• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Ibu Yang Mengalami Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Ratu Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Ibu Yang Mengalami Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Ratu Medan Tahun 2009"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BBLR DAN MENGALAMI KJDK DI RUMAH SAKIT SRI RATU MEDAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

OLEH :

JULI ASTARI PANE NIM : 051000171

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(2)

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BBLR DAN MENGALAMI KJDK DI RUMAH SAKIT SRI RATU MEDAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

JULI ASTARI PANE NIM : 051000171

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BBLR DAN MENGALAMI KJDK DI RUMAH SAKIT SRI RATU MEDAN

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : JULI ASTARI PANE

NIM : 051000171

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Oktober 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si NIP. 1968061619930323003

Penguji I

Ferry, S.H., S.Si., AMG., DC.Nutri., M.Kes NIP. 1969052419930831001

Penguji II

Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 196706131993031400

Penguji III

Ernawati Nasution, SKM., M.Kes NIP. 197002121995012001

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001

(4)

ABSTRAK

Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian janin dalam kandungan (KJDK) merupakan determinan yang utama dalam meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu dan janin dalam kandungannya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami BBLR dan KJDK yang rawat inap di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR dan ibu yang mengalami KJDK yaitu sebanyak 98 kasus, jumlah sampel adalah total sampling. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami BBLR (49,6%) atau KJDK (43,4%) berada pada umur 20-35 tahun. Sementara berdasarkan tingkat pendidikan, BBLR (32,4%) dan KJDK (33,4%) paling banyak ditemukan pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMA. Sedangkan menurut jenis pekerjaan ibu, mayoritas ibu yang mengalami BBLR (84,8%) atau KJDK (89,4%) memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang mengalami BBLR sebagian besar (75,2%) memiliki paritas 0, sementara KJDK paling banyak (44,4%) pada paritas 2 dan 3. Sementara berdasarkan usia kehamilan, BBLR (73,5%) atau KJDK (82,2%) paling banyak pada usia kehamilan < 37 minggu, tetapi pada usia kehamilan 42 minggu tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK. Dalam hal jarak kehamilan, BBLR (68,7%) dan KJDK (65,4%) memiliki jarak kehamilan < 2 tahun. Demikian juga dalam hal kadar Hb, BBLR (67,7%) dan KJDK (76,8%) memiliki kadar Hb 7-8 gr/dl, sementara BBLR atau KJDK tidak ditemukan pada ibu yang kadar Hb 11 gr/dl. BBLR (82,4%) atau KJDK (73,7%) terjadi pada ibu yang memiliki LILA < 23,5 cm, sementara jumlah ibu yang melahirkan bayi BBLR atau ibu yang mengalami KJDK berkurang pada ibu yang memiliki LILA 23,5 cm.

Disarankan bagi petugas kesehatan perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur serta mengonsumsi makanan bergizi sehingga dapat menurunkan resiko ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan ibu yang mengalami KJDK.

(5)

ABSTRACT

The incidence of both low birth weight and stillbirth in uterus are the main determinants of the increased maternal and fetal mortalities in uterus.

The objective of the study are to know the characteristics of mothers with low birth weight and stillbirth as the inpatients of Sri Ratu Hospital Medan in 2009. The study is a descriptive one. The population included all the pregnant mothers who delivered infants with low birth weight and stillbirth of 98 cases. The samples were taken by total sampling method. The collected data included secondary that collected from medical record, and analyzed descriptively.

The result of the study showed that majority of the mothers with low birth weight (49.6%) or stillbirth (43.4%) belonged to 20-35 years of age. Whereas based on their education, majority of the low birth weight (32.4%) and stillbirth (33.4%) was found in those with senior high school education. Whereas in terms of their occupation, majority of the mothers with low birth weight (84.8%) or stillbirth (89.4%) included those who were housewives. Majority of the mothers with low birth weight (75.2%) and parity 0, whereas majority of the stillbirth (44.4%) have parity of 2 and 3. Based on the gestational age, majority of both low birth weight (73.5%) or stillbirth (82.2%) was found in gestational age of <37 weeks, but in the gestational age of ≥ 42 weeks, the mothers with stillbirth were not found. In the case of pregnancy spacing, low birth weight (68.7%) and stillbirth (65.4%) have pregnancy spacing of 2 years. Similarly, in the case of Hb level, majority of low birth weight (67.7%) and stillbirth (76.8%) have Hb level of 7-8 gr/dl, and none of the mothers with low birth weight or stillbirth found with Hb level ≥ 11 gr/dl. The incidence of low birth weight (82.4%) or stillbirth (73.7%) occured with those with upper arm circumference < 23.5 cm, whereas the incidence of low birth weight childbirth or those with stillbirth decreased in those who have anemic status of ≥ 23.5 cm.

It is suggested that the health providers conducting health promotion to those pregnant mothers to care and examine their pregnancy status well routinely and regularly and to consume nutritive foods that can decrease any risk of delivering infants with , low birth weight and stillbirth.

Keywords : maternal and fetal mortality of mothers, low birth weight, stillbirth.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Juli Astari Pane Tempat /Tanggal Lahir : Medan, 14 Juni 1983

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jln. STM Gg. Rahmat No. 37A Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 068085 : Tahun 1988 – 1994 2. SLTP Negeri 2 Medan : Tahun 1994 – 1997 3. SMU Kartika I Medan : Tahun 1997 – 2000 4. Akademi Keperawatan Pemkab Langkat : Tahun 2001 – 2004 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat – USU : Tahun 2005 - 2010

Riwayat Pekerjaan

(7)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah : “Karakteristik Ibu Yang Mengalami Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) Dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Ratu Medan Tahun 2009”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ferry, S.H., S.Si., AMG., DC.Nutri., M.Kes selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku dosen penguji II dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji III.

(8)

4. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 5. Kepada Kepala Rumah Sakit SRI RATU yang telah memberikan ijin bagi

penulis untuk melakukan pengambilan data.

6. Kepada suamiku tercinta dan Ananda tersayang Rizky Aditya Ritonga yang senantiasa memberikan semangat, harapan dan cinta kasih yang tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa FKM USU Medan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Desember 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak... Abstract ... Daftra Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar isi... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)... 2.1.1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah ... 2.1.2. Faktor Resiko Berat Badan Lahir Rendah ... 2.1.3. Pencegahan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)... 2.2. Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK)... 2.2.1. Pengertian Kematian Janin dalam Kandungan ... 2.2.2. Tanda-Tanda Kematian Janin dalam Kandungan ... 2.2.3. Faktor Resiko Kematian Janin dalam Kandungan ... 2.2.4. Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan ... 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

1.1. Jenis Penelitian... 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 1.3. Populasi dan Sampel ... 1.3.1. Populasi ... 1.3.2. Sampel ... 1.4. Jenis Data ... 1.5. Teknik Pengumpulan Data... 1.6. Defenisi Operasional... 1.7. Aspek Pengukuran ... 3.8 Pengolahan dan Analisa Data...

