• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

250

PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI PAKAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SELUMA PROVINSI BENGKULU

Wahyuni Amelia Wulandari dan Siswani Dwi Daliani BPTP Bengkulu, Jl Irian Km 6,5 Kota Bengkulu 38119

Email : wahyuniwulandari88@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan pengkajian yang bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan ampas tahu sebagai pakan penggemukan sapi potong di Kabupaten Seluma. Materi yang digunakan adalah 18 ekor sapiSimental bakalan jantan, dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Ternak tersebut milik peternak di kelompok tani/ternak Sejahtera Mandiri di Desa Bukit Peninjauan I Kabupaten Seluma yang merupakan lokasi Pendampingan Program PSDSK di Bengkulu. Ternakberumur 1,5 – 2 tahun dengan lama penggemukan 90 hari. Adapun pemberian pakan yang diberikan dengan memanfaatkan bahan pakan lokal ampas tahu ada 3 perlakuan yaitu : Perlakuan A = kontrol (kebiasaan petani) = hijauan saja sebanyak 10% dari bobot badan. Perlakuan B = hijauan 10% dari BB + konsentrat sebanyak 1% dari BB terdiri : dedak padi 2 kg, ampas tahu 1,9 kg dan mineral 0,1 kg. Perlakuan C =hijauan 10% dari BB + konsentrat sebanyak 1% dari BB terdiri dedak padi 1 kg, ampas tahu 2,9 kg dan mineral 0,1 kg. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh perlakuan Cyaitu sebesar 0,72 kg/ekor/hari dengan formula pakan terdiri dari ampas tahu 2,9 kg, dedak padi 1 kg dan mineral 0,1 kg, selanjutnya adalah perlakuan B yang diberikan pakan ampas tahu 1,9 kg, dedak padi 2 kg dan mineral 0,1 kg dengan PBBH sebesar 0,53 kg/ekor/hari dan terendah perlakuan A (kontrol) yaitu0,30 kg/ekor/hari dengan pemberian pakan berupa hijauan saja.Berdasarkan hasil analisa finansialkeuntungan tertinggi diperoleh pada perlakuan Cyang memperoleh keuntungan Rp. 1.504.700/ekor kemudian perlakuan Byaitu Rp. 756.200/ekor, dan keuntungan terendah perlakuan A yang hanya diberi pakan hijauan saja yaitu hanya Rp. 562.500/ekor..

Kata kunci: penggemukan, sapi potong, ampas tahu

ABSTRACT

Assessment had been carried out to assess the utilization of tofu residue as feed fattening beef cattle in the District Seluma. The materials used were 18 males Simmental cattle feeder, with 3 treatments and 6 replications. Livestocks farmers in the group belonged to farmer / livestock Prosperous Bukit Peninjauan I Village Seluma District Mentoring Program which location in PSDSK Bengkulu. Cattle in 1.5 - 2 years old with a 90-day fattening. In addition, the feed given for using of local feed ingredients tofu, there are 3 treatments to support this assessment: first treatments A = control (customs farmers) = forages alone as much as 10% of body weight. Seconds treatment B = forage + 10% of the concentrate as much as 1% of B consists of: 2 kg of rice bran, tofu residue 1.9 kg and 0.1 kg mineral. Last but not at least, treatment C = forage + 10% of the concentrate as much as 1% of B consists of 1 of kg rice bran, tofu residue 2.9 kg and 0.1 kg mineral. The results showed that the highest body weight was gain treatment of C is equal to 0.72 kg / head / day to feed formula consisting of tofu residue 2.9 kg, 1 kg of rice bran and0.1 kg of mineral, furthermore the second treatment that of

(2)

251

given feed tofu residue 1.9 kg, 2kg of rice bran and 0.1 kg of mineral with ADG 0.53 kg / head / day and the lowest is first treatment (control), is 0.30 kg/head/day by feeding form of forage alone. Based on financial analysis results the highest profits were obtained in treatment was C with benefit Rp. 1.504.700/head/ than treatment B Rp. 756.200/head, and the lowest gain is first treatment which only fed forage alone, Rp. 562.500/head.

