• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP MINAT BELI DAN DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PENJUALAN PELUMAS MESRAN B-40 1L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP MINAT BELI DAN DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PENJUALAN PELUMAS MESRAN B-40 1L"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN

PERSEPSI HARGA TERHADAP MINAT BELI

DAN DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN

PEMBELIAN

PENJUALAN PELUMAS MESRAN B-40 1L

Chrisna Sujatmiko, Freddy P. Simbolon

Binus University, Komplek Eramas 2000, Blok B9 No. 9, +62878 8327 3100, chrisnasujatmiko@gmail.com

ABSTRAK

Meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak untuk penggunaannya pada kendaraan

bermotor di Indonesia dari tahun ke tahun, hal ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi

para pelaku bisnis yang bermain pada sektor ritel bahan bakar minyak. Bertolak belakang

dengan kenyataan tersebut, SPBU 34.16114 mengalami penurunan angka penjualan

Mesran B-40 1L dari bulan ke bulan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar

100 orang yang diambil dari pelanggan pelumas Mesran B-40 1 L di SPBU 34.16114 pada

periode November 2012 – April 2013. Temuan dari hasil penelitian ini adalah Kualitas

Pelayanan memiliki kontribusi yang positif dan signfikan terhadap Minat Beli, begitu juga

Persepsi Harga yang memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap Minat Beli.

Lebih lanjut, Kualitas Pelayanan memiliki kontribusi yang bersifat tidak langsung kepada

(2)

Keputusan Pembelian, hal ini juga berlaku pada Persepsi Harga yang memiliki kontribusi

yang tidak mempengaruhi secara langsung terhadap Keputusan Pembelian dikarenakan

ada variabel yang mediator, yaitu Minat Beli. Untuk kedepannya, selain terus menjaga dan

meningkatkan kualitas pelayanannya, SPBU 34.16114 diharapkan untuk dapat

menerapkan pricing strategy yang kompetitif untuk menciptakan persepsi harga yang baik

di benak konsumen agar dapat merangsang minat beli konsumen yang akan berdampak

pada keputusan pembelian.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan, Persepsi Harga, Minat Beli, Keputusan Pembelian,

Mesran B-40 1L.

ABSTRACT

The increased consumption of fuel oil for use on motor vehicles in Indonesia from year to

year, captured as business opportunities for the business person who played on oil fuel

retail sector. Contrary to the fact, SPBU 34.16114 sales decreased 34.16114 on Mesran

B-40 1L product from month to month. The sample used in this study of 100 people taken

from customers of Mesran B-40 1L lubricants in the period of November 2012 - 2013 April

2013. The findings from this research is the quality of service has a positive contribution

and significant to purchase intention, as well as the perception of price which have a

positive and significant contribution to purchase intention. Furthermore, the quality of

service that do not contribute directly to the purchasing decision, This also applies to the

perception of price which has indirect contribution to the buying decision since there is a

variable that role as the mediator, i.e. purchase intention. For the future development,

besides continuing to maintain and enhance the quality of service, SPBU 34.16114 is

expected to be able to implement competitive pricing strategies to create a good price

perception in the minds of consumers in order to stimulate the purchase intention in

consumer that will have an impact on the purchasing decision.

Keywords: Service Quality. Perception of Price, Purchase Intention, Buying Decision,

Mesran B-40 1L Lubricants.

PENDAHULUAN

Naiknya konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia membuat hal tersebut dibaca sebagai suatu peluang bagi para pebisnis. Dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun tingkat konsumsi BBM meningkat seiring dengan baiknya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor di Indonesia. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi di SPBU 34.16114 yang terus mengalami penurunan dalam penjualan. Hal yang paling jelas dapat dilihat adalah penurunan yang bersifat kontinyu pada penjualan Pelumas Mesran B-40 1L yang merupakan suatu masalah bagi SPBU 34.16114.

