• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) ABSTRAK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum) SEBAGAI ESTROGENIK PADA

TIKUS PUTIH BETINA (Rattus norvegicus) Niken Claudya E.1, E. Mulyati Effendi2, Bina Lohita Sari3 1,3)Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor

2)Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Fase menopause terjadi akibat penurunan jumlah hormon estrogen yang dapat mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung dan bahkan resiko kanker. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat estrogenik diantaranya adalah rumput kebar (Biophytum petersianum). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas estrogenik dan mengetahui dosis yang paling efektif dari ekstrak etanol 70% rumput kebar pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina. Sejumlah 25 ekor tikus putih betina dengan metode whitten effect yang dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus, dengan kelompok perlakuan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif (P1), etinil estradiol 9x10-3mg/200g BB sebagai kontrol positif (P2), ekstrak etanol 70% rumput kebar 93,8mg/200g BB (P3), ekstrak etanol 70% rumput kebar 189mg/200g BB (P4) dan ekstrak etanol 70% rumput kebar 378mg/200g BB (P5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar 378mg/200g BB (P5) merupakan dosis paling efektif dan memberikan pengaruh yang nyata dalam memperpendek siklus estrus, memperpanjang fase estrus, meningkatkan vaskularisasi dan bobot ovarium serta uterus yang sebanding dengan kontrol positif (P2).

Kata Kunci: Rumput kebar, Ekstrak Etanol 70%, estrogen, tikus putih betina. ABSTRACT

Menopause phase occurs as a result of a decrease in the amount of estrogenic hormone which can lead to osteoporosis, heart disease and even cancer risk. One of the plant that have estrogenic properties is kebar grass (Biophytum petersianum). The purpose of this study was to test the effectiveness of estrogenic and determine the most effective dose of 70% ethanol extract of kebar grass in rats (Rattus norvegicus) females. Amount of 25 white mice females with methods

whitten effects are divided into 5 groups. Each group consist of 5 mice, the treated group CMC 0,5% as negative controls (P1), ethinyl estradiol 9x10-3 mg/200g BB as a positive control (P2), 70% ethanol extract of kebar grass 93,8mg/200g BB (P3), 70% ethanol extract of kebar grass 189mg/200g BB (P4) and 70% ethanol extract of kebar grass 378mg/200g BB (P5). Result showed that 70% ethanol extract of kebar grass with 378mg/200g BB (P5) dose is the most effective dose and giving a significant influence in estrus cycles shorten, lengthen fas estrus,

(2)

2 increase vascularity and ovarian and uterine weights were comparable to the positive control (P2).

Keywords: Kebar grass, Ethanol Extract 70%, estrogen, female white rats. PENDAHULUAN

Perubahan fungsi tubuh manusia biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2010). Menopause dapat diartikan berhentinya haid. Ini menandai berakhirnya kemampuan wanita untuk berproduksi. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejalanya pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun (Nugroho dan Scorviani, 2010). Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormon estrogen yang sangat penting untuk mempertahankan faal tubuh. Produksi estrogen yang terhenti akan dapat mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung dan bahkan resiko kanker (Proverawati, 2010).

Estrogen merupakan hormon yang terpenting dalam regimen pengobatan pengganti hormon, dimana penggunaan estrogen sintesis seperti

ethinyl estradiol secara berlebihan dan terus-menerus akan menimbulkan efek samping yang membahayakan bagi tubuh yaitu dapat menyebabkan dinding rahim (endometrium) tumbuh dan mungkin menjadi kanker. Diyakini bahwa estrogen alami lebih aman karena membawa resiko lebih kecil terjadinya banyak pendarahan dan mempunyai efek samping lebih sedikit (Llewellyn dan Jones, 2009).

Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat estrogenik diantaranya adalah rumput kebar (Biophytum petersianum). Rumput kebar merupakan salah satu tumbuhan obat yang terdapat di Indonesia khususnya di Papua Barat yang telah dipakai secara turun-temurun oleh penduduk setempat sebagai obat tradisional dalam memperbaiki kinerja reproduksi (Unitly dan Inara, 2011). Senyawa aktif yang berperan sebagai obat maupun penyubur termasuk golongan steroid, saponin dan flavonoid. Rumput kebar mengandung senyawa kimia golongan alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan glikosida (Sembiring dan Darwati, 2014).

