• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan. Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan, 9-10 Mei I Gde Suarja (Koordinator Program JANMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan. Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan, 9-10 Mei I Gde Suarja (Koordinator Program JANMA)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Laporan

Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang,

Desa Belok Sidan, 9-10 Mei 2014

I Gde Suarja

(Koordinator Program JANMA)

(2)

2

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banjar Jempanang, secara administratif merupakan salah satu wilayah dari Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, yang terletak di bagian hulu DAS Ayung. Sebagai bagian dari daerah hulu DAS, masyarakat Jempanang diharapkan dapat menjaga kelestarian sumberdaya air dan hutan sehingga kualitas sumberdaya alam dan sumber air untuk Sungai Ayung tetap terjamin. Namun demikian, tentu kurang adil bagi masyarakat di bagian hulu, jika tidak ada upaya perlindungan dan pelestarian yang juga dilakukan oleh para pihak yang berada di bagian tengah dan hilir yang selama ini juga memanfaatkan air dari sungai ayung. Untuk itu, diperlukan adanya pemahaman yang mendalam tentang berbagai persoalan sosial ekonomi dan lingkungan oleh masyarakat maupun para pihak yang selama ini memanfaatkan sumberdaya air dari Sungai Ayung sehingga dapat dikembangkan tindakan aksi bersama dalam melestarikan sumberdaya air di sepanjang aliran sungai, baik di daerah hulu, tengah dan hilir.

Dalam upaya untuk mengetahui potret tentang pemanfaatan lahan oleh masyarakat di wilayah Banjar Jempanang untuk mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat, maka perlu dilakukan upaya pemetaan wilayah yang dikembangkan secara partisipatif dengan melibatkan warga masyarakat. Untuk itu, maka kegiatan Pelatihan Pemetaan secara Partisipatif ini dilakukan oleh JANMA bersama PT. Tirta Investama (Aqua Mambal) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dengan pemetaan wilayah Banjar Jempanang, sekaligus bisa menghasilkan Peta wilayah sesuai dengan kondisi riil di lapangan, yang dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan intervensi kegiatan oleh masyarakat, JANMA-Aqua maupun para pihak lainnya.

Tujuan dan Keluaran

Adapun tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam membuat Peta Wilayah secara partisipatif, dan mengindentifikasi berbagai persoalan maupun potensi yang ada berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air dan pemanfaatan lahan oleh masyarakat, baik untuk pemukiman, pertanian maupun untuk kegiatan sosial ekonomi lainnya.

(3)

3

Sedangkan keluaran yang dicapai, yaitu :

(i) Peserta paham tentang Eksosistem DAS dan Konsep pemetaan wilayah secara Partisipatif

(ii) Peserta mampu membuat peta pemanfatan wilayah (lahan) masyarakat Banjar Jempanang Desa Belok Sidan.

(iii) Adanya masukan dan tindak lanjut terkait intervensi yang perlu dikembangkan dalam pemanfaatan lahan masyarakat untuk mendukung kelestarian SDA di daerah hulu.

Tempat dan Waktu

Pelatihan pemetaan dilaksanakan selama 2 hari, pada 9-10 Mei 2014, bertempat di Kantor BPP Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Sedangkan praktek lapangan untuk pengambilan titik koordinat dengan menggunakan GPS, dilakukan di Banjar Jempanang.

Peserta dan Fasilitator

Peserta pelatihan terdiri dari perwakilan warga masyarakat Banjar Jempanang, dengan jumlah peserta 10 orang (Lampiran 1). Untuk membantu proses pelatihan dan praktek pemetaan di lapangan, difasilitasi oleh narasumber dari SEKALA dan fasiltitator JANMA, yaitu :

1. Made Sudana dan Pram (SEKALA) 2. IB. Manu Derestha (Janma)

3. I Gde Suarja (Janma)

Metode dan proses

Pelaksanaan pelatihan ilakukan dengan pendekatan partisipatif yang dipadukan antara pemahaman teori (in class) terkait dengan pengelolaan ekosistem SDA, pemetaan serta praktek lapangan untuk membuat peta pemanfaatan lahan dan potensi wilayah Banjar Jempanang secara partisipatif. Materi yang disampaikan selama pelatihan antara lain :

(4)

4

(i) Eksosistem DAS, dasar-dasar pemetaan, dasar-dasar geografi dan kartografi, teknik pengambilan data (penggunaan GPS, pengambilan dan pencatatan data), pengolahan dan penggambaran peta secara manual

(ii) Praktek pengambilan data, penelusuran lokasi dan penggambaran peta secara manual dengan mengambil titik koordinat di beberapa lokasi di wilayah Banjar Jempanang.

