• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN GERAKAN PALANG MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERANAN GERAKAN PALANG MERAH"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERANAN GERAKAN PALANG MERAH

3.1 Hendry Dunant Sebagai Penggagas Red Cross

Pada tanggal 24 Juni 1859, perang besar-besaran terjadi yang melibatkan tiga negera besar di Eropa, yaitu peran antara negara Italia bersama Prancis melawan negara Austria. Perang dilakukan di kota Solferino, Italia. Perang ini terjadi secara spontan tanpa adanya sebuah perjanjian ataupun negosiasi untuk melaksanakan perang, sehingga perang ini sangat banyak menelan korban. Terlebih terhadap prajurit, jumlah korban meninggal dunia dan luka perang sangat besar.

Peristiwa dan akibat perang di Solverino terekam oleh seorang warga negara Swiss bernama Henry Dunant yang memberikan pertolongan kepada korban tanpa adanya perintah ataupun permintaan dari kelompok yang berperang. Tidak cukup hanya satu orang, sehingga Henry membentuk timnya yang merupakan masyarakat Solferino. Sama seperti tugas yang dilaksanakan oleh Henry, mereka adalah penolong korban perang tanpa memilih korban kedua belah pihak yang sedang perang.

Henry Dunant mencatatkan pengalaman ini dalam sebuah buku, yang isinya adalah tentang kerugian akibat perang, korban luka-luka dan bahkan keluarga yang kehilangan saudaranya akibat perang. Dalam hal ini diperlukan peran beberapa orang dalam memberikan pertolongan kepada mereka yang masih hidup dan bisa diselamatkan.Untuk itulah tim yang dibentuk oleh Hendry Dunant

(2)

bersama masyarakat sangat penting. Pengalaman ini diberi judul “Kenangan Dari Solverino”.15

Dalam catatannya, kegiatan yang dilakukannya tidak terkait dengan kepentingan politik ataupun karena dorongan orang lain, sebab saat melintas dari Solverino tujuan dari Henry Dunant sebenarnya untuk menghadap Kaisar Perancis, Napoleon III, tetapi melihat kota penuh dengan korban perang, maka secara spontan Henry Dunant mengumpulkan beberapa anggota masyarakat membentuk posko tempat mengumpulkan korban perang dan memberikan pertolongan medis.

Saat terjadi perang, prajurit perang menjadi kelompok yang paling banyak menjadi korban. Sebab kelompok yang berperang adalah kelompok prajurit. Karena kekurangan persediaan medis dari kedua kelompok yang berperang maka banyak prajurit yang sama sekali tidak mendapat pertolongan. Bantuan sukarelawan yang diberikan oleh Henry Dunant dan masyarakat adalah hal yang sangat tepat, hingga akhirnya jumlah korban meninggal dunia dari masing-masing pihak berkurang.

16

Henry Dunant mempunyai rencana yang lebih jauh lagi dari pengalamannya di Solverino, melalui penonjolan beberapa poin saat memaparkan catatannya di Jenewa yaitu perang adalah tindakan yang sangat kejam dan hanya memberikan kerugian kepada mereka yang berperang, perang bukanlah satu cara memecahkan masalah tetapi memperbesar permusuhan, perang membutuhkan

15 H. Umar Mu’in, Gerakan Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah Internasional dan

Perhimpunan Palang Merah Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm. 10

16 Marion Harrof, Kegiatan Komite Internasional Palang Merah (International Comitte

Of The Red Cross) Pada Waktu Kekerasan Dalam Negeri, Jakarta: International Riview Of The

(3)

satu pihak yang tidak terikat dan bersifat netral yang bertugas sebagai pihak penengah. Hasil pemikiran Henry Dunant banyak disukai oleh masyarakat luas. Kelompok masyarakat yang turut hadir saat Henry Dunant memaparkan isi bukunya, ikut memberi dukungan ketika Henry Dunant menawarkan pembentukan sebuah kemunitas yang bergerak dalam bidang kemanusiaan karena masyarakat memandang positif tawaran yang berikannya. Hal ini dilatarbelakangi oleh idealisme Henry Dunant yang sama sekali adalah karena keterbukaan dan bukan karena imbalan materi.17

Tugas organisasi tersebut adalah untuk memberikan pertolongan kepada prajurit akibat perang dan perlindungan terhadap sukarelawan yang sedang melakukan tugas medis terhadap korban perang. Tugas ini dominan sebagai tugas medis yang bersifat kesukarelaan.

Untuk mengwujudkan rasa simpatik dari masyarakat Jenewa terhadap pemikiran Henry Dunant maka segera terbentuk sebuah komunitas yang menantang negara-negara yang sedang melakukan perang. Komunitas ini adalah kemunitas anti perang. Masyarakat Jenewa semakin bersemangat mengkampanyekan hasil pemikiran dan rancangan yang dibuat oleh Henry Dunant. Melihat perubahan yang terjadi pada masyarakat Jenewa, umumnya masyarakat Swiss maka Henry Dunant mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan yang bersifat permanen. Organisasi yang dibentuk oleh Henry Dunant pada masa damai adalah sebagai persiapan kepada perang yang waktunya tidak dapat ditentukan.

(4)

Pendapat Henry Dunant ternyata memberikan ketertarikan, seperti kelompok masyarakat yang traumatis dengan peristiwa perang. Pendapat ini langsung mendapat sambutan hangat dari warga Jenewa yaitu General Defaur, Dr. Luis Appia, Dr. Teodore Maunoir dan Gustave Moynier. Mereka mengusulkan pada Henry Dunant untuk mengembangkan gagasan yang dibuatnya berwujud Internasional.18

Saat pemaparan Henry Dunant tentang Komite Lima kepada seluruh warga termasuk pemimpin Negara Swiss. Ia menyampaikan bahwa perang yang terjadi selama ini belum menunjukkan perhatiannya kepada para prajurit yang menjadi korban perang. Sasaran pokok dari pelaksanaan perang adalah kemenangan tanpa memperhitungkan kerugian ataupun korban yang diakibatkannya. Untuk membuktikan sosialisasi tentang gerakan sukarelawan Komite Lima, maka pada pertemuan selanjutnya, Komite Lima mengundang berbagai negara dari belahan dunia untuk berpartisipasi dalam gerakan tersebut. Mereka sepakat dengan tawaran yang dilakukan oleh Komite Lima. Kesepakatan ini berwujud menjadi

Henry Dunant menerima tawaran yang diajukan kepadanya oleh kelompok General Dufour, lalu mengarahkannya menjadi organisasi yang dinamakan dengan “Komite Lima” yang anggotanya adalah 4 tim medis yang disebutkan sebelumnya ditambah dengan Henry Dunant. Sasaran utama pembentukan badan ini adalah sebagai sukarelawan perang, baik dalam bentuk medis maupun sebagai orasi menyuarakan kepada masyarakat agar tidak menyetujui dilakukannya perang antara siapapun.

(5)

organisasi yang bernama “Badan Palang Merah”.19

1. Austria 9. Norwegia

Sebanyak 16 negara yang turut dalam pertemuan Komite Lima, yaitu:

2. Baden 10. Prusia

3. Beierem 11. Prancis

4. Belanda 12. Spanyol

5. Heseen Darmstadt 13. Saxson

6. Inggris 14. Swedia

7. Italy 15. Hutenberg dan

8. Hannover 16. Swiss,

Tugas pokok Badan Palang Merah sesuai kesepakatan dari 16 negara yang hadir adalah sebagai tenaga medis terhadap prajurit korban perang di darat. Untuk pembicaraan selanjutnya Komite Lima membahas tentang struktur organisasi dan sosialisasi “Badan Palang Merah”. Hal ini diutamakan dan mendapat ijin kepada negara-negara yang hadir pada pertemuan Badan Palang Merah di Jenewa. Sadangkan untuk negara yang tidak hadir pada pertemuan Jenewa, merupakan negara-negara yang tidak dapat dimasuki oleh Badan Palang Merah.20

Organisasi Badan Palang Merah memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Henry Dunant, sebagai wujudnya Henry Dunant dijadikan pemimpin dan pengarah tindakan-tindakan operasional dari Badan Palang Merah.

