PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KEPALA RUMAHTANGGA USAHA MIKRO
SECARA PARTISIPATIF
PKRT yang mempunyai usaha mikro mempunyai potensi untuk mengembangkan perekonomian desa. Usaha mereka dapat maju apabila mereka memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya produktif. Gerak mereka terhambat disebabkan ada ketidakadilan gender yang ada dalam pemanfaatan program pembangunan masyarakat di Desa Sekarwangi ataupun dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adanya anggapan bahwa perempuan mempunyai usaha mikro hanya sekedar membantu suami mencari nafkah tambahan mempunyai dampak yang luas terutama dalam pengembangan usaha mikronya. Mereka kesulitan untuk memperoleh akses terhadap permodalan, pemasaran, program pembangunan dan pendidikan keterampilan.
Pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga yang mempunyai usaha mikro diarahkan pada keadilan dan kesetaraan gender (KKG) dengan mengarah pada Gender And Development (GAD), yaitu PKRT usaha mikro dapat memperoleh akses dan kontrol terhadap program pembangunan yang dapat meningkatkan usaha mikro mereka. Program yang dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial dan ekonomi PKRT secara berkelanjutan agar mereka mampu mandiri baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas. Hal tersebut dapat dicapai bila terjadi sinergi antar kelompok masyarakat dan keterpaduan kelembagaan dalam komunitas yang terjalin melalui jejaring sosial. Penyusunan program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro dilakukan dengan tahap-tahap: identifikasi masalah dan kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan dan pengusulan rencana.
7.1. Tahap Identifikasi Masalah dan Kebutuhan
Terdapat masalah ketidakadilan gender terhadap perempuan, yaitu program pembangunan belum memperhatikan kebutuhan dan kepentingan perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro. Mereka belum sepenuhnya dapat mengakses program P2KP dan UP2K-PKK. Gambaran
masalah yang dialami oleh PKRT dapat dilihat pada gambar 8. yaitu bagan pohon masalah seperti beriku t ini:
Gambar 8. menjelaskan bahwa inti masalah yang dialami oleh PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang adalah usaha mikro mereka kurang berkembang. Hal tersebut disebabkan adanya isu ketidakadilan gender yang menganggap bahwa mereka adalah pencari nafkah tambahan,
SEBAB MASALAH Ketidakadilan Gender dalam
komunitas Keragaman isi warungan terbatas Kesulitan menyekolahkan anak Kebutuhan hidup tidak terpenuhi
Usaha mikro tidak berkembang
INTI MASALAH AKIBAT MASALAH
1) Akses dan kontrol Permodalan terbatas 5) Akses dan Kontrol PKRT terhadap P2KP dan UP2K-PKK terbatas
7) Akses dan kontrol Pengetahuan dan Keterampilan PKRT terbatas 3) Akses dan kontrol Pemasaran terbatas Dana digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup Dana dimanfaatkan oleh elite masyarakat 8) Belum memperoleh pendidikan keterampilan
Modal habis untuk membayar hutang ke rentenir Stok barang terbatas Tidak mendapat ijin suami Khawatir tidak mampu membayar cicilan Belum mengenal
warga lebih dekat
6) Tidak diikutsertakan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi Hanya didata tetapi tidak ada
realisasi
2) Belum mengetahui dana
potensial dalam komunitas
Gambar 8. Analisis Pohon Masalah PKRT Usaha Mikro di desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tidak mempunyai
KTP untuk akses kredit
4) Beban kerja berlebih
pekerjaan perempuan sebatas di rumah saja ditambah dengan beberapa keterbatasan PKRT usaha mikro dalam memperoleh akses terhadap sumberdaya yang ada di Desa Sekarwangi. Hubungan antar kelembagaan seperti antara BUMDES, PKK, PEMDA yang menjadi jejaring belum terjalin. Hal-hal yang menjadi faktor penyebab ketidakadilan gender sehingga usaha mikro PKRT tidak berkembang secara keseluruhan adalah:
1. Akses dan kontrol terhadap permodalan terbatas.
Kesempatan PKRT usaha mikro terhadap permodalan sangat terbatas. Modal mereka hanya bersumber dari diri sendiri, keluarga dan rentenir dengan jumlah sekitar Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Adanya anggapan bahwa perempuan hanya sebagai pencari nafkah tambahan berpengaruh terhadap perolehan permodalan yang diterima oleh PKRT. Pengambilan keputusan terhadap permodalan juga mempengaruhi keterbatasan dari PKRT untuk mengembangkan usahanya. Akses dan kontrol mereka terhadap permodalan menjadi terbatas disebabkan oleh beberapa faktor:
a. Tidak mempunyai KTP untuk akses kredit.
Beberapa perempuan di Desa Sekarwangi ada yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Mereka menganggap bahwa kepemilikan KTP tidak banyak gunanya dan tidak diperiksa. Apabila ada kebutuhan untuk meminjam kredit kepada suatu lembaga, mereka lebih mengandalkan KTP suaminya. Hal tersebut menyebabkan mereka sangat bergantung pada suaminya apabila akan meminjam modal kepada suatu lembaga. Mereka juga beranggapan bahwa suami mereka yang bekerja di luar rumah dan sebagai kepala keluarga lebih mendesak untuk memiliki KTP.
b. Modal habis untuk membayar hutang ke rentenir.