3.8.1 Pengolahan Data ... 3.8.2 Analisa Data ...

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Sri Ratu Medan ... 4.2. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio

Demografi ... 4.2.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur... 4.2.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 4.2.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Jenis Pekerjaan ... 4.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan

Biomedis ... 4.3.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas . 4.3.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan ... 4.3.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran ... 4.3.4. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar

Hb... 4.3.5. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan

Tekanan Darah ... 4.4. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Antropometri

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi ... 5.1.1. Umur Ibu ... 5.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu ... 5.1.3. Jenis Pekerjaan Ibu... 5.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan

Biomedis ... 5.2.1. Paritas ... 5.2.2. Umur Kehamilan... 5.2.3. Jarak Kelahiran ... 5.2.4. Kadar Hb ... 5.2.5. Tekanan Darah ... 5.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Ukuran LILA BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Aspek Pengukuran... Tabel 4.1. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.2. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.3. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.4. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas (Jumlah Persalinan) di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.5. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009... Tabel 4.6. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.7. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ... Tabel 4.8. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan

Tekanan Darah di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009... Tabel 4.9. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Status LILA di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 ...

(12)

ABSTRAK

Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian janin dalam kandungan (KJDK) merupakan determinan yang utama dalam meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu dan janin dalam kandungannya.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami BBLR dan KJDK yang rawat inap di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR dan ibu yang mengalami KJDK yaitu sebanyak 98 kasus, jumlah sampel adalah total sampling. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami BBLR (49,6%) atau KJDK (43,4%) berada pada umur 20-35 tahun. Sementara berdasarkan tingkat pendidikan, BBLR (32,4%) dan KJDK (33,4%) paling banyak ditemukan pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMA. Sedangkan menurut jenis pekerjaan ibu, mayoritas ibu yang mengalami BBLR (84,8%) atau KJDK (89,4%) memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Ibu yang mengalami BBLR sebagian besar (75,2%) memiliki paritas 0, sementara KJDK paling banyak (44,4%) pada paritas 2 dan 3. Sementara berdasarkan usia kehamilan, BBLR (73,5%) atau KJDK (82,2%) paling banyak pada usia kehamilan < 37 minggu, tetapi pada usia kehamilan 42 minggu tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK. Dalam hal jarak kehamilan, BBLR (68,7%) dan KJDK (65,4%) memiliki jarak kehamilan < 2 tahun. Demikian juga dalam hal kadar Hb, BBLR (67,7%) dan KJDK (76,8%) memiliki kadar Hb 7-8 gr/dl, sementara BBLR atau KJDK tidak ditemukan pada ibu yang kadar Hb 11 gr/dl. BBLR (82,4%) atau KJDK (73,7%) terjadi pada ibu yang memiliki LILA < 23,5 cm, sementara jumlah ibu yang melahirkan bayi BBLR atau ibu yang mengalami KJDK berkurang pada ibu yang memiliki LILA 23,5 cm.

Disarankan bagi petugas kesehatan perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur serta mengonsumsi makanan bergizi sehingga dapat menurunkan resiko ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan ibu yang mengalami KJDK.

(13)

ABSTRACT

The incidence of both low birth weight and stillbirth in uterus are the main determinants of the increased maternal and fetal mortalities in uterus.

The objective of the study are to know the characteristics of mothers with low birth weight and stillbirth as the inpatients of Sri Ratu Hospital Medan in 2009. The study is a descriptive one. The population included all the pregnant mothers who delivered infants with low birth weight and stillbirth of 98 cases. The samples were taken by total sampling method. The collected data included secondary that collected from medical record, and analyzed descriptively.

The result of the study showed that majority of the mothers with low birth weight (49.6%) or stillbirth (43.4%) belonged to 20-35 years of age. Whereas based on their education, majority of the low birth weight (32.4%) and stillbirth (33.4%) was found in those with senior high school education. Whereas in terms of their occupation, majority of the mothers with low birth weight (84.8%) or stillbirth (89.4%) included those who were housewives. Majority of the mothers with low birth weight (75.2%) and parity 0, whereas majority of the stillbirth (44.4%) have parity of 2 and 3. Based on the gestational age, majority of both low birth weight (73.5%) or stillbirth (82.2%) was found in gestational age of <37 weeks, but in the gestational age of ≥ 42 weeks, the mothers with stillbirth were not found. In the case of pregnancy spacing, low birth weight (68.7%) and stillbirth (65.4%) have pregnancy spacing of 2 years. Similarly, in the case of Hb level, majority of low birth weight (67.7%) and stillbirth (76.8%) have Hb level of 7-8 gr/dl, and none of the mothers with low birth weight or stillbirth found with Hb level ≥ 11 gr/dl. The incidence of low birth weight (82.4%) or stillbirth (73.7%) occured with those with upper arm circumference < 23.5 cm, whereas the incidence of low birth weight childbirth or those with stillbirth decreased in those who have anemic status of ≥ 23.5 cm.

It is suggested that the health providers conducting health promotion to those pregnant mothers to care and examine their pregnancy status well routinely and regularly and to consume nutritive foods that can decrease any risk of delivering infants with , low birth weight and stillbirth.

Keywords : maternal and fetal mortality of mothers, low birth weight, stillbirth.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara jasmaniah dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi ada kalanya masalah kehamilan dan kelahiran tidak seperti yang diharapkan, seperti terjadinya kematian janin dalam kandungan serta lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Depkes, 2000).

Kematian janin dalam kandungan (KJDK) adalah salah satu masalah yang sering terjadi dalam kehamilan. KJDK menyumbang jumlah yang hampir sama besarnya dengan kematian neonatal (bayi yang berumur 0-28 hari) terhadap tingginya angka kematian perinatal (0-7 hari) (Behrman, 1994).

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator dari tingkat kesehatan ibu dan anak, selain itu bayi dengan BBLR merupakan determinan yang utama pada kematian perinatal dan neonatal. Menurut World Health Organization (WHO) bayi dengan BBLR merupakan penyebab dasar kematian

neonatus (Depkes, 2000).

(15)

dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (Depkes, 2000).

Menurut Agustina, dkk., yang dikutip oleh Yekti (1995) menyatakan bahwa dari berbagai negara selama lebih 30 tahun terakhir, anak yang mempunyai BBLR umumnya dapat bertahan hidup dengan normal sampai kanak-kanak. Beberapa anak yang lahir BBLR akan mengalami hambatan pada pertumbuhan otak, mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit infeksi, serta hambatan pertubuhan fisik.

Masalah utama bayi baru lahir adalah masalah yang sangat spesifik, yang terjadi pada masa perinatal serta dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Timbulnya masalah pada masa perinatal merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil (Depkes, RI, 1999).

Angka BBLR di Indonesia masih tinggi yaitu 14%. Angka yang tinggi ini merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi yang juga cukup tinggi di Indonesia. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi yang BBLR akan mempunyai kemungkinan meninggal neonatal 20-30 kali lebih besar dan meninggal sebelum berumur 1 tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang lahir dengan berat badan yang cukup. Selain itu bayi yang BBLR mengalami gangguan perkembangan mental sehingga mengakibatkan kecerdasan dan kemampuan belajar menurun. Menyadari

(16)

hal itu, pemerintah menetapkan bahwa angka BBLR harus diturunkan dari 14% menjadi 7% (Depkes, 2000).

Tahun 1993-1998 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi di Semarang mendapatkan angka kematian perinatal 35,12/1000 kelahiran yang ada, sedangkan kematian janin dalam kandungan adalah 20/1000. Dari seluruh kematian perinatal tersebut diperoleh 57,1% adalah akibat bayi yang BBLR. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang BBLR memberikan kontribusi yang besar terhadap kematian perinatal (Soejoenoes, 1999).

(17)

Berdasarkan survei awal diketahui bahwa Rumah Sakit Sri Ratu Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta dimana terdapat jumlah kasus kematian janin dalam kandungan (KJDK) dan BBLR yang cukup tinggi yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit yaitu sebanyak 71 kasus (5,6%) BBLR dari 1.268 kelahiran bayi dan 27 kasus (2,1%) KJDK selama tahun 2009.

1.6. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”.

1.7. Tujuan Penelitian 1.7.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009”.

1.7.2. Tujuan Khusus

2. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor sosial demografi yang meliputi : umur ibu, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan ibu. 3. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor antropometri yaitu

ukuran LILA.

4. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan faktor biomedis yang meliputi : paritas, umur kehamilan, jarak kelahiran, tekanan darah dan kadar Hb.

(18)

1.8. Manfaat Penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2.4.1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam (Saifuddin, 2001) :

− Bayi dengan berat badan lahir rendah, berat lahir 1500-2499 gram. − Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, berat lahir 1000-1499 gram. − Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah, berat lahir <1000 gram.

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby (bayi dengan berat badan lahir rendah), dan kemudian WHO

merubah ketentuan tersebut pada tahun 1977 yang semula kriteria BBLR adalah ≤ 2500 gram menjadi hanya < 2500 gram tanpa melihat usia kehamilan (Wiknjsastro, 2002). Berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :

1) Bayi Premature

Suatu keadaan yang belum “matang” yang ditemukan pada bayi yang lahir ketika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.

Prematuritas merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada bayi yang baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang

(20)

sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit tertentu (Depkes, 1999).

2) Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)

Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya untuk masa gestasi, yakni dibawah percentile ke 10, yang dapat merupakan bayi kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post term). Bayi ini disebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam uterus (Intra Uterine Growth Retardation) sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan. KMK dibagi atas :

a. Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (IUGR), adalah janin yang menderita distress yang lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir, sehingga berat, panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih berada di bawah masa gestasi yang sebenarnya.

(21)

2.4.2. Faktor Resiko Berat Badan Lahir Rendah

Menurut Setiawan (1995), beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR antara lain ;

− Faktor biologis : jenis kelamin bayi, paritas, umur ibu, ras, fektor keluarga, tinggi

badan dan berat badan orang tua, pertambahan berat badan selama hamil, riwayat kehamilan terdahulu, hipertensi dan pre eklamsi, oedema ibu, komplikasi kehamilan, dan ukuran plasenta.

− Faktor lingkungan : status sosial ekonomi, status gizi dan kebiasaan merokok.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian Berat Badan Lahir Rendah Setiawan (1995) :

1. Umur Ibu

Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal, sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan. Sebaliknya usia ibu yang lebih tua telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis maupun reproduksi secara umum, sehingga lenih sering terjadi akibat yang merugikan pada bayi (Setyowati dkk, 2005).

(22)

Beberapa studi telah melaporkan bahwa perkawinan di usia muda (<20 tahun) yang disusul dengan kehamilan akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Salah satunya adalah meningkatkan resiko kelahiran BBLR.

Pada umumnya bayi dengan BBLR dari wanita yang berusia muda biasanya disertai dengan kelainan bawaan dan cacat fisik, epilepsy, retardasi mental, kebutaan dan ketulian. Bila bayi bertahan hidup akan menimbulkan masalah yang besar dan mengalami gangguan pertumbuhan.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyampaian informasi kesehatan terhadap ibu karena mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu terutama saat hamil. Akibatnya mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan kesehatan terutama pada saat hamil, baik menyangkut gizi, kebersihan, serta makanan yang bernilai gizi tinggi 3. Tinggi dan Berat Badan Ibu

(23)

Tinggi badan ibu dilaporkan berperan terhadap kejadian BBLR. Hubungan antara tinggi badan ibu dengan berat badan bayi yang dilahirkan merupakan hubungan positif, dimana semakin tinggi ibu semakin berat bayi yang dilahirkan. Ibu dengan tinggi badan <145 cm beresiko terhadap kelahiran bayi dengan BBLR.

4. Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami ibu sebelum persalinan atau kehamilan sekarang. Pada umunya BBLR meningkat sesuai dengan meningkatnya paritas ibu. Resiko untuk terjadinya BBLR tinggi pada paritas I kemudian menurun pada paritas 2 atau 3, selanjutnya kembali pada paritas 4 (Manuaba, 1998).

Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya. Hal ini disebabkan adanya gangguan plasenta dan sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat. Jika keadaan ini berlangsung lama akan mempengaruhi berat badan lahir bayi dan kemungkinan besar terjadi BBLR (Wibowo, 1992).

5. Pekerjaan Ibu

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan yang bersifat menghasilkan uang dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan akan mempengaruhi penyediaan makanan bagi keluarga yang secara langsung akan menunjang perkembangan dan pertumbuhan anggota keluarga (Soetjiningsih, 1995).

(24)

6. Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu selanjutnya akan mempengaruhi reproduksi (Wibowo, 1992).

Dari hasil penelitian Prayoga (1994) di Surabaya didapatkan angka kejadian BBLR pada ibu dengan jarak kehamilan 12-23 bulan sebesar 2,2%, pada jarak kehamilan 24-59 bulan sebesar 1,5% dan pada jarak 60-98 bulan sebesar 2,3%. Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun dan >4 tahun adalah 1,5 kali lebih kecil dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan 2-4 tahun.

7. Kadar Hb Ibu Menjelang Persalinan

Kadar Hb menjelang persalinan digunakan sebagai indikator untuk menentukan adanya anemia seorang ibu hamil. Anemia saat ibu hamil dapat berakibat buruk pada ibu dan janin. Apabila ibu hamil menderita anemia akan menyebabkan resiko kelahiran bayi premature, BBLR dan perdarahan sebelum dan saat melahirkan. Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan dalam (Soetjoenoes, 1999):

(25)

8. Umur Kehamilan

Umur kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari haid pertama mensturasi terakhir sampai anak lahir. WHO (1997) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Pre-term : < 37 minggu (< 259 hari)

2. Term : 37 minggu sampai dengan < 42 minggu (259-293 hari) ≥ 3. Post-term : 42 minggu ≥

Menurut Manuaba (1998), menyatakan bahwa berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.

2.4.3. Pencegahan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini akan lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan kesehatan optimim dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat (Wiknjosastro, 1997).

(26)

Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin kehamilan yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat. Yang perlu diperhatikan antara lain :

a) Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.

b) Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra-nikah untuk mencegah penyakit tetanus.

c) Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.

d) Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.

e) Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari akohol dan rokok, karena 13rematu dapat mengganggu tumbuh kembang janin sementara rokok akan menyebabkan kelahiran 13remature atau kelainan letak plasenta pada janin. Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan ketuban pecah (dini) tidak pada waktunya.

2.5. Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK) 2.5.1. Pengertian Kematian Janin dalam Kandungan

(27)

Intra uterine fetal Death (IUFD) sering dijumpai, baik pada kehamilan di bawah 20

minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.

Sebelum kehamilan 20 minggu ; kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut dengan missed abortion.

Sesudah 20 minggu ; biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim (Anonim, 2010).

2.5.2. Tanda-Tanda Kematian Janin dalam Kandungan

Tanda-tanda kematian janin dalam kandungan adalah sebagai berikut (Anonim, 2010) :

a) Bunyi /denyut jantung tidak terdengar lagi

Dalam keadaan normal, frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120 /menit s/d 160 /menit. Apabila terjadi kematian janin maka tidak terdengar adanya denyut jantung melalui pemeriksaan.

b) Rahim tidak membesar, fundus uteri menurun

Apabila janin telah lama mati (dalam beberapa minggu), dengan pemeriksaan yang teliti biasanya dapat ditunjukkan bahwa besar uterus tidak sesuai dengan perkiraan umur kehamilannya, bahkan uterus menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pemeriksaan sebelumnya.

c) Pergerakan janin tidak teraba lagi oleh pemeriksa d) Palpasi janin menjadi tidak jelas

(28)

Janin yang sehat dan hidup dapat dirasakan melalui palpasi. Apabila janin mati maka palpasi menjadi tidak jelas.

e) Reaksi kehamilan menjadi negative setelah anak mati f) Pada foto rontgen dapat dilihat :

1. Tulang-tulang tengkorak saling menutupi (tanda spalding)

Terjadinya perimpitan (overlap) yang jelas antara tulang-tulang tengkorak akibat perlunakan otak, yang memerlukan waktu beberapa hari.

2. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)

Timbulnya lengkungan ini sangat tergantung pada tingkat maserasi ligament pada tulang belakang.

3. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin

Timbulnya gas dalam tubuh janin merupakan sesuatu yang tidak biasa, dan merupakan tanda yang dapat dipercaya adanya kematian janin.

2.5.3. Faktor Resiko Kematian Janin dalam Kandungan 1. Umur

(29)

Ibu yang berumur >35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya sudah mulai menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik dan seoptimal pada usia 20-35 tahun (Winkjosastro, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Umar (2001) di RS dr. Pirngadi Medan tahun 2001 diperoleh bahwa ibu yang berumut >35 tahun mempunyai resiko sebesar 17,716 kali lebih besar terhadap kematian perinatal dibanding ibu hamil dengan umur 20-34 tahun.

2. Paritas

Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami ibu dengan mencapai viabilitas. Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi tiga antara lain:

1) Paritas rendah atau primipara

Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan primipara (jumlah anak 2) 2) Paritas sedang atau multipara

Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun

3) Paritas tinggi

Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil dan melahirkan di atas 5 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain : plasenta praevia, perdarahan postpartum, dan lebih

(30)

memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi pre eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak terjadi pada ibu usia lebih 35 tahun

Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :

1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali

2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali

3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.

Adapula sumber yang didapat dari wikipedia terdapat beberapa istilah tentang paritas yaitu :

1) Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau melahirkan untuk pertama kali

2) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu kali

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Winkjosastro, 2002).

(31)

3. Riwayat Penyakit

Penyakit yang diderita ibu semasa kehamilannya sangat mempengaruhi hasil akhir kehamilan, dimana dapat mengakibatkan kematian janin, keguguran ataupun persalinan prematur (Behrman, 1994). Penyakit yang sering muncul selama masa kehamilan antara lain :

a. Penyakit infeksi pada kehamilan

Hampir setiap infeksi yang dialami oleh ibu yang disertai oleh manifestasi sistemik yang parah dapat mengakibatkan terjadinya keguguran, kematian janin dalam kandungan atau persalinan prematur. Infeksi pada kehamilan dapat berupa ;

− Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih dapat berupa sistitis dan lebih berat berbentuk pielonefritis yang dapat menimbulkan keguguran atau lahir prematur. Pada kondisi akut dapat menimbulkan keluhan-keluhan yang sangat mengganggu ibu berupa demam, nyeri pinggang, menggigil, sakit di daerah supra simfisis, disuria, dan sebagainya.

− TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simpleks)

TORCH merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus, kematian janin dalam kandungan, lahir prematur, dan cacat bawaan.

Toksoplasmosis disebabkan oleh parasit disebut Toxiplasma gondi, yang hidup dan berkembang biak pada kucing. Tetapi parasit ini juga dapat hidup pada manusia, burung, kambing dan hewan ternak lainnya. Bila seseorang

(32)

terinfeksi Toksoplasmosis, pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang jelas sehingga biasanya tidak disadari oleh penderitanya.

− Infeksi saluran pernafasan

a) Bronkhitis

Bronkhitis dapat disebabkan oleh virus atau kuman. b) Pneumonia

Pneuminoa dapat disebabkan oleh virus, kuman, dan zat kimia. c) Influenza

Wanita hamil yang menderita influenza mempunyai komplikasi yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak hamil. Angka kematian janin pada wanita yang terserang influenza adalah 10-20%.

− Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh plasmodium, gejala klinik malaria pada wanita hamil adalah ; demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut.

b. Penyakit dasar pada ibu hamil a) Diabetes Melitus (DM)

Pengaruh DM pada kehamilan :

- Kemungkinan gestosis (hipertensi dalam kehamilan setelah kehamilan 20 minggu) 4 kali lebih besar

- Infeksi lebih mudah terjadi

(33)

- Mengakibatkan bayi mempunyai berat badan melebihi usia kehamilan karena kadar gula darah dalam tubuh ibu tinggi sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin

- Janin sering mati intrauterine terutama sesudah minggu ke-35 - Jika lahir, anak sering mengalami hipoglikemia dan hipoksia

b) Penyakit jantung

Penyakit jantung pada wanita hamil masih merupakan penyebab kematian yang penting, dimana tingkat kematian janin akibat penyakit jantung bawaan sekitar 22%. Penyakit jantung yang berat dianggap menyebabkan partus prematurus atau kematian janin karena kekurangan oksigen.

d) Anemia pada Kehamilan

Menurut WHO kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20-89% dengan menetapkan Hb 11 gr/dl sebagai dasarnya. Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Depkes, 2000). Prevalensi anemia lebih tinggi pada kehamilan trimester II dibandingkan dengan kehamilan trimester I dan III. Hal ini sejalan dengan penelitian I Made Bakta dkk, yang mengatakan bahwa kadar Hb pada ibu hamil akan menurun pada trimester I dan mencapai titik paling rendah pada akhir semester II kemudian sedikit meningkat pada akhir semester III.