Adapun jadwal kegiatan pelatihan selama 2 hari sbb:

Hari/tanggal Waktu Agenda Penanggung jawab

Jumat, 9 Mei 09.00-09.30 Pembukaan dan Perkenalan Koord Janma 09.30-10.00 Pemahaman ekosistem DAS dan hidrogi Manu Drestha 10.00-11.00 Dasar-dasar pemetaan Manu Drestha 11.00-12.00 Dasar-dasar geografi dan kartografi Sekala 12.00-13.00 Makan Siang Panitia 13.00-15.00 Teknik Pengambilan data, penggunaan

GPS dan pencatatan data

Sekala Sabtu, 10 Mei 09.00-10.00 Pembentukan tim pemetaan dan penjelasan

data-data yang akan diambil di lapangan

Sekala 10.00-12.00 Praktek pengambilan data lapangan (titik

koordinat di beberapa lokasi yang telah ditetapkan)

Sekala

12.00-13.00 Makan siang Panitia 13.00-15.00 Tabulasi data dan penggambaran peta

secara manual di kertas

Sekala 15.00-15.15 Penutupan dan RTL Koord Janma

Pelaksana

Kegiatan pelatihan pemetaan partisipatif dilaksanakan bersama oleh JANMA bekerjasama dengan PT Tirta Investama Mambal (AQUA Mambal) dan masyarakat Jempanang.

(5)

5

II. PROSES DAN HASIL PELATIHAN

Pembukaan pelatihan

Kegiatan pelatihan dibuka secara resmi oleh Koordinator Program JANMA (I Gde Suarja), yang dihadiri pula oleh Koordinator CSR Aqua Mambal (Ida Ayu Eka Pertiwi Sari). Dalam pengantarnya, koordinator program JANMA menyampaikan terima kasih atas kesediaan masyarakat Jempanang mengikuti kegiatan pelatihan pemetaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pelatihan pemetaan untuk wilayah Jempanang dilaksanakna sebagai kelanjutan dari kegiatan yang sama yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan melibatkan peserta dari 3 banjar di Desa Pelaga (Banjar Bukian, Kiadan dan Tinggan). Tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya potret tentang potensi wilayah dan pemanfaatan lahan masyarakat yang digambarkan dalam peta wilayah, yang dibuat secara partisipatif dan dipadukan dengan Peta satelit. Untuk membantu proses pemahaman dalam pembuatan peta dan penggalian informasi/data-data di lapangan, JANMA telah menghadirkan narasumber dari SEKALA, yang punya pengalaman khusus dalam pengembangan pemetaan partisitif. Dengan adanya peta pemanfaatan lahan tersebut, masyarakat dan pihak-pihak lain yang ingin mendukung pengembangan program di wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan dapat memahami kondisi dan potensi wilayah yang ada sehingga dapat menyusun strategi intervensi yang jelas terkait dengan upaya untuk mendukung kelestarian sumberdaya alam dan peningkatkan ekonomi masyarakat Jempanang. Karena itu, ditegaskan oleh koordinator JANMA, bahwa kegiatan pelatihan yang melibatkan perwakilan dari masyarakat Jempanang selama 2 hari, selain untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang arti penting peta dan mafaatnya, juga sekaligus diharapkan dapat menghasilkan sebuah Peta Pemanfaatan Lahan wilayah Jempanang yang dikembangkan secara bersama-sama (partisipatif).

(6)

6

Guna mencairkan suasana pelatihan, pada tahap awal dilakukan perkenalan peserta dan narasumber dengan menyebutkan nama, status, alamat dan kedudukan/kegiatan masing-masing dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tujuannya agar terbangun suasana yang akrab antara narasumber, fasilitator dan peserta selama proses pelatihan berlangsung.