19 Umar Mu’in., loc cit

(6)

3.2 Pembentukan Komite Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah (ICRC)

Henry Dunant tidak henti-hentinya berusaha membangun Gerakan Palang Merah ketingkat yang lebih besar lagi, bahkan sasaran yang tertinggi untuk dicapainya adalah Palang Merah yang mendapat pengakuan dari seluruh pihak Internasional. Henry Dunant sering malakukan hijrah ketempat-tempat yang berkompeten dalam penghitungan statistik jiwa, seperti yang dilakukannya ke Berlin Jerman.

Saat kunjungannya ke Berlin Jerman, ia mendapat data-data manusia yang menderita sakit akibat perang, panyakit menular dan penyakit lainnya. Tujuan ini dilakukannya untuk mempengaruhi serta meyakinkan manusia agar peduli pada korban perang dan kesehatan lainnya.21

21 Umar Mu’in, op cit., hlm. 18

Melalui penyebarluasaan akibat dari perang, Henry Dunant mencoba memberikan penjelasan terhadap banyak orang tentang akibat dari perang. Henry Dunant berusaha mempublikasikan tentang statistik tersebut ketika pertemuan kesehatan dilakukan di Eropa. Kampanye yang dilakukannya, banyak mendapat perhatian dari berbagai pihak seperti Dokter J.B.C Basting dari Balanda. Ide dan pemikiran Henry Dunant merupakan pemikiran yang harus diwujudkan sehingga Palang Merah nasional yang ada diberbagai negara memiliki kekuatan yang besar.

(7)

Pernyataan ini dinyatakannya ketika pelaksanaan Konferensi Statistik Jiwa Manusia di Belanda. J.B.C Basting bahkan menambahkan tiga poin tentang pendapat dari Henry Dunant yaitu:

1. Bahwa setiap pemerintah di Eropa diharapkan menyetujui dan memberi pengakuan adanya komite internasional oleh komite nasional serta memberikan perlindungan.

2. Bahwa setiap pemerintah akan mengakui dan mengangkat anggota dari jawatan kesehatan tentara termasuk sukarelawan yang bersifat netral.

3. Bahwa dalam keadaan perang, transportasi anggota sukarelawan dan bantuan akan dipermudah oleh semua pihak.22

Hasil yang dapat dipetik dari pertemuan tersebut adalah rasa simpati serta pujian yang semakin besar terhadap Henry Dunant. Ia mengajukan permohonan terhadap negaranya (Swiss) agar memberikan perhatian penuh terhadap pemikirannya. Permohonan ini diterima langsung oleh Pemerintah Swiss. Badan Palang Merah yang selanjutnya dipimpin oleh Teodore Maunoir tetap berjalan dan menyebarkan kepalangmerahan kepada berbagai negara, sehingga mereka semakin mudah untuk menyatukannya.

Melihat pengaruh dari penyebarluasan kepalangmerahan di Badan Palang Merah Swiss, maka pemerintah Swiss berkeyakinan besar terhadap ketulusan pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Ketika Henry Dunant mengetahui dilaksanakan konvensi kepalangmerahan yang mengundang banyak negara yang memiliki komite Palang Merah Nasional, maka melalui Badan Palang

(8)

Merah Swiss, ia mengusulkan pelaksanaan Konferensi Palang Merah Internasional. Negara Swiss akhirnya menerima permintaan dari kelompok Badan Palang Merah Nasional Swiss dan mengundang banyak negara untuk merativikasi organisasi tersebut. Tanggal 22 Agustus 1864, 12 negara ditambah 16 negara hadir saat konvensi Jenewa I dilakukan yang menghasilkan sejumlah kesepakatan yaitu:

1. Tentara yang terluka atau sakit harus diobati

2. Sebagai penghargaan terhadap negara Swiss, maka lambang organisasi Palang Merah Internasional menggunakan lambing salib diatas dasar putih sama seperti lambang Negara Swiss. Lambang ini diupayakan dipakai seluruh badan kesehatan seperti rumah sakit, transportasi kesehatan dan sukarelawan saat konflik bersenjata.23

Sebagai negara yang memprakarsai terbentuknya Komite Palang Merah Internasional, maka negara Swiss memperoleh penghargaan dari kepala negara dan kontingen berbagai negara yang hadir saat pertemuan digelar. Demikan halnya kepada Henry Dunant, penghargaan diberikan berbagai kontingen negara anggota.

Komite Palang Merah Internasional pada awalnya memakai lambang salib berwarna merah tetapi karena dianggap tidak memberikan kesan keberagaman, maka kelompok negara Islam memakai lambang bulan sabit merah. Seiring dengan penambahan lambang ini maka Komite Palang Merah Internasional berganti nama menjadi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang lambangnya

(9)

adalah penyatuan kedua simbol yaitu salib dan bulan sabit merah,24

Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah disepakati dapat dipakai oleh rumah sakit dan kelompok medis lainnya untuk menjamin kenetralan dari kelompok pelaksana kesehatan. Tugas-tugas pokok dari komite Palang Merah Internasional diatur dalam kesepakatan Undang-undang Palang Merah Internasional yang terdiri dari 10 pasal.

tanpa merubah fungsi dan tujuannya dari badan tersebut.

25

Akibat perkembangan peralatan dan areal pelaksanaan perang semakin beragam, maka Komite Palang Merah Internasional semakin mempelajari hal ini untuk menyusun strategi membantu korban perang. Perang Solverino adalah perang yang menjadi dasar pertolongan bagi gerakan Badan Palang Merah. Tugas Komite Palang Merah Internasional yang tersusun dari perang ini hanya sekitar Setelah International Comitte Of The Red Cross (ICRC) terbentuk maka pekerjaan yang direncanakan dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian Palang Merah semakin mendapat sambutan dari berbagai negara. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia, sistem perang juga semakin meningkat. Peperangan bukan saja dilakukan di darat tetapi perang banyak dilakukan di laut dan di udara. Latar belakang ini mempengaruhi peningkatan progam ICRC, sesuai dengan perang yang sedang terjadi, maka secara otomatis fungsi dari Palang Merah Internasional juga semakin luas.

3.3 Usaha Ratifikasi Konvensi Jenewa

24 Ibid., hlm. 4

(10)

perang darat. Untuk menjaga Komite Palang Merah Internasional tetap berjalan, maka lembaga ini telah melakukan beberapa kali Konvensi, seperti konvensi tahun 1909, 1923, 1929 dan tahun 1949. Dasar dari perubahan ini adalah Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang telah menyebabkan korban luka-luka dan meninggal dunia sangat besar. ICRC menganggap hal ini dikarenakan kurangnya persiapan dari komite itu sendiri dalam mengenali jenis perang yang akan terjadi.

Pada Perang Dunia I, jatuhnya korban tidak hanya dialami oleh tentara ataupun kelompok militer, tetapi keganasan perang telah banyak menewaskan masyarakat sipil yang tidak berdosa. Pada Konvensi I Jenewa pertolongan medis yang terencana hanya diberikan kepada prajurit yang terluka dan meninggal dunia, sedangkan perlindungan terhadap sipil belum direncanakan sama sekali.26

26 Mochtar Kusumaatmadja., loc cit

Perlombaan menggunakan teknologi dalam berperang seperti nuklir, rudal, bom dan pesawat sebagai alat perang menjadi salah satu taktik perang dalam menghabisi jiwa manusia. Perang juga dilakukan di laut bahkan di udara, tanpa memperhitungkan akibat.

Sebagai proses penyesuaian antara perang dan cara kerja Komite Palang Merah Internasional, maka pelaksanaan Konvensi Jenewa I dilaksanakan kembali. Partisipasi dari Komite Palang Merah Nasional didasari berbagai negara yang turut hadir pada konvensi tersebut untuk mempublikasikan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada setiap Badan Palang Merah Nasinal dan bahkan Komite Palang Merah Internasional sebagai wujud yang paling besar.

