DISTRIBUSI
PENDAPATAN DAN GIZI
By : Suyatno, Ir. MKes
Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 2
Keterkaitan Pendapatan & Gizi
Pendapatan mempengaruhi konsumsi dan Gizi
Besar pendapatan akan menentukan:
akses pangan secara ekonomi
data beli pangan
jumlah dan kualitas pangan
Distribusi pendapatan yang baik akan mengurangi kesenjangan ekonomi antar keluarga sehingga akan mengurangi
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 3
Pengertian Pendapatan
• Pendapatan pribadi: sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh seseorang.
• Pendapatan rumahtangga: sebagai semua jenis pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota rumahtangga.
• Pendapatan Disposebel: apabila pendapatan pribadi dikurangi dengan pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan.
– Atau pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerima pendapatan untuk membeli
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 4
• Di negara-negara yang perekonomiannya
sudah sangat maju (Belanda, Inggris, Jerman dan USA), perhitungan pendapatan (nasional) berdasarkan: pengeluaran.
• Dalam penelitian:
– Jika seseorang memiliki income tetap maka
pertanyaan tentang besarnya pendapatan dapat terjawab dengan baik
– untuk mereka yang memiliki pendapatan tidak tetap bisa didekati dengan besarnya pengeluaran – untuk mereka yang berwirausaha harus dibedakan
pendapatan bersih dengan pendapatan kotor (omset)
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 5
Apa itu Pengeluaran?
Dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
Pengeluaran konsumsi :
– nilai pembelanjaan yang dilakukan oleh
rumahtangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhan (membeli barang dan jasa untuk
memuaskan keinginan dan menggunakan barang tersebut) dalam satu tahun tertentu,
– misal: untuk membeli makanan, pakaian, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan, dll.
Pengeluaran investasi dan tabungan:
– pembelanjaan untuk sesuatu yang dapat memberi nilai tambah atau keuntungan,
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 6
Pemanfaatan Pendapatan oleh
Rumahtangga
Dalam ekonomi pangan, yang terpenting:
berapa jumlah/persentase untuk
konsumsi/belanja pangan.
bagaimana distribusi pendapatan dan pangan.
Hukum Engel : “the proportion of a family’s budget devoted to food declines as the familiy’s income increase”
Persentase pengeluaran rumahtangga yang dibelanjakan untuk pangan akan semakin
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 7
• Hukum Engel:
– elastisitas permintaan pangan relatif besar pada kelompok rumahtangga
berpendapatan rendah, kemudian
elastisitas permintaan menurun sampai tingkat yang rendah pada kelompok
berpendapatan tinggi
(“the income elasticity of demand for food is less than one”).
– Penyebab berlakunya hukum Engel adalah: “the limited capacity of human stamach”
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 8
Hukum Bennett :
the ‘starchy staple ratio’ declines as houshold income increase as theconsumer diversifies the food consumption bundle to include higher-priced calories.
Persentase bahan pangan pokok berpati dalam konsumsi pangan rumahtanggasemakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan rumahtangga dan cenderung beralih pada pangan yang berenergi
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 9
Argumentasi Bennett:
• Karena pangan pokok berpati jumlah substitusinya sedikit dan jumlah
konsumsinya terbatas disebabkan oleh kemampuan manusia terbatas secara fisiologis
• Karena adanya keinginan manusia yang universal untuk memperoleh bahan
makanan yang bervariasi dan berprotein tinggi, serta permintaan gula
Hukum Houthakker : “the average quality of food calories (measured by prices) rises with incomes”
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 10
The figure is drawn in logarithms to illustrate elasticities. (log) Food Quality = (log) food expenditure – (log) food
quantity Food Consumption Food expenditure (Engel’s low) Food quantity (calories) (Bennet’s low) Food Quality Starchy staples (calories) Household income
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 11
HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN KONSUMSI KALORI
Note: Solid lines indicate consumption patterns before a subsidy on dried cassava; dotted lines indicate consumption patterns after a subsidy on dried cassava. The shaded areas indicate increases in calorie intake after the subsidy.