Modal usaha mikro yang dikelola oleh PKRT berasal dari hasil keuntungan usaha yang diperolehnya per hari, tetapi sebagian besar keuntungan dipergunakan untuk membayar hutang kepada rentenir. Hal tersebut dilakukan karena apabila tidak dibayarkan dengan segera, maka bunga hutangnya akan semakin bertambah. Sisa dana kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sisanya baru untuk modal usaha. Kontrol PKRT usaha mikro untuk tidak meminjam dana kepada rentenir lemah, karena suaminya tidak
bekerja sehingga pinjam ke rentenir merupakan cara cepat untuk mendapatkan uang kas.
c. Belum mengetahui dana potensial dalam komunitas.
PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi tidak mengetahui lembaga dana yang potensial untuk membantu mengatasi masalah permodalan yang dialaminya. Mereka memilih meminjam kepada rentenir, karena prosesnya mudah dan berdasarkan atas kepercayaan atau pinjam kepada keluarganya. Jejaring kelembagaan formal seperti PKK, BUMDES dan program P2KP belum dapat menyentuh kebutuhan usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT yang ada di Desa Sekarwangi. Lembaga formal yang lain di luar komunitas Desa Sekarwangi seperti Pemda juga belum menyentuh segi pengembangan usaha mikro terutama yang dikelola oleh PKRT. Program prioritas desa baru bergerak dalam pembangunan fisik dan belum sampai pada pemberdayaan PKRT usaha mikro.
d. Dana digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dana hasil usaha terkadang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kadang-kadang usaha warungan yang dikelola oleh seorang PKRT terpaksa harus tutup untuk sementara waktu, karena kehabisan modal untuk membeli barang-barang persediaan warungannya. Hal tersebut menyebabkan kondisi hidup seorang PKRT semakin sulit.
2. Akses dan kontrol pemasaran terbatas.
Permasalahan PKRT usaha mikro diantaranya adalah pemasaran barang yang terbatas. Usaha yang dijalankan misalnya pembuatan rangginang, usaha sulam renda dan kerajinan smock. Gerak mereka terbatas karena selain menjalankan usaha mereka juga mereka mengerjakan pekerjaan domestik. Adanya anggapan bahwa gerak langkah perempuan adalah di dalam rumah, sedangkan laki-laki di luar rumah menyebabkan PKRT usaha mikro terbatas gera knya untuk memperluas jaringan pemasaran. Beberapa hal yang menyebabkan akses dan kontrol terhadap pemasaran terbatas adalah:
a. Beban kerja berlebih
PKRT yang mengelola usaha mikro mempunyai beban kerja berlebih. Mereka selain menjalankan usaha mikronya ju ga mempunyai tanggung jawab untuk mengelola urusan rumahtangga yaitu mengurusi suami, membereskan rumah dan mengasuh anak. PKRT usaha mikro berupaya untuk membagi kerja produktif, reproduktif dan sosial kemasyarakatan secara seimbang. Mereka mencari nafkah untuk kelangsungan hidup bagi diri dan keluarganya, bekerja mengurus rumahtangga dan di lain pihak mereka perlu berPenyadarandengan warga masyarakat di sekitar lingkungannya, sehingga upaya untuk memperluas jaringan pemasaran terbatas. Kontrol PKRT usaha mikro di sini lemah, karena ia tidak mampu melakukan posisi tawar dengan suaminya untuk membagi pekerjaan domestik.
b. Stok barang terbatas.
Ketersediaan barang erat kaitannya dengan sumberdaya manusia dan permodalan. Beberapa PKRT yang mengelola usaha mikro mengeluh bahwa sulit mencari orang yang dapat membantu pekerjaan mereka. Hal tersebut disebabkan keahlian yang mereka miliki sulit untuk dibagi kepada yang lain dan sistem pembayaran upah yang masih terbatas, karena barang yang dijual juga terbatas hasiln ya atau keuntungannya.
c. Belum mengenal warga lebih dekat.
Warga pendatang yang tinggal di Desa Sekarwangi dan mengelola usaha mikro terutama untuk menjahit hias merasa kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Hal tersebut disebabkan mereka belum mengenal warga masyarakat di Desa Sekarwangi secara lebih dekat, sehingga usaha mereka juga belum dikenal oleh warga masyarakat yang lain.
3. Akses dan kontrol terhadap P2KP dan UP2K-PKK terbatas.
Akses dan kontrol mereka terhadap program pembangunan yang ada seperti P2KP dan UP2K-PKK terbatas karena adanya anggapan bahwa mereka hanya sebagai pencari nafkah tambahan, sehingga jumlah dana yang diterimanya dan jumlah PKRT yang dapat mengakses program tersebut terbatas.
Faktor-faktor yang menyebabkan akses dan kontrol PK RT usaha mikro terhadap program pembangunan antara lain:
a. Dana dimanfaatkan oleh elite masyarakat.
Dana P2KP sebagian besar dimanfaatkan oleh warga masyarakat yang menjadi pengurus pengelolaan dana bergulir tersebut. Dana bergulir terlebih dahulu diberikan kepada keluarga terdekat yang mempunyai jenis usaha baru, sedangkan untuk warga yang miskin yang membutuhkan suntikan dana permodalan diberikan sisanya. Hal tersebut berdampak pada perkembangan usaha mikro yang dikelola oleh perempuan kepala rumahtangga yang tergolong dalam kategori keluarga Pra KS dan KS1.
b. Hanya didata tetapi tidak ada realisasi.
