PEMICU
PEMICU
Noni, 18 tahun,
Noni, 18 tahun, dibopong suaminya ke dibopong suaminya ke Puskesmas Porsea Puskesmas Porsea karena mengeluh karena mengeluh mual danmual dan muntah sejak 1 minggu ini. Riwayat demam sebelumnya (-), riwayat nyeri perut (-), riwayat muntah sejak 1 minggu ini. Riwayat demam sebelumnya (-), riwayat nyeri perut (-), riwayat buang
buang air air besar besar seperti seperti dempul dempul maupun maupun seperti seperti sop sop kacang kacang merah merah tidak tidak dijumpai. dijumpai. Dua Dua harihari sebelumnya Noni sudah berobat ke Pustu dan diberikan hanya vitamin, obat-obat yang lain sebelumnya Noni sudah berobat ke Pustu dan diberikan hanya vitamin, obat-obat yang lain tidak ada. Noni sudah menikah 6 bulan ini dan sudah 2 bulan tidak dapat haid.
tidak ada. Noni sudah menikah 6 bulan ini dan sudah 2 bulan tidak dapat haid. Keadaan Noni saat ini :
Keadaan Noni saat ini : Sensorium
Sensorium : : ApatisApatis Tekanan
Tekanan darah darah : : 90/60 90/60 mmHgmmHg Nadi
Nadi : 104 x/menit: 104 x/menit Frekuensi
Frekuensi nafas nafas : : 20 20 x/ix/i Suhu
Suhu : 37,8°C: 37,8°C Apa yang terjadi pada Noni? Apa yang terjadi pada Noni?
More Info
More Info
Pemeriksaan tes kehamilan di puskesmas :
Pemeriksaan tes kehamilan di puskesmas : positifpositif
UNFAMILLIAR TERMS
UNFAMILLIAR TERMS
---MASALAH
MASALAH
1.1. Mual dan muntah sejak 1 minggu dan 2 bulan tidak dapat haid, diikuti penurunanMual dan muntah sejak 1 minggu dan 2 bulan tidak dapat haid, diikuti penurunan tekanan darah, penurunan kesadaran, dan peningkatan suhu.
tekanan darah, penurunan kesadaran, dan peningkatan suhu.
ANALISA MASALAH
ANALISA MASALAH
Penyebab mual muntah : Penyebab mual muntah : a.
- Hormonal - Keracunan
b. Patologis
- Infeksi bakteri, seperi Helicobacter pylori, Salmonella typhosa, dan lain-lain. - Psikologis
- Trauma
HIPOTESA
1. Hiperemesis Gravidarum
LEARNING ISSUE
1. Fisiologi Mual Muntah
2. Diagnosa Banding Mual Muntah 3. Hiperemesis Gravidarum
a. Definisi b. Klasifikasi
c. Etiologi dan Faktor Predisposisi d. Epidemiologi
e. Tanda dan Gejala
4. Penegakan Diagnosa Hiperemesis Gravidarum 5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi dan Prognosis
PEMBAHASANAN LEARNING ISSUE
1. Fisiologi Mual Muntah
Fisiologi Mual dan Muntah dalam masa kehamilan
Sensasi mual sering merupakan gejala awal dari muntah. Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medula yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah, dan mual dapat disebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari traktus gastrointestinal,impuls yang berasal dari otak bagian bawah yang berhubungan dengan motion sickness,atau impuls dari korteks serebri untuk memulai muntah. Muntah kadang terjadi tanpa didahului perangsangan prodormal mual, yang
menunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan dengan perangsangan mual.
Muntah dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah dari sejumlah reseptor di seluruh tubuh. Penyebab muntah mencakup yang berikut :
Stimulasi taktil (sentuh) di bagian belakang tenggorokan,yaitu salah satu rangsangan paling kuat. Sebagai contoh, memasukkan jari tangan ke belakang tenggorokan atau bahkan keberadaan penekan lidah atau instrumen gigi di bagian belakang mulut sudah
cukup untuk merangsang sebagian orang tersedak atau bahkan muntah. Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum.
Peningkatan tekanan intrakranium, misalnya yang disebabkanoleh perdarahan otak. Karena itu, muntah setelah cedera kepala dianggap sebagai tanda buruk; hal ini mengisyaratkan pembengkakan atau perdarahan di dalam rongga kranium.
Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan pusing bergoyang misalnya mabuk perjalanan.
Bahan kimia, termasuk obat atau bahan berbahaya yang memicu muntah (yaitu, emetik) dengan bekerja pada bagian atas saluran cerna atau dengan merangsang kemoreseptor di chemoreceptor trigger zone khusus di samping pusar muntah di otak. Pengaktifan zona ini memicu refleks muntah. Sebagai contoh, obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker sering menyebabkan muntah dengan bekeria pada chemoreceptor tiger zone.