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 12
Distribusi Konsumsi dan Ketersediaan pangan
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 E n e rg y In ta ke ( kc a l/c a p /d a y ) <150000 15000-19999 20000-29999 30000-39999 40000-59999 60000-79999 80000-99999 100000-149999 150000-199999 200000-299999 > 300000 A verage Expenditure Gro up (Rp/cap/mo nth)
Urban Rural Urban + Rural
Gambar. Rataan Konsumsi Energi menurut Pendapatan dan Wilayah (SUSENAS 1999)
Angka Kecukupan Energy (2200 Kcal/kap/hr)
• Kecukupan energi kelompok menengah ke bawah belum tercukupi
• Proporsi rumah tangga defisit energi tingkat berat (<70% AKG) cukup tinggi,
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 13
Distribusi pendapatan dan gizi
Distribusi bedakan menjadi dua:
• Distribusi Personal (distribusi ukuran):
digunakan untuk melihat pembagian pendapatan per kapita dari total pendapatan, biasanya
dikelompokkan menurut kelas pendapatan, menurut wilayah, profesi, pendidikan dan waktu.
• Distribusi fungsional :
digunakan sebagai alat analisis untuk melihat
pembagian pendapatan suatu wilayah berdasarkan sumber-sumber pendapatan atau faktor produksi,
misal: berapa persen andil sektor perdagangan dalam GNP nasional dll
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 14
Distribusi pendapatan pada rumahtangga
yang tidak merata menimbulkan
kesenjangan dalam pendapatan dan konsumsi pangan/gizi:
Kesenjangan pendapatan yang tinggi
menunjukkan ada masyarakat yang
berpendapatan tinggi dan ada masyarakat yang berpendapatan rendah, sehingga
dapat meningkatkan kesenjangan sosial dan konsumsi.
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 15
Hubungan
kesenjangan pendapatan-konsumsi-sosial
KESENJANGAN PENDAPATAN KESENJANGAN KONSUMSI KESENJANGAN SOSIALSuyatno - FKM UNDIP Semarang 16
Berdasarkan distribusi pendapatan personal :
Pareto : semakin tinggi pendapatan semakin kecil peluang kelompok masyarakat untuk
mencapainya.
Corrado Gini : semakin rendah pendapatan, semakin banyak jumlah penerima pendapatan
Conrad Lorenz: menggambarkan distribusi secara grafis, pada sumbu horisontal
digambarkan persentase komulatif penerima pendapatan dan pada sumbu vertikal
digambarkan persentase komulatif pendapatan yang diterima. Dapat membandingkan
berbagai wilayah dan waktu, serta pengaruh berbagai variabel terhadap distribusi.
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 17
Penyebab kesenjangan
Pendapatan dan gizi
Menurut Procovicth disebabkan:
pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan penduduk
perkembangan kota dan desa
Sebab utama kesenjangan distribusi:
Konsentrasi kekayaan pada kelompok atas
Kurang efektifnya pajak progresif dan subsidi
Terjadinya akumulasi kepemilikan modal
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 18
Mengukur besarnya kesenjangan
Ukuran kesenjangan pendapatan dan konsumsi dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
Metode statistik murni: simpang baku,
koefisien variasi, ukuran selang (desil, kuantil, kuartil, persentil dll)
Metode Grafik: kurva Lorenz
Metode Gabungan: bilangan Gini dan Kuznets indeks
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 19
Mengukur Kesenjangan:
Metode Statistik Murni
A. Simpang Baku (Sx)
Simpang baku adalah akar pangkat 2 dari
varian
Sx = Sx/
√
n
Dimana: Sx : simpang baku
Sx : simpang baku rata-rata
n : jumlah sampel
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 20
Untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan digunakan t-test:
Dimana : th = t hitung
Ii = pendapatan atau intake individu I = Rata-rata pendapatan atau
rata-rata intake
= simpang baku rata-rata
Jika: t-hitung < t-tabel maka tidak terjadi kesenjangan
Sx
t
h = Ii – ISuyatno - FKM UNDIP Semarang 21
Contoh:
Hasil survei konsumsi di sebuah keluarga dengan 4 anggota keluarga diperoleh hasil
seperti di tabel berikut. Pertanyaannya: apakah terdapat kesenjangan konsumsi energi di antara anggota keluarga ?
