• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kematian Janin Dalam Kandungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kematian Janin Dalam Kandungan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KEMA

KEMATIAN J

TIAN JANIN DA

ANIN DALAM

LAM

KANDUNGAN (IUFD)

KANDUNGAN (IUFD)

Kamis, 14 Juni 2012

Kamis, 14 Juni 2012

KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (INTRA UTERINE FETAL DEATH / IUFD) (INTRA UTERINE FETAL DEATH / IUFD)

A. DEFENISI A. DEFENISI

Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni Kematian janin dalam kandungan disebut Intra Uterin Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia

kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dankehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester

atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester pertama disebut keguguran ataupertama disebut keguguran atau abortus.

abortus.

Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.

28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.

B. ETIOLOGI B. ETIOLOGI

1. Fetal (penyebab 25-40%) 1. Fetal (penyebab 25-40%)

• Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, • Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital

kelainan jantung congenital

• Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan • Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang

dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal,  juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingg

 juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehinggaa  berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

 berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur. • Kelainan kongenital (bawaan) ba

• Kelainan kongenital (bawaan) bayiyi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat da

(2)

 jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru- parunya.

• Janin yang hiperaktif 

Gerakan janin yang berlebihan -apalagi hanya pada satu arah saja - bisa mengakibatkan tali  pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang

mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak  biasa saat hamil.

2. Placental (penyebab 25-35%) • Abruption

• Kerusakan tali pusat • Infark plasenta

• Infeksi plasenta dan selaput ketuban • Intrapartum asphyxia

• Plasenta Previa

• Twin to twin transfusion S • Chrioamnionitis

• Perdarahan janin ke ibu • Solusio plasenta

3. Maternal (penyebab 5-10%) • DM

• Hipertensi • Trauma

• kehamilan lewat waktu (posterrm) • Ruptur uterus

• Postterm pregnancy • Obat-obat

(3)

mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Ibu tidak merasakan gerakan janin  Nilai DJJ

Bila ibu mendaptkan sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang. Bila DJJ abnormal,lihat penatalaksanaan DJJ abnormal.

Bila DJJ tidak terdengar, pastikan adanya kematian janin dengan stetoskop ( Doppler). Bila DJJ baik,berarti bayi tidur.

Rangsang janin dengan rangsangan suara (bel) attau dengan menggoyangkan perut ibu sehingga ibu merasakan gerakan janin. Bila DJJ meningkat frekuensinya sesuai dengan gerakan janin, maka janin dapat dikatakan normal.

Bila DJJ cenderung turun saat janin bergerak, maka dapat disimpulkan adanya gawat janin.

2. Gerakan janin tidak dirasakan lagi

Gejala dan tannda selau ada Gejala dan tanda kadang –  kadang ada Diagnosis kemungkinan. Gerakan janinberkurang atau hilang.Nyeri perut hilang timbul atau menetap Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. Syok

3. Uterus tegang / kaku.

 Gawat janin atau DJJ tidak terdengar. Solusio plasenta  Gerakan janin dan DJJ tidak ada

 Perdarahan

  Nyeri perut hebat Syok

 Perut kembung / cairan bebas intra abdominal  Kontur uterus abnormal

 Abdomen nyeri

(4)

 Denyut nadi bu cepat Rupture uteri  Gerakan janin berkurang atau hilang

 DJJ abnormal(<100/menit atau >140/ menit) Cairan ketuban bercampur mekonium  Gawat janin

 Gerakan janin / DJJ hilang Tanda –  tanda kehamilan berhenti  Tinggi fundus uteri berkurang

 Pembesaran uterus berkurang Kematian janin

4. Adanya gelembung-gelembung gas pada badan janin

Gejala dan tanda selalu ada Gejala dan tanda selalu ada Diagnosa kemungkinan Gerakan janin berkurang

atau hilang

 Nyeri perut hilang timbul atau menetap

Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu

Syok

Uterus tegang atau kaku Gawat janin atau djj tidak terdengar

Solisio placenta

Gerakan janin dan djj tidak ada

Perdarahan

 Nyeri perut hebat

Syok

Perut kembung atau cairan  bebas intra abdominal

Kontur uterus abnormal Abdomen nyeri

Bagian-bagian janin teraba

Rupture uteri

Gerakan janin berkurang atau hilang

Djj abnormal ( <100/menit atau >180/menit)

Cairan ketuban campur mekonium

Gawat janin

Gerakan janin atau djj hilang Tanda- tanda kehamilan  berhenti

Tinggi fundus uteri  berkurang

(5)

Pembesaran uteri berkurang

D. KLASIFIKASI

Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV

kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu  penuh

kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

kematian yang tidak dapat digolongkan  pada ketiga golongan

di atas

E. FAKTOR RESIKO

 Faktor predisposisi a) Faktor ibu

 Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.

 Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif.

Sehingga anak akan mengikuti yang dominan; menjadi rhesus positif. "Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus."

 Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat

terjadi hidrops fetalis; suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis  pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih

dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung.

 Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.Terutama pada golongan darah

A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu

 bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.

 Berbagai penyakit pada ibu hamil.Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes.

Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.