Presentasi materi

 HIDROLOGI DAN KONSEP DAS (oleh : Ida Bagus Gde Manu Dresta)

Usai perkenalan peserta, sesi pelatihan diawali dengan penjelasan materi oleh narasumber, terkait dengan pengenalan tentang Hidrologi dan Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Dijelaskan oleh narasumber bahwa konsep DAS sudah di pelajari oleh nenek moyang kita. Kebudayaan lahir di sekitar sungai, karena sungai merupakan sumber kehidupan (sawah, kebun, dll). Di mana ada air di sana ada kehidupan, di mana ada air di sana ada kebudayaan. Air tidak hanya menjadikan berkah tetapi juga menimbulkan bencana. Maka air atau DAS harus kita jaga dengan baik. Cara yang paling tepat untuk menjaga/melindungi DAS adalah dengan melakukan konservasi dan penanaman pohon (penghijauan). Nenek moyang kita telah mengajarkan konsep perlindungan DAS dengan membuat larangan-larangan, seperti larangan menebang pohon di sekitar jurang dan sumber mata air. Salah satu cara mengkonservasi DAS adalah dengan memetakan wilayah yang kita tempati sehingga diketahui fungsi lahan dan daerah-daerah yang perlu dijaga/dipelihara. Lebih lanjut, disampaikan pemahaman tentang konsep DAS, yaitu :

• Bentang lahan

• Dibatasi oleh punggung bukit pemisah aliran • Menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan • Melalui jaringan sungai

• Bermuara di satu patusan di sungai utama menuju danau atau laut.

Untuk memperdalam pemahaman peserta tentang konsep DAS sebagai sistem hidrologi, dilakukan pemutaran video tentang eksositem DAS dan siklus air. Dalam video tersebut dijelaskan siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak.

(7)

7

Siklus hidrologi terjadi karena proses-proses yang mengikuti gejala-gejala meteorologi dan klimatologi sebagai berikut:

Evaporasi, yaitu proses penguapan dari benda-benda mati yang merupakan proses perubahan dari wujud air menjadi gas.

Transpirasi, yaitu proses penguapan

yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan melalui permukaan daun.

Evapotranspirasi, yaitu proses penggabungan antara evaporasi dan transpirasi.

Kondensasi, yaitu perubahan dari uap air rnenjadi titik-titik air (pengembunan) akibat terjadinya penurunan salju.

Infiltrasi, yaitu proses pembesaran atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah. Presipitasi, yaitu jatuhnya titik-titik air dari awan atau yang sering disebut dengan hujan

 DASAR-DASAR PEMETAAN (oleh : IB. Manu dan Made Sudana/Sekala)

Sesi berikutnya narasumber (IB. Manu) menjelaskan tentang apa itu peta, siapa yang berwenang membuat peta, mengapa masyarakat perlu membuat peta, dan apa yang disebut dengan pemetaan partisipatif serta bagaimana ciri-ciri pemetaan partisipatif. Peta adalah gambaran suatu wilayah yang didalamnya memuat berbagai informasi tentang wilayah tersebut. Selama ini, lembaga yang berwenang membuat Peta adalah BAKORSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Namun demikian, saat ini tidak hanya lembaga tersebut yang berwenang membuat peta, tapi beberapa lembaga lain yang juga bisa membuat Peta, seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Kehutanan, Dinas PU, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, dll, sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing.

Pertanyaannya, apakah masyarakat desa bisa juga membuat peta sendiri? Menurut narasumber, sesuai undang-undang, masyarakat juga bisa membuat peta yang dibangun secara partisipatif. Lalu pertanyaan lebih lanjut mengapa masyarakat perlu membuat peta secara partisipatif? Dijelaskan bahwa selama ini peta seringkali dijadikan acuan tata ruang oleh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Namun demikian, terkadang pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah lebih memperhatikan kepentingan pengusaha dibandingkan dengan hak-hak masyarakat sehingga seringkali

(8)

8

terjadi penyerobotan lahan, tumpang tindih kawasan, ketidakjelasan tata batas wilayah dll, bahkan tidak jarang menimbulkan konflik antara masyarakat dan pemerintah maupun pengusaha. Hal ini terjadi, karena biasanya pihak pemerintah atapun pengusaha (investor) kurang melibatkan masyarakat dalam menentukan pemanfataan suatu wilayah. Karena itu, pemetaan partisipatif merupakan salah satu solusinya.