(11)

Cara mengadopsi hasil Konvensi Jenewa ataupun konvensi lainnya menjadi bagian dari tugas Komite Palang Merah Nasional maupun Internasional telah diatur dalam Konvensi Jenewa I yang menyatakan “Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diakibatkan oleh semua sengketa bersenjata (Armed Conflik) lainnya yang melibatkan dua atau lebih pihak”.27

Perlindungan tawanan ternyata sangat diperlukan, untuk itu Konvensi III dilakukan sebagai perlindungan terhadap tawanan perang dan tawanan lainnya. Perlakuan yang dijadikan contoh perlakukan terlarang adalah perlakuan tentara

Konvensi Jenewa II lebih mengarah kepada pengaturan pelaksanaan perang. Tujuan dari perjanjian ini adalah pembatasan dampak yang ditimbulkan oleh perang. Perang akan dijauhkan dari daerah masyarakat guna membatasi dampaknya pada masyarakat sipil. Sebelum konvensi ini dilaksanakan, perang terjadi tanpa memperhitungkan siapa seharusnya yang dapat dibunuh. Kelompok masyarakat terkadang menjadi sasaran dari tentara ketika perang dalam keadaan memanas. Akibatnya korban yang ditimbulkan oleh perang dimasa lalu sangat besar.

Setelah pembatasan perang menjadi otoritas dari Palang Merah, organisasi ini tidak berhenti disitu saja, tetapi juga memperhatikan perlakuan yang diterima para tawanan yang ditawan. Para tawanan banyak yang terbunuh di penjara akibat penyiksaan yang dilakukan oleh pihak penawan. Sebelum konvensi III dilaksanakan, tawanan menjadi pelampiasan amarah dari kelompok penahan, mereka diperlakukan diluar hak asasinya sebagai manusia.

(12)

Jepang dan Jerman kepada lawan negaranya.28 Hal-hal yang ikut dijaga dalam konvensi ini menyangkut masalah perlindungan dan perlakuan terhadap tawanan, pengembalian tawanan perang, tempat menawan, kesehatan materil tawanan mencakup keuangan, makanan kebersihan tawanan, dan pengamatan kesehatan.29

Tambahan-tambahan tugas Komite Palang Merah akan diturunkan ke Komite Palang Merah Nasional, guna sosialisasi tugas dari badan Palang Merah. Kebutuhan akan sukarelawan dan pekerjaan Palang Merah semakin besar di barbagai belahan dunia, sehingga banyak negara meratifikasi bentuk organisasi yang sama dengan Palang Merah dan kemudian bergabung dengan organisasi Bidang lain yang harus diperhatikan pihak penawan sesuai dengan isi Konvensi III mencakup kesejahteraan moral (agama, kegiatan-kegiatan intelektual, olah raga, hiburan, hubungan dengan dunia luar dan perihal kiriman dari luar), hak tawanan untuk mengajukan permohonan, pengaduan laporan, disiplin dalam kemah tawanan, pemulangan langsung, penempatan di negara yang dianggap netral, pemeriksaan terhadap tawanan yang meninggal dunia dan masalah lainnya.

Palang Merah diberi tugas untuk melakukan pemeriksan persyaratan tersebut tanpa harus mendapat ijin dari pihak mana pun. Hal ini membuktikan bahwa Komite Palang Merah Internasional (ICRC) semakin besar dan diakui kenetralannya.

28 Ibnu Sutoyo., loc cit

(13)

tersebut setelah Komite Palang Merah Internasional menilai bahwa organisasi tersebut telah layak menjadi anggota Palang Merah Internasional.30

Kelompok Palang Merah Belanda menilai bahwa Indonesia juga membutuhkan Gerakan Palang Merah untuk menginvestigasi penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Rencana pendirian Palang Merah di

Konvensi akan dilakukan oleh Komite Palang Merah Internasional setelah melakukan analisa terhadap kejadian perang dan mendapat beberapa kemajuan baru atau tindakan yang membahayakan kepada umat manusia, seperti Hukum Perlakuan Internasional (HPI). Peraturan baru ini adalah tindakan untuk meminimalis tindakan kekerasan dari kelompok perang yang menahan lawan perangnya.

Ratifikasi terhadap hasil Konvensi Jenewa akan segera disebarluaskan keberbagai negara atau kepada Palang Merah Nasional yang ada di berbagai negara. Tujuan penyebaran informasi ratifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kemanusiaan keberbagai belahan dunia.

3.4 Pembentukan Palang Merah Nasional Indonesia

Untuk mengembangkan misi kemanusiaan, pihak Palang Merah Dan Bulan Sabit Merah, berupaya mengembangkan jaringannya keberbagai negara. Tujuan dilaksanakannya pengembangan ini adalah sebagai penyebarluasan tentang penghargaan terhadap nilai kemanusiaan.

30 Marion Harroff Tavel, Kegiatan Komite Internasional Palang Merah (International

Committee Of The Red Cross) Pada Waktu Kekerasan Dalam Negeri, Jakarta: International

(14)

Indonesia bermula dari pelaksanaan konvensi tahun 1907, dimana Belanda adalah panitia pelaksana konvensi.

Demikian terbentuknya Palang Merah di Indonesia yang disponsori oleh Palang Merah Belanda. Gerakan ini membuktikan bahwa gerakan Palang Merah Belanda adalah gerakan Palang Merah yang tergolong netral. Proses pembentukan ini juga mendapat hambatan yang datang dari pemerintah Belanda di Indonesia, tetapi karena Palang Merah Nasional Belanda mempunyai dukungan yang kuat dari Palang Merah Internasional dan Palang Merah Nasional lainnya maka pembukaan Palang Merah di Indonesia berhasil dilakukan pada tahun 1932, dengan nama Het Nederlands- Indische Rode Kruis (NIRK).31

Pembentukan NIRK di Indonesia berlatarbelakang dari prinsip Belanda bahwa tanah jajahan merupakan negeri yang potensial baik dari segi budaya dan ekonomi, dimana Belanda bertindak dengan sesuka hatinya untuk mengeruk kekayaan dan warisan budaya tersebut. Oleh karena itu Palang Merah Nederland terbebani untuk hal ini.32

Tahun 1940, kelompok pelajar menginginkan Palang Merah yang ada di Indonesia berdiri sendiri tanpa berhubungan dengan Palang Merah Nederland. Sebagai ketua dan sekaligus pelopor Palang Merah Indonesia distrik Nederland, dr. R.C.L Senduk dari Belanda dan dr. Bahder Djohan dari Indonesia berusaha keras menyebarluaskan prinsip-prinsip kepalangmerahan pada kelompok muda Indonesia. Hal ini mendapat tanggapan yang baik dari kelompok muda, tetapi tidak berumur panjang.

31 Umar Mu’in., loc cit 32 Ibid., hlm. 122

(15)

Permintaan ini hilang setelah mendapat kecaman dari kelompok pemerintah Belanda di Indonesia, sehingga peminat Palang Merah semakin berkurang, sebab mereka menilai bahwa di dalam Palang Merah Nederland masih dipengaruhi pemerintah kolonial Belanda.

Palang Merah Indonesia distrik Nederland sempat berkembang diberbagai kota yang ada di Nusantara. Pada tahun 1942, tentara Jepang menilai bahwa Palang Merah Indonesia distrik Nederland juga sebagai bagian dari kelompok Belanda, sehingga kelompok sukarelawan tersebut dibubarkan.

Akhir pemerintahan Belanda, beberapa pelajar tetap tertarik dengan gerakan Palang Merah dan menjalankannya, tanpa membentuk hubungan dengan Palang Merah Jepang yang membuat gerakan Palang Merah Indonesia ini segera dibubarkan oleh Pemerintah Jepang. Sejak saat itu gerakan Palang Merah berhenti total selama pemerintahan Jepang di Indonesia.

Kelompok pelajar yang tergabung dalam kelompok Palang Merah tetap menginginkan gerakan tersebut lepas dari pengaruh pemerintah yang berkuasa di Indonesia, agar bebas melakukan gerakannya sebagai tenaga sukarelawan yang bersifat netral. Tetapi karena pengaruh asing masih kuat di Indonesia saat itu, permintaan ini tidak dikabulkan. Pemuda tetap menunggu waktu yang tepat untuk pembentukan Palang Merah yang netral.