Muntah psikogenik akibat faktor emosi, termasuk yangmenyertai pemandangan atau bau yang memualkan atau pada situasi stres lainnya.
Saat pusat muntah telah cukup di rangsang maka akan terjadi beberapa kejadian sebelum akhirnya tercetus muntah, dimana sebenarnya gaster tidak ikut berperan dalam proses ini,karena pada saat muntah gaster mengalami relasksasi dan di peras oleh otot
diafragma
Rangasan yang cukup pada pusat muntah
Bernafas dalam
Kontraksi yang kuat dari diafragma dam otot abdomen
Diikuti dengan relaksasinya sfingter gastroesofagus dan pilorus
Keluarnya isi lambung ke atas melalui esofagus
Pada kehamilan khususnya trimester 1 terjadi ketidak seimbagan hormon pada ibu hamil, pada semua mamalia korpus luteum di ovarium pada saat pembuahan tidak mengalami regenerasi namun membesar sebagai respon terhadap stimulasi oleh hormon gonadotropik yang di sekresikan plasenta pada manusia di sebut sebagai human chorionic gonadotropin (hCG).
Korpus luteum kehamilan yang besar menyekresikan estrogen, progesteron dan relaksin. hCG merupakan glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Molekul ini dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas dan memiliki sifat liteinizing dan luteotropik serta
memiliki sidikit aktivitas FSH. Hormon ini dapat diukur dengan radioimmunoassay dan dideteksi dalam darah paling cepat 6 hari setelah konsepsi. Tampaknya hCG bekerja pada reseptor yang sama seperti LH namun hCG tidak selalu mutlak sebagai penanda kehamilan karena dapat juga disekresikan dalam jumlah yang kecil oleh tumor saluran pencernaan dan hCG diukur pada orang yang dicurigai mengidap tumor sebagai suatu “penanda tumor”
Saat terjadi pembuahan makan blastokista yang tertanam akan menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian akibat terbilas darah haid dengan menghasilkan hCG. Hormon ini yang secara fungsional mirip LH, merangsang dan mempertahankan korpus luteum sehingga struktur ini tidak mengalami degenerasi.
Unit endokrin ovarium ini yang sekarang dinamai korpus luteum kehamilan, tumbuh semakin besar dan semakin banyak menghasilkan estrogen dan progesteron untuk 10 minggu selanjutnya sampai terbentuknya plasenta untuk mengambil alih sekresi hormon-hormon steroid ini.Karena persistensi estrogen dan progesteron maka jaringan endometrium tebal dan seperti sumsum ini dipertahankan dan tidak diluruhkan. Karena itu, haid berhenti selama kehamilan
Stimulasi oleh hCG diperlukan untuk mempertahankan korpus luteum kehamilan karena LH, yang memperrahankan korpus luteum selama fase luteal normal siklus haid, ditekan oleh umpan balik negatif kadar progesteron yang tinggi. Pemeliharaan kehamilan normal bergantung pada konsentrasi progesteron dan estrogen yang tinggi. Karena itu, produksi hCG sangat penting selama trimester pertama untuk mempertahankan produksi
hormon-hormon ini oleh ovarium.
Pada janin laki-laki, hCG juga merangsang prekursor sel Leydig di testis janin untuk mengeluarkan tesrosreron, yang menyebabkan maskulinisasi saluran reproduksi. Laju sekresi hCG meningkat pesat selama awal kehamilan untuk menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak hCG terjadi sekitar 60 hari setelah akhir siklus haid terakhir. Pada minggu ke-10 kehamilan, pengeluaran hCG turun ke tingkat rendah yang berlangsung sepanjang kehamilan.
Turunnya hCG terjadi pada saat korpus luteum tidak Iagi diperlukan untuk sekresi hormon steroidnya, karena plasenta telah mulai mengeluarkan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang signiftkan. Korpus luteum kehamilan mengalami regresi parsial seiring dengan merosotnya sekresi hCG, tetapi struktur ini tidak diubah menjadi jaringan parut sampai setelah persalinan
Adanya mual dan muntah yang terjadi selama masa kehamilan (emesis gravidum) para ahli memperkirakan di sebabkan oleh hCG yang berjumlah sangat besar di awal kehamilan yang di sekresikan oleh korpus luteum di samping itu juga peningkatan kadar estrogen yang terjadi akibat stimulus dari hCG akan menyebakan terjadinya relaksasi otot polos pada saluran pencernaan yang dapat memicu terjadinya mual dan muntah, namun selain merelaksasikan otot polos estrogen juga membantu dalam penebalan miometrium karena diperlukan otot miometrium yang kuat untuk mengeluarkan janin.