Apa yang dimaksud dengan Pemetaan Partisipatif? Pemetaan partisipatif merupakan

pemetaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat mengenai tempat/wilayah dimana mereka hidup. Ciri-ciri pemetaan partisipatif antara lain :

Melibatkan partisipasi masyarakat

Masyarakat sendiri menentukan topik pemetaan dan tujuannya Masyarakat menentukan sendiri proses yang berlangsung

Proses dan peta yang dihasilkan bertujuan untuk kepentingan masyarakat

Sebagian besar informasi yang terdapat dalam peta berasal dari pengetahuan masyarakat setempat

Masyarakat sendiri menentukan penggunaan peta yang dihasilkan.

Lebih lanjut untuk memperdalam pemahaman peserta tentang Peta, narasumber (Made Sudana-Sekala) meminta peserta untuk menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan berikut :

o Apa manfaat peta bagi masyarakat desa? o Peta yang akan dibuat digunakan untuk apa? o Apa saja yang mau di PETA kan oleh masyarakat?

Pertanyaan tersebut didiskusikan oleh peserta secara berkelompok, kemudian ditulis dalam kartu meta plan dan ditempelkan di kertas plano untuk dibahas bersama-sama secara pleno. Adapun hasil diskusi kelompok terkait pertanyaan tersebut diatas, yaitu :

o Apa manfaat Peta bagi masyarakat desa:

1. Masyarakat dapat mengetahui tata ruang wilayah tersebut sehingga dapat mengatur wilayah sebagai pertanian, perkebunan, kehutanan dan lainnya

2. Untuk mengetahui tata ruang di wilayah masing-masing

3. Untuk mengenal wilayah dan batas-batas sehingga tidak menimbulkan konflik

(9)

9

5. Memudahkan dalam menemukan suatu tempat dan menata ruang 6. Untuk dapat mengetahui letak dan tempat kita masing-masing

7. Mengetahui keadaan suatu wilayah sehingga dapat mempertahankan kondisi banjar atau desa 8. Memanfaatkan suatu tempat sesuai dengan letak dan fungsi

9. Mengenal tempat sesuai dengan pemiliknya o Peta yang akan dibuat digunakan untuk apa?

1. Perlengkapan lomba subak dan mengetahui peralihan tata guna lahan 2. Sebagai dasar perencanaan lingkungan di masa yang akan datang

3. Mengetahui tata guna lahan dan lokasi yang tepat untuk melakukan konservasi sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

4. Memetakan pengelolaan wilayah setempat 5. Merencanakan intervensi program kedepan 6. Sebagai alat negosiasi dengan pihak-pihak terkait.

 TEKNIK PENGAMBILAN DATA, GPS DAN

PENCATATAN DATA ( oleh : Pram/Sekala)

Sesi selanjutnya dijelaskan lebih mendalam terkait dengan teknik pengambilan data dan juga bagaimana cara penggunaan alat GPS (Global Positioning System) dalam mengambil informasi/titik koordinat terkait informasi/data yang mau dipetakan. Untuk memperjelas pemahaman peserta mengenai penggunaan alat GPS dan pencatatan data, narasumber kembali mereview pengertian tentang PETA sebelum dilakukan praktek pengambilan data dengan mengunakan alat GPS di lapangan. Dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan PETA adalah: gambaran tentang dinamika bumi yang digambarkan

pada bidang datar, menggunakan berbagai symbol, dan diperkecil menggunakan ukuran skala tertentu,

serta terdapat penjelasan dari setiap unsur yang ada dalam peta. Unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah Peta, antara lain:

(10)