Sebagian PKRT menyatakan bahwa mereka sebelumnya didata untuk memperoleh bantuan dana bergulir P2KP, tetapi setelah dana itu ada, mereka tidak mendapatkannya. Mereka akhirnya meminjam ke sumber yang lain seperti ke rentenir untuk menutupi kebutuhan usaha mikronya.
c. Khawatir tidak mampu membayar cicilan.
Ada kekhawatiran yang tersirat dari para pengelola dana program pembangunan yang ada di Desa Sekarwangi, yaitu jika mereka memberikan pinjaman kepada PKRT usaha mikro yang masuk dalam kategori keluarga Pra KS dan KS 1, maka dana tersebut tidak akan kembali. Selain karena adanya anggapan bahwa kemampuan mereka untuk mengembalikan dana tersebut terbatas juga hasil usaha mikro yang dijalaninya banyak dihutangi oleh pembeli, sehingga dana untuk mengembalikan cicilan tidak ada.
d. Tidak diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Sebagian dari PKRT usaha mikro mengatakan bahwa mereka tidak menerima penjelasan tentang bagaimana program P2KP dan UP2K-PKK yang ada di desa mereka. Bagi PKRT usaha mikro yang menerima bantuan, mereka hanya diterangkan tentang jumlah cicilan yang harus dikembalikan berdasarkan jumlah pinjaman dan berapa bulan cicilan tersebut akan di lunasi.
4. Akses dan kontrol pengetahuan dan keterampilan PKRT terbatas.
PKRT usaha mikro memiliki pengetahuan dan keterampilan terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis usaha yang dikelola oleh mereka terbatas pada usaha kecil-kecilan dan keterampilan mereka dalam pengelolaan hasil usaha juga terbatas, sehingga usaha mikro mereka kurang berkembang. Hal tersebut berdasarkan adanya ideologi gender bahwa pekerjaan perempuan hanya di rumah saja dan laki-laki yang bekerja keluar rumah.
a. Belum pernah memperoleh pendidikan keterampilan.
Sebagian PKRT usaha mikro memerlukan pendidikan dan keterampilan untuk menambah wawasan usaha mereka. Mereka belum pernah memperoleh pelatihan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka selama ini, seperti bagaimana cara mengelola usaha warungan, mengelola permodalan agar berkembang, keterampilan membuat makanan atau menjahit, yang kesemuanya disesuaikan dengan kebutuhan usaha mereka.
b. Tidak mendapat ijin suami.
Sebagian dari PKRT yang mengelola usaha mikro merasa kesulitan memperoleh ijin suami untuk mengikuti pelatihan keterampilan terutama apabila pelatihan tersebut memerlukan waktu lebih dari satu hari dan menginap, karena akan berdampak pada kerja produktif dan reproduktif mereka, walaupun pelatihan tersebut berupaya untuk meningkatkan usaha mikro yang dikelolanya. Kontrol PKRT usaha mikro terhadap pengetahuan dan keterampilan lemah, karena ia tidak dapat melakukan posisi tawar dengan suaminya untuk memajukan usahanya dengan mengikuti pelatihan keterampilan.
Identifikasi masalah dan kebutuhan PKRT usaha mikro seperti pada Tabel 28. berikut ini:
Tabel 28. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
MASALAH KEBUTUHAN UPAYA PEMECAHAN
MASALAH
Ketidakadilan Gender dalam komunitas
Adanya informasi kepada warga masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender.
Penyadaran Gender
Akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK terbatas.
Adanya Peran serta PKRT dalam kegiatan forum desa.
Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa Tidak diikutsertakan dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
Adanya wadah bagi perempuan untuk menyalurkan aspirasi dan
permasalahannya.
Pembentukan Forum Perempuan
Beban kerja berlebih Adanya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang ibunya bekerja.
Pembentukan Kelompok Bermain Anak
Akses dan kontrol Permodalan terbatas
Muncul kemandirian dan swadaya masyarakat dalam mengelola permodalan.
Pengelolaan tabungan secara kelompok Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan PKRT usaha mikro.
Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT
Akses dan kontrol Pengetahuan dan Keterampilan PKRT
terbatas Adanya diklat tentang tata cara pengelolaan perkoperasian.
Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian Belum mengetahui dana
potensial dalam komunitas
Adanya hubungan antar kelembagaan untuk menjaring sumberdaya
permodalan bagi PKRT usaha mikro.
Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan Akses dan kontrol
Pemasaran terbatas
Adanya jaringan pemasaran bagi PKRT usaha mikro.
Perluasan jejaring kerja pemasaran
7.2. Tahap Identifikasi Potensi Lokal
Potensi lokal yang dapat menjadi sumber untuk menangani masalah yang dihadapi oleh PKRT usaha mikro berasa dari dalam diri sendiri (internal) dan dari dalam lingkungan (external). Potensi sumber yang berasal dari dalam diri sendiri (internal resources ) adalah:
1. Keinginan untuk merubah nasib; setiap PKRT yang mengelola usaha mikro mempunyai keinginan untuk memajukan usahanya. Keinginan tersebut merupa kan sumber yang potensial, karena akan menumbuhkan semangat untuk bekerja lebih giat lagi. Potensi ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik dari komunitas, kelembagaan lokal maupun peraturan yang ada.
2. Daya survive yang tinggi; PKRT usaha mikro memiliki kehidupan yang minim yaitu hasil usahanya hanya mampu memenuhi kebutuhan pokok, tetapi mereka mempunyai ketahanan untuk hidup karena modal sosial yang ada di
desa mendukung mereka untuk survive terutama dari kerabat dan teman yaitu berupa dukunga n bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha mikro.