(3)

Hal diatas tersebut menarik minat penulis untuk membahas lebih lanjut mengenai keadaan yang terjadi pada SPBU 34.16114. Penulis menduga, penurunan penjualan ini disebabkan oleh variabel Kualitas Pelayanan, Persepsi Harga dan Minat Beli yang terkait dengan Keputusan Pembelian. Untuk lebih dalam lagi, penulis mencoba untuk meneliti pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Minat Beli, pengaruh Persepsi Harga terhadap Minat Beli, pengaruh Kualitas Pelayanan dan Persepsi Harga secara bersama-sama pada Minat Beli, pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian, pengaruh Persepsi Harga terhadap Keputusan Pembelian, pengaruh Minat Beli terhadap Keputusan Pembelian dan pengaruh Kualitas Pelayanan, Persepsi Harga dan Minat Beli secara bersama-sama terhadap Keputusan Pembelian.

Pengaruh yang diduga diatas melibatkan Kualitas Pelayanan sebagai X1, Persepsi Harga sebagai X2, Minat Beli sebagai Y dan Keputusan Pembelian sebagai Z. Tinjauan pustaka mengenai definisi dan peranan dari setiap variabel disajikan sebagai berikut:

1. Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman, Zeithaml & Berry pada Kim, Vetter dan Lee (2006:p.41) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan konstruk abstrak dan sukar dipahami karena 3 fitur unik yang berkaitan dengan jasa, yaitu intangibility, heterogeneity and inseparability of production and consumption.

Menurut Kiew dan Chee pada Zakaria et al (2010:p.86) menyatakan bahwa Kualitas pelayanan juga melibatkan persepsi dan ekspektasi dari tingkat pelayanan yang diberikan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pelayanan yang berkualitas juga mengenai ekspektasi konsumen dalam lingkungan jasa, proses dan kualitas output yang mereka dapat lihat dan rasakan sendiri.

Menurut Zeithaml pada Kun, Lee, Kim dan Lee (2005:p.141) menyatakan bahwa kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian evaluative dari sang konsumen mengenai tingkatan atasa kelebihan dari performa jasa.

Menurut Levy dan Weitz (2012: p512) kualitas pelayanan dapat dicapai jika manajemen di level atas memberikan kepemimpinan dan mendemonstrasikan komitmen. Manajemen di level atas harus bersedia untuk menerima kesulitan sementara atau temporer dan juga ketika biaya yang berasosiasi dengan perbaikan kualitas pelayanan semakin tinggi.

Lovelock dan Wirtz pada Perez et al (2007:p136) menjabarkan bahwa kualitas pelayanan mempunyai pengertian yang berbeda-beda pada setiap orang tergantung konteks apa yang sedang menjadi bahasannya.

Menurut Lovelock dan Wirtz dalam Perez et al (2007:140-141) ada lima kriteria pokok pelayanan yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk fisik (Tangibles), yaitu kemampuan peushaan dalam menunjukan eksistensinya pada pelanggan. Penampilan dan kemampuan saran dan prasaranan fisik perusahaan dn lingkungan sekitar.

2. Kehandalan (Reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan.

3. Ketanggapan (Responsiveness), yaitu kemampuan perusahaan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.

4. Jaminan (Assurance), yaitu kemampuan pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan pada perusahaan.

Assurance (Jaminan) dibagi lagi menjadi empat sub bagian, yaitu: Credibility (Kredibilitas):

Dapat dipercaya, dapat bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan dan kejujuran dari penyedia layanan/jasa.

• Security (Keamanan)

Kebebasan dari bahaya, resiko dan keraguan

• Competence (Kompetensi)

Mempunyai keahlian dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan suatu jasa/layanan.

(4)

Kesopanan, rasa hormat, pertimbangan dan keramahan ketika bertemu langsung dengan karyawan

5. Empati (Empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual yang diberikan kepada para pelanggan berupa memahami keinganan pelanggan.

Empati kembali dibagi menjadi tiga sub bagian, yaitu:

• Access (Akses)

Kemudahan untuk melakukan pendekatan dan kemudahan untuk melakukan kontak.

• Communication (Komunikasi)

Mendengarkan keluhan konsumen dan secara kontinyu memberikan informasi dengan bahasa yang mereka menegerti

• Understanding The Costumer (Mengerti Apa Yang Diinginkan Konsumen) Melakukan usaha untuk mengenal konsumen dan kebutuhan mereka 2. Persepsi Harga

Menurut Hawkins, Nothesbaugh &Best dalam Leonardo dan Erwan (2012:p45),persepsi adalah sebuah proses yang diawali dengan pemaparan konsumen dan perhatikan terhadap rangsangan pemasaran dan berakhir dengan penafsiran oleh konsumen

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap kewajaran suatu harga. pertama

Perception of price differences (Nagle & Hogan, 2006), pembeli cenderung melakukan evaluasi terhadap perbedaaan harga antara harga yang ditawarkan terhadap harga dasar yang diketahui. Faktor lain yang mempengaruh persepsi terhadap kewajaran suatu harga adalah price references (Schiffman danKanuk, 2000) yaitu dimiliki oleh pelanggan yang didapat dari pengalaman sendiri (Internal price)dan informasi luar iklan dan pengalaman orang lain (external references prices)

Pada intinya, harga memiliki arti yang kompleks dan bisa memainkan berbagai macam peran bagi konsumen. Pemasaran perlu untuk memahami semua persepsi harga yang dimiliki konsumen.

Pada saat pemprosesan informasi harga secara kognitif terjadi, konsumen dapat membuat perbandingan antara harga yang ditetapkan dengan harga atau rentang harga yang telah terbentuk dalam benak mereka untuk produk tersebut. Harga dalam benak konsumen yang digunakan untuk melakukan perbandingan ini disebut internal reference price (harga referensi internal). Referensi harga internal pada dasarnya bertindak sebagai penuntun dalam mengevaluasi apakah harga yang ditetapkan dapat diterima konsumen atau tidak.

Menurut Freddy Rangkuti dalam Leonardo dan Erwan (2012 : p47) dalam persepsi mengenai harga diukur berdasarkan persepsi pelanggan yaitu dengan cara menanyakan kepada pelanggan variabel-variabel apa saja yang menurut mereka paling penting dalam memilih sebuah produk.

Persepsi harga dibentuk oleh 2 dimensi utama, yaitu: 1. Persepsi Kualitas

Konsumen cenderung lebih menyukai produk yang harganya mahal ketika informasi yang didapat hanya harga produknya saja. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk dipengaruhi persepsi mereka terhadap nama, merk, nama toko, garansi yang diberikan dan negara yang menghasilkan produk tersebut.

2. Persepsi Biaya yang Dikeluarkan

Secara umum konsumen menganggap bahwa harga merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan sebuah produk. Tetapi konsumen mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap biaya yang dikeluarkan meskipun untuk produk yang sama. Hal ini tergantung situasi dan kondisi yang dialami konsumen.

Lebih lanjut Nagle & Hogan (2006) menambahkan 2 dimensi yang membentuk persepsi harga pada konsumen, yaitu:

3. Persepsi Perbedaan Harga

Evaluasi dari konsumen terhadap perbedaan harga yang ditawarkan terhadap harga dasar yang telah diketahui oleh konsumen.

(5)

4. Harga Referensi

Harga yang dibentuk oleh pelanggan berdasarkan dua hal, antara lain: harga menurut pengalaman pelanggan tersebut (internal reference price) dan harga yang diinformasikan oleh orang lain atau iklan di luaran yang dilihat ol.eh pelanggan (external reference price)

3. Minat Beli

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benak dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen mempunyai keinginan kuat untuk memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasi apa yang ada di dalam benaknya itu.

Menurut Turney dan Litman pada Nasermoadeli et al (2013:p.129) menyatakan bahwa minat beli adalah prediksi konsumen mengenai akan pilihan konsumen mengenai perusahaan/toko mana yang akan mereka pilih untuk melakukan pembelian.

Menurut Menurut Creyer dan Ross pada Shaharudi et al (2011:p.113) menyatakan bahwa persepsi harga seringkali diukur sebagai alternatif dari perilaku pembelian yang sebenarnya.