10  Judul Peta

 Legenda

 Petunjuk Arah

 Informasi skala peta

 Sumber data dan tahun pembuatan peta

 Informasi sistem Proyeksi dan sistem Grid peta

 Badan Peta/isi peta

 Informasi garis Grid dan angka koordinat peta

 Inset peta

Dengan demikian, yang dimaksud dengan Pemetaan adalah proses kegiatan untuk menghasilkan suatu Peta dengan berbagai informasi yang ada didalamnya. Proses pemetaan meliputi 3 tahap, yaitu :

(i) Pengumpulan/perolehan data (a.l. survei dan pengukuran lapangan; survei GPS; survei photo grametri; penginderaan jauh)

(ii) Pengolahan dan manipulasi data

(iii) Penyajian data dan informasi (a.l: peta cetak dan peta digital)

Sedangkan pemetaan menggunakan GPS adalah proses kegiatan pembuatan peta yang menggunakan GPS untuk menentukan titik koordinat lokasi, sebagai dasar untuk menggambar garis atau bidang serta untuk melakukan verifikasi peta yang dibuat.

Lebih lanjut narasumber menjelaskan tentang fungsi dan manfaat dari alat GPS dalam pembuatan pemetaan. GPS merupakan sistem radio-navigasi berbasis angkasa yang menyediakan layanan

penentuan posisi, navigasi, dan waktu untuk pengguna sipil di seluruh dunia secara bebas. Dengan mengetahui nilai koordinat, maka titik atau garis yang akan digambarkan pada sebuah peta akan menunjukkan lokasi sebenarnya dipermukaan bumi. Selain data posisi, data elevasi/ketinggian juga dapat ditentukan dari GPS. Untuk obyek bergerak, GPS dapat mengukur :

• Kecepatan • Arah

(11)

11

• Trek

• Jarak ke posisi tujuan, • Waktu yang ditempuh

Ada berbagai model alat GPS yang bisa digunakan untuk pemetaan di lapangan, namun pada prinsipnya cara kerjanya sama untuk mengambil informasi-informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan peta. Selanjutnya guna memperdalam pemahaman peserta tentang cara menggunakan alat GPS yang sudah dijelaskan, narasumber mengajak peserta untuk mempraktekkan penggunaan alat GPS di luar kelas, dengan memanfaatkan beberapa GPS yang sudah disiapkan oleh JANMA dan Sekala. Tujuannya adalah agar peserta dapat memahami semua tombol-tombol dari GPS dan cara pengambilan data/informasi di lapangan.

Praktek lapangan

Untuk menggambarkan kondisi riil wilayah Jempanang, pada hari kedua pelatihan diisi dengan praktek pengambilan titik-titik koordinat dengan menggunakan GPS, terkait dengan berbagai informasi/data yang mau dipetakan sebagaimana yang telah dibahas dalam diskusi hari pertama. Adapun data/informasi yang akan di-Peta-kan, yaitu :

 Kebun kopi  Kebun sayur  Sungai  Jalan  Pemukiman  Hutan  Pangkung  Pura  Biopori  Biogas  Kincir air  Jamban

(12)

12  Koperasi

 Mata air dan sumber air suci

 Laba pura

 Bak air

 Balai banjar

 Jembatan

 Air terjun

. Proses pengambilan titik koordinat dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan wilayah munduk dari Banjar Jempanang, yaitu kelompok Pucak Sari, Kelompok Dalem dan Kelompok Puseh. Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang narasumber/fasilitator. Hasil dari pengambilan titik-titik koordinat, selanjutnya dipadukan dengan gambar Peta satelit wilayah Jempanang yang sudah disiapkan oleh narasumber. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan dan menggambarkan posisi riil lokasi informasi yang dipetakan sesuai hasil pengambilan di lapangan. Untuk meningkatkan pemahaman peserta dalam penggambaran terkait dengan data-data yang sudah diperoleh di lapangan, narasumber memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota kelompok memasukkan informasi/data titik koordinat dan menggambarkannya dalam peta.

(13)

13

III.