Air rebusan simplisia rumput kebar dapat menormalkan siklus haid dari 14 hari menjadi 28-30 hari. Pemberian ekstrak air rumput kebar dapat meningkatkan perkembangan folikel karena mengandung saponin yang merupakan bahan dasar untuk sintesis hormon steroid yang dapat memperbaiki kinerja sistem reproduksi (Wajo, 2005). Menurut Sadsoeitoeboen (2005) pemberian ekstrak air rumput kebar sebesar 0,135 mg/g bobot badan kepada mencit putih betina, dapat memperpendek siklus estrus, memperpanjang lama estrus, meningkatkan jumlah embrio, menambah bobot badan induk, jumlah anak dan bobot lahir anak, namun masih perlu diteliti lebih lanjut menggunakan ekstrak dengan pelarut etanol 70%.

(3)

3 Ekstrak etanol 70% dapat

mengidentifikasi senyawa metabolit lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak air, hal ini dikarenakan ekstrak etanol 70% mempunyai kesamaan tingkat kepolaran dengan senyawa yang didapatkan (Santana, et al., 2009). Pemilihan pelarut etanol 70% ini ditujukan agar lebih banyak senyawa yang berkhasiat estrogenik yang dapat tertarik, sehingga penggunaan ekstrak rumput kebar dalam dosis yang lebih kecil, diharapkan mampu memberikan efek estrogenik sebanding dengan penggunaan estrogen sintetis ethinyl estradiol sebagai kontrol positif. METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan kurang lebih selama 2 bulan yaitu mulai dari bulan Agustus sampai bulan September 2016 di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor. Bahan

Rumput kebar (Biophytum petersianum). Tikus putih (Rattus norvegicus) betina pre-menopause yang berumur 8-9 bulan dengan bobot badan sekitar 200-250 g sebanyak 25 ekor, NaCl fisiologis, etanol 70%, methanol 10%, pewarna giemsa,

aquadest, etinil estradiol, CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 0,5%, eter, sekam dan pakan ternak.

Alat

Oven, grinder, ayakan mesh 40, vaccum rotary evaporator, corong, cawan krus, tanur, moisture balance, pipet tetes, sonde, kaca arloji, beaker glass, tabung reaksi, gelas ukur,

stopwatch, pengaduk gelas, spatula, mortir, stamper, tabung maserasi, kain

batis, timbangan analitik, kandang tikus, bak plastik, tempat makan dan minum tikus, spuit 3cc, cotton bud, gelas objek, dan mikroskop.

Cara Kerja

Penelitian terbagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pra-penelitian dan tahap penelitian.

1. Ekstraksi

Sebanyak 350 gram simplisia rumput kebar yang sudah dihaluskan, dimaserasi dengan pelarut etanol 70% (perbandingan 1:10) dalam tabung selama 3x24 jam, kemudian disaring dan ampasnya dimaserasi kembali sebanyak 2 kali dengan perlakuan yang sama. Maserat yang terkumpul dievaporasi menggunakan rotary evaporator pada suhu 30-400 C hingga terbentuk ekstrak kental. Ekstrak kental ini dimasukkan ke dalam botol berwarna cokelat kemudian disimpan di dalam lemari pendingin (Harborne, 1987).

2. Penapisan Fitokimia

Serbuk simplisia dan Ekstrak kental di uji terhadap alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan steroid (Harborne, 1987).

3. Tahap Pra-Penelitian

a. Adaptasi dilakukan pada 25 ekor tikus putih betina selama 1 minggu dengan berat badan sekitar 200-250 g.

b. Setelah 1 minggu, tikus-tikus percobaan tersebut dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdapat 5 ekor tikus yaitu (P1) kontrol negative diberi per oral CMC 0,5%, (P2) kontrol positif diberi per oral etinil estradiol 9x10 -3mg/200g BB, (P

3) dosis 1 diberi per oral ekstrak etanol 70% rumput kebar 93,8mg/200g BB, (P4) dosis 2 diberi per oral ekstrak etanol

(4)

4 70% rumput kebar 189mg/200g

BB dan (P5) dosis 3 diberi per oral ekstrak etanol 70% rumput kebar 378mg/200g BB untuk dilakukan

Whitten Effect. Metode ini dilakukan dengan cara kandang tikus jantan diletakkan di atas kandang tikus betina. Perlakuan dilakukan satu kali sehari setiap hari selama 7 hari pada saat tikus mengalami estrus.

4. Tahap Penelitian

Parameter yang diamati terdiri dari lama siklus estrus, lama fase estrus, vaskularisasi dan bobot ovarium serta bobot uterus

a. Pengukuran Lama Siklus Estrus Pengukuran lama siklus estrus dilakukan secara mikroskopis dengan metode preparat ulas vagina (Vaginal Smear) dan tanda-tanda estrus secara makroskopis, ditandai dengan adanya sel epitel yang kornifikasi. Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan setiap hari, dua kali sehari pagi dan malam hari selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan masing-masing selama 7 hari, sekaligus melihat tanda-tanda estrus meliputi keadaan vulva dan vagina (Hafez dan Jainudeen, 2000). Lama siklus estrus (proestrus, estrus, metestrus dan diestrus) dapat diteliti dengan cara menghitung waktu (dalam jam) siklus estrus tikus dari fase estrus awal hingga tikus mengalami fase estrus kembali, yaitu dimulai dari akhir fase estrus (adanya sel-sel kornifikasi serta adanya leukosit) sampai dengan tanda-tanda awal fase estrus (ditanda-tandai dengan adanya sel-sel epitel yang kornifikasi).

b. Pengukuran Lama Fase Estrus Pengukuran lama fase estrus dilakukan secara mikroskopis dengan metode preparat ulas vagina (Vaginal

Smear) dan tanda-tanda estrus secara makroskopis, meliputi keadaan vulva dan vagina (Hafez dan Jainudeen, 2000). Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan setiap hari, dua kali sehari pagi dan malam hari selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan masing-masing selama 7 hari, yaitu dengan cara melihat tanda-tanda lama fase estrus dalam 1 siklus estrus, yang dimulai dari awal estrus (adanya sel-sel epitel yang kornifikasi) sampai dengan tanda-tanda akhir estrus (ditandai dengan adanya sel-sel kornifikasi serta adanya leukosit).

c. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Tikus

Pengamatan vaskularisasi ovarium dan uterus pada tikus betina dilakukan dengan cara mematikan tikus dengan eter pada tikus yang mengalami masa estrus selama pemberian perlakuan dan setelah pemberian perlakuan, kemudian dibedah untuk dikeluarkan ovarium dan uterusnya, setelah itu dilihat warna mukosa pada ovarium dan uterus tikus. Penilaian dan pengamatan vaskularisasi dinyatakan dengan skoring, sesuai dengan modifikasi metode Rugh, (1968).

d. Penimbangan Bobot Ovarium dan Uterus Tikus

Setelah dilakukan penelitian aktivitas vaskularisasi kemudian dilakukan penimbangan bobot ovarium kiri, ovarium kanan dan uterus secara terpisah dengan menggunakan timbangan analitik (Nodine and Siegler, 1961).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ekstraksi dan Penapisan

(5)

5 Ekstrak kental yang diperoleh

sebanyak 69,38 g, maka rendemen ekstrak etanol 70% adalah 19,82%. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan, rumput kebar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Senyawa aktif yang berperan sebagai obat maupun penyubur termasuk golongan steroid, saponin dan flavonoid. Steroid dalam tumbuhan dikenal dengan nama fitosterol yaitu sitosterol (kolesterol asal tanaman) dan stigmasterol.

Kandungan rumput kebar golongan steroid (sitosterol) dapat berubah menjadi estrogen melalui proses aromatisasi sehingga dapat meningkatkan dan memperpanjang waktu estrus (Wicaksono, 2013). 2. Pengaruh Estrogenik Ekstrak

Etanol 70% Rumput Kebar (Biophytum petersianum) Terhadap Lama Siklus Estrus a. Lama Siklus Estrus Selama

Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Lama Siklus Estrus (Jam)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 72 0 0 0 0 2 72 0 0 0 0 3 72 0 48 0 0 4 0 0 48 24 0 5 48 0 24 24 0 Total 264 0 120 48 0 Rata-rata 52,8c 0a 24bc 9,6ab 0a Keterangan:

- Angka 0 menunjukkan tidak terjadinya siklus estrus (hanya mengalami fase estrus). - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama

menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Berdasarkan hasil penentuan

aktivitas estrogenik, pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh sangat berbeda nyata dalam memperpendek waktu siklus estrus dengan (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.

Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa (P2), (P4) dan (P5) menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif

CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2) dalam memperpendek siklus estrus. Selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) mampu memperpendek siklus estrus sehingga akan mempercepat terjadinya fase estrus kembali, bahkan tidak terjadi siklus estrus selama 7 hari.

(6)

6 b. Lama Siklus Estrus Setelah

Selesai Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Lama Siklus Estrus (Jam)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 72 0 48 0 0 2 132 0 72 72 0 3 108 36 12 0 48 Total 312 36 132 72 48 Rata-rata 104b 12a 44ab 24a 16a Keterangan:

- Angka 0 menunjukkan tidak terjadinya siklus estrus (hanya mengalami fase estrus). - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama

menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan. Data dianalisis secara statistik

dengan menggunakan SPSS 17, didapatkan hasil bahwa pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh berbeda nyata dalam memperpendek waktu siklus estrus dengan (P < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.

Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa (P2), (P4) dan (P5) menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2) dalam memperpendek siklus estrus.

Hasil pada pengujian ini membuktikan bahwa setelah 7 hari pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar masih terjadi peningkatan hormon estrogen pada fase estrus, sehingga tetap memperpendek atau mempercepat siklus estrus yang normalnya membutuhkan waktu 103

jam untuk mencapai fase estrus ke fase estrus selanjutnya, setelah dilakukan pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar hanya terjadi 16 jam (kurang dari 1 hari) untuk terjadi fase estrus ke fase estrus berikutnya.

Dalam selang waktu siklus estrus akan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan folikel serta menghasilkan sejumlah estradiol dari ovarium yang distimulasi oleh FSH. Folikel yang telah matang akan distimulasi oleh LH dan akan terjadi ovulasi.. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan sitologi vagina dengan melihat perubahan sel epitel vagina pada setiap perubahan tahapan siklus estrus pada tikus betina.

3. Pengaruh Estrogenik Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar (Biophytum petersianum) Terhadap Lama Fase Estrus a. Lama Fase Estrus Selama

(7)

7 Jumlah

Ulangan

Lama Siklus Estrus (Jam) (P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 96 168 168 168 168 2 96 168 168 168 168 3 96 168 120 168 168 4 168 168 120 144 168 5 120 168 144 144 168 Total 576 840 720 792 840 Rata-rata 115,2a 168b 144b 158,4b 168b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan. Hasil analisis data statistik

menggunakan SPSS 17 memberikan pengaruh pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar sangat berbeda nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) waktu estrus dengan (P<0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan

kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2) dalam memperpanjang fase estrus.

Peningkatan estrogen ini mampu meningkatkan perkembangan folikel sehingga folikel yang matang di ovarium semakin banyak, dengan demikian hormon estrogen yang disekresikan juga akan semakin banyak sehingga cenderung akan memperpanjang fase estrus.

b. Lama Fase Estrus Setelah Selesai Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Lama Siklus Estrus (Jam) (P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 96 168 120 168 168 2 36 168 96 96 168 3 60 132 156 168 120 Total 192 468 372 432 456 Rata-rata 64a 156b 124b 144b 152b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan.

(8)

8 Hasil analisis data statistik

menggunakan SPSS 17 memberikan pengaruh perlakuan sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar berbeda nyata terhadap peningkatan (lebih lamanya) waktu estrus (P < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan diperoleh hasil, bahwa semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2) dalam memperpanjang fase estrus.

Pada kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2) mempunyai waktu estrus paling lama karena merupakan steroid sintetik

paling poten yang dapat memacu pertumbuhan endometrium dan penebalan stratifikasi serta kornifikasi vagina (Muttaqin, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% rumput kebar bersifat estrogenik sehingga dengan adanya asupan estrogen yang berasal dari ekstrak etanol 70% rumput kebar pada saat estrus, maka akan mempengaruhi waktu estrus menjadi lebih lama.

4. Pengaruh Estrogenik Pemberian Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar (Biophytum petersianum) Terhadap Vaskularisasi Ovarium dan Uterus

a. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Selama Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Skor Vaskularisasi Ovarium dan Uterus

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 2 3 3 3 3 2 1 3 2 3 3 Total 3 6 5 6 6 Rata-rata 1,5 3 2,5 3 3

Keterangan : Skor 1 (Sedikit merah), Skor 2 (Merah) dan Skor 3 (Sangat Merah) Hasil pengujian menunjukkan

bahwa selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar selama 7 hari, dosis 378mg/200g BB (P5) mampu meningkatkan vaskularisasi mukosa ovarium dan uterus tikus sebanding dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3mg/200g BB (P2) yaitu memiliki nilai rata-rata skoring 3, dimana dapat menghasilkan warna

yang sangat merah pada mukosa ovarium dan uterus tikus, sedangkan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) memberikan skoring vaskularisasi mukosa ovarium dan uterus yang paling rendah.

b. Vaskularisasi Ovarium dan Uterus Setelah Pemberian Perlakuan

(9)

9 Jumlah

Ulangan

Skor Vaskularisasi Ovarium dan Uterus

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 1 3 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1 3 3 3 3 Total 4 9 6 8 9 Rata-rata 1,3a 3b 2ab 2,6b 3b

Keterangan: - Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan.

- Skor 1 (Sedikit merah), Skor 2 (Merah) dan Skor 3 (Sangat Merah) Hasil analisis dan statistik

menggunakan SPSS 17 setelah pemberian perlakuan sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat vaskularisasi ovarium dan uterus (P<0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.

Uji Duncan diperoleh hasil, semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2).

Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium akan menstimulasi pembentukan lapisan endometrium dinding uterus yang kemudian meningkatkan aktivitas pembuluh darah dan membentuk sel-sel penghasil mukus, sehingga uterus cenderung menebal dan berwarna merah.

5. Pengaruh Estrogenik Pemberian Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar (Biophytum petersianum) Terhadap Bobot Ovarium dan Uterus

a. Bobot Ovarium Kiri

Selama Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Ovarium Kiri (gram)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,0614 0,1098 0,0920 0,0527 0,1577 2 0,0493 0,1170 0,0654 0,1518 0,1012 Total 0,1107 0,2268 0,1574 0,2045 0,2589 Rata-rata 0,0553 0,1134 0,0787 0,1022 0,1294

(10)

10 Hasil yang diperoleh selama 7 hari

pemberian perlakuan terlihat bahwa ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis 378mg/200g BB (P5) mampu meningkatkan bobot ovarium kiri dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif Etinil

Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2), sedangkan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) memberikan bobot ovarium kiri paling rendah.

Setelah Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Ovarium Kiri (gram) (P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,0231 0,0889 0,0851 0,0770 0,1068 2 0,0170 0,0945 0,0484 0,0908 0,0626 3 0,0200 0,0721 0,0719 0,0716 0,0610 Total 0,0601 0,2555 0,2054 0,2394 0,2304 Rata-rata 0,0200a 0,0851b 0,0684b 0,0798b 0,0768b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, menunjukkan bahwa setelah pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) selama 7 hari memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap bobot ovarium kiri (P<0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.

Uji Duncan bobot ovarium kiri pada Lampiran 14 semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3mg/200g BB (P2).

b. Bobot Ovarium Kanan

Selama Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Ovarium Kanan (gram) (P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,0618 0,1171 0,0879 0,1155 0,1103 2 0,0461 0,1019 0,0971 0,0996 0,1632 Total 0,1079 0,2190 0,1850 0,2151 0,2735 Rata-rata 0,0539 0,1095 0,0925 0,1075 0,1367

(11)

11 Hasil yang diperoleh terlihat

bahwa selama pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis 378mg/200g BB (P5) mampu meningkatkan bobot ovarium kanan dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif Etinil

Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P2), sedangkan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) memberikan bobot ovarium kanan paling rendah

Setelah Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Ovarium Kanan (gram)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,0141 0,0966 0,0552 0,0684 0,0707 2 0,0375 0,0897 0,0882 0,0551 0,0987 3 0,0185 0,0933 0,0704 0,1055 0,0773 Total 0,0701 0,2796 0,2138 0,2290 0,2467 Rata-rata 0,0233a 0,0932b 0,0712b 0,0763b 0,0822b Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, menunjukkan bahwa pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) memberikan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap bobot ovarium kanan (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan.

Uji Duncan bobot ovarium kanan, semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata terhadap kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3mg/200g BB (P2).

c. Bobot Uterus

Selama Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Uterus (gram)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,4130 1,5177 1,3690 1,3815 1,6066 2 0,5295 1,3784 1,0460 1,2423 1,7210 Total 0,9425 2,8961 2,4150 2,6238 3,3276 Rata-rata 0,4712 1,4480 1,2075 1,3119 1,6638

(12)

12 Hasil yang diperoleh terlihat

bahwa selama 7 hari pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis 378mg/200g BB (P5) mampu meningkatkan bobot uterus dan sudah memberikan pengaruh yang lebih baik dari kontrol positif Etinil Estradiol

9x10-3 mg/200g BB (P2), sedangkan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) memberikan bobot uterus paling rendah

Setelah Pemberian Perlakuan

Jumlah Ulangan

Bobot Uterus (gram)

(P1) CMC 0,5% (P2) Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB (P3) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 93,8mg/200g BB (P4) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 189mg/200g BB (P5) Ekstrak Etanol 70% Rumput Kebar 378mg/200g BB 1 0,4087 1,1197 0,8383 0,9032 0,8686 2 0,3078 1,1708 0,6554 0,6179 0,8898 3 0,3215 0,7674 0,7795 0,7005 0,9541 Total 1,0380 3,0579 2,2732 2,2216 2,7125 Rata-rata 0,3460a 1,0193c 0,7577b 0,7405b 0,9041bc Keterangan: Angka yang diikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) antar perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis data statistik yang diperoleh menggunakan SPSS 17, pemberian sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap bobot uterus (P < 0,01). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan. Uji Duncan bobot uterus, semua perlakuan menunjukkan hasil yang sangat berbeda nyata dengan kontrol negatif CMC 0,5% (P1) serta memiliki pengaruh yang relatif sama dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3mg/200g BB (P2).

Pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar (Biophytum petersianum) dapat meningkatkan bobot ovarium dan uterus yang disebabkan oleh sifat estrogen yang mampu menimbulkan proliferasi dan pertumbuhan sel jaringan organ seksual pada sistem reproduksi yang

secara tidak langsung berpengaruh pada peningkatan bobot jaringan tersebut. Pada permukaan ovarium terlihat permukaan yang kasar dan dipenuhi benjolan-benjolan sebagai penanda adanya perkembangan folikel pada ovarium. Hal ini menguatkan dugaan bahwa pada fase estrus telah terjadi perkembangan folikel secara maksimal yang siap diovulasikan (Dellmann, 1992).

Bobot ovarium tinggi diduga senyawa estrogenik ekstrak etanol 70% rumput kebar dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada ovarium. Ikatan estrogenik dengan reseptor estrogen akan mengaktivasi sel dan menginduksi produksi dan proliferasi se-sel ovarium sehingga menyebabkan penambahan jumlah sel dalam ovarium yang akan meningkatkan masa ovarium. Penambahan bobot ovarium

(13)

13 diperkirakan berasal dari penambahan

sel-sel mesenkim dan sel-sel folikular ovarium disertai dengan peningkatan kadar cairan dalam ovarium. Cairan ini berupa transudat dari serum dan mukopolisakarida yang disekresikan oleh sel-sel granulosa (Dellmann, 1992).

Terjadinya penebalan uterus telah membuktikan bahwa sediaan ekstrak etanol 70% rumput kebar memiliki potensi estrogenik dan dapat meningkatkan estrogen dalam darah. Efek estrogenik ekstrak etanol 70% rumput kebar terhadap jaringan epitel vagina dapat dilihat pada aktivitas mitogenik sel-sel epitel uterus dan vagina. Aktivitas mitogenik tersebut berupa proliferasi maupun diferensiasi sel-sel epitel. Aktivitas mitogenik sel epitel dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Estrogen dapat berikatan langsung dengan REα epitel ataupun secara tidak langsung dengan REα stroma. Proliferasi yang terjadi pada sel-sel epitel endometrium uterus dan epitel vagina terjadi secara tidak langsung yang dibantu oleh faktor parakrin yang dihasilkan sel stroma akibat induksi estrogen (Buchanan, et al., 1998).

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak etanol 70% rumput kebar memberikan pengaruh yang nyata terhadap efektivitas estrogenik pada tikus putih betina.

2. Ekstrak etanol 70% rumput kebar dosis 0,378g/200g BB dapat memperpanjang siklus estrus, memperpendek fase estrus, meningkatkan vaskularisasi dan bobot ovarium serta uterus pada tikus putih betina yang sebanding

dengan kontrol positif Etinil Estradiol 9x10-3 mg/200g BB. SARAN

1. Perlu dilakukan pemeriksaan serum darah tikus dengan metode

bioassay guna mengetahui kadar estrogen dalam darah.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas folikel melalui pembuatan preparat histologi ovarium.

DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, D.L., Kurita, T., Taylor, J.A., Lubahn, D.B., Cunha, G.R., and Cooke, P.S. 1998. Role of Stromal and Epithelial Esrogen Receptors in Vaginal Epithelial Proliferation, Stratification and Cornification. Kansas. Journal of Endocrinology. 139. 4345-4352.

Dellmann, H.D. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Terjemahan: R. Hartono. Edisi ke-3. UI Press. Jakarta. Hlm. 517-520.

Hafez, E.S.E., dan Jainudeen, M.R. 2000. Hormones, Growth Factors and Reproduction. Di dalam: Reproduction in farm animals. Ed-3. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. Hlm. 31-54. Harborne. 1987. Metode Fitokimia

Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. Llewellyn, D., dan Jones. 2009. Setiap

Wanita. PT. Delapratasa Publishing. Hlm 420; 421. Muttaqin, I. 2011. Potensi Estrogenik

Ekstrak Etanol 70% Herba

(14)

14

americanum L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Betina. Skripsi. Program Studi Farmasi. Universitas Pakuan. Bogor.

Nodine, J.H. and Siegler, P.E. 1961.

Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Year Book Medical Publisher. Chicago. Hlm. 568.

Nugroho, T., dan Scorviani, V. 2010.

Kamus Pintar Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm. 173.

Proverawati, A. 2010. Menopause dan Sindrome Premenopause. Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm. 1-2.

Rugh, R. 1968. The Mouse

Reproduction and

Development. Burgess Publishing Company. Menneapolis. USA.

Sadsoeitoeboen P.D. 2005. Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum

Klotzsch) terhadap

Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina. Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institute Pertanian Bogor. Santana, C.M., Ferrera, Z.S., Padron,

M.E.T., and Rodriquez, J.J.S. 2009. Methodologies for The Extraction of Phenolic Compounds from Enviromental samples: New Approaches. Molecules. Vol. 14. Hlm. 298-320.

Sembiring, B., dan Darwati, I. 2014. Identifikasi Komponen Kimia Aksesi Rumput Kebar (Biophytum petersianum) Asal Papua dan Jawa. Bul. Littro,

Mei; 25 (1): 37-38.

Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo. 1988. Pembiakan dan

Penggunaan Hewan

Percobaan di Daerah Tropis

(Alih Bahasa

Mangkoewidjojo). Penerbit UI. Jakarta. Hlm. 10-30.

Unitly, A.J.A., dan Inara C. 2011.

Potensi rumput kebar (Biopythum petersianum K.) dalam meningkatkan kinerja reproduksi. Prosiding Seminar Nasional. Pengembangan Pulau-pulau Kecil. Hlm. 329-333.

Wajo M.J. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum) melalui Air Minum terhadap Fertilitas Ayam Buras. Skripsi. Fakultas peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Papua: Universitas Negeri Papua. Wicaksono, A.W. 2013. Pemberian

Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum) Terhadap Lama Siklus Estrus Pada Mencit. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 2 (4). 369-374.

Referensi

Dokumen terkait

Kompos serbuk gergaji yang dicampurkan dengan tanah (1:1) dapat digunakan sebagai media tanam pada tanaman kehutanan (A. Batubara dan arang dalam bentuk bubuk

Puji syukur penulis kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Finansial

Rerata produktivitas jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan media tambahan limbah tongkol jagung (Zea mays L) paling tinggi pada perlakuan penambahan limbah tongkol

Demikian juga untuk menghitung kelilingnya harus mencari dulu panjang sisi dengan bantuan garis bantu yang membentuk sudut 90' berdasarkan bidang G dan H untuk mencari rusuk sisi

Pilihlah dengan cara menyilang (X) huruf a, b, c, atau d di depan jawaban

Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “Diduga kinerja keuangan pada PT.(Persero) Angkasa Pura 1 Bandara Adi Soemarmo Solo cukup baik dilihat dari rasio keuangan yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Keragaman Beberapa Genotipe Durian ( Durio zibethinus Murr.) menggunakan Penanda Morfologi dan

PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN dengan ini mengundang Direktur / Direktris untuk menghadiri :. Lanjutan Peningkatan Jalan