No Konsumsi Kebutuhan TKE
(kkal) (kkal) (%)
1. 2119 2228 95,1
2. 1479 2038 72,9
3. 847 879 96,4
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 22
Penyelesaian:
Dari tabel dapat dihitung Rata-rata tingkat
konsumsi: 84,1 %, Sx = 13,5 dan Sx = 6,75, dan t-tabel = 3,182 (lihat di tabel t untuk n-1) No TKE (%) T-hitung Kesimpulan
1. 95,1 1,65 t-hit < t-tabel 2. 72,9 1,65 t-hit < t-tabel 3. 96,4 1,81 t-hit < t-tabel 4. 71,9 1,82 t-hit < t-tabel
Dengan demikian dalam keluarga tersebut tidak dijumpai adanya kesenjangan konsumsi energi di antara anggota keluarga
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 23
B. Koefisien Variasi (KV)
yaitu dengan menggunakan rasio simpang baku rata-rata pendapatan atau intake gizi pada
kelompok yang diteliti terhadap rata-rata pendapatan atau rata-rata intake gizi.
D
imana:= simpang baku rata-rata
= pendapatan/intake rata-rata
Distribusi tidak senjang jika: KV < 10 %
Mengukur Kesenjangan:
Metode Statistik Murni
Sx
I
I
Sx
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 24
Contoh: Tingkat konsumsi energi 4 anggota dalam sebuah keluarga adalah sebagai berikut: No TKE (%)
1. 95,1 2. 72,9 3. 96,4 4. 71,9
Dari tabel dapat dihitung:
− Rata-rata tingkat konsumsi: 84,1 %
− Sx = 13,5
− Sx rata-rata = 6,75
− KV = 6,75/84,1 x 100% = 8,03 % Kesimpulan : tidak senjang, krn KV < 10 %
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 25
C. Ukuran Selang, Desil dll
– Ukuran selang : contoh spt di SUSENAS – Ukuran kuantil : dibagi lima kelompok
setelah data diurutkan/sort
– Ukuran kuartil : dibagi empat kelompok setelah data diurutkan/sort
– Ukuran desil : dibagi sepuluh kelompok setelah data diurutkan/sort
– Ukuran persentil : dibagi 100 kelompok setelah data diurutkan/sort
Mengukur Kesenjangan:
Metode Statistik Murni
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 26
Contoh:
Menurut Kuznets:
− kesenjangan tinggi jika 10 % kelompok teratas menerima lebih dari 40 % pendapatan total. Ahluwalia/Bank Dunia:
− Kesenjangan tinggi jika 40 % kelompok
terbawah menerima <12 % total pendapatan
− Kesenjangan sedang jika 40 % kelompok
terbawah menerima 12-17 % total pendapatan
− Kesenjangan rendah jika 40 % kelompok terbawah menerima lebih dari 17 % total pendapatan
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 27 100 10.000.000 Jumlah 100 100 15.0 1.500.000 100 20 13.5 1.350.000 19 71.5 12.0 1.200.000 90 18 10.4 1.040.000 17 49.1 49.1 7.0 700.000 80 16 5.9 590.000 15 36.2 5.0 500.000 70 14 4.2 420.000 13 27.0 27.0 3.7 370.000 60 12 3.3 330.000 11 20.0 3.0 300.000 50 10 2.8 280.000 9 14.2 14.2 2.7 270.000 40 8 2.5 250.000 7 9.0 2.3 230.000 30 6 2.1 210.000 5 4.6 4.6 1.8 180.000 20 4 1.3 130.000 3 1.5 0.9 90.000 10 2 0.6 60.000 1 Desil Kuantil (%) (Rp) Persentase Komulatif Pendapatan diterima Pendapatan diterima (I)
Penerima Pendapatan (% komulatif) No
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 28
Kurva Laurenz:
– Kurva yang menggambarkan persen komulatif penerima pendapatan dan persen komulatif pendapatan yang diterima
– Kesenjangan diukur dari jarak kurva Laurenz dengan garis kesamarataan – Kesenjangan tinggi jika jarak antara
kurva Laurenz dengan garis kesamarataan semakin jauh
Mengukur Kesenjangan:
Metode Grafik
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 29 100 % 100 % 0 % Penerima Pendapatan Gar is ke sam arat aan Kur vaLa uren z Kes enja ngan A’ A
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 30
A. Bilangan Gini:
– Didasarkan pada kurva Laurenz – Angka berkisar 0 - 1
– Kriteria kesenjangan:
• 0.50 – 0.70 = kesenjangan tinggi • >0.35 – <0.5 = kesenjangan sedang • 0.20 – 0.35 = kesenjangan rendah
– Perhitungan angka Gini ada 3 cara, yaitu: Gini ratio, Bilangan Gini dan Pendekatan Integral
Mengukur Kesenjangan:
Metode Gabungan
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 31
1. Gini Ratio (G)
Rumus: G = A’/A
Dimana : A’ adalah area antara kurva Laurenz dan garis kesamarataan 100 % 100 % 0 % Penerima Pendapatan Gar is ke sam arat aan Kur vaLa uren z A’ A
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 32
2. Bilangan Gini (G)
Rumus (I) :
G =
∑
P
i. I
i+1-
∑
P
i+1. I
iDimana :
P
i= persen komulatif penerima
pendapatan ke-i
I
i= persen komulatif pendapatan yang
diterima kelompok ke-I
k = kelompok penerima pendapatan
1 1
k k
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 33
Contoh: Perhitungan Bilangan Gini I
∑ PPPPi i i i . I. I. I. Ii+1 i+1 i+1 i+1 ∑ PPPPi+1i+1i+1i+1 . I. I. I. Iiiii
• k1 ….. 0.1 x 0.046 = 0.0046 …… 0.2 x 0.015 = 0.003 • k2 ….. 0.2 x 0.09 = 0.018 …… 0.3 x 0.046 = 0.0138 • k3 ….. 0.3 x 0.142 = 0.0426 …… 0.4 x 0.09 = 0.036 • k4 ….. 0.4 x 0.2 = 0.08 …… 0.5 x 0.142 = 0.071 • k5 ….. 0.5 x 0.27 = 0.135 …… 0.6 x 0.2 = 0.12 • k6 ….. 0.6 x 0.362 = 0.2172 …… 0.7 x 0.27 = 0.189 • k7 ….. 0.7 x 0.491 = 0.3437 …… 0.8 x 0.362 = 0.2896 • k8 ….. 0.8 x 0.715 = 0.572 …… 0.9 x 0.491 = 0.4419 • k9 ….. 0.9 x 1.0 = 0.9 …… 1.0 x 0.715 = 0.715 • K10.... 1.0 x 0.0 = 0 . G = 2.3131 - 1.8793 = 0.4338
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 34 100 10.000.000 Jumlah 100 100 15.0 1.500.000 100 20(k-10) 13.5 1.350.000 19 71.5 12.0 1.200.000 90 18 (k-9) 10.4 1.040.000 17 49.1 49.1 7.0 700.000 80 16 (k-8) 5.9 590.000 15 36.2 5.0 500.000 70 14(k-7) 4.2 420.000 13 27.0 27.0 3.7 370.000 60 12(k-6) 3.3 330.000 11 20.0 3.0 300.000 50 10 (k-5) 2.8 280.000 9 14.2 14.2 2.7 270.000 40 8 (k-4) 2.5 250.000 7 9.0 2.3 230.000 30 6 (k-3) 2.1 210.000 5 4.6 4.6 1.8 180.000 20 4 (k-2) 1.3 130.000 3 1.5 0.9 90.000 10 2 (k-1) 0.6 60.000 1 Desil Kuantil (%) (Rp) Persentase Komulatif Pendapatan diterima Pendapatan diterima (I)
Penerima Pendapatan (% komulatif) No (k)
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 35
2. Bilangan Gini (G)
Rumus (II) :
G = 1 -
∑
P
i(I
i+I
i -1)
Dimana :
P
i= persen penerima pendapatan
kelompok ke-i
I
i= persen komulatif pendapatan yang
diterima kelompok ke-I
k = kelompok penerima pendapatan
1 k
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 36
Contoh: Perhitungan Bilangan Gini II
G = 1 - ∑ Pi (Ii +Ii -1) • k1 ….. 0.1 (0.015 + 0 ) • k2 ….. 0.1 (0.046 + 0.015) • k3 ….. 0.1 (0.09 + 0.046) • k4 ….. 0.1 (0.142 + 0.09) • k5 ….. 0.1 (0.2 + 0.142) • k6 ….. 0.1 (0.27 + 0.2 ) • k7 ….. 0.1 (0.362 + 0.27) • k8 ….. 0.1 (0.491 + 0.362) • k9 ….. 0.1 (0.715 + 0.491) • K10.... 0.1 (1.0 + 0.715) G = 1 - 0.5662 = 0.4338
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 37 100 10.000.000 Jumlah 100 100 15.0 1.500.000 10 20(k-10) 13.5 1.350.000 19 71.5 12.0 1.200.000 10 18 (k-9) 10.4 1.040.000 17 49.1 49.1 7.0 700.000 10 16 (k-8) 5.9 590.000 15 36.2 5.0 500.000 10 14 (k-7) 4.2 420.000 13 27.0 27.0 3.7 370.000 10 12 (k-6) 3.3 330.000 11 20.0 3.0 300.000 10 10 (k-5) 2.8 280.000 9 14.2 14.2 2.7 270.000 10 8 (k-4) 2.5 250.000 7 9.0 2.3 230.000 10 6 (k-3) 2.1 210.000 5 4.6 4.6 1.8 180.000 10 4 (k-2) 1.3 130.000 3 1.5 0.9 90.000 10 2 (k-1) 0.6 60.000 1 Desil Kuantil (%) (Rp) Persentase Komulatif Pendapatan diterima Pendapatan diterima (I)
Penerima Pendapatan
(%) No (k)
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 38
B. Kuznets Index:
– Rumus : KI = ∑ Pi - Ii
– Dimana:
• k= jumlah kelompok penerima pendapatan • Pi = persen penerima pendapatan kelp ke-i • Ii = persen pendapatan yg diterima kelp ke-i
– Kriteria :
• Jika k=5 (kuartil) : nilai KI berkisar 0 – 1,6 • Jika k=10 (desil) : nilai KI berkisar 0 -1,8
Mengukur Kesenjangan:
Metode Gabungan
1 k
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 39
Contoh: Perhitungan Kuznets Index
berdasarkan data di hal 26 dengan
Rumus II
KI = ∑ Pi - Ii • k1 ….. 0.1 – 0,015 = 0,085 • k2 ….. 0.1 – 0,031 = 0,069 • k3 ….. 0.1 – 0,044 = 0,056 • k4 ….. 0.1 – 0,052 = 0,048 • k5 ….. 0.1 – 0,058 = 0,042 • k6 ….. 0.1 – 0,07 = 0,03 • k7 ….. 0.1 – 0,092 = 0,008 • k8 ….. 0.1 – 0,129 = 0,029 • k9 ….. 0.1 – 0,224 = 0,124 • K10.... 0.1 – 0,285 = 0,185 KI = 0,676 1 kSuyatno - FKM UNDIP Semarang 40 100 10.000.000 Jumlah 28.5 (K-10) 15.0 1.500.000 10 20(k-10) 13.5 1.350.000 19 22.4 (k-9) 12.0 1.200.000 10 18 (k-9) 10.4 1.040.000 17 12.9 (k-8) 7.0 700.000 10 16 (k-8) 5.9 590.000 15 9.2 (k-7) 5.0 500.000 10 14 (k-7) 4.2 420.000 13 7.0 (k-6) 3.7 370.000 10 12 (k-6) 3.3 330.000 11 5.8 (k-5) 3.0 300.000 10 10 (k-5) 2.8 280.000 9 5.2 (k-4) 2.7 270.000 10 8 (k-4) 2.5 250.000 7 4.4 (k-3) 2.3 230.000 10 6 (k-3) 2.1 210.000 5 3.1 (k-2) 1.8 180.000 10 4 (k-2) 1.3 130.000 3 1.5 (k-1) 0.9 90.000 10 2 (k-1) 0.6 60.000 1 Desil (k) (%) (Rp) Persentase Pendapatan diterima Pendapatan diterima (I)
Penerima Pendapatan
(%) No (k)
Suyatno - FKM UNDIP Semarang 41
C. Oshima Index:
– Rumus : OI = 1/1,8 ∑ Pi - Ii
– Dimana:
• Pi = persen penerima pendapatan kelp ke-i • Ii = persen pendapatan yg diterima kelp ke-i • 10 = jumlah kelompok (desil)
• 1,8 = KI tertinggi untuk ukuran desil
Mengukur Kesenjangan:
Metode Gabungan
1 10