27
A. PENDIDIKAN ORANG TUA
1. Pengertian Pedidikan
Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan dibawah ini:
a. Menurut M.J.Langeveld pendidikan adalah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar dia bisa mandiri, akil baliq, dan bertanggung jawab secara asusila.
b. Menurut Stella van Petten Henderson Pendidikan merupakan kombinasi dari pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial.
c. Menurut John Dewey Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbyhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir dibalik dirinya.
d. Menurut H.H Horne pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui
diri sendiri, dan mempertahankan ideal-idealnya.1
1
Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional Beberapa
2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan.2
Karena yang menjadi tolak ukur dalam penelitian skripsi ini adalah tingkat pendidikan orang tua yang dilihat dari segi pendidikan formalnya, maka jejang pendidikan formal yang diambil terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
a. Pendidikan Dasar
Pendidkian dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
2 Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistwm Pendidikan Nasional, (Jogjakarta:
c. Pendidikian Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.3
3. Fungsi Pendidikan
Dalam arti sempit fungsi pendidikan adalah membantu perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan fungsi pendidikan dalam arti luas adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan sebagai transformasi budaya
Sebagai transformasi budaya pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi
3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jogjakarta:
mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
Pendidikan sebagai warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terancam untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembekalan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi nilai penting dari pendidikan pra kerja menjadi kebutuhan
pokok dalam kehidupan manusia.4
4. Jenis-jenis Pendidikan
Pendidkan Nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem Pembangunan Nasional memiliki tiga sub sistem pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Sub sistem pendidikan formal disebut pula pendidkan sekolah sedangkan sub sistem pendidikan non formal dan pendidika informal berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah.
4 Umar Tirtaraharja, dkk, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk kedalam kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi dan latihan profesional yang
dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.5
b. Pendidikan Non Formal
Pendidkan Non formal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yag mapan, yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan nonformal adalah proses yang bertanggung jawab sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar,
perpustakaan dan media massa.
Dari ketiga jenis pendidikan di atas dapat diketahui mengenai tingkat pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal. Perlu diketahui bahwa tingkat pendidikan (orang tua) adalah batas pendidikan yang pernah ditempuh orang tua sampai
tahap akhir.6
5. Pengertian Orang tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mula-mula menerima pendidika. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu
6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Dimata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang dikenalnya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak yang agak besar baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan
memahami hati anaknya. 7
6. Fungsi dan Tanggung Jawab Orang Tua
Orang tua dalam keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap perkembangan, kemajuan dan juga masa depan pendidikan anak, maka orang tua dalam keluarga mempunyai 7 macam fungsi :
1. Fungsi Kasih Sayang
Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap manusia yang normal secara fitri pasti mendambakan kehadiran anak-anak di rumah. Kehidupan rumah tangga sekalipun bergelimang harta benda beliau lagi lengkap bila belum ada anak. Bila antara ayah, ibu dan anak terdapat hubungan yang serasi maka
akan terjalin kasih mengasihi yang baik. 8
2. Fungsi Ekonomi
Anak merupakan titipan dari Allah yang harus dipelihara dan dibesarkan oleh orang tuanya hingga menginjak kedewasaan, dimana proses menuju kedewasaan itu diperlukan biaya setiap harinya untuk
7
Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),hlm. 35.
8
Muhammad Zuhaili,Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini ,(Jakarta: CV. Mustaka Bahmid, 2002), hlm. 35-36.
membesarkan anak tersebut. Oleh sebab itu orang tua setiap harinya membanting tulang untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga dan memenuhi sagala keinginan anaknya.
3. Fungsi Pendidikan
Orang tua wajib memberikan pendidikan yang baik, bimbingan, pendisiplinan serta pengajaran kepada anak guna mempersiapkannya kearah kedewasaan, orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mendidik anak karena mengambil contoh dari kedua orag tuanya, maka orag tua merupakan
pendidik yang pertama dan utama bagi anak.9
4. Fungsi Perlindungan / Penjagaan
Sebagai orag tua yang baik akan selalu melindungi keselamatan hidup dan menjaga kesehatan anak-anaknya baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
5. Fungsi Rekreasi
Bagi anak rekreasi sangat bagus untuk perkembangan anak karena dapat menghilangkan stress dan memberi banyak pengalaman yang dapat membantu anak menjadi pengamat yang lihai sehingga dapat berbagi pendapat dan pengalaman dengan anggota keluarga yang lain.