PENUTUP

Pelatihan pemetaan wilayah Jempanang secara partisipatif selama dua hari dapat berjalan lancar dan sesuai dengan harapan. Selanjutnya secara resmi pelatihan ditutup oleh Koordinator Program JANMA di Balai Banjar Jempanang, dihadiri pula oleh Koordinator CSR Aqua dan narasumber dari Sekala. Peserta tampak sangat antusias untuk mengikuti kegiatan pelatihan ini, termasuk melakukan praktek pengambilan titik-titik koordinat dengan menggunakan alat GPS di tiga lokasi, sesuai dengan data-data/informasi yang mau di-Peta-kan. Selain meningkatkan pemahaman peserta tentang pemetaan partisipatif, juga praktek penggambaran peta secara langsung sehingga peserta benar-benar tahu cara pembuatan Peta wilayah Jempanang.

Dalam penutupan acara pelatihan, selain menyampaikan terima kasih atas partisipasi dan peran aktif peserta selama pelatihan berlangsung, koordinator JANMA juga menyampaikan beberapa kegiatan yang akan dilakukan oleh JANMA dan peserta sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini, yaitu :

1) Masing-masing kelompok akan melanjutkan pengambilan titik-titik koordinat di lapangan untuk melengkapi data/informasi yang belum selesai diambil.

2) Mendiskusikan letak-letak batas-batas wilayah dan menggambarkan dalam peta satelit yang sudah disiapkan untuk membantu proses finalisasi pembuatan Peta yang sebenarnya oleh JANMA dan SEKALA.

3) Melakukan finalisasi pengolahan dan penyajian data lapangan kedalam Peta dan Pencetakan oleh JANMA dan SEKALA.

4) Penyerahan Peta wilayah Jempanang yang sudah final kepada Kelihan Banjar Dinas Jempanang untuk dijadikan acuan bersama dalam melakukan intervensi program dan pemanfaatan lahan di wilayah Jempanang.

(14)

14

(15)

15

Lampiran 1: Daftar Nama-nama Peserta Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang,

Di BPP Pelaga, 9-10 Mei 2014.

No. Nama Peserta Alamat

1 I Wayan Widana (Kelihan Subak) Banjar Jempanang

2 I Wayan Ardika Banjar Jempanang

3 I Wayan Sabar Banjar Jempanang

4 I Wayan Suastra Banjar Jempanang

5 Ketut Darmika Banjar Jempanang

6 Made Puspa Banjar Jempanang

7 I Nyoman Resep Banjar Jempanang

8 Ketut Budiarta Banjar Jempanang

9 Made Arsa Banjar Jempanang

10 Made Sudana (Narasumber –Sekala) Denpasar

11 Made Sudana (Narasumber –Sekala) Denpasar

12 Pram (Narasumber-Sekala) Denpasar

13 IB. Manu Derestha (Narasumber-JANMA) Bongkasa Pertiwi

14 Ali (PL Konservasi-Janma) Bukian

15 IG. Suarja (Koord. JANMA) Denpasar

16 Ida Ayu Eka Pratiwi Sari (Koord. CSR Aqua) Bongkasa Pertiwi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan bahwa tujuan utama konseling kelompok adalah membantu siswa untuk bisa keluar dari masalah yang dihadapi, selain itu

Demikian juga dengan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih materi haji dan umroh juga meningkat per siklus yaitu di siklus I

Dan yang tidak diragukan lagi –wahai jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah- bahwa terfitnahnya seseorang secara terus-menerus, seringnya seseorang terkena fitnah, juga masyarakatnya,

Dari hasil perhitungan rata-rata tingkat kepuasan dan analisis regresi, maka perbaikan pelayanan pada BPR Pesisir dapat diprioritaskan pada aspek pelayanan umum dengan total

Wilayah Adat ini dipahami sebagai suatu kesatuan geografis dan sosial yang secara turun temurun dihuni, dikuasai dan dikelola oleh Masyarakat Adat, baik sebagai

Asuransi Jasa Indonesia (JASINDO) dengan nama produk Asuransi Kargo, asuransi tersebut hanya mempertanggungkan barang-barang yang dikirim/diangkut menggunakan Kapal Laut dan

Bertanggung jawab kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya untuk mengoperasikan armada tanker perusahaan dan memberdayakan potensi-potensi kantor cabang

Sehubungan dengan penelitian pasti memiliki sebuah tujuan dan manfaat yang ingin dicapai. Tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui