulan (corrective action)

Fungsi terakhir dari pengawasan manajemen ini adalah pembetulan atau corrective action, yakni fungsi pembetulan penyimpangan-penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan. Jadi pengawasan yang bersifat korektif yang dilakukan sekarang, juga dapat membantu pengawasan preventif untuk masa yang akan datang.(Tata Sutabri, 2005:62-65)

Fungsi pengawaan dan pengendalian adalah proses untuk mematikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Fungsi pengawasan sering dinamakan sebagai fungsi controlling, evaluating, appraising hingga collecting. Namun lebih popular digunakan adalah fungsi controlling yang memiliki dua arti utama, yaitu pengawasan: kegiatan untuk mengamati yang dijalankan sekaligus mengidentifikasi berbagai penyimpangan. Yang kedua adalah pengendalian yaitu kegiatan untuk mengantisipasi dan mengoreksi

(42)

setiap penyimpangan dalam kegiatan. Terdapat empat tujuan dan fungsi pengawasan dan pengendalian. (Sule dan Saefullah, 2005:346):

1. Adaptasi lingkungan 2. Meminimalkan kegagalan 3. Meminimumkan biaya

4. Mengantisipasi kompleksitas organisasi

Secara umum, langkah-langkah yang dilakuakn dalam fungsi pengawasan terdiri dari:

1. Penepatan standard an metode penilaian kinerja 2. Penilaian kinerja

3. Membandingkan penilaian kinerja dengan standar 4. Pengambilan tindakan koreksi

2. Pelayanan

a. Konsep pelayanan

Menurut lukman (2007:11) pelayanan adalah kegiatan-kegiatan yang jelas, namun menyediakan kepuasan konsumen dan atau pemakai industri serta tidak terikat pada penjualan suatu produk atau pelayanan lainnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pelayanan adalah suatu urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung dengan orang-orang atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan konsumen.

Pemerintah sebagai lembaga birokrasi mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat sebagai pihak yang memberikan mandat kepada pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pelayanan umum melahirkan suatu studi, yaitu bagaimana cara memberikan pelayanan sebaik-baiknya. (Sabana, Nurhayati, & Alvis Muryodewanto, p.37)

(43)

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan (Mulyadi, 2013, p. 1205-1206). Pelayanan adalah setiap kegiatan atau tindakan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun (Philip & Kotler, 2005, p. 548). Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Sinambela, 2011, p. 4-5).

Agar layanan dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang yang dilayani, maka si Pelaku dalam hal ini petugas, harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok, ialah tingkah laku yang sopan, cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh yang bersangkutan, waktu menyampaikan yang tepat dan keramahtamahan. (Moenir, 2006, p. 197).

Maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu aktivitas (kegiatan) yang dilakukan oleh seseorang sebagai pemberi layanan kepada orang lain yang menerima layanan guna untuk memudahkan seseorang tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah agar kebutuhannya dapat terpenuhi.

b. Dimensi kualitas pelayanan

Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1985 telah melakukan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh

(44)

para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah:

1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi bukti fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.

2. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.

3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan.

5. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

Berdasarkan perpektif kualitas, David Garvin mengembangkan dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut (Yamit, 2002:10):

a. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari produk inti.

b. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

c. Realibility (kehandalan), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian.

d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan.

(45)

f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan.

g. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk. h. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Kotler (Tjiptono, 2006) menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut :

a. Intangibility (tidak berwujud)

Yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh konsumen. Misalnya, pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana pelayanan perawat yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut. b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan)

Yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi atau dirasakan secara bersamaan. Misalnya, pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.

c. Variability (bervariasi)

Yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan non standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan pelayanan tersebut diberikan. Misalnya, pelayanan yang diberikan kepada pasien di ruang rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas tiga.

(46)

d. Perishability (tidak tahan lama)

Dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya, jam tertentu tanpa ada pasien di ruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.

Instrumen SERVQUAL bermanfaat dalam melakukan analisis gap. Karena biasanya layanan/jasa bersifat intangible, kesenjangan komunikasi dan pemahaman antara karyawan dan pelanggan berdampak serius terhadap persepsi atas kualitas pelayanan. Gap-gap yang biasa terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan meliputi (Tjiptono, 2014:217):

a. Gap antara ekspektasi pelanggan dengan persepsi manajemen (knowledge gap)

Gap ini terjadi karena ada perbedaan antara ekspektasi pelanggan aktual dan pemahaman atau persepsi manajemen terhadap ekspektasi pelanggan. Beberapa kemungkinan penyebab gap seperti ini antara lain: informasi yang didapatkan dari riset pasar dan analisis permintaan kurang akurat; interpretasi yang kurang akurat atas informasi mengenai ekspektasi konsumen; tidak adanya analisis permintaan; buruknya atau tidak ada aliran informasi k eatas dari staf kontak konsumen ke pihak manajemen; dan terlalu banyak jenjang manajerial yang menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak konsumen ke pihak manajemen.