Progesteron melakukan berbagai peran sepanjang kehamilan. Fungsi utamanya adalah untuk mencegah terjadinya keguguran dengan cara menekan kontraksi miometrium uterus. Progesteron juga mendorong pembentukan sumbatan mukus di kanalis servikalis, mencegah
kontaminan vagina mencapai uterus. Yang terakhir progestron plasenta merangsang perkembangan susu di payudara dalam persiapan laktasi.
2. Diagnosa Banding Mual Muntah
Diagnosa mual-muntah pada kehamilan, antara lain:1) Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis garavidarum adalah mual dan muntah yang hebat pada kehamilan muda mengakibatkan pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum ibu memburuk. Mual dan muntah yang menyebabkan dehidrasi, penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Gejala dan tanda klinik :
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan) tanda-tanda dehidrasi.
2) Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.
Gejala dan tanda klinik :
Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia
defisiensi besi.
Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin maupun ballotement Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cuku berat. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke – 24
Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti. Tirotoksikosis.
3) Kehamilan multipel
Kehamilan multipel adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kemungkinan suatu kehamilan kembar dapat di ketahui sejak usia kehamilan 5 minggu dengan melihat sejumlah kantung gestasidi dalam kavum uteri. Diagnosis definitive kehamilan kembar baru boleh ditegakkan bila terlihat lebih dari satu mudigah yang menujukkan aktivitas denyut jantung.
Gangguan Gastrointestinal
4) Ulkus peptikum
Ulkus peptikum adalah suatu keadaan adanya borok pada esofagus, lambung atau duodenum.
Gejala dan tanda klinik :
Nyeri epigastrik yang dapat hilang dengan makanan ringan, antasida dan keluhan diperberat dengan minuman yang mengandung alcohol, kopi atau aspirin.
Hematemesis dan melena dapat terjadi. Nyeri tekan pada daerah epigastrik.
5) Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah suatu penyakit radang usus buntu. Gejala dan tanda klinik :
Anoreksia, mual, muntah, perut kembung
Demam
Nyeri perut kanan bawah, lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan oleh karena uterus yang makin membesar.
Nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah Tanda Bryan : timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan
6)
Diare akut
Diare akut adalah suatu keadaan dimana buang air besar >3x/hari dengan konsistensi tinja yang cair dan berlangsung selama 7-14 hari.
Gejala dan tanda klinik : Nausea, muntah, nyeri perut
Demam
Mencret >3x dengan konsistensi cair
Gangguan Non-gastrointestial
: Gangguan neurologi : Migrain Keracunan obat : Opioid Ganguan endokrin : Pyelonefritis ISK BSK3. Hiperemesis Gravidarum
a. Definisi
Mual dan muntah ( Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan.
Mual dan muntah dikeluhkan oleh sekitar tiga perempat ibu hamil, umumnya terjadi selama trimester pertama. Biasanya mual dan muntah disertai dengan keluhan banyak meludah (hipersalivasi), pening, perut kembung, dan badan terasa lemah. Keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari.
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat selama kehamilan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan. Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.
b. Klasifikasi
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : Tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus menerus. Timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman dan penurunan nafsu makan. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit berkurang tetapi masih normal.
Tingkat II
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II gejala lebih berat, pasien memuntahkan segala yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Temperatur pasien subfebril, frekuansi nadi cepat 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terihat apatis, kulit pucat, lidah kotor, dan aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin.
Kondisi tingkat III ini sangat jarang terjadi, ditandai dengan berkurangnya muntah atau bahkan berhenti, gangguan kesadaran (delirium-koma), temperatur meningkat, dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung. Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam.
c. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas.
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, kelainan enzim metabolik, defisiensi nutrisi, dan psikologis.
Beberapa factor predisposisi antara lain :
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi.
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.
d. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.
Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan neonatus dengan berat badan lahir rendah.
e. Tanda dan Gejala
Hiperemesis gravidarum mulai dijumpai pada trimester pertama kehamilan. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah :
Nausea Muntah
Penurunan berat badan
Ptialism (salivasi yang berlebihan)
Tanda-tanda dehindrasi : mata cekung dan turgor kulit menurun Takikardi.
4. Penegakan Diagnosa Hiperemesis Gravidarum
Anamnesis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera dilakukan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit, nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan 5 % dari berat sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan
darah dan nadi. Tanda Vital :
Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1:
Sens : CM lemah
Tekanan Darah : Menurun
Suhu : Normal
Hiperemesis Gravidarum Tingkat 2 :
Sens : Apatis
Nadi : Cepat dan halus
Tekanan Darah : Menurun
Suhu : Mulai meningkat
Hiperemesis Gravidarum Tingkat 3 :
Sens : Somnolen sampai koma
Nadi : Cepat dan halus
Tekanan Darah : Cepat dan halus
Suhu : Meningkat
Pemeriksaan Fisik:
Berat badan menurun Turgor kulit berkurang
Muntah, Lidah kering, dan mata cekung Nafas berbau keton.
Pemeriksaan Penunjang
1)
LaboratoriumPemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola.
Darah/Urine rutin : Ht , ketonurine (+).
Elektrolit : Na, K, Cl
Analisa Gas Darah : asidosis
Tes fungsi hati : Bilirubin, SGOT, SGPT (Degenerasi lemak).
Tes fungsi ginjal : Ureum, Creatinine (dehidrasi berat).
2) USG
5. Penatalaksanaan
Farmakologi
1) Pemberian cairan parenteral
Cairan garam fisilogik ini mengembalikan kehilangan elektrolit akibat vomitis dan dehidrasi. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
2) Obat-obatan
a. Pemberian vitamin B1 dan B6
Vitamin B1 atau dikenal dengan tiamin berguna untuk meminimalisirm morning sickness bagi ibu hamil selain itu melancarkan pencernaan . Hal yang tak kalah penting pada trimester akhir konsumsi makanan dengan sumber vitamin B1 akan membantu dalam menyiapkan produksi ASI. Vitamin B1 didapat dari hati, kacang-kacang, gandum.
Vitamin B6 (piridoksin) membantu wanita hamil mengatasi morning sickness, mual dan muntah. Vitamin ini membantuk membentuk RBC (sel darah merah), membantu perkembangan otak bayi selama kehamilan dan juga membantu untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin B6 terdapat pada telur, ikan, unggas, daging babi, kacang kedelai, kacang polong, buncis , melon, kubis, wortel, bayam, pisang, beras merah, dll. Sekitar 1,9 mg vitamin B6 dibutuhkan oleh wanita hamil
Pemberian vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama.
b. Pemberian Vitamin C
Jenis vitamin yang satu ini baiknya dikosumsi sebanyak 2 porsi per harinya. Sangat berperan dalam melawan infeksi, membantu agar plasenta kuat, membuang racun berbahaya bagi ibu dan bayi, menyembuhkan luka dan membantu penyerapan zat besi di dalam usus. Vitamin C ini sendiri banyak dijumpai pada buah segar semacam jeruk, pepaya, sayuran dengan warna merah, kuning pun hijau.
c. Antiemetik
Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin dapat menyembuhkan mual dan muntah dengan menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system.
Prometazin (2-3 kali 25 mg/hari/oral) atau proklorperazin (3 kali/hari/oral) atau klorpromazin ( 25-50 mg/hari).
Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
1) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah, dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Tidak diberikan makanan per oral selama 24 jam. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.
2) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal, dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau sedikit.
Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis gravidarum. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamiloan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologi. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
1) Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
2) Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
3) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
4) Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.
5) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin.
6) Usahakan defekasi teratur.
7) Menghindari kekurangan karbohidrat.
6. Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi
Komplikasi yang mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat, Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, coma), perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan kematian janin.
Pasien dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami epistaxis pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat dan cairan. Dengan penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali normal dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan hiperemesis gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme didiagnosa dengan angiografi Magnetic Resonance
Imaging (MRI).
Tetapi bila semua bentuk pengobatan gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa, pengakhiran kehamilan merupakan pilihan. Pengakhiran kehamilan kira -kira 2% pada kehamilan yang terkomplikasi dengan hiperemesis gravidarum.
Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal dari penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda melibatkan 193 dan 138 pasien. dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap dan satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Beral lahir, usia kandungan, kelahiran pretem, skor Apgar, mortalitas perinatal, dan kejadian kelainan bawaan janin tidak berbeda antara pasien hiperemesis gravidarum dan populasi umum.
Dalam studi lainnya, tidak ada terdeteksi peningkatan resiko keterlambatan pertumbuhan, kelainan bawaan, dan prematuritas. Umumnya hiperemesis gravidarum dapat disembuhkan. Dengan penanganan yang baij prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
1) Dehidrasi
Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini
menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.
2) Ketidakseimbangan Elektrolit
Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah).
Risiko dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
3) Ketosis
Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi
aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang
toksik.
Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu.
Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.
4) Ruptur Esofagus
Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil
dan ringan.
Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis hiperemesi gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil :
Anamnesis : didapati pasien bernama Noni, 18 tahun, mengeluh mual dan muntah sejak 1 minggu. Riwayat demam (-), riwayat nyeri perut (-), riwayat buang air besar seperti dempul maupun seperti sup kacang merah tidak dijumpai. Pasien sudah dua bulan tidak dapat haid.
Pemeriksaan vital : sensorium apatis, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 104 x/menit, dan suhu 37,8°C.
Pada pemeriksaan tes kehamilan didapati positif.
Maka pasien didiagnosa menderita Hiperemesis Gravidarum Tingkat II.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 2010.
2. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 2007