Kemerdekaan Indonesia ternyata menjadi waktu yang tepat untuk rencana kelompok pemuda Palang Merah tersebut yang didukung sepenuhnya oleh Presiden Soekarno dengan mengeluarkan perintah khusus untuk pendirian badan sukarelawan kepada Menteri Kesehatan yang baru. Perintah Presiden segera

(16)

dilakukan oleh Menteri Kesehatan saat itu yaitu dr. Buntaran dengan membentuk Komite Lima, yang anggotanya adalah:

1. dr. R Mochtar : Ketua 2. dr Bahder Djohan : Wakil ketua 3. dr Djohana : Sekretaris 4. dr Farzuki : Anggota 5. dr Sitanal : Anggota

Komite Lima segera melakukan perundingan untuk merencanakan langkah strategis yang akan dilaksanakan Komite Lima diawal kemerdekaan Indonesia. Maka rancangan yang mengarah kepada situasi Indonesia yang baru merdeka, yaitu sebagai sukarelawan perang. Langkah srategis lainnya adalah:

1. Organisasi bantuan korban perang revolusi menjelang kemerdekaan Indonesia

2. Merencanakan pengembalian tentara yang ditawan oleh pejuang Indonesia baik dari kelompok Sekutu maupun dari kelompok Belanda

3. Mengembalikan penduduk Indonesia yang mengungsi dan menyembunyikan diri karena ketakutan kepada kelompok penjajah.33

Pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan persiapan dan tenaga yang kuat, sebab tugas yang dilaksanakan ini adalah pekerjaan yang tergolong berat, maka untuk mengantisipasi terhentinya kegiatan Komite Lima melakukan penjaringan anggota sukarelawan. Penjaringan dilakukan kepada kelompok muda sebab

(17)

mereka masih tergolong kuat dan mampu melaksanakan tugas dari kepalangmerahan.

Korban perang dan penjajahan yang dilakukan Jepang dan Belanda di Indonesia ternyata terjadi hampir diseluruh daerah-daerah Indonesia. Korban kerja paksa, masyarakat yang diasingkan, tahanan politik, kelompok yang dituduh pemberontak, pengungsian secara paksa, dan korban-korban lainnya. Keadaan ini mengharuskan kelompok sukarelawan harus membuka cabang dibanyak daerah yang ada di Indonesia. Dengan merekrut kelompok pemuda yang berasal dari daerah tersebut.

3.5 Pembentukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan

Keadaan kota Medan sebelum Indonesia Merdeka tidak jauh berbeda dengan besarnya kota Batavia (Jakarta). Banyak kegiatan yang dilakukan masa penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang di Medan. Untuk itulah ketika dr. R.C.L Senduk membuka Palang Merah Indonesia distrik Nederland di Indonesia, salah satunya Medan merupakan cabang yang tergolong besar, tepatnya di markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang sekarang.34

34 Lihat Gambar I, Markas Palang Merah Indonesia Cabang Medan di Jalan Palang Merah

No. 17 Medan

Het Nederlands-Indische Rode Kruis cabang Medan merupakan perpanjangan dari NIRK yang ada di Jakarta. Tugas dan fungsi yang dijalankannya dominan sebagai tenaga sukarelawan berbentuk medis, tanpa mencampuri kegiatan yang lainnya.

(18)

Kelompok pemuda yang ada di Medan tidak terlalu tertarik dengan kegiatan ini, sebab sangat jarang masyarakat khususnya pemuda yang bebas dari perhatian Belanda dan Jepang. Kelompok muda menjadi tenaga yang dipekerjakan di lapangan. Anggota Palang Merah yang ada di Medan sebelum merdeka adalah kelompok sukarelawan Belanda.

Palang Merah Cabang Medan mulai mengalami perkembangan ketika Indonesia Merdeka, sedangkan kepengurusan Palang Merah sejak September 1945 beralih ketangan Indonesia setelah proses serah terima dari kelompok NIRK kepada pemuda sukarelawan Indonesia yang ada di kota Medan.35

Untuk melengkapi serta memulai pekerjaan Palang Merah Indonesia di Medan dan menyerupai tugas Palang Merah yang ada di Pulau Jawa, maka sejumlah anggota Palang Merah Indonesia dari Jawa di tugaskan melakukan perekrutan di Pulau Sumatera, tepatnya Medan. Kepanitiaan ini berlangsung hingga tahun 1950, ketika korban-korban perang berhasil di evakuasi oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang bekerja sama dengan dokter-dokter Kepengurusan organisasi Palang Merah di Medan telah dilaksanakan pemuda yang ada di Medan.

Fungsi sebagai tim medis lebih dominan dilaksanakan di Medan, dari pada fungsi Palang Merah lainnya. Pemberian perawatan kepada korban luka, perawatan kepada penderita penyakit, terutama kelompok laskar yang ikut memperjuangkan bangsa Indonesia. Pekerjaan yang dilakukan Palang Merah sama dengan kelompok medis lainnya.

35 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto, Kepala Markas Palang Merah Indonesia

(19)

Indonesia. Untuk kepanitiaan selanjutnya dikembalikan ketangan pemuda atau masyarakat yang ada di Medan, tetapi tidak terlepas dengan Palang Merah yang ada di Pulau Jawa. Kepengurusan yang baru dengan periode 1951-1956 adalah sebagai berikut:

Ketua I : Dr. R. Suroso Ketua II : Dr. Gindo Siregar Setia Usaha I : G. B Josua

Setia Usaha II : Dr. R. M. Dzulham Bendahara I : Madja Purba Bendahara II : T. Ismail

Anggota : M. Darsan Hardjowasito.36

Setelah kepengurusan Palang Merah Indonesia Cabang Medan di pegang oleh masyarakat kota Medan, pekerjaan Palang Merah Indonesia Cabang Medan semakin efektif dalam menjalankan tugas kepalangmerahannya. Tugas dan fungsi Palang Merah Indonesia Cabang Medan disesuaikan dengan keadaan dan peristiwa yang terjadi di Medan.

36 Arsip Palang Merah Indonesia Cabang Medan dan hasil wawancara dengan Edi

(20)

BAB IV

AKTIVITAS PALANG MERAH INDONESIA CABANG

MEDAN

4.1 Organisasi Sukarelawan Kemanusiaan

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno. No 25/1950 tanggal 16 Januari 1950, maka Palang Merah Cabang Medan menjadi organisasi nasional yang netral dan berdiri sendiri. Keputusan Presiden ini dilengkapi dengan pengakuan Komite Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, dimana Palang Merah Indonesia diterima menjadi Federasi Palang Merah Internasional dengan nomor anggota yang ke-68.

Keputusan Presiden dan pihak Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menjadi dasar bagi aktivitas yang dilaksanakan Palang Merah Cabang Medan. Prinsip dasar aktivitas dan tujuan serta sasaran cabang Palang Merah pada dasarnya adalah sama, apabila Palang Merah tersebut masuk menjadi Federasi Palang Merah Internasional.37

Organisasi Palang Merah Cabang Medan berlatarbelakang dari pengembangan Palang Merah Nasional dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang disusun dari Palang Merah Indonesia Pusat. Aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan bersumber dari format Palang Merah Indonesia Pusat.

Demikian halnya Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan cabang Palang Merah sebagai perpanjangan tangan Palang Merah Daerah dan Nasional.

(21)

Demikian halnya dengan Palang Merah Cabang Medan merupakan garis lurus yang ditarik dari Palang Merah Pusat, melalui perwakilan propinsi (Sumatera Utara), sampai Palang Merah Cabang Medan, diteruskan kepada Palang Merah Ranting yang ada di beberapa kecamatan di Medan.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Palang Merah Indonesia Cabang Medan bertindak sendiri tanpa adanya dorongan dari kelompok pemerintah maupun organisasi swasta lainnya. Palang Merah Indonesia Cabang Medan bekerja secara spontan untuk misi kemanusiaan.38

- Bidang Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Untuk lebih mendekatkan aktivitas organisasi Palang Merah Indonesia Cabang Medan kepada objek-objek bencana yang menimpa masyarakat kota Medan, sebagai wilayah konsentrasi aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan, maka dibentuk beberapa bidang sukarelawan yaitu:

- Unit Tranfusi Darah dan Kesejahteraan sosial - Diseminasi dan Hukum Perlakuan Internasional

Bidang-bidang ini membawahi beberapa kegiatan operasional yang terjadi di kota Medan, seperti tanggap darurat bencana, investigasi penularan virus influenza di masyarakat kota Medan, kesejahteraan masyarakat, bidang hukum perlakuan kemanusiaan, penyuluhan kesehatan dan bidang organisasi kesehatan sekolah dan remaja.