b. Gap antara persepsi manajemen terhadap ekspektasi konsumen dan spesifikasi kualitas pelayanan (standards gap)

Gap ini terjadi karena spesifikasi kualitas pelayanan tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap ekspektasi kualitas. Penyebabnya antara lain : tidak adanya

(47)

standar kinerja yang jelas; kesalahan perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak memadai; manajemen perencanaan buruk; kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam organisasi; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap perencanaan kualitas pelayanan; kekurangan sumber daya; dan situasi permintaan berlebihan.

c. Gap antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan (delivery gap)

Gap ini berarti spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam proses produksi dan penyampaian pelayanan. Sejumlah penyebabnya antara lain : spesifikasi kualitas terlalu rumit dan/atau terlalu kaku; para karyawan tidak menyepakati spesifikasi tersebut dan karenanya tidak berusaha memenuhinya; spesifikasi tidak sejalan dengan budaya korporat yang ada; manajemen operasi pelayanan buruk; kurang memadainya aktivitas internal marketing; serta teknologi dansistem yang ada tidak memfasilitasi kinerja sesuai dengan spesifikasi.

d. Gap antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal (communication gap)

Gap ini berarti janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan pelayanan yang diberikan kepada para konsumen.

e. Gap antara persepsi terhadap pelayanan yang diterima dan pelayanan yang diharapkan (service gap)

Gap ini berarti bahwa pelayanan yang dipersepsikan tidak konsisten dengan layanan yang diharapkan. Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, seperti kualitas buruk (negatively confirmed quality) dan masalah kualitas; komunikasi getok tular yang negatif; dampak negatif terhadap citra korporat atau citra lokal; dan kehilangan konsumen. Gap

(48)

ini terjadi apabila konsumen mengukur kinerja/prestasi perusahaan berdasarkan kriteria atau ukuran yang berbeda. (Tjiptono, 2014:217)

c. Pengukuran kualitas pelayanan

Dimensi kualitas pelayanan yang dikemukan oleh David Garvin adalah sangat tepat digunakan untuk mengukur kualitas produk. Sedangkan dimensi kualitas yang dikemukan oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman adalah sangat tepat digunakan untuk mengukur kualitas jasa pelayanan. Pengukuran kualitas produk dan jasa pelayanan, pada dasarnya hampir sama dengan pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu ditentukan oleh variabel harapan konsumen dan kinerja yang dirasakan.

Pengukuran kualitas dapat dilakukan melalui perhitungan biaya kualitas dan melalui penelitian pasar mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan kualitas jasa pelayanan. Pengukuran kualitas melalui penelitian pasar tersebut dapat menggunakan berbagai cara, seperti: menemui konsumen, survey, sistem pengaduan dan panel konsumen.

Pengukuran kualitas melalui perhitungan biaya kualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Biaya kualitas diukur berdasarkan biaya kerusakan perjam dari tenaga kerja langsung.

b. Biaya kualitas diukur berdasarka biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, dan biaya overhead pabrik.

c. Biaya kualitas diukur berdasarkan penjualan bersih.

d. Biaya kualitas diukur berdasarkan satuan unit seperti kilogram, meter dan lain sebagainya. Pengukuran biaya kualitas berdasarkan keempat cara tersebut, dapat dianalisis dengan menggunakan analisis tren dan analisispareto agar ditemukan konsep biaya kerusakan yang optimum. (Yamit,2002,p,19)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif dimana penulis memaparkan tentang Peranan pengadilan Perikanan Medan dalam

Ranwal Rencana Kerja (Renja) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magetan merupakan dokumen perencanaan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Pengamatan dilakukan terhadap waktu yang diperlukan buah mangga sampai matang optimum, kelunakan (softness), warna dan kadar Ca daging buah, kecepatan respirasi

Pemantauan, evaluasi, dan pengawasan (PEP) kinerja LAM meliputi evaluasi kinerja atas tata kelola, proses akreditasi, sistem penjaminan mutu, dan keuangan. Seluruh kegiatan

Penaksir yang dibahas merupakan kombinasi penaksir rasio dan penaksir regresi pada sampling acak sederhana menggunakan median dan koefisien skewness, yang merupakan review

Untuk balok atau plat satu arah dengan tebal karena nilai yang tertera dalam daftar lendutannya harus dihitung dan ukuran tersebut dapat digunakn apabila.. lendutan memenuhi

Hasil dari penelitian ini bahwa kinerja unit pelayanan Perekaman e-KTP Berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) termasuk dalam kategori BAIK.Penyelenggaraan

Rencana Kerja (Renja) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kudus Tahun 2021 merupakan bentuk komitmen nyata Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten