• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

10 A. Komunikasi Orang Tua

1. Pengertian

Komunikasi adalah proses barbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik dalam bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non verbal (non kata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama. Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga sebuah pesan menjadi lebih kaya.

Komunikasi keluarga adalah karakteristik pola-pola interaksi sirkular dari keluarga yang disamping mempengaruhi dan mengorganisir anggota keluarga, pola-pola ini menghasilkan arti dari transaksi diantara para anggota keluarga, melalui interaksi ini kebutuhan afektif keluarga terpenuhi. Kebanyakan komunikasi

(2)

11

keluarga terjadi pada sub-sistem seperti antara orang tua dan anak, suami dan istri, saudara kandung. Ciri pertama dari keluarga sehat adalah komunikasi yang jelas dan kemampuan mendengar satu sama lain. (Mulyana, 2004).

2. Macam-Macam Pola Komunikasi

Menurut Yusuf (2001) pola komunikasi orangtua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

a) Pola komunikasi membebaskan ( Permissive )

Pola komunikasi permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Pola komunikasi permisif atau dikenal pula dengan pola komunikasi serba membiarkan adalah orangtua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

b) Pola komunikasi Otoriter

Pola komunikasi otoriter ditandai dengan orangtua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Pola komunikasi otoriter mempunyai aturan–aturan yang kaku dari orangtua. Dalam pola komunikasi ini sikap penerimaan rendah, namun kontrolnya tinggi, suka menghukum, bersikap mengkomando, mengharuskan anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi, bersikap kaku atau keras, cenderung emosinal

(3)

12

dan bersikap menolak. Biasanya anak akan merasa mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

c) Pola komunikasi Demokratis

Pola komunikasi orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan–aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis ini yaitu orangtua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Keluarga sangat berperan penting saat anak memiliki keinginan untuk bersosialisasi. Sebelum bersosialisasi tahap perkembangan yang harus dilalui anak adalah kemampuan berbicara. Banyak faktor yang menghambat proses sosialisasi anak yang disebabkan oleh terhambatnya perkembangan kemampuan bicara anak, diantaranya :

a) Pola komunikasi yang buruk dalam keluarga

Seringkali orang tua secara sadar atau tanpa sadar bersikap dan berkata kasar pada anak karena terdapat tekanan kesibukan, ekonomi, konflik keluarga, atau tidak terpenuhinya harapan. Karena keinginan orang tua untuk mendisiplinkan anak, agar menjadi pribadi yang patuh, seringkali orang tua terdorong untuk

(4)

13

berlaku keras dan tegas pada anak. Seperti suka membentak, menghardik, berteriak, menjewer, memukul, atau menampar bahkan menggunakan kata-kata kasar. Perlakuan kasar yang diperoleh anak tentunya akan membekas dalam hati anak sehingga menyebabkan anak menjadi merasa tertekan, ketakutan, tidak berani berpendapat atau takut menyatakan isi hatinya, takut melakukan kesalahan, dan timbul perasaan tidak enak pada anak karena dirinya merasa tidak atau kurang berharga untuk dapat memenuhi harapan orang tua. Hasilnya, berbagai aspek perkembangan anak menjadi terhambat. Sehingga anak selalu merasa rendah diri atau inferior. Perasaan inferior anak menyebabkan anak tidak memiliki keberanian untuk belajar berkomunikasi dengan baik. Bayang-bayang sikap keras orang tua terus menghantui anak ketika berhadapan dengan orang lain. Hal inilah yang membuat anak menjadi gagal untuk berinteraksi baik dengan orang lain.

b) Anak suka diremehkan atau dicemoohkan.

Anak tentu akan merasa tertekan apabila anak sering mendapat perlakuan yang tidak disenanginya dari anggota keluarga. Seperti, tidak dihargai, disepelekan, dicemooh, dan diolok-olok. Sehingga menyebabkan anak merasa terpojok, dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa, seperti setiap usaha, ucapan, pendapat maupun sikap anak. Hal ini dapat menimbulkan

(5)

14

perasaan inferior di hati anak dan berkembangan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang negatif dapat menghilangkan usaha anak untuk dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki, termasuk keinginan dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya untuk bersosialisasi.

c) Anak kurang mendapat perhatian.

Kemungkinan ini terjadi karena orang tua yang sibuk, masalah ekonomi keluarga, hubungan yang harmonis atau memiliki banyak anak sehingga kurang memperhatikan anak secara komperhensif. Ketiadaan waktu orang tua tanpa sadar telah membuat jarak antara orang tua dan anak. Interaksi yang minim antara orang tua dan anak akan berdampak besar pada perkembangan anak. Anak akan kehilangan figur untuk mengembangkan berbagai potensi dirinya. Pola interaksi dan komunikasi yang terbangun di lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan bicara anak. Pada dasarnya anak memiliki kecenderungan untuk meniru atau mencontoh cara bicara, tata bahasa, sikap, perilaku, kebiasaan dan sikap empati orang terdekatnya.

d) Anak kurang bersosialisasi atau bergaul.

Kebiasaan menutup diri atau kurangnya kebebasan menjalin hubungan dengan orang tua dan lingkungan sosial akan berdampak pada perkembangan psikososial anak. Disebabkan

(6)

15

karena minimnya interaksi dengan orang lain akan membuat anak tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai karakter orang lain. Kurangnya pengetahuan anak tentang karakter orang akan mempersulit anak untuk menarik perhatian dan membangun empati dengan orang lain sehingga anak selalu merasa tidak nyaman dan canggung berada di lingkungan yang baru. (Surya, 2007).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola-Pola Komunikasi

Menurut Djamarah (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pola-pola komunikasi yang tidak efektif (disfungsional) adalah :

a) Harga diri yang rendah dari keluarga maupun anggota, khususnya orangtua. Tiga nilai terkait yang terus menerus menghidupkan harga diri rendah adalah pemusatan pada diri sendiri, perlunya persetujuan total, dan kurangnya empati.

b) Pemusatan pada diri sendiri dicirikan oleh memfokuskan pada kebutuhan sendiri, mengesampingkan kebutuhan, perasaan dan perfektif orang lain.

c) Kurangnya empati, keluarga yang berpusat pada diri sendiri dan tidak dapat mentoleransi perbedaan juga tidak dapat mengenal efek dari pikiran perasaan dan perilaku mereka sendiri terhadap anggota keluarga yang lain, dan juga mereka tidak dapat memahami pikiran, perasaan dan perilaku dari anggota keluarga lain. Mereka begitu menghabiskan waktu hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka

(7)

16

sendiri sehingga mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi empatis.

d) Ekspresi perasaan tak jelas, dari komunikasi disfungsional yang dilakukan oleh anak kepada orangtua, pengungkapkan perasaan yang tidak jelas karena takut ditolak, pengungkapan perasaan dari anak kepada orangtua harus diluar kebiasaan atau diungkapkan dengan suatu cara yang tidak jelas sehingga perasaan tersebut tidak dapat diketahui.

e) Kemarahan terpendam, ungkapan perasaan yang tidak jelas, anak merasa marah dengan orangtua tetapi ia tidak mengungkapkan marahnya secara jelas dan bisa saja anak melampiaskannya kepada orang lain atau barang.

f) Ekspresi menghakimi, pernyataan menghakimi selalu membawa kesan penilaian moral dimana jelas bagi anak bahwa orangtua sedang mengevaluasi nilai moral anaknya.

g) Ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan anak yang disfungsional tidak hanya dapat mengungkapkan kebutuhannya, tapi karena takut ditolak, maka dia tidak mampu mendefenisikan perilaku yang dia harapkan dari orangtua untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tersebut.

(8)

17

5. Macam Komunikasi Dalam keluarga (orangtua)

Menurut Djamarah (2004) macam komunikasi dalam keluarga ada 4 macam yaitu:

a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan. Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga. Setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya. Canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak. Perintah, suruhan, larangan, dan sebagainya merupakan alat pendidikan yang sering di pergunakan oleh orang tua atau anak dalam komunikasi keluarga.

Dalam perhubungan antara orang tua dan anak akan terjadi interaksi. Dalam interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan di sampaikan. Anak mungkin berusaha menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang akan di sampaikan oleh orang tua.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga antara orangtua dan anak tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi nonverbal

(9)

18

suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi nonverbal itu sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orangtua dalam menyampaikan suatu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orang tua dalam mengerjakan sesuatu dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut mengerjakan apa yang pernah dilihat dan di dengar dari orang tuanya.

Tidak hanya orang tua, anak juga sering menggunakan pesan nonverbal dalam menyampaikan gagasan, keinginan atau maksud tertentu kepada orang tuanya. Malasnya anak untuk melakukan sesuatu yang di perintahkan oleh orang tua adalah sebagai ekspresi penolakan anak atas perintah. Akhir nya, komunikasi nonverbal sangat di perlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya. c. Komunikasi Individual

Komunikasi individual dan komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam sebuah interaksi antarpribadi, antara orang tua dan anak. Pada kesempatan yang lain, orang tua tidak menyia-nyiakan waktu senggang untuk berbincang-bincang

(10)

19

dengan anak secara pribadi tentang sesuatu hal, entah mengenai pelajaran di sekolah, mengenai pengalaman, atau hal-hal apa saja sebagai topik perbincangan

Ketika orang tua merasa berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu kepada anak, maka orang tualah yang memulai pembicaraan. Ketika anak berkepentingan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang tua, maka anaklah yang memulai pembicara. Pesan yang ingin disampaikan itu bisa berupa gagasan, keinginan, atau maksud tertentu.

Keinginan anak untuk berbicara dengan orang tuanya dari hati ke hati melahirkan komunikasi interpersonal. Komunikasi di sini dilandasi oleh kepercayaan anak kepada orang tuanya. Dengan kepercayaan itu, anak berusaha membangun keyakinan untuk membuka diri bahwa orang tuanya dapat dipercaya dan sangat mengerti perasaannya. Sebagai orang tua tentu saja keinginan anak itu harus direspons secara arif dan bijaksana, dan bukan sebaliknya, bersikap egois tanpa kompromi. Menjadi pendengar yang baik dan selalu membuka diri untuk berdialog dengan anak adalah rangka mengakrabkan hubungan antara orangtua dan anak. Dengan begitu, anak tidak menganggap orang tuanya adalah orang yang tidak mengerti perasaan anak.

(11)

20 d. Komunikasi kelompok

Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam keluarga. Keakraban hubungan itu sangat dilihat dari frekuensi pertemuan antara orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Masalah waktu dan kesempatan menjadi faktor penentu berhasil atau gagal suatu pertemuan. Boleh jadi, suatu pertemuan yang sudah direncanakan oleh orang tua atau anak yang berkumpul, duduk bersama dalam satu meja, dalam acara keluarga terancam gagal di sebabkan belum ada pertemuan antara waktu dan kesempatan dan kurangnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

B. Perilaku sosial anak 1. Pengertian

Perilaku adalah perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya sedangkan sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena kehadiran orang lain. Dapat diartikan juga sikap dimana kita saling membutuhkan orang lain. Perilaku sosial dapat juga di artikan suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Perilaku sosial

(12)

21

seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. (Ibrahim, 2001).

Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain, perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Dari uraian diatas dapat diartikan juga bahwa manusia sebagai pelaku dari perilaku sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. (Ibrahim, 2001).

2. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial

Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas (2004) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu objek sosial. Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.

(13)

22

Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu :

a) Kecenderungan Perilaku Peran

1) Sifat pemberani dan pengecut secara social 2) Sifat berkuasa dan sifat patuh

3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif 4) Sifat mandiri dan tergantung

b) Kecenderungan perilaku dalam hubungan social 1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain 2) Suka bergaul dan tidak suka bergaul 3) Sifat ramah dan tidak ramah

4) Simpatik atau tidak simpatik c) Kecenderungan perilaku ekspresif

1) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama)

2) Sifat agresif dan tidak agresif 3) Sifat kalem atau tenang secara sosial 4) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

3. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Perilaku

Menurut Hallahan dan Kauffman ada enam dimensi karakteristik anak dengan gangguan perilaku yaitu:

(14)

23

mencari perhatian, selalu ingin diperhatikan, mengganggu orang lain, berkelahi.