3. Pengetahuan lokal; PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi memiliki pengetahuan lokal atau indigenous knowledge yang merupakan pemahaman PKRT untuk mengetahui kapan usahanya banyak pembeli dan kapan sepi pembeli. Mereka dapat memprediksi berapa modal yang diperlukan untuk memperbanyak jenis barang yang akan dijualnya dan kapan meminimalisir jumlah barang yang dijualnya terutama barang-barang berupa makanan yang mempunyai batas kadaluwarsa.
Potensi sumber yang berasal dari luar atau lingkungan (external resources) diantaranya:
1. Program pembangunan masyarakat
Program pembangunan masyarakat yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang seperti Program P2KP dan UP2K-PKK dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh PKRT terutama dalam memperoleh akses terhadap permodalan.
2. Kelembagaan formal dan informal
Kelembagaan yang ada di desa Sekarwangi dapat digunakan untuk mendukung dan mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT. Kelembagaan itu bisa berupa kelembagaan formal dan informal seperti keluarga, pameran, kelompok arisan, rentenir, media informasi, PKK, BUMDES, Pemda. Faktor-faktor pendukung yang dapat digunakan PKRT usaha mikro untuk memperoleh akses dari kelembagaan itu adalah informasi tentang produk, harga, keberadaan desa, kepercayaan/trust dan perolehan kredit. Hubungan kelembagaan dapat menjadi jejaring sosial yang dapat mengembangkan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT.
7.3. Tahap Pendayagunaan Sumber-sumber Lokal
Kegiatan pendayagunaan sumber-sumber lokal untuk pemberdayaan PKRT usaha mikro didasarkan pada pengembangan jejaring artinya setiap program memerlukan jejaring atau hubungan antar kelembagaan agar terjadi sinergitas dan muncul trust diantara masyarakat terutama PKRT usaha mikro, pemerintah dan lembaga swasta.
Pendayagunaan sumber-sumber lokal diantaranya adalah meningkatkan hubungan kelembagaan yang berada di dalam maupun di luar komunitas agar jejaring sosial masyarakat Desa Sekarwangi meningkat dari Quadran 4 yaitu “Masyarakat Desa yang Miskin” ke Quadran 1 yaitu “Anggota Program Kredit yang Sukses”. Kriteria agar hubungan intra dan luar komunitas tinggi adalah adanya pola relasi/hubungan yang bagus antara individu, komunitas maupun dengan kelembagaan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kelembagaan yang dapat mendukung program pemberdayaan PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang.
2. Melakukan analisis stakeholder yang diperlukan untuk mengetahui kelembagaan yang mempunyai potensi untuk meningkatkan akses dan kontrol PKRT usaha mikro.
3. Jejaring yang dibangun bersifat setara, transparan, jujus, integrasi dan dedikasi untuk mencapai tujuan bersama.
4. Memberikan kepercayaan bagi PKRT usaha mikro untuk membentuk kelompok dan mengelola program dan kegiatan yang ada untuk meningkatkan akses dan kontrol mereka.
Gambar 9. Jejaring Sosial Pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
Gambar 9 menjelaskan bahwa perlu ada jejaring kelembagaan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh PKRT yang mengelola usaha mikro. Adanya kebijakan dari aparat desa untuk mengelola program pengembangan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT berdasarkan kesetaraan dan keadilan gender dapat meningkatkan taraf kesejahteraan PKRT sehingga kebutuhan strategisnya dapat dicapai yaitu peningkatan status dan perekonomian mereka. Adanya peran pemerintah daerah dan kelembagaan dalam komunitas dapat membantu memecahkan permasalahan yang dialami oleh PKRT usaha mikro. Warga masyarakat sebagai konsumen dapat memberikan peluang kepada PKRT untuk maju dan mengembangkan dirinya dengan tidak menganggap mereka adalah pencari nafkah tambahan.
Pada tahap pendayagunaan sumber untuk program pemberdayaan bagi PKRT melalui pengembangan jejaring sosial tidak terlepas dari peran stakeholder. Analisis stakeholder diperlukan untuk melihat peran stakeholder dan sejauhmana fungsinya dalam program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Daftar Stakeholder dapat dilihat pada Tabel 29. berikut ini:
BUMDES, P2KP, UP2K-PKK, TEMAN, KELOMPOK ARISAN, RENTENIR, KELUARGA, PERBANKAN PKRT USAHA MIKRO Aparat Pemerintah Prop/Kab/Kec, BK3S, K3S WARGA MASYARAKAT (KONSUMEN), PASAR Aparat Desa, BPD, LKMD, PKK.
Tabel 29. Daftar Stakeholder untuk pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA SEKTOR SWADAYA
MASYARAKAT
- Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah (BPMD) Propinsi Jabar.
- Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kab. Bdg
- Bagian Perekonomian Setda - Bagian Pemberdayaan
Perempuan Dinas
Kesejahteraan Sosial Kab. Bdg. - Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Kab. Bdg
- Dinas Koperasi (Diskop) Kab. Bdg
- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kab. Bdg.
- Pemerintahan desa/kec. - Tim Penggerak PKK Desa
- Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/Bank Negara Indonesia (BNI) - Badan Usaha Milik Desa - Badan Koordinator Kegiatan
Kesos (BK3S)
- Koordinator Kegiatan Kesos (K3S)
- Usahawan
- Pusat Studi Wanita (PSW)
- PKRT Usaha Mikro - Tokoh adat - Ulama - Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). - Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). - Organisasi Sosial - Komunitas
Sumber: Hasil Peneltian 2005
Daftar stakeholder pada Tabel 29. terdiri dari sektor publik yang menjadi perumus kebijakan, sektor swasta yang menjadi pendukung kegiatan dan sektor swadaya masyarakat sebagai aktor utama pelaksana kegiatan. Ketiganya dapat menjadi shareholder dalam menunjang terlaksananya kegiatan. Sektor publik dan swasta dipilah menurut tingkat kepentingan mereka yang terkait dengan masalah dan kebutuhan PKRT usaha mikro, mulai dari kegiatan pemberdayaan perempuan sampai dengan pemberdayaan usaha mikro. Daftar stakeholder diperlukan untuk menjalin jejaring sosial yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah ketidakadilan gender pada PKRT usaha mikro. Para stakeholder ini kemudian dianalisis menurut kepentingan dan kebutuhannya. Analisis stakeholder dapat dilihat pada Tabel 30. berikut ini:
Tabel 30. Analisis Stakeholder untuk Pemberdayaan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
Stakeholder Hubungan Proyek – S Hubungan S – Proyek Kebutuhan (S) Tujuan Umum (S) Evaluasi Strategi
Support/hindari Pemda Fasilitasi Penerapan Kebijakan Anggaran Terbatas Memberdayakan masyarakat XXXX Potensi
TP PKK Kab Fasilitasi Pembina Wilayah Kemandirian,
swadaya
Swadaya XX Potensi
Kecamatan Fasilitasi Pembina Wilayah Proyek
berkembang
Percontohan XXX Potensi
Pemdes Fasilitasi Pembina PKK Ada kegiatan Sukses XXXX Potensi
TP PKK Desa Penentuan Kelompok penerima dana
Pengelola Anggaran UP2K-PKK Dilaksanakan Dana kembali XXX Potensi
BPR/BNI Pendukung kegiatan Pendukung dana Menambah
nasabah
Memperluas usaha perbankan
XX Potensi BUMDES Pendukung kegiatan Pendukung dana Program berjalan Membantu masyarakat XXX Potensi BK3S/K3S Pendukung kegiatan Pendukung dana dan kegiatan Program berjalan Memberdayakan masyarakat XXX Potensi Usahawan Pendukung kegiatan Pendukung pemasaran Produksi lancar Memperluas usaha XXX Potensi Pusat Studi Wanita Fasilitasi pemberdayaan
perempuan
Pemberi informasi tentang kesetaraan dan keadilan gender
PenyadaranKKG KKG XXXX Potensi
Organisasi Sosial Fasilitasi tempat Membantu masyarakat Dukungan masyarakat
Membantu masyarakat XXXX Potensi LSM Fasilitator masyarakat Pendamping kegiatan Mendapatkan
kegiatan
Program berjalan lancar XXXX Potensi Tokoh Adat Pemberi informasi Tokoh yang disegani Didengarkan Mensukseskan program
pemerintah
XXXX Potensi Ulama Pemberi informasi Tokoh yang disegani Dakwah Pengembalian pinjaman
lancar
XXXX Potensi
BKM/UPK Penentuan KSM Penentuan KSM Laporan Keuangan Dana Bergulir XXX Potensi
KSM Koordinator kelompok Pengelola penagihan dalam kelompok
Pembayaran cicilan lancar
Tagihan lancar XXXX Potensi PKRT Usaha Mikro Tidak semua Penerima Dana Dapat bantuan
untuk modal
Bantuan modal sesuai kebutuhan
XXXX Potensi Komunitas Yang dapat bantuan
orang kaya
Penerima Dana Bergulir Ada bantuan untuk usaha
Ada bantuan untuk usaha XX Potensi
Keterangan:
Stakeholder : Orang atau lembaga yang berkompeten untuk terlibat dalam proses pemberdayaan PKRT usaha mikro di Desa Sekarwangi. Hubungan Proyek – S : Hubungan Proyek dengan stakeholder.
Hubungan S – Proyek : Hubungan stakeholder terhadap proyek. Kebutuhan (S) : Kebutuhan stakeholder.
Tujuan Umum (S) : Tujuan stakeholder.
X : Menunjukkan kapasitas evaluasi dari masing-masing stakehol der.
Data pada Tabel 30. menunjukkan bahwa stakeholder yang berperan adalah dari Pemda, lembaga PKK, Lembaga Desa dan Kelompok Usaha dan swasta yaitu Perbankan, Organisasi Sosial, BUMDES, Usahawan, Pusat Studi Wanita (PSW), BKM dalam program P2KP dan UP2K-PKK. Pihak Pemda berperan sebagai fasilitator program dan kegiatan serta sebagai lembaga dana, lembaga swasta sebagai pendamping dan pemantau, lembaga desa sebagai pengolah data dan program desa serta masyarakat sendiri terutama PKRT sebagai aktor utama. Kerjasama ini membentuk tiga komponen utama strategi pengembangan masyarakat.
Keinginan dari masing-masing stakeholder adalah kemajuan program dan dana tersebut dapat berkembang, sehingga dapat bergulir dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Evaluasi tertinggi diharapkan berasal dari Pemda, Pemdes, Pengurus UP2K-PKK, Ketua KSM dan PKRT usaha mikro.
7.4. Tahap Penyusunan dan Pengusulan Rencana 7.4.1. Penyusunan Tujuan
Penyusunan rancangan program pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga yang mengelola usaha mikro tidak terlepas dari perumusan tujuan yang akan dicapai untuk mengembangkan usaha tersebut. Perumusan tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum yang akan dicapai dalam upaya pemberdayaan PKRT usaha mikro adalah “Terwujudnya kesetaraan dan keadilan Gender terhadap PKRT dalam mengembangkan akses dan jejaring sosial usaha mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. “
Tujuan umum itu mengandung arti bahwa pemberdayaan PKRT usaha mikro diarahkan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dengan mengembangkan jejaring sosial yang ada di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Kesetaraan dan keadilan gender mengandung arti bahwa PKRT usaha mikro memperoleh akses untuk mengembangkan usahanya dan
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan dalam menentukan hal yang terbaik bagi dirinya dan terutama untuk mengembangkan usaha mikronya.
2. Tujuan khusus
Tujuan Khusus yang akan dicapai dalam pemberdayaan PKRT usaha mikro berdasarkan prioritas sebab dan akar masalah yang akan dipecahkan adalah:
a. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap permodalan
PKRT memperoleh akses terhadap permodalan dengan melibatkan kelembagaan yang ada di dalam maupun di luar komunitas Desa Sekarwangi baik formal maupun informal untuk mendukung usaha mikro yang dikelolanya. Mereka juga mempunyai kontrol untuk mengambil keputusan apakah permodalan tersebut dapat memberikan manfaat bagi usahanya tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
b. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran
PKRT usaha mikro memperoleh akses terhadap pemasaran dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk bekerja dan tidak memiliki beban ganda. Hal tersebut perlu dilakukan agar persediaan barang selalu ada untuk mempermudah proses pemasaran.
c. Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap P2KP dan UP2K-PKK
PKRT usaha mikro dilibatkan dalam siklus perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan yang ada di desa, sehingga suara dan kebutuhan mereka didengar dan dapat dijadikan dasar untuk membuat bahan kebijakan tindak lanjut. Hal tersebut diperlukan untuk menampung aspirasi PKRT sebagai subyek dan bukan sebagai obyek pembangunan, sehingga mereka bisa eksis dalam komunitas.
d. Meningkatkan akses dan kontrol pengetahuan dan keterampilan
Pengetahuan dan keterampilan PKRT usaha mikro perlu ditingkatkan untuk menambah wawasan berusaha bagi mereka. Mereka bisa memanfaatkan waktu luang dan diisi dengan kegiatan yang dapat meningkatkan usaha mereka, seperti engisi waktu luang selama menunggu warung dengan menyulan atau menerima pesanan menjahit pakaian atau makloon.
7.4.2. Penyusunan Rancangan Program
Penyusunan rancangan program dilakukan dengan cara melihat bentuk kegiatan yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Program dan kegiatan yang bersifat langsung yaitu yang berkaitan langsung dengan program pemberdayaan PKRT usaha mikro melalui pengembangan jejaring sosial. Program dan kegiatan yang bersifat tidak langsung yaitu memberikan masukan bagi pemegang kebijakan tentang pentingnya program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro untuk memajukan usaha mereka dengan mengembangkan akses dan kontrol mereka terhadap kelembagaan yang ada di dalam ataupun di luar komunitas.
Penyusunan rancangan program tidak terlepas dari adanya analisis terhadap pengembangan jejaring sosial terhadap usaha mikro yang dikelola oleh PKRT di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang dikaitkan dengan ketidakadilan gender yang ada dalam komunitas dan manfaat yang dapat dirasakan oleh PKRT usaha mikro.
Tabel 31. Analisis Pengembangan Jejaring Sosial terhadap PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
Ketidakadilan Gender
Jejaring Sosial Tujuan Manfaat bagi PKRT
Usaha Mikro
Subordinasi dan marjinalisasi PKRT Usaha Mikro
Sektor Publik: BPMD Prop, Dinke sos, TP PKK
Sektor Swasta : PSW Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, tokoh adat, ulama.
Meminimalisir Ketidakadilan Gender Mampu mengambil keputusan dan mandiri
Akses dan kontrol PKRT usaha mikro terhadap program P2KP dan UP2K -PKK terbatas
Sektor Publik: Bapeda, aparat desa
Sektor Swasta : usahawan.
Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, LSM, BKM, komunitas, tokoh adat, ulama.
Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK Permasalahan PKRT Usaha Mikro diperhatikan
Akses dan kontrol terhadap permodalan terbatas Sektor Publik: Dinkesos, TP PKK Sektor Swasta : BK3S, K3S, BUMDES, BNI/BPR,
Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha mikro, tokoh adat, ulama.
Meningkatkan akses dan kontrol permodalan Kesempatan untuk memperoleh modal dengan terlibat dalam kelembagaan formal dan informal
Akses dan kontrol terhadap pengetahuan dan keterampilan terbatas Sektor Publik: Dinkesos, TP PKK Sektor Swasta : Orsos Sektor Swadaya Masy: PKRT Usaha Mikro, komunitas. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pengetahuan dan keterampilan Kesempatan menambah pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan usaha mikro Akses dan kontrol
pemasaran terbatas
Sektor Publik: Disperindag, Diskop, Bagian Ekonomi Setda, Aparat Desa, TP PKK Sektor Swasta : Usahawan SektorSwadaya Masy: PKRT Usaha mikro, komunitas. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran Kesempatan memperluas jaringan pemasaran
Data pada Tabel 31. menunjukkan bahwa jejaring sosial merupakan entry point untuk melaksanakan program dan kegiatan untuk meminimalisir ketidakadilan gender yang terjadi di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang. Adanya manfaat yang dirasakan oleh PKRT usaha mikro sesuai dengan tujuan program dan kegiatan dapat menumbuhkan swadaya dan kemandirian bagi komunitas terutama bagi PKRT usaha mikro. Jejaring sosial melibatkan tiga komponen utama dalam komunitas yaitu sektor publik, swasta dan komunitas itu sendiri agar kegiatan pengembangan masyarakat dapat berkesinambungan.
Program pemberdayaan bagi PKRT usaha mikro melalui pengembangan jejaring sosial adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Jejaring Sosial untuk Pemberdayaan perempuan kepala rumahtangga (PKRT) usaha mikro
Program pemberdayaan perempuan merupakan suatu program untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap posisi PKRT terutama PKRT yang mengelola usaha mikro. Ketidakadilan gender yang terjadi dapat diminimalisir berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Program pemberdayaan bagi PKRT ini berupaya untuk meningkatkan posisi tawar perempuan kepala rumahtangga dalam masyarakat agar suara dan kebutuhan mereka dapat ditindaklanjuti dalam bentuk program pengembangan masyarakat. Kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam program pemberdayaan PKRT usaha mikro ini adalah:
a. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa
Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam Forum Desa merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memperluas akses dan kontrol perempuan terutama PKRT usaha mikro agar terlibat dalam perumusan masalah pembuatan program pengembangan masyarakat yang ada di Desa Sekarwangi. Pendekatan kepada PKRT usaha mikro perlu dilakukan untuk menjaring aspirasi, kebutuhan dan permasalahan mereka agar kegiatan pengembangan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan mereka.
b. Penyadaran Gender
Penyadaran Gender merupakan kegiatan pengenalan kesetaraan dan keadilan gender dalam setiap program kegiatan pembangunan dan pemberian informasi tentang isu ketidakadilan gender yang terjadi dalam program pembangunan masyarakat yang ada di desa Sekarwangi.
c. Pembentukan Forum Perempuan
Pembentukan Forum Perempuan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menampung aspirasi perempuan yang difasilitasi oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan. Forum ini diupayakan menjadi suatu forum pelayanan konsultasi bagi PKRT usaha mikro yang mengalami ketidakadilan gender seperti tindak kekerasan.
d. Pembentukan Kelompok Bermain Anak
Kegiatan ini berupaya untuk mengatasi masalah perempuan kepala rumahtangga usaha mikro yang mengalami hambatan dalam pengembangan diri disebabkan peran ganda dalam rumahtangga. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan membentuk lembaga penitipan anak, Ibu yang bekerja mengalami kesulitan dalam hal pengasuhan anak apalagi bagi seorang PKRT yang mengelola usaha mikro. Lembaga ini diharapkan dapat memberikan pelayanan kesejahteraan anak, sehingga terjamin tumbuh kembang anak dengan baik seperti anak-anak seusianya.
2. Pengembangan Jejaring Usaha Mikro
Program pengembangan jejaring usaha mikro diupayakan untuk menjamin kelangsungan usaha mikro yang dijalankan oleh PKRT. Kegiatan ini perlu dilakukan secara berkelompok dengan melibatkan berbagai stakeholder dalam pelaksanaannya. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Pengelolaan Tabungan Bersama
Pengelolaan tabungan secara berkelompok merupakan suatu kegiatan untuk memelihara kelangsungan permodalan. Suntikan dana diberikan untuk menambah permodalan usaha mikro yang dikelola oleh PKRT, kemudian dana tersebut dikelola secara bergulir dan diupayakan mereka dapat menyisakan sedikit penghasilannya untu k tabungan. Pengelolaan tabungan secara berkelompok diharapkan dapat membuat PKRT usaha mikro mempunyai rasa tanggung jawab bersama dan mandiri dalam mengelola modal usaha.
b. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT
Pendidikan dan pelatihan keterampilan usaha bagi PKRT merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan bagi PKRT usaha mikro agar mereka dapat menambah wawasan jenis usaha yang berdampak pada semakin meluasnya akses mereka terhadap sumberdaya. Pelatihan keterampilan yang diberikan dapat berupa keterampilan memasak, menjahit, kecantikan dan sebagainya yang dapat bermanfaat untuk memperluas wahana usaha bagi PKRT usaha mikro.
c. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian
Pendidikan dan pelatihan tentang perkoperasian merupakan suatu bentuk kegiatan agar warga masyarakat terutama PKRT usaha mikro dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang tata cara simpan pinjam sebagai kelanjutan dari kegiatan pengelolaan tabungan bersama. Kegiatan ini juga berupaya untuk memberikan pemahaman kepada warga masyarakat terutama PKRT usaha mikro agar mereka dapat bekerjasama dalam masyarakat.
d. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan
Kegiatan perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan diperlukan agar PKRT usaha mikro mempunyai akses yang lebih luas terhadap sumberdaya di dalam dan diluar komunitas. Jejaring ini mencakup hubungan kelembagaan yang terjalin dengan baik, sehingga muncul kepercayaan untuk memberikan bantuan modal kepada PKRT yang mengelola usaha mikro.
e. Mengikuti Pameran
Kegiatan perluasan jejaring kerja pemasaran merupakan upaya untuk memperluas akses dan kontrol PKRT usaha mikro untuk memasarkan hasil usahanya yang tidak terbatas dalam komunitas saja, tetapi dapat berkembang di luar komunitas. Bentuk nyatanya adalah mengikutsertakan hasil kerjainan PKRT usaha mikro dalam pameran-pameran industri.