Pada anemia berkurangnya Hb sebagai alat transport oksigen dari paru-paru ke jaringan akan di ikuti penurunan oksigen dalam darah ibu dan darah janin. Sehingga menganggu metabolism pada jaringan tubuh janin yang dapat

(34)

menyebabkan abortus, partus prematurus, kematian janin dakam kandungan dan BBLR.

d) Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi pada wanita hamil juga masuk kategori sebagai penyebab janin mati dalam kandungan. Hipertensi menyebabkan sirkulasi darah dalam plasenta kurang baik dan menyebabkan terjadinya pengapuran sehingga nutrisi ke janin terganggu.

Wanita yang mengalami kehamilan pertama kali berada dalam resiko terbesar terhadap hipertensi dalam kehamilan. Begitu juga dengan ubu usia muda <19 tahun mempunyai resiko lebih besar terhadap hipertensi daripada ibu hamil yang berusia >35 tahun. Wanita yang pada kehamilan sebelumnya pernah mengalami hipertensi mempunyai kemungkinan 13-45% untuk menderita penyakit ini kembali pada kehamilan berikutnya.

4. Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan terdahulu yang dialami ibu juga merupakan resiko tinggi dalam terjadinya komplikasi kehamilan. Abortus berulang, kematian intrauterin, pendarahan saat hamil, infeksi sewaktu hamil, anak terkecil <5 tahun tanpa KB, dan adanya riwayat obstetric yang buruk. Hasil SKRT 1986 menunjukkan ibu bersalin dengan komplikasi selama mempunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami kematian bayi disbanding ibu bersalin tanpa komplikasi kehamilan (Budiarso,1999).

5. Riwayat Persalinan

(35)

menual, persalinan dengan pendarahan post partum serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu juga merupakan resiko tinggi untuk terjadinya kematian intrauterine (Manuaba,1999).

6. Pemerikasaan Kehamilan

Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang dikandungnya. Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, yang bertujuan untuk menurunkan komplikasi kehamilan, menentukan dan menetapakan keadaan patologis sedini mungkin sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera dirujuk untuk mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif (Manuaba,1999).

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 diperoleh 55% kelahiran (lahir hidup dan lahir mati) pernah diperiksa 4 kali atau lebih selama dalam kandungan. Dari hasil SKDI 1997 diperoleh 89% kelahiran hidup tidak pernah diperikasa kesehatannya ketika dalam kandungan (Budiarso,1999).

2.5.4. Pencegahan Kematian Janin dalam Kandungan

Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan berbagai upaya : a. Memerikasakan kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilan yang

meliputi 5T yaitu : timbang badan, periksa tekanan darah, periksa tinggi

(36)

fundus, pemberian tablet Fe, suntikan TT. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali kunjungan, dengan kunjungan I pada kehamilan 12-24 minggu, kunjungan ke II pada kehamilan 28-32 minggu, kunjungan ke III pada kehamilan 34 minggu, dan kunjungan ke IV pada kehamilan 36 minggu.

b. Deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil agar perencanaan pertolongan persalinan dan rujukan kasus dapat dilakukan lebih dini.

c. Melakukan diagnosa keadaan janin pada kehamilan, dengan cara : 1. Amniosentesis

Pengeluaran cairan amnion secara transabdominal yang dilakukan selama kehamilan untuk tujuan diagnostic. Biasanya dilakukan antara minggu ke 16-18 kehamilan.

2. Mikroanalisa darah janin

(37)

3. Amnioskopi

Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat melihat kutub bawah janin. Selain itu dapat dilihat juga cairan amnion. Bila cairan amnion mengandung mekonium pada bayi dengan letak kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin dan harus segera diselamatkan.

4. Registrasi jantung bayi

Pencatatan jantung bayi secara terus menerus dapat memberikan penilaian yang lebih tepat tentang keadaan janin daripada control bunyi jantung dengan auskultasi.

d. Melakukan program KB

e. Pendayagunaan tenaga paramedis yang bukan bidan, pemanfaatan tenaga kader dan dukun bayi terlatih dalam mobilisasi sasaran dan pelaksanaan deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat beserta rujukannya (Anonim, 2010).

(38)

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

: yang diteliti : tidak diteliti Sosio Demografi

- Umur

- Tingkat pendidikan - Jenis Pekerjaan ibu

KJDK Biomedis

- Paritas

- Umur kehamilan - Jarak kehamilan - Tekanan darah - Kadar Hb

Antropometri - LILA

BBLR Pola Makan

Keterangan :

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study yang bertujuan untuk melihat karakteristik ibu yang mengalami kematian janin dalam kandungan (KJDK) dan BBLR yang rawat inap di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Sri Ratu Medan. Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit swasta dimana terdapat jumlah ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK cukup tinggi yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit yaitu sebanyak 71 kasus (5,6%) BBLR dari 1.258 kelahiran bayi dan 27 kasus (2,1%) KJDK selama tahun 2009. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Juni 2010 .

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Seluruh ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu Medan tahun 2009 yaitu sebanyak 98 kasus

38

(40)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah keseluruhan populasi (total population) yang tercatat di Medical Record Rumah Sakit Sri Ratu yang berjumlah 71 kasus BBLR dari 1.268 kelahiran bayi dan 27 kasus KJDK selama tahun 2009.

4.4. Jenis Data

Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK di Rumah Sakit Sri Ratu pada tahun 2009, yang meliputi : umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, paritas, umur kehamilan, jarak kelahiran, tekanan darah, kadar Hb dan LILA.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dan dikumpulkan dengan melihat kartu status ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR dan mengalami KJDK pada tahun 2009 di Rumah Sakit Sri Ratu.

4.6. Defenisi Operasional

1. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) adalah kematian janin dalam usia kehamilan, mulai kehamilan 20 minggu hingga saat sebelum terjadi proses persalinan.

(41)

3. Umur ibu adalah umur pasien yang tercatat pada kartu status pasien.

4. Tingkat pendidikan ibu adalah jenjang terakhir pendidikan formal yang telah dicapai ibu yang ada dalam status.

5. Jenis pekerjaan ibu adalah kegiatan/aktivitas rutin yang dilakukan oleh ibu dalam kehidupan sehari-hari yang tercatat dalam kartu status pasien.

6. Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami ibu sebelum persalinan (ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR) atau kehamilan (ibu yang mengalami KJDK) yang pernah dialami ibu yang tercatat pada kartu status pasien.

7. Umur kehamilan adalah umur kehamilan pasien pada saat mengalami kematian janin dalam kandungan dan BBLR yang tercatat pada kartu status pasien.

8. Jarak kelahiran adalah kurun waktu dalam tahun antara kelahiran terakhir dengan kelahiran sekarang, sesuai yang tertulis pada kartu status.

9. Tekanan darah adalah tekanan darah pasien menjelang persalinan dalam satuan mmHg yang tercatat pada kartu status pasien.

10. Kadar Hb menjelang persalianan adalah kadar haemoglobin dalam darah yang diukur sewaktu mau melahirkan, dalam satuan gr/dl sesuai dengan tertulis pada kartu status.

11. LILA adalah ukuran lingkar lengan atas ibu sewaktu mau melahirkan dalam satuan cm yang tercatat pada kartu status pasien

(42)
[image:42.612.117.530.116.659.2]

4.7. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Aspek Pengukuran

Variabel Hasil Pengukuran Kategori/Penggolongan

BBLR - 1500-2499 gram

- 1000-1499 gram - < 1000 gram

− BBLR

− BBLR sangat rendah − BBLR amat sangat rendah Umur - < 20 tahun

- 20 – 35 tahun - > 35 tahun

Usia reproduksi optimal antara 20-35 tahun, dibawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan.

Tingkat pendidikan - SD - SMP - SMA - DIII/S-1

- Rendah - Rendah - Tinggi - Tinggi Pekerjaan - Ibu rumah tangga

- Wiraswasta - PNS

- Lain-lain Paritas - Paritas 0 dan 1

- Paritas 2 dan 3 - Paritas 4 ≥

− Paritas resiko Tinggi − Paritas resiko rendah − Paritas resiko Tinggi Umur Kehamilan - <37 minggu

- 37-41 minggu - ≥42 minggu

Semakin pendek umur kelahiran, sehingga mempengaruhi berat badan waktu lahir

Jarak kelahiran - < 2 tahun - 2-4 tahun - > 4 tahun

− Jarak kelahiran resiko tinggi − Jarak kelahiran resiko rendah − Jarak kelahiran resiko Tinggi Kadar Hb - Hb 11 gr/dl

- Hb 9-10 gr/dl - Hb 7-8 gr/dl - Hb <7 gr/dl

- tidak anemia - anemia ringan - anemia sedang - anemia berat Tekanan darah - 110-130/90 mmHg

- ≥ 140 /90 mmHg

TD ibu selama hamil yang optimal antara 110-130, dibawah dan diatas TD tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan.

LILA - ≥ 23,5 cm

- < 23,5 cm

(43)

3.8 Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing

Untuk melakukan pengecekan kelengkapan data yang sudah diisi dari yang tercatat pada kartu status pasien

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka. Gunanya untuk mempermudah pada saat analisa data dan juga entri data.

c. Processing

Setelah data dikoding maka selanjutnya melakukan entry data kedalam program computer.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Tabulating adalah penyusunan data agar dengan mudah untuk dijumlahkan, disusun, ditata dan dianalisis.

3.8.2 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.3. Sejarah Singkat Rumah Sakit Sri Ratu Medan

Pada awal berdirinya Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu, bernama “Klinik Spesialis Swasta Sri Ratu”, yang didirikan dengan SK Gubernur KDH TK. I Sumatera Utara No. 445/1302, tertanggal 25 Februari 1985. Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 1983 terjadi perubahan dimana klinik Spesialis Sri Ratu Medan yang tadinya dimiliki perorangan, dan dengan masuknya beberapa orang pemilik modal yang baru, sehingga bentuk kepemilikan klinik berubah dan berada di bawah naungan Yayasan Nibung Raya dengan Akte Notaris Poelungan, SH, No. 58 tertanggal 28 Oktober, dan dimulai beroperasi pada tanggal 25 Februari 1985.

Selanjutnya sesuai dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 148 27/PKRS/XII/1989 tertanggal 30 Desember 1989, nama klinik spesialis berubah menjadi “Rumah Sakit Ibu dan Anak Sri Ratu Medan”. Selanjutnya dilakukan perubahan manajemen, terhitung sejak tanggal 4 Agustus 2005, Yayasan Nibung Raya membentuk sebuah PT. yang menjadi badan pengelola dan selanjutnya Rumah Sakit dan Anak Sri Ratu langsung di bawah naungan PT. Sri Ratu..

(45)

SH, dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI, No. C-2734HT.01.01.TH, 2005, tanggal 4 Oktober 2005 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT. Sri Ratu Baru, NPWP. 02.500.342.7-111.000.

4.4. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR dan KJDK adalah faktor demografi seperti umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

4.4.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur

[image:45.612.113.528.408.498.2]

Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan maupun persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal. Tabel 4.1. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan

Umur di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 umur ibu

< 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun total No.

ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n %

1. bayi BBLR 16 21,9 35 49,6 20 28,5 71 100,0

2. KJDK 7 25,2 12 43,4 8 31,4 27 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian ibu yang mengalami BBLR (49,6%) dan KJDK (43,4%) berada pada umur 20-35 tahun, sementara BBLR dan KJDK yang paling sedikit berada pada umur < 20 tahun yaitu masing-masing 21,9% dan 25,2%.

(46)
[image:46.612.113.545.217.314.2]

4.2.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan Latar belakang pendidikan ibu yang rendah menyulitkan berlangsungnya suatu penyampaian informasi kesehatan terhadap ibu karena mereka kurang menyadari pentingnya informasi-informasi tentang kesehatan ibu terutama saat hamil, akibatnya mereka tidak mengetahui cara pemeliharaan kesehatan terutama pada saat hamil. Tabel 4.2. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009 pendidikan ibu

SD SMP SMA PT total

No.

Ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n % n %

1. bayi BBLR 8 10,9 23 32,4 38 53,7 2 2,8 71 100,0

2. KJDK 1 4,7 9 33,4 16 58,7 1 3,6 27 100,0

Dari tabel 4.2. diperoleh bahwa BBLR (32,4%) dan KJDK (33,4%) paling banyak ditemukan pada ibu dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan yang paling sedikit berada pada tingkat pendidikan D-III /Perguruan Tinggi (2,8% dan 3,6%).

4.4.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan, dan pendapatan akan mempengaruhi penyediaan makanan bagi keluarga yang secara langsung akan mempengaruhi konsumsi pangan keluarga terutama ibu hamil.

Tabel 4.3. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

jenis pekerjaan ibu

IRT wiraswasta PNS total No.

ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n %

1. bayi BBLR 60 84,8 8 11,5 3 3,7 71 100,0

2. KJDK 24 89,4 3 10,6 0 0,0 27 100,0

[image:46.612.112.536.533.635.2]
(47)

4.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan Biomedis 4.3.1. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas

[image:47.612.112.535.262.350.2]

Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu golongan paritas tinggi akan mempengaruhi perkembangan janin yang dikandungnya. Hal ini disebabkan adanya gangguan plasenta dan sirkulasi darah ke janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat.

Tabel 4.4. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas (Jumlah Persalinan) di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

pendidikan ibu

paritas 0 paritas 1 paritas 2&3 paritas 4 total No.

ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n % n %

1. bayi BBLR 53 75,2 5 6,8 7 9,6 6 8,4 71 100,0

2. KJDK 9 33,3 2 7,4 12 44,4 4 14,8 27 100,0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (75,2%) ibu yang mengalami BBLR memiliki jumlah persalinan dan paritas 0, sementara yang paling sedikit (6,8%) pada paritas 1. Sedangkan ibu yang mengalami KJDK, paling banyak (44,4%) pada paritas 2 dan 3, dan yang paling sedikit (7,4%) pada paritas 1.

4.3.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan Berat badan bayi bertambah sesuai dengan usia kehamilannya. Faktor umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR, karena semakin pendek umur kelahiran semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, sehingga turut mempengaruhi berat badan waktu lahir.

(48)
[image:48.612.109.533.87.181.2]

Tabel 4.5. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur Kehamilan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

jenis pekerjaan ibu

pre-term term post-term total No.

ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n %

1. bayi BBLR 52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0

2. KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa dari ketiga kelompok kehamilan ibu, jumlah BBLR (73,5%) dan KJDK (82,2%) paling banyak pada usia kehamilan < 37 minggu, sedangkan BBLR (7,3%) paling sedikit pada usia kehamilan ≥42 minggu, dan pada usia kehamilan 42 minggu tersebut tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK.

4.3.3. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi.

Tabel 4.6. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Jarak Kelahiran di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

jenis pekerjaan ibu

< 2 tahun 2-4 tahun > 4 tahun total No.

ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK n % n % n % n %

1. bayi BBLR 52 73,5 14 19,2 5 7,3 71 100,0

2. KJDK 22 82,2 5 17,8 0 0,0 27 100,0

[image:48.612.113.534.472.551.2]
(49)

4.3.4. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb

[image:49.612.112.538.225.333.2]

Kadar Hb menjelang persalinan digunakan sebagai indikator untuk menentukan adanya anemia seorang ibu hamil. Anemia saat hamil dapat berakibat buruk pada ibu dan janin. Ibu hamil dengan Hb kurang dari 8 mmHg adalah ibu hamil dengan resiko tinggi.

Tabel 4.7. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Kadar Hb di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

kadar Hb tidak anemia anemia ringan anemia sedang anemia berat total No. ibu melahirkan dengan BBLR dan

mengalami KJDK

n % n % n % n % n %

1. bayi BBLR 0 0,0 10 13,5 48 67,7 13 18,8 71 100,0

2. KJDK 0 0,0 2 8,9 21 76,8 4 14,3 27 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR (67,7%) dan ibu yang mengalami KJDK (76,8%) memiliki kadar Hb 7-8 gr/dl (anemia sedang), sementara BBLR dan KJDK tidak ditemukan pada ibu yang memiliki kadar Hb ≥ 11 gr/dl (tidak anemia).

4.5.5. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tekanan Darah

Tekanan darah tidak normal pada kehamilan atau pada saat menjelang melahirkan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya BBLR dan KJDK. Tabel 4.8. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan

Tekanan Darah di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

tekanan darah

normal tinggi total

No. ibu melahirkan dengan BBLR

dan mengalami KJDK

n % n % n %

1. bayi BBLR 42 70,4 19 29,6 71 100,0

2. KJDK 21 77,8 6 22,2 27 100,0

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (70,4%) ibu yang mengalami BBLR dan KJDK memiliki tekanan darah normal.

[image:49.612.115.530.554.650.2]
(50)

4.6. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Antropometri

[image:50.612.114.531.231.326.2]

Lingkar lengan atas merupakan indikator status gizi yang digunakan terutama untuk mendeteksi kurang energi protein pada anak-anak dan merupakan alat yang baik untuk mendeteksi wanita usia subur dan ibu hamil dengan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Tabel 4.9. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Status LILA di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009

status LILA

normal tidak normal total

No. ibu melahirkan dengan BBLR

dan mengalami KJDK

n % n % n %

1. bayi BBLR 12 17,6 59 82,4 71 100,0

2. KJDK 7 26,3 20 73,7 27 100,0

(51)

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Ibu Yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Sosio Demografi 5.1.1. Umur Ibu

Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah usia 20 tahun akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan, karena perkembangan organ-organ reproduksinya belum optimal, kematangan emosi dan kejiwaan kurang, serta fungsi fisiologis yang belum optimal, sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dalam kehamilan. Sebaliknya usia diatas 30 tahun telah terjadi kemunduran fungsi fisiologis maupun reproduksi secara umum, sehingga lebih sering terjadi akibat yang merugikan pada bayi (Setyowati dkk, 1996).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami BBLR (49,6%) dan KJDK (43,4%) berada pada umur 20-35 tahun, tetapi jumlah BBLR dan KJDK masih cukup tinggi ditemukan juga pada umur < 20 tahun yaitu masing-masing 21,9% dan 25,2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ginting, C, (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan, pada umumnya ibu yang melahirkan bayi BBLR terdapat pada kelompok umur antara 20-35 tahun sebesar 47,3% kemudian disusul kelompok umur <20 tahun sebesar 28,5%, sedangkan pada kelompok umur > 35 tahun sebesar 24,2%. Hasil yang sama juga diperoleh Sembiring, S., (2002) di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan, bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 72,7%.

(52)

Penelitian Kartika (2000) di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung, menyatakan bahwa umur tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR (p = 0,151). Hasil yang sama diperoleh Meinarwati (1995) di Tanggerang, Cianjur, Cirebon dan Lebak, menunjukkan bahwa faktor umur bukan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR. Demikian juga dengan penelitian Susanto (1992), di Kecamatan Sliyeg dan Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat, menunjukkan bahwa umur tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR, dengan nilai p = 0,35. Akan tetapi, risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun yaitu keguguran, preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR. Sedangkan umur yang terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan (Rahmawati, 2007).

5.1.2. Tingkat Pendidikan Ibu

(53)

yang sama juga diperoleh Sembiring, S., (2002) di RS Ibu dan Anak Sri Ratu yang melaporkan bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR tertinggi pada ibu mempunyai tingkat pendidikan adalah SLTA (57,2%), demikian juga penelitian Setyowati, dkk (1995) yang melaporkan bahwa umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR berpendidikan SLTP dan SLTA (69%).

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan oleh Alisjahbana dalam Setyowati, (1996) yang melaporkan bahwa persentase BBLR tertinggi pada ibu yang berpendidikan SD yaitu 15,1%, kemudian 13,5% pada ibu yang tidak sekolah dan 11,9% pada ibu yang berpendidikan SLTP. Penelitian Magdarina, dkk, (1994) melaporkan bahwa persentase bayi lahir dengan BBLR tertinggi pada ibu yang berpendidikan SLTP (7,3%), kemudian pada ibu yang tidak sekolah /tamat SD (6,9%) dan persentase terendah adalah pada ibu yang berpendidikan SLTA ke atas (4,4%). Penelitian Husaini, dkk, (1986) juga melaporkan bahwa pendidikan ibu mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap kejadian BBLR, dimana wanita hamil yang berpendidikan SD atau buta huruf merupakan persentase tertinggi untuk melahirkan bayi BBLR. Berbeda dengan hasil penelitian Kartika (2000) di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung, menyatakan bahwa pendidikan tidak ada hubungannya dengan kejadian BBLR (p = 0,203)

5.1.3. Jenis Pekerjaan Ibu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang mengalami BBLR (84,8%) dan KJDK (89,4%) memiliki jenis pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, sementara yang paling sedikit adalah PNS. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ginting,

(54)

C, (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan, bahwa pada umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (67,3%), sedangkan yang terendah adalah ibu yang mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta (4,2%). Hal yang sama juga diperoleh Nisa, (2001) di RS Haji Medan yang melaporkan bahwa umumnya ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR mempunyai pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga (59,18%), dan hasil ini juga tidak jauh beda dengan penelitian Sembiring, S., (2002) di RS Ibu dan Anak Sri Ratu Medan yang melaporkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR umumnya sebagai Ibu Rumah Tangga (68,8%).

Menurut penelitian Zubaidah, (2005) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian bayi dengan BBLR. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan hanya penyebab yang tidak langsung terhadap kejadian bayi dengan BBLR dan KJDK.

5.2. Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Keadaan Biomedis 5.2.1. Paritas

(55)

sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur jaringan yang sudah berulang kali diregangkan oleh pada waktu hamil (Tjipta, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (75,2%) ibu yang mengalami BBLR memiliki jumlah persalinan atau paritas 0, sementara yang paling sedikit (6,8%) pada paritas 1. Sedangkan ibu yang mengalami KJDK, paling banyak (44,4%) pada paritas 2 dan 3, dan yang paling sedikit (7,4%) pada paritas 1. Hasil yang sama juga diperoleh Ginting, C, (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan, bahwa umumnya ibu yang melahirkan bayi BBLR mempunyai paritas 0 (76,3%), kemudian disusul paritas 2-4, yaitu (9,1%), sedangkan pada paritas 1 dan paritas > 4 masing-masing (6,1%) dan (8,5%). Hasil yang sama juga diperoleh Sembiring, S.,(2002) yang melaporkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR umumnya mempunyai paritas 0 tahun (51,9%), pada paritas 1-5 (46,2%), hal ini juga didukung oleh penelitian Sulaiman (1986) di daerah Bogor yang menyimpulkan bahwa tingkat kejadian BBLR pada paritas pertama lebih tinggi.

Pada umumnya berat badan lahir meningkat dengan semakin tingginya paritas. Bayi kedua (paritas 1) sekitar 100 gr lebih berat apabila dibandingkan dengan bayi yang lahir pada kehamilan pertama (paritas 0). Bayi yang lahir pada kehamilan pertama cenderung mempunyai resiko BBLR lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor umur, biologis, dan fisiologis (Srimastuti, 1987).

(56)

5.2.2. Umur Kehamilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah BBLR (73,5%) dan KJDK (82,2%) paling banyak pada usia kehamilan < 37 minggu, sedangkan BBLR (7,3%) paling sedikit pada usia kehamilan 42 minggu, dan pada usia kehamilan ≥42 minggu tersebut tidak ditemukan adanya ibu yang mengalami KJDK. Hal ini sesuai dengan hasil Ginting, C, (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa ibu yang melahirkan bayi BBLR mempunyai umur kehamilan antara 28-37 minggu (73,3%), kemudian disusul umur kehamilan 37-42 minggu (20,6%), sedangkan yang mempunyai umur kehamilan > 42 minggu sebesar 6,1%. Hasil penelitian Setyowati, dkk, (1996) yang menggunakan data SDKI 1994 juga melaporkan bahwa 21,2% bayi BBLR dilahirkan premature atau kurang bulan (< 37 minggu). Umur kehamilan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kejadian bayi BBLR dimana jika umur kehamilan ibu tidak mencukupi maka dengan sendirinya pertumbuhan janin tidak sempurna.

(57)

5.2.3. Jarak Kelahiran

Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR (68,7%) dan ibu yang mengalami KJDK (65,4%) memiliki jarak kehamilan < 2 tahun, sementara BBLR yang paling sedikit (14,4%) pada jarak kelahiran 2-4 tahun, dan ibu yang mengalami KJDK yang paling sedikit (10,5%) pada jarak kelahiran > 4 tahun.

Menurut Saraswati (1998) menjelaskan bahwa jarak antara dua kelahiran yang pendek dapat mengakibatkan hasil kehamilan yang kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang dikandungnya, karena semakin kecil jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko melahirkan bayi dengan BBLR dan KJDK, hal ini disebabkan oleh komplikasi pendarahan ante natum, partus premature dan anemia berat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prameswari (2007), semakin lebar jarak antar kelahiran maka semakin kecil risiko BBLR dan kematian janin dalam kandungan. Jarak kelahiran yang terlalu cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka BBLR dan kematian janin dalam kandungan karena kondisi kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih akibat persalinan sebelumnya.

Pola pengasuhan ibu pada tahun–tahun pertama anaknya sangatlah penting. Apabila seorang ibu belum pulih sempurna dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan masih ada tugas mengasuh anak kecil lainnya maka kualitas perawatan bayi yang baru dilahirkannya berkurang (Ranuh, 2005).

Menurut Iswarati (2007) yang mengutip pendapat Ruzicka bahwa jarak kehamilan yang pendek mempengaruhi kesehatan ibu dan anak selain memberikan

(58)

risiko kematian anak menjadi tinggi, wanita yang melahirkan berturut-turut dalan jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatiannya kepada dua anak pada waktu yang sama. Selain itu harus menyapih anak yang besar yang seharusnya harus disusui untuk menyusui anak yang baru lahir.

5.2.4. Kadar Hb

Dari hasil penelitian diperoleh sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR (67,7%) dan ibu yang mengalami KJDK (76,8%) memiliki kadar Hb 7-8 gr/dl, sementara BBLR dan KJDK tidak ditemukan pada ibu yang memiliki kadar Hb 11 gr/dl. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring, S (2002) di RSU Sri Ratu Medan yang melaporkan bahwa persentase kejadian BBLR tertinggi terdapat pada ibu dengan kadar Hb< 11 gr/dl (23,9%). Ibu hamil dengan kadar Hb < 11 gr/dl dapat dikatakan anemia, dimana anemia saat hamil akan bera

Gambar

Tabel 3.1. Variabel Penelitian dan Aspek Pengukuran Variabel Hasil Pengukuran Kategori/Penggolongan
Tabel 4.1. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Umur di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
Tabel 4.2. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
Tabel 4.4. Distribusi Ibu yang Mengalami BBLR dan KJDK Berdasarkan Paritas (Jumlah Persalinan) di RS Sri Ratu Medan Tahun 2009
+4

Referensi

Dokumen terkait

2016 896900-896 Tahun 201 10-Nov-16 Hibah Kepada Badan / Lembaga / Organisasi Dan Kelompok Masyarakat Untuk Bidang Penyelenggaraan Urusan. Keagamaan Dan Peribadatan Di

Initial water content in the soil layers, as well as dead and living aboveground biomass were measured.. Initial root biomass was fitted so that simulated above- ground biomass

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (3), Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 tentang

Review film (yang sudah dikerjakan pada pertemuan 3) sesuai materi norma dan konflik.. Jurnal tentang norma dan konflik di

[r]

PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Laporan Tahunan 2014 Annual Report Direksi Perseroan dalam hal ini telah menetapkan visi untuk membangun Ancol sebagai kawasan wisata dan properti

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kefarmasian dalam rangka akselerasi pencapaian MDG yang difokuskan

Kinerja saham PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk (“PJAA”) pada akhir tahun 2011 meningkat sebesar 19% bila dibandingkan dengan akhir tahun 2010 dari Rp840 menjadi Rp1.000,-.. Kinerja