Sebagai organisasi sukarelawan atau organisasi yang tidak mengharapkan imbalan yang mana masyarakat sangat membutuh Palang Merah, hal ini terlihat

38 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto (Kepala Markas Palang Merah Indonesia

(22)

masa-masa pertama kalinya Palang Merah Cabang Medan dikelola sendiri oleh masyarakat Medan. Kondisi masyarakat Kota Medan yang dominan adalah kelompok masyarakat menengah ke bawah, maka jasa Palang Merah sangat banyak membantu masyarakat kota, terutama dalam bidang pelayanan kesehatan.39

39 Lihat Gambar 2, Penyaluran bantuan kesehatan kepada masyarakat yang lanjut usia,

tahun 1956.

4.2 Bulan Dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Untuk pelayanan dalam bidang kesehatan, Palang Merah Indonesia Cabang Medan membuka beberapa posko-posko pelayanan gratis kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan Palang Merah kepada masyarakat sejak pertama kalinya merupakan pelayanan yang tergolong mewah dari pada pelayanan rumah sakit yang sifatnya adalah pengobatan komersil.

Alat-alat, obat-obatan dan perlengkapan kesehatan yang dimiliki oleh Palang Merah Cabang Medan dominan bersumber dari bantuan luar negri. Dalam hal ini adalah Palang Merah Internasional dan perhimpunan Palang Merah Nasional yang ada diberbagai daerah. Hal ini melatarbelakangi pengobatan yang diberikan oleh Palang Merah Cabang Medan tergolong mewah.

Cara lain yang dilakukan oleh Palang Merah untuk mengumpulkan dana untuk disampaikan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan dengan melakukan kegiatan “Bulan Dana”. Dalam satu tahun anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan melakukan hal aktivitas ini.

(23)

Kegiatan yang dilakukan pada “Bulan Dana” oleh Palang Merah Indonesia tergolong beragam, seperti mensponsori malam hiburan, menjalankan kotak sumbangan di jalan raya, dan membuat permohonan kepada pemerintah tanpa ikatan apapun.40

Cara lain juga pernah dilakukan untuk mendapatkan dana yaitu dengan membentuk panitia khusus yang memfokuskan aktivitasnya dalam menanggulangi penyalit tertentu. Misalnya, timbulnya penyakit AIDS maka dengan segera Palang Merah Indonesia Cabang Medan segera membentuk panitia antisipasi penyebaran virus tersebut.

Dana yang terkumpul dari aktivitas ini dan bantuan luar negeri akan digunakan membeli sejumlah alat dan barang untuk perlengkapan sukarelawan Palang Merah, salah satunya adalah pembelian alat-alat pengobatan dan obat-obat yang akan disampai secara cuma-cuma kepada masyakat.

Palang Merah Indonesia hanya mendapat dana dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Anggaran perbelanjaan sama sekali tidak memuat mengenai dana kesukarelaan. Fakta inilah yang menyebabkan Palang Merah Indonesia Cabang Meadan melakukan aktivitas bulan dana sebagai cara dalam mendapatkan dana.

41

40 Lihat gambar 3, Bulan Dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan + Gambar 4,

Pemerintah turut memberikan sumbangannya kepada masyarakat melalui Palang Merah Indonesia Cabang Medan

41 Hasil wawancara dengan Dian Tri Bhakti, Project Officer HIV/AIDS Palang Merah

(24)

4.3 Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Dalam Pelayanan Kesehatan

Proses pelayanan kesehatan yang sering dilakukan oleh Palang Merah Cabang Medan adalah membuka posko kesehatan, memberikan persediaan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, imunisasi secara gratis untuk mengobati folio, kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyakat Medan Dan juga pemeriksaan kesehatan ibu-ibu rumah tangga yang dilakukan pada tahun 1957.42

Pembukaan Cabang Palang Merah Indonesia di daerah dan pusat (tingkat ranting) pada dasarnya ditujukan sebagai pelayanan masyarakat dalam tingkat masing-masing. Aktivitas Palang Merah Indonesia merupakan aktivitas kemanusiaan. Palang Merah Indonesia Cabang Medan memfokuskan

Kegiatan kesehatan lainnya dan misi kemanusiaan yang sering dilakukan Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah seperti kunjungan keberbagai rumah tahanan/penjara pada tahun 1963 dalam rangka memeriksa kesehatan para tahanan, baik dari keadaan fisik, maupun pemeriksaan bekas tindak kekerasan yang dilakukan kepada tahanan. Tugas ini dilaksanakan sebagai wujud penyesuaian antara Palang Merah Internasional, Nasional kepada Palang Merah Indonesia Cabang Medan. Apa bila tahanan yang dinyatakan mengidap penyakit atau pun keadaan fisiknya sangat memperihatinkan maka tim sukarelawan akan memberikan pelayanan kesehatan kepada tahanan tanpa mencampuri kegiatan yang lainnya.

(25)

pelayanannya terhadap permasalahan kesehatan dan pelanggaran hak kemanusiaan. Segala jenis penyakit menular atau pun yang sedang menyerang masyarakat menjadi sasaran pokok aktivitas Palang Merah Indonesia. Dengan membuka posko-posko kemanusiaan, Palang Merah Indonesia akan menempatkan sejumlah tenaga sukarela untuk melayani masyarakat yang terserang penyakit atau pun yang belum terserang penyakit. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisipasi penularannya.43

43 Hasil wawancara Dengan Herriansyah, anggota hasil pelatihan Palang Merah Indonesia

Cabang Medan, tanggal 11 Februari 2008

Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan yang berdiri di tengah-tengah kota, dominant berperan sebagai pelayan kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan kesehatan wanita hamil, membuka posko P3K, imunisasi anak (anak di bawah umur lima tahun) sebagai antisipasi penyakit folio, pelayanan kesehatan masyarakat jompo dan masyarakat umum lainnya. Pelayanan ini adalah sebagai wujud bahwa Palang Merah Indonesia melayani masyarakat tanpa membedakan status atau kedudukan sosial.

4.4 Pembentukan Palang Merah Remaja (PMR)

Palang Merah Indonesia Cabang Medan memulai pembukaan Palang Merah Remaja sejak bulan Maret tahun 1950, di sekolah –sekolah di Indonesia, baik tingkat menengah atas dan tingkat pertama. Kegiatan Palang Merah Remaja ditujukan untuk dua hal pokok yaitu:

(26)

- Membina kelompok remaja sebagai penerus Palang Merah Indonesia untuk cabang, daerah, nasional dan bahkan Internasional.

- Memberikan pelayanan kesehatan kepada sekolah dan lingkungan sekolah.44

Palang Merah Remaja yang dibina di Medan terdiri dari 3 tingkatan, sesuai dengan tingkat sekolahnya yaitu;

- Kelompok Pemula, yaitu murid Sekolah Dasar dari umur 7 – 12 tahun. Sekolah yang sudah bergabung dengan organisasi ini sejak tahun 1980 diantaranya, Sekolah Dasar Afifyah, Sekolah Dasar Nurul Islam, Sekolah Dasar 066834 Medan.

- Kelompok Madya, yaitu murid sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dengan usia, 13 – 16 tahun. Sekolah yang bergabung dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah Yayasan Pendidikan Harapan 2 Labuhan, Sekolah Menengah Pertama Krakatau Medan, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Medan.