 Trauma saat hamil.Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasentae atau plasenta

terlepas. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau pemukulan. "Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di  plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta lepas sebagian.

Akhirnya aliran darah ke bayi pun jadi tak ada."

 Infeksi pada ibu hamil.Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti

infeksi akibat bakteri maupun virus. "Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak tahan akan panas tubuh ibunya."

 status social ekonomi yang rendah  tingkat pendidikan ibu yang rendah

(6)

 umur ibu yang > 30 tahun atau < dari 20 tahun  ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan

 ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati

b) Faktor bayi

 Gerakan bayi yang berlebihan / liarGerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan,

terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi  jadi tersumbat." Kalau janin sampai memberontak, yang ditandai gerakan "liar",  biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, entah itu karena kekurangan

oksigen, atau makanan. Karena itu, harus segera dilakukan tindakan yang mengarah  pada pemenuhan kebutuhan janin. Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup?

Kalau ibu punya riwayat sebelumnya dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. "Sebab, dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya sendiri, sehingga janin relatif kekurangan."

 Kelainan kromosom.Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat

trisomy. "Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat

kematian udah terjadi, yaitu dari otopsi bayi." Sebab, ungkap Nasdaldy, jarang sekali dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. "Selain

 biayanya mahal, risikonya juga tinggi. Karena harus mengambil air ketuban dari  plasenta janin sehingga berisiko besar terinfeksi, juga bisa lahir prematur. Kecuali

kalau memang ada keganjilan dalam kehamilan tersebut yang dicurigai sebagai kelainan kromosom."

 Kelainan bawaan bayi.Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru

- paru, bisa engakibatkan kematian di kandungan.

F. MANIFESTASI KLINIS / KOMPLIKASI

 Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan

masuk kedalam peredaran darah ibu tromboplastin¡ pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh terjadi pembekuan darah trombosit

Disseminated yang meluas hipofibrinogenemia (kadar intravascular coagulation fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.

 Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat kekurangan

fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandungnya.

 DJJ tidak terdengar

 Uterus tidak membesar, fundus uteri turun

 Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa  Palpasi anak menjadi tidak jelas

(7)

 Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia

25%.

G. PATOFISIOLOGI

Menurut dr Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:

1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi

2. Preeklampsia dan eklampsia

3. Perdarahan

Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang

menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.

4. Kelainan kongenital (bawaan) bayi

Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan

hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam  jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru- parunya.

5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin

Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasaln ya, saat masih dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.

6. Janin yang hiperaktif

Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa mengakibatkan tali  pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang

mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang

(8)

mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak  biasa saat hamil.

7. Gawat janin

Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen dari Moms k e janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung  janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.

8. Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami  penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan

oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan  pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

9. Infeksi saat hamil

Saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi  bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan  panas tubuh ibunya.

10. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik  biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan  pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga

sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko  besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan sebagai  berikut :

(9)

 Rigor mostis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.  Stadium maserasi I

Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.

 Stadium maserasi II

Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.

 Stadium maserasi III

Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah kulit.

H. PENANGANAN 1. Penanganan Umum

- Berikan dukungan emosional pada ibu - Nilai DJJ

-Nilai ibu mendapa sedative, tungg hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang - Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan

2. Penanganan Pada Masa Persalinan

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati.

Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang engkorak, hiperfleksi kolumna, vertebralis, gelembung udara didlam jantung dan edema scalp.

USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian

 janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup: tidak ada denyut jantung  janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

(10)

terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat jhir per vaginal.

Pilihlah cra persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputsan diambil.

Bila pilihan penanganan persalinan adalah akspetif: o Tunggu persalinan spontan hingg dua minggu

o Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi. o Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,

o Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks:

o Jika serviks matang, lakukann induksi persalinan dengan oksitosin

o Jika serviks belum mtang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin

I. PENATALAKSANAAN

 Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru

 bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosis.

 Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan  Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setela h 5 hari.

Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

 USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastika n kematian

 janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

 Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu

didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat l ahir  pervaginam.

 Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

 Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2

minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi

 Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan

 penanganan aktif.

 Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu Jika servik matang,lakukan

induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau

kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi

 Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir  Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

 Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada

koagulopati

 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan

kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta

(11)

 Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah

diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan

 Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek

 progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu pada tahun 2009,

Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem darah.. Dampak jangka panjang bayi yang

Retensi cairan menyebabkan edema paru dan edema perifer (AHA, 2001) sehingga pasien gagal jantung dapat kembali mengalami rawat inap ulang akibat eksaserbai dari

Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem darah.. Dampak jangka panjang bayi yang

Case Study Lilitan Tali Pusat Di Leher Dan Tubuh Janin Sebagai Penyebab Kematian Bayi Dalam Rahim: Laporan Kasus Nuchal Cord in the Neck and Body of the Fetus as a Cause of Infant

Hasil uji statistik mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil pengukuran suhu tubuh, frekuensi napas dan frekuensi denyut jantung bayi berat lahir

Di sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan

Retensi cairan menyebabkan edema paru dan edema perifer (AHA, 2001) sehingga pasien gagal jantung dapat kembali mengalami rawat inap ulang akibat eksaserbai dari