9
Orang tua yang memperhatikan anak-anaknya senantiasa mengajak anak-anaknya bersama keluarga untuk berrekreasi setiap liburan seperti : ke pantai, ke gunung, dan lain-lain. Di samping menyenagkan anak, juga agar wawasannya luas.
6. Fungsi Status
Keluarga menentukan status anak dalam masyarakat. Anak yang berasal dari keluarga dengan pendidikan baik, maka ia akan mendapatkan pendidikan yang baik pula.sedangkan anak yang hidup dalam keluarga dengan pendidikan rendah, maka kebutuhan akan pendidikan kurang diperhatikan, kecuali anak itu mempunyai tekad untuk merubah masa depannya.
7. Fungsi Agama
Agama sangat penting bagi masa depan seorang anak,oleh sebab itu orang tua harus menanamkan pendidikan agama sejak anak baru lahir karena keluarga merupakan lembaga pendidikan penting untuk meletakkan dasar pendidikan agama anak seperti : belajar
mengaji, shalat dan sebagainya pada orang tuanya.10
Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan
anak-anak dan pembinaan mempersiapkan mereka untuk
menghadapi kehidupan yang akan datang. Dengan demikian, orang tua harus dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara sempurna.
10
Menurut Ahamd. D. Marimba, bahwa tanggung jawab orang tua yang terpenting yaitu:
a. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan iman
Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun-rukun Islam dan dasar-dasar syariah sejakanak mulai megerti dan dapat memahami sesuatu.
Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya adalah menumbuhkan ank-anaknya atas dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman serta ajaran Islam sejak masa pertumbuhan anak sehingga diharapkan anak akan terlibat dengan Islam, baik aqidah maupun ibadah, disamping penerapan metode maupun peraturan di
dalam keluarga.11
b. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan akhlak (Moral)
Pendidikan moral adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yag harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak kecil hingga ia menjadi seorang yang dewasa.
Pendidikan akhlak untuk anak sangat penting karena anak mendapat pengaruh dari perkataan, perbuatan, ucapan dan tingkah
11
Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), hlm. 41.
laku orang tuanya. Orang tua yang baik senantiasa memberikan arahan, nasihat, bimbingan dan pelajaran yang baik dan benar kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tanggung jawab orang tua dalam pendidika fisik
Tanggung jawab pendidikan fisik ialah menolong pertumbuhan anak-anaknya dari segi pertumbuhan jasmani baik dari aspek perkembangan maupun aspek perfungsian. Cara yang dilakukan orang tua untuk mencapai tujuan di atas adalah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan jasmani anaknya, memberikan ilmu pengetahuan tentang kesehatan kepada anaknya, dan lain-lain.12
d. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan intelektual
Orang tua harus mengarahkan anak-anaknya agar ilmu, rasio, dan peradaban anak benar-benar dapat terbina dengan baik dan terarah, misal dengan membantu anak-anak menemukan bakat, minat, dan kemampuan akalnya. Setelah anak masuk sekolah maka orang tua dituntut untuk bekerja sama dengan pihak sekolah untuk membentu menyelesaikan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi anak serta membimbingnya dalam kegiatan belajar, sehingga anak akan meraasa diperhatikan orang tua.
12
e. Tanggung jawab orang tua dalam pendidika pshikis
Apabila anak ada yang malu tidak pada tempatnya, takut, rendah diri, hasud, dan lekas marah, maka orang tua harus segera membimbing dab mengarahkan anak-anak agar yang berkembang pada diri anak itu sifat-sifat yag positif seperti cinta dan rasa keadilan. Dengan berkembangnya cinta dan rasa keadilan kepada semua pihak maka psikis anak akan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam
f. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan sosial
Pendidikan sosial melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi, politik dalam rangka menuju aqidah Islam yang benar. Pendidikan sosial ini menjadi bekal bagi anak untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbeda-beda baik sifat maupun karakternya. Anak tidak dengan sendirinya dapat melaksanakan hubungan dengan berbagai pihak, selaras dengan norma yang diharapkan. Oleh karena itu, anak memerlukan bimbingan, pengendalian dan kontrildari orang tua.
g. Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan seksual
Anak memiliki kebutuhan biologis yang perlu dipenuhi secara memadai dan tidak menyimpang dari kaidah kehidupan yang sehat dan yang etis, untuk memenuhi kebutuhan tersebut adahal-hal yang harus dipenuhi seperti : makan, minum, tidur, dan lain-lain,
kemudian ada hal-hal yang perlu dihindari seperti merokok, minum-minuman keras dan berzina. Dengan adanya bimbingan dan pengarahan yang baik dari orang tua, semenjak anak dilahirkan hingga anak itu menjadi dewasa diharapkan segala perkataan, ucapan, tindakan, dan perbuatannya akan selalu didasari sesuai
dengan aturan yang ada.13
B. MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau bertaubat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Jadi motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.
Dalam buku yang dikutip oleh Hamzah B. Uno berjudul teori motivasi dan pengukurannya David McClelland berpendapat bahwa yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat muculnya motif dan
13
saat usaha pencapaian yang diharapkan. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan dari luar untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.14
Selain itu McDonald dalam buku Psikologi Pendidikan yang dikutip oleh Wasty Soemanto memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
tujuan. Definisi ini berisi tiga hal, yaitu:15
1. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang artinya bahwa motivasi itu mengawali teradinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2. Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif. Motivasi ditandai denganmunculnya rasa atau “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong
oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.16
14 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),
cet. 4, hlm. 3-9.
15 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), hlm. 203. 16 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
2. Jenis-Jenis Motivasi
Adapun macam-macam atau jenis motivasi menurut bebrapa tokoh yaitu sebagai berikut :
1. Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar membagi macam-macam motivasi di antaranya yaitu: a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1. Motif-motif Bawaan
Yakni motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motif-motif ini seringkali diisyaratkan secara biologis. Contoh : dorongan untuk makan, minum, bekerja, istirahat, dan dorongan seksual. 2. Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya adalah bahwa motif-motif yang timbul karena dipelajari, sebagai contoh : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu kedudukan di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan
secara sosial.17
b. Motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah
Ada beberapa ahli menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya :
17 Ibid, hlm. 86.
refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk
motivasi rohaniah yaitu kemauan.18
2. Sedangkan menurut Woodworth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi 3 macam yang dikutip oleh Abdul Rahman Saleh dalam buku Psikologi Suatu Pengantar dalm Perspektif Islam diantaranya:
a. Kebutuhan-kebutuhan organis yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dari dalam tubuh, seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur, dan sebagainya.
b. Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar, dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia.
c. Motivasi objektif yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup: kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia
secara efektif.19
18
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 73.
19 Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Selain pendapat dari beberapa tokoh di atas, beberapa ahli psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran
akan pentingnya sesuatu.20 Misalnya: seorang siswa membaca
sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Agar mendapat motivasi intrinsik, pembelajar perlu:
a. Memahami apa yang mereka pelajari b. Menjadi orang yang ingin tahu (inquistive) c. Mampu melihat manfaat pembelajaran baru d. Menikmati tugas atau pengalaman pembelajaran
e. Memiliki energi untuk belajar21
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan
menghindari hukuman.22
20 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001), cet ke 2,
hlm.57.
21 Gavin Reid, Motivasi Siswa di Kelas (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hlm. 22.
22 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Untuk Melanjutkan Pendidikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi untuk melanjutkan pendidikan diantaranya yaitu:
1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain
selanjutnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut
menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan lain-lain kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemaua menjadi cita-cita. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2. Kemampuan Siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Artinya bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.23
3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Aak yang sakit aka enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya, setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membaca buku-buku pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor yang baik, seperti sebelum sakit. Denga kata lain kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
4. Kondisi Lingkungan Siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh
23 Ibid, hlm. 97-98.
lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan ligkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka
semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.24
5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pegalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Pembelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan yang semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di
sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.25
6. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut: - Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah.
- Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah.
- Membina belajar tertib pergaulan, dan - Membiana belajar tertib lingkungan sekolah.
24 Ibid, hlm. 99. 25 Ibid, hlm. 99.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam
pusat-pusat pendidikan tersebut.26
26 Ibid, hlm. 100.