- Kelompok Wira, yaitu Sekolah Menengah Atas dengan umur 17 – 21 tahun. Sekolah yang sudah bergabung dengan Palang cabang Medan hingga Akhir tahun 1980 diantaranya: SMA Negeri 2 Medan, SMA krakatau, SMA Negeri 2 Labuhan,

44 Hasil wawancara Dengan Zulhamsyah, tata usaha Palang Merah Indonesia Cabang

(27)

SMA Kartika, SMA Negeri 5 Medan dan SMK Negeri 1 Medan.45

Kegiatan Palang Merah dilingkungan Remaja khususnya dilingkungan sekolah telah digolongkan menjadi kegiatan ekstra kurikuler, seperti kegiatan pramuka dan kegiatan pendukung bagi siswa lainnya. Proses pelaksanaan aktivitas kepalangmerahan banyak memberikan keuntungan bagi murid yang bergabung dengan Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Aktivitas yang diarahkan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan terhadap sekolah-sekolah yang bergabung dengan mereka adalah: penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah dengan membersihkan lokasi sekolah, memberikan pelatihan kepada siswa/i menjadi Tenaga Sukarela (TSR ) sebagai persiapan menghadapi bencana dan kecelakaan yang menimbulkan korban.46

45 Dikutip dari Arsip Palang Merah Indonesia Cabang Medan

46 Lihat Gambar 6, Palang Merah Remaja Cabang Medan pada tahun 1966 + Gambar 8,

Penyerahan sertifikat kepada PMR pertama di Medan oleh PMI Cabang Medan pada tahun 1964

Aktivitas lain dilingkungan remaja adalah pemeriksaan kesehatan murid-murid dalam periode waktu yang ditentukan oleh Palang Merah Indonesia cabang Medan. Untuk membekali para anggota Palang Merah Remaja dalam bidang kesehatan Palang Merah Cabang Medan memberikan pelatihan medis sederhana yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-harinya di masyarakat seperti membersihkan luka, membalut luka dan bimbingan pisikologis terhadap korban kekerasan. Aktivitas ini diterapkan untuk menolong korban sementara, sebelum dibawa ke Rumah Sakit atau ke pos Palang Merah yang paling dekat dengan kejadian.

(28)

Bersama Palang Merah Remaja sebagai unit kerja dari Palang merah Indonesia Cabang Medan telah melakukan berbagai bakti sosial. Aktivitas ini menjadi salah satu kegiatan yang dilaksanakan diluar sekolah. Kegiatan ini bersifat momentum dan bukan rutinitas. Palang Merah Remaja diarahkan untuk ikut peduli terhadap kesehatan lingkungan, seperti penanaman pohon disekitar pinggir jalan, membersihkan parit yang sumbat, penggalangan dana untuk diserahkan kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu.

Proses penyampaian bantuan kepada masyarakat didasari oleh keterbukaan tanpa membeda-bedakan kelompok, etnis, agama, suku maupun faktor-faktor rasial yang lainnya. Sebagai inti dari pembentukan Palang Merah Remaja yang ada di berbagai sekolah di Medan adalah proses menumbuhkan sifat kepalang merahan dan humanisasi sejak dini hingga nantinya kelompok remaja ini akan memiliki rasa peduli dan perhatian terhadap sesamanya.

4.5 Organisasi Kemanusiaan Yang Netral

Apabila salah satu cabang Palang Merah yang ada di berbagai daerah menjadi bagian dari Palang Merah Indonesia, secara otomatis akan menjadi bagian dari Federasi Palang Merah Internasional. Predikat menjadi bagian dari Federasi Palang Merah Internasional melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pengujian dari pihak Federasi Palang Internasional sendiri dan Palang Merah Indonesia pusat.

Tahun 1950, Palang Merah Indonesia telah mendapat pengakuan Internasional untuk menjalankan segala tugas kepalangmerahan untuk wilayah

(29)

Kota Medan dan wilayah lainnya yang membutuhkan aktivitas sukarelawan Palang Merah.47 Melihat Palang Merah Indonesia Cabang Medan memenuhi prosedur kenetralan sebagai organisasi Palang Merah Internasional, maka pada beberapa peristiwa politik yang menyebabkan korban jiwa ataupun korban penahanan, organiasi Palang Merah Indonesia Cabang Medan telah mendapat kepercayaan dari pihak luar negeri, seperti masa pemberontakan Maludin Simbolon, Palang Merah Indonesia turut sebagai mediator dalam antisipasi terjadinya korban ketika kontak senjata khususnya untuk wilayah kota Medan.48

Setelah berhasil melaksanakan tugas ini, maka pada tahun 1962 Palang Merah Indonesia menerima pujian dan penghargaan yang lebih besar lagi dari pihak Federasi Palang Merah Internasional. Prestasi yang diberikan oleh federasi Selain bertugas sebagai tim medis, Palang Merah Indonesia juga turut melaksanakan fungsinya untuk mengkoordinir para tahanan dari pihak pemberontak, guna menilai perlakuan yang diberikan oleh pihak Angkatan Bersenjata Republik Indonesia kepada mereka.

Aktivitas Palang Merah Indonesia sebagai media kontrol terhadap penerapan Hukum Perlakuan Internasional kepada sesama manusia. Aktivitas ini dilakukan dengan cara berkunjung ke rumah tahanan (rutan) yang ada di kota Medan tanpa melakukan permisi ataupun pemberitahuan sebelumnya kepada pihak penjaga. Tujuan dari cara palaksanaan ini adalah untuk memastikan perlakuan yang sebenarnya dari pihak ABRI.

47 Lihat Gambar 7, pertemuan antara Federasi Palang Merah Internasional dengan Palang

Merah Indonesia Cabang Medan pada tahun 1969

48 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto (Kepala Markas Palang Merah Indonesia

(30)

Palang Merah Internasional kepada Palang Merah Indonesia Cabang Medan menjadi satu kepercayaan untuk menyampaikan bantuan-bantuan kepada pihak masyarakat kurang mampu yang ada di sekitar Kota Medan.

Pada babakan selanjutnya, aktivitas sosial yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah sebagai mediasi terhadap pemeriksaan tahanan politik dan perang saat munculnya konflik bersenjata di Aceh tahun 1977. Tugas yang harus diselesaikan saat ini, sama seperti munculnya konflik bersenjata antara ABRI dengan pasukan Maluddin Simbolon di Tapanuli. Tugas ini adalah tugas keluar daerah dan bukan didaerah konsentrasi yaitu Medan, tetapi karena hal ini adalah sebuah kepercayaan dari pihak Internasional, maka tugas sukarelawan itu dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Sama seperti masa Maluddin Simbolon, Palang Merah Indonesia cabang Medan tetap memeriksa perlakuan terhadap tawanan dan bantuan tim medis untuk korban luka-luka. Kepercayaan yang kedua kalinya ini adalah sebagai wujud dari prestasi yang disandang oleh Palang Merah Indonesia pada waktu lalu. Palang Merah Indonesia Cabang Medan tetap diperhitungkan sebagai bagian dari Palang Merah Internasional.49

Keberhasilan Palang Merah Indonesia sebagai sukarelawan perang dan konflik dalam negeri tidak terlepas dari persiapan yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan sebelumnya. Latihan-latihan untuk keterampilan bidang ini dilakukan sekali dalam satu tahun.

50

49 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto (Kepala Markas Palang Merah Indonesia

Cabang Medan), tanggal 26 November 2007

50 Lihat Gambar 9, latihan Palang Merah Indonesia Cabang Medan untuk sukarelawan

konflik dalam negeri dan perang, tahun 1977

(31)

Bentuk kegiatan sosial lainnya yang berkonsentrasi di Medan adalah kegiatan pemberian bantuan non-medis. Bantuan seperti ini akan diberikan kepada masyarakat yang miskin. Jumlah masyarakat yang terbantu melalui aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan sangat besar. Palang Merah tidak henti-hentinya melaksanakan peran ini kepada masyrakat Indonesia.

Palang Merah Indonesia menjadi sumber bantuan terbesar yang ada disekitar Medan dibandingkan dengan sumber bantuan yang lainnya. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan sosial yang berlangsung rutin bukan dikarenakan adanya peristiwa tertentu. Hal ini tidak terlepas dari keterampilan Palang Merah Indonesia dalam mencari donatur dan sumber bantuan lainnya, baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta lainnya.

Bantuan yang diberikan oleh pihak internasional, pemerintah, pihak swasta dan bantuan yang diperoleh dengan cara melakukan Bulan Dana, direalisasikan kepada kegiatan Palang Merah Indonesia dalam pelayanan sosial dan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat kota Medan. Pada tahun 1968 dilaksanakan pencarian dana Palang Merah Indonesia Cabang Medan disekitar Kota Medan yang dibantu oleh anggota kepolisian dan tentara menjadi mitra kerja dari Palang Merah Indonesia Cabang Medan.51

51 Lihat Gambar 10, Kapala Polisi Sumatera Utara berdiskusi dengan Palang Merah

Indonesia Cabang Medan mengenai teknis pemberian bantuan pada masyarakat, tahun 1968

Hasil dari sumbangan yang diperoleh Palang Merah Indonesia diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan, pemberian bahan pangan dan bahan sandang (perlengkapan).