Tabel 32. Rancangan Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumahtangga melalui Pengembangan Jejaring Sosial (Kasus Usaha Mikro di desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)
TUJUAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM KEGIATAN WAKTU PENYANDANG DANA
Meminimalisir Isu Ketidakadilan Gender
Meningkatnya pemahaman warga masyarakat tentang kesetaraan dan keadilan gender.
1. Penyadaran Gender 1 bulan Bagian Pemberdayaan Perempuan
Meningkatkan akses dan kontrol PKRT terhadap program P2KP dan UP2K-PKK
Meningkatnya peran serta PKRT dalam kegiatan forum desa.
2. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa
3 bulan Komunitas desa Sekarwangi
Meningkatkan partisipasi perempuan
Tersedianya wadah bagi perempuan untuk menyalurjkan aspirasi dan permasalahannya.
3. Pembentukan Forum Perempuan
3 bulan Komunitas desa Sekarwangi – Bagian PP Berkurangnya beban
kerja
Tersedianya pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang ibunya bekerja.
1. Pengemb angan Jejaring sosial untuk Pemberdayaan Perempuan Kepala Rumahtangga Usaha Mikro 4. Pembentukan Kelompok Bermain Anak
3 bulan Komunitas desa Sekarwangi - Dinkesos Meningkatkan ak ses
dan kontrol permodalan
Meningkatnya kemandirian dan swadaya masyarakat dalam mengelola permodalan.
1. Pengelolaan tabungan secara kelompok
3 bulan Shareholder, PKRT Usaha Mikro
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan PKRT usaha mikro.
2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT
3 bulan TP PKK Desa Sekarwangi Meningkatkan akses
dan kontrol terhadap pengetahuan dan
keterampilan Meningkatnya pemahaman tentang tata cara pengelolaan perkoperasian.
3. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian
1 minggu Dinas Koperasi Kab. Bdg
Meningkatkan akses dan kontrol terhadap dana potensial dalam komunitas
Meningkatnya hubungan antar kelembagaan untuk menjaring sumberdaya permodalan bagi PKRT usaha mikro.
4. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan
3 bulan Shareholder
Meningkatkan akses dan kontrol terhadap pemasaran
Meningkatnya jaringan pemasaran bagi PKRT usaha mikro.
2. Pengembangan Jejaring Usaha Mikro
5. Perluasan jejaring kerja pemasaran
7.4.3. Pelaksanaan Program
Kerangka pelaksanaan program perlu diuraikan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang diperlukan dalam memberdayakan PKRT usaha mikro. Kerangka tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 33. Kerangka Pelaksanaan Kegiatan PKRT Usaha Mikro di Desa Sekarwangi Kecamatan Katapang Tahun 2005
No. NAMA KEGIATAN LANGKAH-LANGKAH PENANGGUNG
JAWAB
1. Pemberian kesempatan bagi PKRT untuk aktif dalam forum desa
a. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro dalam rapat-rapat rutin PKK dan melibatkannya dalam mengambil keputusan.
b. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro dalam kegiatan pembangunan desa. c. Melibatkan PKRT usaha mikro dalam
kepengurusan desa.
Aparat Desa, TP PKK desa.
2. Penyadaran Gender a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk
pelaksanaan kegiatan. c. Penyiapan materi. d. Pelaksanaan kegiatan. Dinkesos 3. Pembentukan Forum Perempuan a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk
pelaksanaan kegiatan.
c. Mengadakan pertemuan-pertemuan. d. Brainstorming masalah dan kebutuhan
perempuan terutama PKRT usaha mikro. e. Pembentukan Forum Perempuan. f. Pelaksanaan kegiatankegiatan untuk
pemberdayaan perempuan. Komunitas 4. Pembentukan Kelompok Bermain Anak a. Pengalokasian anggaran. b. Menghubungi pihak terkait untuk
pelaksanaan kegiatan.
c. Pengembangan dari kegiatan PADU (Pendidikan Anak Usia Dini) yang ada dalam komunitas sebagai tempat untuk penitipan anak dalam bentuk kelompok bermain.
Komunitas
5. Pengelolaan Tabungan Bersama
a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pembuatan proposal anggaran yang
diperlukan.
c. Menghubungi stakeholder.
d. Pembentukan kelompok berdasarkan jenis usaha.
e. Pengelolaan dana dengan cara dipinjam dan dengan bunga ringan serta ada penyisihan hasil usaha untuk tabungan.
PKRT Usaha MIkro 6. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan usaha bagi PKRT
a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pengalokasian anggaran. c. Menghubungi stakeholder. b. Pelaksanaan kegiatan. Stakeholder 7. Pendidikan dan Pelatihan tentang Perkoperasian
a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Pengalokasian anggaran. c. Menghubungi stakeholder. d. Pelaksanaan kegiatan.
8. Perluasan jejaring sosial untuk menggalang permodalan
a. Mendata Stakeholder dan Shareholder. b. Pembuatan proposal rencana kegiatan
Komunitas
9. Mengikuti Pameran a. Pendataan PKRT Usaha Mikro. b. Mengikutsertakan PKRT usaha mikro
dalam kegiatan pameran. c. Pelaksanaan kegiatan.