Keywords: feedlot, beef, tofu residue

PENDAHULUAN

Ternak apapun jenisnya membutuhkan pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Fungsi ternak bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan protein bagi kehidupan. Tuntutan kebutuhan akan produk peternakan baik berupa susu, daging dan telur sangat tinggi,seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan pentingnya gizi bagi perkembangan tubuh manusia. Tingginya laju permintaan akan produk peternakan ini harus diimbangi dengan kecepatan memproduksi yang tinggi pula, hal ini hanya akan dapat dicapai bila ternak mendapat cukup zat makanan yang dapat diserap dan dikonversikan menjadi sumber protein hewani yang bernilai gizi dan ekonomi yang tinggi. Agar kita dapat mencapai target produksi ternak yang menguntungkan, salah satu faktor produksi yang dapat dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah pemberian ransum yang tepat.

Penelitian dalam upaya peningkatan kualitas nutrisi produk samping pertanian tanaman pangan melalui bioproses dan/atau pemberian probiotik sudah sering dilakukan namun penerapan di lapang masih sangat terbatas. Kualitas produksi dan reproduksi ternak yang mendapatkan pakan produk samping pertanian yang telah mengalami bioproses perlu diamati. Hal ini diperlukan dalam upaya mendapatkan gambaran bahwa produk samping pertanian yang telah mengalami bioproses dapat menjamin kualitas produk ternak yang tinggi, baik untuk tujuan reproduksi maupun daging.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan yang lebih praktis dan aplikatif di lapang baik untuk skala kecil maupun komersial, dengan bahan yang tersedia dilokasi dan biaya penanganan yang ekonomis.

Meskipun diketahui bahwa produk samping industri pertanian memiliki nilai nutrisi dan biologis yang rendah, diyakini dengan sentuhan teknologi yang ada, kualitas

(3)

252

produk olahan bahan tersebut akan memberikan nilai tambah. Studi pustaka yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa produk samping tanaman pangan (padi, jagung/kacang-kacangan) memiliki nilai kimia/nutrien yang bervariasi dengan nilai biologis yang tergolong rendah. Untuk itu diperlukan suatu kajian dalam upaya mengoptimalkan produk samping tersebut agar dalam penggunaanya dapat lebih efisien. Dengan perkataan lain, diperlukan upaya perbaikan, dengan perlakuan tertentu, seperti penambahan probiotik, yang diketahui dapat meningkatkan nilai biologis produk samping pertanian. Hal ini penting dilakukan agar ketersediaan nutrien pada produk olahan berbahan baku produk samping pertanian dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu pada kegiatan mendatang, akan diujicobakan dalam upaya meningkatkan nilai nutrisi dan biologis produk samping agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan efisien oleh ternak, khususnya sapi potong, sebagai penghasil daging.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha peternakan adalah belum tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama protein pakan, sehingga ternak belum dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Rumput di daerah tropis kebanyakan bermutu rendah dengan serat kasar yang tinggi. Sementara itu penanaman rumput unggul seperti rumput gajah dan sebagainya juga mendapat kendala karena terbatasnya lahan, yang kebanyakan sudah digunakan untuk pemukiman dan lahan pertanian. Keadaan ini merupakan tantangan bagi sector peternakan, karena perlu mencari pakan alternatif untuk meningkatkan produksi ternak.

Pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal merupakan langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha produksi ternak ruminansia di Indonesia. Hal ini akan semakin nyata, apabila sumberdaya tersebut bukan merupakan kebutuhan langsung bagi kompetitor, seperti manusia atau jenis ternak lain. Oleh karena pakan sangat erat kaitannya dengan produktivitas dan biaya produksi, maka pemanfaatan bahan baku lokal secara efisien akan berpengaruh nyata terhadap perkembangan ternak.

Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, dan (2) penggumpalan protein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman kedelai kering pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan perendaman untuk memudahkan penggilingan serta

(4)

253

mendapatkan dispersi dan suspensi yang lebih baik dari bahan padat kedelai pada waktu penggilingan (Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) perendaman yang optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling dengan ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai yang ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan air panas bertujuan agar lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh kemudian dimasak pada suhu 100- 110°C selama sepuluh menit, kemudian dilakukan penyaringan. Sehubungan dengan ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan perebusan terlebih dahulu, kemudian disaring. Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan dulu kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam dapur maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981).

Penggunaan garam CaSO4 (asam cuka putih) merupakan cara tradisional yang biasa dipakai oleh pembuat tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung mineral Ca tinggi. Suhu pada proses penggumpalan sebaiknya 70-85°C, sedangkan jumlah asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang kedelai yang digunakan. Setelah terjadi gumpalan tahu, air (Whey) yang masih terdapat bersama gumpalan itu dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak sehingga terbentuk tahu seperti yang diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera direndam dalam air dingin dengan suhu 5°C selama 60-90 menit. Bobot ampas tahu rata-rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979).

Kebutuhan konsentrat untuk ternak ruminansia mutlak diperlukan untuk memacu produktivitasnya. Ampas tahu merupakan hasil ikutan pembuatan tahu memiliki potensi sebagai konsentrat. Jumlah pabrik tahu skala rumah tangga di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma berjumlah 9 pabrik tahu. Untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi potong di Kabupaten Seluma hasil ampas tahu tidak mencukupi untuk pakan ternak sapi potong sehingga harus mendatangkan dari kota Bengkulu. Hal ini disebabkan pemilik pabrik tahu sebagian besar telah memiliki ternak sapi sehingga ampas tahu untuk kebutuhan peternak lain harus didatangkan dari daerah lain (kota Bengkulu).

(5)

254 METODOLOGI

Pengkajian ini menggunakan 18 ekor sapi Simentaljantan bakalan milik peternak di Kelompok Ternak Sejahtera MandiriDesa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.Ternak sapi dipelihara dalam kandang individu dengan rataan bobot badan sapi Simental jantan 197,56 kg. Sapi yang digemukkan berumur 1 - 2 tahun dengan lama penggemukan 90 hari.

Adapun pemberian pakan yang diberikan dengan memanfaatkan bahan pakan lokal limbah ampas tahu. Pengkajian terdiri dari 3 perlakuan dan 6 ekor sapi sebagai ulangan. Perlakuan A = kontrol (kebiasaan petani) hijauan saja sebanyak 10% dari bobot badan, Perlakuan B = hijauan 10% dari BB + konsentrat : dedak padi 2 kg, ampas tahu 1,9 kg dan mineral 0,1 kg.Perlakuan C = hijauan 10% dari BB + konsentrat : dedak padi 1 kg, ampas tahu 2,9 kg dan mineral 0,1 kg.Air minum diberikan secara ad. libitum.

Pengkajian pemanfaatan ampas tahu sebagai pakan penggemukan sapi jantan dirancang melalui pendekatan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 jenis perlakuan dan 6 ulangan. Peubah yang diamati adalah : konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan analisa finansial. Cara pengamatan konsumsi pakan adalah dengan menimbang pakan yang diberikan pada hari tersebut dan menimbang sisa pakan pada pagi harinya. Hasil pengurangan antara pakan yang diberikan dan sisa pakan adalah pakan yang dikonsumsi oleh ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Lokasi Pengkajian

Lokasi pendampingan PSDSK di Kabupaten Seluma adalah di Kelompok Ternak Sejahtera Mandiri Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja. Kelompok ternak Sejahtera Mandiri diketuai oleh Ceceng dengan anggota sebanyak 20 orang. Saat ini kelompok ini mengusahakan penggemukan sapi potong dengan memelihara sapi jantan Simental yang berumur 5 bulan – 2 tahun. Pembelian sapi dengan membeli dari Banjarnegara Jawa Tengah. Selain sapi Simental mereka juga memelihara sapi Bali untuk penggemukan dan pembibitan.

(6)

255

Mata pencaharian utama di desa ini adalah sebagai buruh perkebunan kelapa sawit. Usaha penggemukan sapi saat ini sudah dianggap sebagai mata pencaharian utama karena skala pemeliharaan yang semakin bertambah dari 1 – 5 ekor menjadi 5 – 20 ekor. Sebelumnya usaha beternak sapi potong sebagai usaha sampingan dan sebagai mata pencaharian utama adalah sebagai buruh bangunan. Dengan semakin meningkatnya skala pemeliharaan sapi maka mereka berhenti dari pekerjaan sebelumnya sebagai buruh bangunan dan memilih beternak sapi potong sebagai mata pencaharian utama.

Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Pakan Penggemukan

Hijauan makanan ternak yang banyak tersedia di Desa Bukit Peninjauan I adalah rumput lapangan, rumput king grass, dan pelepah/daun sawit. Sebagian besar peternak sapi di desa ini hanya memberikan pakan hijauan saja tanpa di berikan pakan konsentrat. Pakan konsentrat di daerah ini yang banyak tersedia adalah dedak padi, ampas tahu, solid dan jagung giling.

Rata-rata pertambahan bobot badan harian selama 3 bulan penggemukan pada sapi Simental yang memperoleh perlakuanpakan berbeda disajikan pada Tabel 1.Berdasarkan Tabel 1, pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh perlakuan Cyaitu sebesar 0,72 kg/ekor/hari dengan formula pakan terdiri dari ampas tahu 2,9 kg, dedak padi 1 kg dan mineral 0,1 kg, selanjutnya adalah perlakuan Byang diberikan pakan ampas tahu 1,9 kg, dedak padi 2 kg dan mineral 0,1 kg dengan PBBH sebesar0,53 kg/ekor/hari dan terendah perlakuan A (kontrol) yaitu0,30 kg/ekor/hari dengan pemberian pakan berupa hijauan saja. Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983). Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa penggunaan ampas tahu sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah.

Tabel 1. Performan sapi yang digemukkan pada ternak sapi Simental

No. Uraian Perlakuan

A (kontrol) B C

1. Bobot awal (kg) 175 247 170,7

2. Bobot akhir (kg) 202 294,5 232

(7)

256 harian (kg/ekor/hari)

4. Konsumsi pakan (kg/ekor/hari) - Hijauan - Dedak padi - Ampas tahu - Mineral 17,5 - - - 24,7 2 1,9 0,1 17 1 2,9 0,1

Di Bengkulu ampas tahu telah banyak dan sudah biasa digunakan oleh peternak sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di Taiwan ampas tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari (Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996). Ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen (Suryahadi, 1990) dengan laju degradasi sebesar 9,8% per jam dan rataan kecepatan produksi N-amonia nettonya sebesar 0,677 mM per jam (Sutardi, 1983). Penggunaan protein ampas tahu diharapkan akan lebih tinggi bila dilindungi dari degradasi dalam rumen (Suryahadi, 1990).

Hasil analisis proksimat pakan penggemukan di Laboratorium Bahan Makanan Ternak di Balitnak Ciawi bahwa kandungan protein pakan perlakuan Clebih tinggi dari perlakuan B yaitu sebesar 13,23 %sedangkan pada perlakuan B sebesar 12,16 %.Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian pakan ampas tahu sebanyak 2,9 kg/ekor/hari (60%) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dibandingkan dengan hanya diberikan hijauan saja dan pakan konsentrat ampas tahu sebesar 1,9 kg/ekor/hari (45%). Hasil analisis proksimat selengkapnya disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.Hasil analisis proksimat pakan konsentrat

Perlakuan Air g/100g Protein g/100g Lemak g/100g Energi kcal/kg SK g/100g Abu g/100g Ca g/100g P g/100g B 9,02 12,16 7,81 3.842 16,44 12,11 1,39 0,48 C 9,40 13,23 7,12 3.742 14,74 10,61 2,05 0,42

Sumber : Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi

Tabel 3. Analisis finansial penggemukan sapi Simental selama 90 hari

Uraian Total (Rp/periode)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C 1. Biaya produksi :

Hijauan 382.500 540.000 382.500

Dedak padi - 270.000 135.000

(8)

257

Mineral - 45.000 45.000

Total biaya pakan 382.500 906.300 640.800

2. Penerimaan 945.000 1.662.500 2.145.500

3. Pendapatan 562.500 756.200 1.504.700

Hasil analisis finasial ketiga perlakuan pakan penggemukan disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, keuntungan tertinggi diperoleh pada perlakuan C yang menggunakan pakan hijauan 10% dari bobot badan, ampas tahu 2,9 kg, dedak padi 1 kg dan mineral 0,1 kgmemperoleh keuntungan Rp. 1.504.700/ekor/periode kemudian perlakuan B yang menggunakan pakan hijauan 10% dari bobot badan, ampas tahu 1,9 kg, dedak padi 2 kg dan mineral 0,1 kg yaitu Rp. 756.200/ekor, dan keuntungan terendah perlakuan A yang hanya diberi pakan hijauan saja yaitu hanya Rp. 562.500/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu lebih banyak dari dedak padi sebagai pakan konsentrat dapat meningkatkan keuntungan peternak.