2) Socialized aggression (agresi sosial/perilaku yang dilakukan

secara berkelompok) yaitu mencuri secara berkelompok, setia dengan teman yang nakal, bolos dari sekolah dengan teman-temannya, mempunyai kelompok yang “jelek”, dengan bebas mengakui tidak patuh pada nilai moral dan peraturan/undang-undang.

3) Attention problem-immaturity (masalah perhatian perilaku yang

menunjukkan sikap kurang dewasa) yaitu mempunyai kemampuan perhatian pendek, tidak dapat berkonsentrasi, yaitu mudah dialihkan, mudah mengalihkan tugas, menjawab tanpa dipikirkan, lamban.

4) Anxiety-withdrawal (perilaku yang berkaitan dengan

kepribadian) yaitu kesadaran diri, pemalu, hipersensitive, perasaannya mudah sakit, sering merasa sedih, cemas, depresi.

5) Psychotic behavior yaitu susah fokus, cara bicara yang tidak

teratur, memperlihatkan tingkah laku ganjil.

6) Motor excess yaitu gelisah, tidak bisa duduk diam, terlalu

banyak bicara, tidak bisa tenang.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial a) Faktor Komunikasi dalam Keluarga

(15)

24

Keluarga sebagai kelompok sosial pertama merupakan wadah dimana individu tumbuh, berkembang, dan belajar bersosialisasi. Disamping itu eksistensi keluarga sangat dibutuhkan dalam pembentukan kepribadian anggota keluarga. Berawal dari proses komunikasi interpersonal, interaksi komunikasi dalam keluarga berlangsung dan membentuk intensitas dan kualitas komunikasi serta bertujuan untuk mencapai pemahaman makna pesan, (De Vito, 2011).

Budaya komunikasi, terdiri atas aturan komunikasi, pendidikan, nilai-nilai budaya, dan norma sosial serta nilai religius yang menjadi pranata budaya komunikasi. Jika tidak terbentuk budaya komunikasi yang mendukung proses pembelajaran sosial maka komunikasi akan terputus dan pelanggaran nilai-nilai dan norma budaya, sosial, serta agama terhambat. Pola komunikasi merupakan patron berkomunikasi yang terbentuk karena interaksi antarpersonil dalam keluarga. Jika terjadi ketidakseimbangan komunikasi antara orangtua dan anak, maka komunikasi sirkuler tidak berjalan dengan baik. Interaksi komunikasi, berlangsung semenjak lembaga sosial terkecil terbentuk. Interaksi komunikasi mengacu pada proses transaksi pesan bermuatan simbol untuk mencapai kesepahaman makna. Proses self disclosure individu dalam keluarga seperti ayah, ibu, anak-anak, dan anggota keluarga inti lain turut mempengaruhi

(16)

25

intensitas dan kualitas komunikasi. Proses keterbukaan diri akan berkembang dalam kondisi komunikasi dan faktor psikis individu tertentu. Dimana symbol-simbol semiotis akan berpengaruh dalam komunikasi verbal-nonverbal sehingga mendukung pemahaman makna pada perkembangan perilaku anak (Littlejohn, 2009)

b) Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah sutau lembaga pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Tetapi sekolah juga bisa menjadi tempat yang membuat anak tidak merasa nyaman dan mebosankan, sehingga anak sering tidak masuk sekolah. Lingkungan sekolah yang dapat mengakibatkan penyimpangan perilaku sosial: Lingkungan fisik yang kurang memenuhi persyaratan, Disiplin sekolah yang kaku dan tidak konsisten,Guru yang tidak simpatik, Masalah kurikulum sekolah, Masalah metode dan teknik mengajar

c) Faktor Fisik

Keadaan fisik seperti kegemukan, cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekuranga yang yang jelas terlihat oleh orang lain. Akan menimbulkan perasaan tidak berharga keadaan fisiknya, karena seseorang amat merasakan kekurangan yang ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Jadi dari hal tersebut seseorang tersebut tidak dapat