Menurut Kinnear dan Taylor dalam Kristiana dan Wahyudin(2012: p2) minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelumkeputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Lebih lanjut, Mehta di dalam Kristiana dan Wahyudin (2012: p2) mengemukakan bahwa minat

beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian Menurut Yoestini dan Eva di dalam Jurnal Sains Pemasaran (2007: p270) dimensi-dimensi yang membentuk minat beli dikemukakan oleh Spiro and McGee, MacKay dan Haubl sebagai berikut:

1. Pencarian informasi lanjut

2. Kemauan untuk memahami produk/jasa 3. Keinginan untuk mencoba produk/jasa 4. Kunjungan ke outlet

4. Keputusan Pembelian

Menurut Kotler dalam Wahyuni (2008:p32) bahwa keputusan pembelian adalah pilihan akhir yang dilakukan oleh konsumen dalam memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Proses pengambilan keputusan pembelian pada setiap orang pada dasarnya adalah sama, hanya saja semua prosers tersebut tidak semua dilaksanakan oleh konsumen .

Menurut Levy & Weitz (2011:p90) keputusan pembelian adalah pengkonversian dari evaluasi-evaluasi yang telah dilakukan oleh konsumen untuk selanjutnya memutuskan untuk melakukan pembelian.

Adapun beberapa tahap yang dilakukan oleh konsumen dalam proses pembelian, menurut Kotler dalam Wahyuni (2008:p32), yaitu:

1. Need recognition (pengenalan masalah)

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan keadaanyang diinginkan. Kebutuhan inidapat dipicu oleh stimuli intern dan ekstern. Pemasaran perlu mengidentifikasikan stimuli yang paling sering menimbulkan minat pada suatu kategori produk tertentu.

2. Search of information (pencarian informasi)

Ada dua tingkatan dalam proses pencarian informasi. Yang pertama, keadaan pencarian yang lebih ringan disebut perhatian yang memuncak. Di mana seseorang hanya bersikap lebih menarik terhadap informasi mengenai suatu produk tertentu. Yang kedua adalah pencari informasi aktif, dimana konsumen mencari bahan bacaan, menelpon teman dan ikut serta dalam kegiatan lain untuk mempelajari produk. Berapa pencarian yang dilakukan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang lebih dimiliki, kemudahan dalam memperoleh informasi tambahan dan kepuasan yang perlu dan pencarian.

Levy & Weitz (2011:p91) menambahkan bahwa dengan memberikan informasi yang cukup dan jelas maka akan mendorong persepsi positif mengenai harga gyang ditawarkan.

(6)

3. Alternative evaluation (evaluasi alternatif)

Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan manfaat yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut. Konsumen kemudian sampai pada pendirian terhadap alternative produk tertentu melalui suatu prosedur evaluasi.

4. Purchase decision (keputusan pembelian)

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindar suatu keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan. Pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan rasa adanya resiko dalam diri konsumen dan memberikan informasi dan dukungan yang akan mengurangi resiko yang dirasakan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini data diperoleh langsung dari Birugo Digital Printing Bukittinggi, dimana penelitian ini mengenai pemesanan spanduk pada kantor tersebut dan data

Shapiro (1978) menyatakan bahwa pembubaran kelompok sering ditangani secara tidak professional oleh pimpinan kelompok, dan tidak dibuat persiapan yang matang, sehingga

Kebijaksanaan dasar penanggulangan pencemaran udara untuk sumber bergerak dapat dilakukan dngan cara penggunaan bahan bakar bebas timbal dan kadar belerang rendah untuk

Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan secara rinci mahasiswa mampu mengenali aplikasi media humas yang digunakan, mempergunakan perangkat lunak komputer untuk

Dari hasil identifikasi terhadap faktor-faktor penguat integrasi ini, diharapkan adanya manajemen atau pengelolaan khusus yang menangani masalah perkembangan kawasan kota

Pemilihan judul Sasambah merupakan keterkaitan dengan bentuk sastra yang diambil dari kalimat Sambah yang merupakan bagian dari sastra masyarakat Minangkabau

a. Pada tahap hidrolisis, reaksi yang terjadi adalah penguraian bahan-bahan organik kompleks yang mudah larutatau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, dan karbohidrat

Pendidikan Islam sangat berperan untuk senantiasa diaktualisasikan sehingga bisa menjadi petunjuk sesuai dengan fungsinya antara lain sebagai faktor pembimbing, pembina,