KESIMPULAN

Ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai pakan penggemukan sapi potong dan pemberian pakan ampas tahu dengan formula pakan per ekor per hari terdiri dari hijauan 10% dari bobot badan, ampas tahu 2,9 kg, dedak padi 1 kg dan mineral 0,1 kg paling tinggi meningkatkan pertambahan bobot badan. Hasil analisis finasial juga menunjukkan bahwa perlakuan tersebut menghasilkan keuntungan tertinggi yaitu Rp. 1.504.700/ekor/hari.

DAFTAR PUSTAKA

Amaha, K., Y. Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (SoybeanCurd) By-Product as Feed for Cattle. http// www.agnet.org.

Heng-Chu, A. 2004. Utilization of Agricultural By-Products in Taiwan.http//www.agnet.org.

Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas tahu sebagai makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor. 1(7): 331-335.

(9)

258

Rachimanto, D. Daulay, 8. Hardjo dan Endang S. Sunarya. 1981. Pengaruh kondisi proses pengolahan tradisional terhadap mutu tahu yang dihasilkan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan 3:26-35. Pusbangtapa-FTDC IPB, Bogor.

Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten Speed Press, California, USA.

Sumardi dan L.P.S. Patuan. 1983. Kandungan Unsur-unsur Mineral Essensial dalam Limbah Pertanian dan Industri Pertanian di Pulau Jawa. Proceeding Seminar. Lembaga Kimia Nasional-LIPI, Bandung.

Suryahadi. 1990. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat Antar Universitas Ilmu hayat Institut Pertanian Bogor.

Sutardi, T., M.A. Sigit T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikroba Rumen. Fapet IPB bekerjasama dengan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Performan sapi yang digemukkan pada ternak sapi Simental
Tabel 2.Hasil analisis proksimat pakan konsentrat  Perlakuan  Air  g/100g  Protein g/100g  Lemak  g/100g  Energi  kcal/kg  SK  g/100g  Abu  g/100g  Ca  g/100g  P  g/100g  B  9,02  12,16  7,81  3.842  16,44  12,11  1,39  0,48  C  9,40  13,23  7,12  3.742  1

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan dilihat dari rencana kegiatan penyuluhan pertanian dilakukan sebagai upaya untuk pemecahan masalah yang dilaksanakan kegiatan ditingkat kabupaten ditingkat badan

Menyatunya ruang luar dengan adanya bidang - bidang kaca tersebut sehingga pengunjung dapat melihat sekelililng termasuk reruntuhan dan titik dimana bom jatuh merupakan

Melalui hasil uji hipotesis ditemukan bahwa persepsi harga, produk, promosi, dan tempat secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

Selain itu, praktikan juga melakukan observasi kelas untuk mengamati proses belajar oleh guru, dari segi cara mengajar/model mengajar, cara penanganan masalah

Fakta ini sejalan dengan hasil asesmen permasalahan yang telah dilakukan, yakni sebagian besar peserta didik di kelas XII belum melakukan penyesuaian kemampuan

Kutipan dialog tersebut merupakan salah satu konflik eksternal yang terdapat dalam naskah Mega-Mega karena dialog ini berisi pertentangan yang terjadi diantara kedua

Berdasarkan hal tersebut, model pembangunan yang berpusat pada rakyat merupakan suatu alternatif baru untuk meningkatkan hasil produksi pembangunan guna memenuhi

Diharapkan dengan adanya sistem informasi pemesanan dan simpan pinjam berbasis web ini dapat membantu kinerja para staff dalam memproses data-data yang terdapat