(17)

26

bereaksi secara positif dan timbullah rasa minder yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

d) Faktor mental

Seseorang akan percaya diri karena ia mempunyai kemampuan yang cenderung tinggi, seperti bakat atau keahlian khusus yang dimilikinya.

e) Faktor sosial

Perilaku sosial anak terbentuk melalui dukungan sosial dari dukungan orang tua dan dukungan orang sekitarnya. Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup yang pertama dan utama dalam kehidupan setiap orang.

(18)

27 C. Kerangka Teori

Gambar: 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Surya (2007) dan Akyas Azhari (2004) Faktor-faktor yang

mempengaruhi komunikasi 1. Pola komunikasi yang

buruk dalam keluarga 2. Anak suka di remehkan 3. Anak kurang mendapatkan perhatian 4. Anak kurang bersosialisai atau bergaul 1. Pengertian 2. Faktor-faktor pembentuk perilaku sosial

3. Bentuk dan jenis perilaku sosial 4. Karakteristik anak dengan gangguan perilaku 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial 6. Faktor komunikasi dalam keluarga] 7. Faktor lingkungan sekolah 8. Faktor fisik 9. Faktor mental 10. Faktor sosial Pola komunikasi orangtua Macam-macam tehnik komunikasi: 1. Komunikasi Verbal 2. Komunikasi Non-verbal Perilaku sosial anak

(19)

28 D. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep penelitian dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

Gambar: 2.2 Kerangka Konsep Keterangan: : Diteliti : Tidak diteliti 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Pola komunikasi orangtua 1. Faktor Keluarga 2. Faktor Lingkungan Sekolah 3. Faktor Lingkungan Masyarakat 1. Pola komunikasi membebaskan 2. Pola komunikasi otoriter 3. Pola komunikasi demokratis 4. Pola komunikasi

yang buruk dalam keluarga 5. Anak suka di remehkan 6. Anak kurang mendapatkan perhatian 7. Anak kurang bersosialisai atau bergaul

(20)

29 E. Hipotesis

Hipotesa penelitian merupakan jawaban sementara terhadap penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Saryono, 2011). Hipotesa dalam penelitian menurut Arikunto (2010) ada dua jenis hipotesis yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja disebut hipotesis alternative, yang disingkat Ha yaitu hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara dua variabel X dan Y, atau ada perbedaan antar dua kelompok. Hipotesis nol disebut hipotesis statistik, karena biasanya bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua veriabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada Hubungan Komunikasi Orangtua Dengan Perilaku Sosial Anak Di SD Kreatif Muhammadiyah 1 Gombong.

Ho: Tidak ada Hubungan Komunikasi Orangtua Dengan Perilaku Sosial Anak Di SD Kreatif Muhammadiyah 1 Gombong.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini mengakibatkan tidak adanya standar yang jelas tentang proses audit internal yang dilakukan oleh tim auditor (dari pihak yayasan), maupun standar pelaporan audit. d) Dalam

nilotica mempunyai diameter paling besar 30 cm, sehingga dibuat 3 kelas diameter Pohon contoh yang diambil sebanyak 9 pohon karena berbagai keterbatasan tenaga

Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa kecintaaan pada uang bisa mempengaruhi mahasiswa dalam mengatur keuangan, dikarenakan seseorang yang

Secara garis besar, berdasarkan hasil akhir penelitian ini diketahui bahwa permasalahan utama dalam realisasi pembangunan jalan tol di Provinsi Jawa Timur adalah

Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis ketiga dapat diterima Arah koefisien regresi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman jenis Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di sepanjang pantai Carita, Pandeglang, Banten.. BAHAN

yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada. variabel sikap

Tidak adanya kesadaran ( mindlessness ) oleh orang-orang yang memberikan stereotip terhadap perantau yang berasal dari daerah Banyumasan cenderung membuat komunikasi yang