(32)

Masyarakat yang kehilangan saudara, anak yatim piatu, masyarakat yang kurang mampu dan masyarakat miskin lainnya sering dikumpulkan untuk memudahkan Palang Merah memberikan bantuannya.52

Aktivitas ini telah dilakukan sejak tahun 1953 bertujuan sebagai penjagaan terjadinya gejala stress bagi narapidana. Apabila tahanan tidak pernah dikunjungi oleh pihak keluarga maka aktivitas Palang Merah Indonesia dalam bidang ini adalah sebagai media penyatu antara narapidana dengan keluarganya untuk menghindari perlakuan-perlakuan aneh dari narapidana. Aktivitas sebagai media penyatu ini dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan bekerja sama dengan pihak polisi penjaga tahanan (sipir).

Selain memberikan bantuan materi, Palang Merah juga memberikan pelayanan kerohanian kepada masyarakat berupa pelaksanaan ibadah bersama.

Bantuan kemanusiaan diberikan Palang Merah Indonesia Cabang Medan kepada narapidana. Bentuk sumbangan yang dilakukan oleh Palang Merah di Rumah Tahanan (Rutan) ini adalah pemberian bimbingan psikologis kepada mereka yang sudah bertahun-tahun ditahan di penjara.

53

Aktivitas ini dilakukan untuk mewujudkan kenetralan dari pihak Palang Merah Cabang Medan terhadap semua manusia tanpa membedakan status sosial maupun tingkat perekonomian seseorang. Palang Merah Indonesia ada untuk menolong manusia yang membutuhkan.54

52 Lihat Gambar 11, Kelompok masyarakat kurang mampu binaan Palang Merah

Indonesia Cabang Medan, tahun 1957

53 Lihat Gambar 12, Pihak Palang Merah Cabang Medan melakukan dialok dengan

seorang tahanan yang tidak pernah dikunjungi keluarganya, tahun 1963

54 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto (Kepala Markas Palang Merah Indonesia

(33)

4.6 Pelayanan Unit Transfusi Darah Palang Merah Cabang Medan

Palayanan Unit Tranfusi Darah Palang Merah Indonesia Cabang Medan mulai masuk menjadi salah satu aktivitasnya sejak dikaluarkan Peraturan Pemerintah tentang Usaha Kesehatan Transfusi Darah (UKTD) yaitu Peraturan Pemerintah No. 18/1980. Peraturan Pemerintah ini memberikan kepercayaan terhadap Palang Merah Cabang Medan sebagai pelaksana kegiatan Transfusi Darah. Sebelum dikeluarkan peraturan Pemerintah ini, maka kegiatan yang sama belum pernah dilakukan di Medan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, maka Palang Merah Cabang Medan melakukan kerjasama dengan pihak rumah sakit Dr. Pirngadi Medan. Dalam perkembangannya Palang Merah Indonesia Cabang Medan melaksanakan Transfusi Darah dengan peralatan sendiri.

Tujuan dari pelaksanaan ini adalah pencukupan kebutuhan darah di Indonesia dan menurut perhitungan yang dilakukan oleh pihak Palang Merah Indonesia dan Palang Merah Indonesia Cabang Medan bekerja sama dengan pihak rumah sakit bahwa di Medan membutuhkan 100 kantong darah dalam setiap bulannya.55

Pelaksanaan Unit Transfusi Darah pertama kalinya dilakukan di Medan pada tahun 1980, setelah jumlah pasien rumah sakit dan masyarakat yang membutuhkan darah semakin meningkat.

56

55 Ibnu Sutoyo, loc cit

56 Lihat Gambar 13, pelaksanaan Tranfusi Darah di Medan, tahun 1980 oleh Palang

Merah Indonesia Cabang Medan

Palang Merah Indonesia Cabang Medan membuka kegiatan donor darah setiap harinya, tanpa membatasi ataupun memaksa masyarakat yang ingin menyumbangkan darahnya.

(34)

Pada dasarnya, setiap tahun para pendonor yang menyumbangkan darahnya kepada orang lain melalui Palang Merah Indonesia Cabang Medan terus meningkat. Palang Merah Indonesia Cabang Medan menentukan persyaratan kepada calon pendonor, antara lain laki-laki atau perempuan berbadan sehat yaitu berat badan simbang dengan tinggi, secara sukarela menyumbangkan darahnya dan tidak dibatasi malakukan donor darah hingga 100 kali dengan persyaratan yang dibuat sebelumnya. Sejumlah penghargaan diberikan Palang Merah Indonesia Cabang Medan kepada mereka yang melaksanakan donor darah sampai beberapa kali antara lain:

- 5 X menyumbang diberi piagam dengan Pin Plastik - 15 X meyumbang diberi piagam dengan Pin Perunggu - 30 X menyumbang diberi piagam dengan Pin Perak

- 50 X menyumbang, diberi penghargaan dengan Pin Sepuh Emas

- 75 X menyumbang diberi piagam dengan Pin Emas dan kesempatan berlibur dengan Presiden RI

- 100 X menyumbang, maka departemen sosial akan memberikan “Satya Lencana Kebaktian Sosial” 57

Setiap warga masyarakat Kota Medan yang pernah ikut menyumbangkan darahnya, hanya sebanyak lima kali donor darah dan hanya dilakukan oleh beberapa orang saja sedangkan kebutuhan akan darah semakin meningkat.

(35)

Darah yang tersumbang kepada masyarakat melalui Palang Merah Cabang Medan tidak pernah diperjualbelikan atau digunakan kepada masyarakat yang bukan pengguna. Demikian halnya dengan donor darah yang dilakukan diluar Palang Merah Indonesia, tetap harus sepengetahuan dan wajib melibatkan Palang Merah Indonesia Cabang Medan dalam mencegah terjadinya kegiatan penjualan darah yang disumbangkan.

Kesimpulan dari aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan dalam bidang Usaha Kesehatan Transfusi Darah yaitu, Palang Merah Indonesia Cabang Medan menjadi pelaku tunggal terhadap pelaksanaan transfusi darah untuk Kota Medan sejak tahun 1980. Hal yang terpenting dari tugas Palang Merah Indonesia dalam bidang UTD di Medan adalah sukarelawan terhadap Transfusi Darah dari kelompok pemberi (pendonor) kepada kelompok penerima, sehingga tidak ada transaksi penjualan ataupun unsur pemaksaan dari kelompok tertentu.

4.7 Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Untuk Peristiwa Bencana Alam

Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Palang Merah Indonesia, salah satu fungsi yang akan dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia adalah kesiapan dalam penanggulangan korban bencana alam. AD/ART Palang Merah Indonesia dilengkapi dengan surat turunan Keputusan Presiden RI No. 246 Tahun 1963 Bab II Pasal 2 (2), tentang fungsi Palang Merah Indonesia yang berbunyi “Palang Merah Indonesia mempersiapkan diri untuk dapat melaksanakan tugas-tugas baik di dalam maupun di luar negeri dengan

(36)

tujuan tugas-tugas bantuan pertama pada tiap-tiap bencana alam di dalam negeri maupun di luar negeri”.

Sebagai realisasi tugas dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia, maka Palang Merah Indonesia Cabang Medan setiap tahunnya melaksanakan pelatihan terhadap anggota yang akan dijadikan sebagai Kelompok Sukarelawan (KSR) dan Tenaga Sukarelawan (TSR). Kelompk TSR dan KSR selalu diberangkatkan ke daerah-daerah korban bencana alam yang terjadi di Indonesia khususnya bencana alam yang terjadi di Sumatera Utara.

Terdapat tiga tahapan fungsi Palang Merah Indonesia dalam menangani masalah bencana alam, yaitu: fungsi sosialisasi gejala-gejala bencana alam saat bencana alam belun terjadi, evakuasi korban dan pemberian bantuan medis saat bencana terjadi dan bimbingan psikologis yaitu penyatuan antara korban dengan keluarganya yang masih hidup.

Guna mengantisipasi dana penanggulangan bencana, maka beberapa kali dalam satu tahun Palang Merah Indonesia mengadakan Bulan Dana. Dana yang terkumpul akan digunakan dalam operasional setiap harinya dan akan dialokasikan saat bencana yang menimbulkan korban terjadi.

Pada tahun 1950 hingga tahun 1980, bencana alam di Sumatera Utara, khususnya di Medan sangat jarang terjadi. Palang Merah Indonesia hanya menjadi TSR dan KSR ke daerah-daerah di luar Medan. Seperti pengiriman anggota Palang Merah Indonesia Cabang Medan untuk evakuasi korban pasawat Garuda yang jatuh di Gunung Sinabung tahun 1979. Peran yang dilakukan Palang Merah

(37)

Indonesia Cabang Medan adalah membantu petugas dalam pencarian korban, dimana terdapat 62 korban meninggal dunia akibat peristiwa tersebut.58

- Penyaluran bantuan yang masih ada pada persediaan Palang Merah Indonesia Cabang Medan

Palang Merah Indonesia Cabang Medan selalu memberikan kontribusinya terhadap bencana alam yang dapat dijangkau oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan. Aktivitas yang sering dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah:

- Pengiriman Tenaga Sukarelawan (TSR) dan Kelompok Suarelawan ketempat kejadian.

- Pembukaan posko kesehatan untuk pelayanan kesehatan kepada korban yang terluka.

- Memberikan bimbingan psikologis sebagai upaya menghilangkan rasa traumatis korban.

- Melakukan penggalangan dana yang akan disumbangkan kepada korban.

- Membantu dalam proses rekonstruksi daerah yang tertimpa bencana setelah pencarian korban sudah berakhir.59

Tugas-tugas ini pernah dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan pada peristiwa-peristiwa bencana alam yang terjadi di Indonesia.

58 Hasil wawancara dengan Edi Siswanto Kepala Markas Palang Merah Indonesia Cabang

Medan, tanggal 15 Oktober 2007

59 Hasil wawancara dengan M. Fitri Sekretaris Ambulance Palang Merah Indonesia

(38)

BAB V

KESIMPULAN

Wilayah kota Medan merupakan wilayah ibukota dari propinsi Sumatera Utara yang terletak disebelah utara Sumatera Utara. Penduduk yang menempati wilayah ini tergolong masyarakat homogen. Karena pertambahan yang tergolong cepat ini, maka penduduk yang mendiami Kota Medan tergolong padat.

Kondisi suhu kota Medan tergolong panas apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya di Sumatera Utara, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan kota yang sangat pesat baik dari segi fisik maupun dari segi penduduknya. Kepadatan ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, yaitu masyarakat semakin mudah terjangkit penyakit.

Aktivitas masyarakat Kota Medan sangat beragam dan memiliki tingkatan, sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan, mulai dari ekonomi yang rendah sampai masyarakat yang pendapatannya tinggi. Masyarakat yang tingkat ekonomi rendah tergolong lebih besar, terutama pada masyarakat pendatang. Masyarakat yang ekonomi lemah berjumlah lebih besar dan sangat membutuhkan pelayanan kesehatan. Hal ini melatarbelakangi kedatangan Palang Merah Indonesia Cabang Medan sangat tepat terhadap kondisi masyarakat yang perekonomianya dominan lemah dan menengah.

Aktivitas Palang Merah yang berlatar belakang dari kesukarelaan, dibuktikan dari perjalanan sejarah yaitu sejak dari Perang Solferino, Hendry Dunant telah menggagas gerakan sukarela yang akhirnya menjadi dasar dari aktivitas Palang Merah. Palang Merah semakin menyebar setelah masyarakat

(39)

melihat bahwa gerakan yang dilakukan oleh Palang Merah merupakan gerakan kemanusiaan tanpa mengharapkan suatu imbalan.

Palang Merah menjadi organisasi Internasional yang dinamakan dengan International Committee Of the Red Cross (Komite Palang Merah Internasional) yang berpusat di Jenewa (Swiss) dengan aktivitas-aktivitas yang dirancang pada pelaksanaan konvensi. Tindakan paling besar yang dilakukan oleh Palang Merah terbentuk saat pelaksanaan Konvensi Jenewa, yaitu tindakan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perang.

Konvensi – konvensi selanjutnya yang dilakukan seluruh perkumpulan Palang Merah Nasional di berbagai negara, dilakukan dengan melaksanakan konvensi. Akivitas ini semakin meluas sesuai dengan perkembangan yang terjadi pada masing-masing negara maupun wilayah cabang seperti Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan organisasi yang tujuan pokoknya adalah sukarela, seperti organisasi Palang Merah lainnya yang terbentuk ketika Indonesia baru lima tahun memperoleh kemerdekaannya. Proses terbetuknya Palang Merah Indonesia Cabang Medan merupakan peralihan dari Palang Merah bentukan Belanda di Indonesia yang dinamakan dengan Het

Nedherlands–Indhiche Rode Kruis setelah pengaruh Belanda berakhir di

Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan setelah berada ditangan masyarakat Indonesia, lebih terfokus kepada permasalah yang terjadi di Medan. Palang Merah Indonesia Cabang Medan selalu

(40)

memberikan aktivitasnya saat peristiwa bencana alam terjadi di Sumatera Utara, khususnya bencana alam yang terjadi di Medan. Palang Merah Indonesia Cabang Medan memberikan tiga jenis bantuan, yaitu sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi. Kegiatan sebelum adalah sosialisasi terhadap gejala-gejala bencana alam, saat bencana terjadi adalah bantuan yang diberikan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan berupa bantuan kesehatan kepada korban yang terluka, pencarian mayat, dan penyaluran bantuan pangan. Sesudah bencana terjadi, kegiatan Palang Merah Indonesia Cabang Medan adalah memberikan bimbingan terhadap korban yang mengalami trauma.

Peran sosial yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan sangat beragam terhadap masyarakat kota Medan khususnya dalam bidang kesehatan. Palang Merah selalu memberikan pengobatan dan pangan gratis kepada masyarakat Medan yang ekonominya tergolong lemah. Kelompok anak-anak yang telah yatim piatu menjadi kelompok yang selalu diperhatikan oleh Palang Merah Indonesia Cabang Medan.

Aktivitas Palang Merah Indonesia Cabang Medan ternyata sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kota Medan, sehingga masyarakat banyak yang menjadi Tenaga Sukarela (TSR), maupun Kelompok Sukarela (KSR) Palang Merah Cabang Medan. Palang Merah Indonesia semakin berkembang dengan masuk ke sekolah-sekolah membentuk Palang Merah Remaja baik di SMA, SMP, mau pun Sekolah Dasar. Tujuan dari pembentukan ini adalah sebagai cara Palang Merah mendidik murid agar memiliki rasa kesukarelawanan yang kuat. Di samping itu, pembentukan Palang Merah Remaja bertujuan memberikan bantuan

(41)

kesehatan kepada murid melalui pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan.

Aktivitas Palang Merah Cabang Medan selalu disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi di Medan, sehingga gerakan yang dilakukan oleh Palang Merah Cabang Medan berjalan sesuai dengan misinya yaitu misi kemanusiaan.

Referensi

Dokumen terkait

5 Berdasarkan pelatihan dan evaluasi yang telah dilakukan terhadap 10 model JST dengan variasi hidden node , diketahui bahwa JST dengan 3 hidden node memiliki performance

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah kompetensi SDM, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, dan peran audit internal berpengaruh

Di dalam bukunya, Ecrits, Lacan menjelaskan bahwa proses pembentukan manusia sebagai subjek dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari pengalaman kelahiran

Penundaan Kewajiban Pembayaran utang hanyalah bersifat sementara sebagai jalan penyelesaian utang piutang. Jangka waktu PKPU hanyalah 270 sejak putusan PKPU

Dokumen Maklumat Program Pengajian (berserta lampiran) disediakan secara bona fide sebagai panduan umum kepada pihak yang berkepentingan dengan peluang melanjutkan pengajian tinggi

Mansion sebagai salah satu objek dari tujuan wisata sejarah yang berada di

Ada 2 (dua) target utama yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan pangan, yaitu: Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Permainan ini memiliki elemen seperti karakter dan status yang macam dan jumlahnya berbeda dengan permainan lainnya, sehingga akan berpengaruh pada gameplay yang