• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

140

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan pada Bank Syariah dan Bank Konvensional, maka penulis membuat beberapa penarikan kesimpulan antara lain sebagai berikut :

5.1 Simpulan

5.1.1 Perkembangan Kinerja Keuangan Bank BRI Syariah Periode 2008-2012 o Perkembangan Permodalan (CAR)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI Syariah yang dihitung menggunakan CAR selama priode penelitian yang dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata-rata CAR Bank BRI Syariah adalah sebesar 21.84%. CAR Bank BRI Syariah pada waktu tahun 2008 menjadi yang tertinggi dan perkembangannya dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup berarti yaitu sebesar 28,42%, hal itu di sebabkan karena pada tahun 2008 Bank BRI Syariah secara resmi baru memulai oprasinya. Selain itu ditunjang dengan meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Akan tetapi pada tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 3.58%, hal itu karena meningkatnya modal inti dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank BRI Syariah. Sedangkan pada tahun 2010 ke 2011 kembali mengalami penurunan sebesar 5,88% dan begitu pula pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 3,39% dan pada tahun 2012 menjadi tahun terendah. Pada umumnya CAR Bank BRI Syariah mengalami flukutatif setiap tahunnya itu di sebabkan karena meningkatnya ATMR yang cukup tinggi setiap tahunnya dengan tidak di imbangi peningkatan jumlah modal inti dan juga modal pelengkap mauupun modal pelengkap tambahan.

(2)

o Perkembangan Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI Syariah menggunakan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) selama periode penelitian yang dimulai pada tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata- rata KAP Bank BRI Syariah sebesar 3,83%. Apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun ke tahun, KAP pada Bank BRI Syariah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup dinamis. Pada tahun 2008 sebesar 6,40% Bank BRI Syariah mampu menurunkan pada tahun 2009 menjadi sebesar 4,44%, mengalami penurunan kembali pada tahun 2010 menjadi sebesar 3,14%, serta terus mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi sebesar 2,69% dan mengikuti tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2012 juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 2,45%. Hal ini mencerminkan kualitas kinerja keuangan Bank BRI Syariah yang sangat baik dengan menunjukan adanya peningkatan terhadap total aktiva produktifnya dan berkurangnya total aktiva yang macet, serta ditunjang oleh penurunan aktiva yang diklasifikasikan.

o Perkembangan Earnings/Rentabilitas (ROA)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI Syariah yang dihitung dengan menggunakan ROA juga mengalami perubahan setiap tahunnya yang diperoleh rata-rata ROA pada Bank BRI Syariah dari periode 5 taun yaitu sebesar -0.05 %. Artinya Bank BRI Syariah memiliki tingkat efesiensi kegiatan yang kurang baik dalam memperoleh laba karena rata-rata ROA Bank BRI Syariah masih kurang dari minimum standar yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5 %. Namun jika dilihat dari perkembangan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seperti pada tahun 2008 sebesar -2,52%, tahun 2009 meningkat menjadi 0,53%, tahun 2010 menurun menjadi 0,35%, tahun 2011 menurun juga menjadi 0,20% dan pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 1,19%. Hal itu dipengaruhi oleh kebijakan dalam pengunaan laba pada setiap tahunnya.

(3)

o Perkembangan Likuiditas (LDR)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI Syariah yang dihitung menggunakan LDR selama periode penelitian mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata-rata LDR Bank BRI Syariah adalah sebesar 153,228%. Artinya bahwa 100% dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank BRI Syariah, sebesar 153,228%-nya disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan. LDR pada tahun 2008 sebesar 551,05% mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009 yaitu menjadi sebesar 34.77%, hal tersebut di sebabkan karena peningkatan jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan jauh dibawah dana pihak ketiga. Sedangkan pada tahun 2010 sebesar 84,09% mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun 2009 sebesar 49,32%, hal ini disebabkan kenaikan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang menyebabkan total pembiayaan bank terhadap pendapatan masyarakat menjadi naik juga. Sedangkan pada tahun 2011 sebesar 73,34% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 10,75% dan pada tahun 2012 sebesar 22,89% mengalami penurunan juga dari tahun sebelumnya sebesar 50,45% dan pada tahun 2012 menjadi tahun yang paling rendah diantara tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012 peningkatan jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan jauh dibawah dana pihak ketiga. Kelebihan dana yang timbul (over liquid) baik dari penghimpunan dana masyarakat maupun modal yang ada, tidak sepenuhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan, kemudian ditempatkan pada sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI).

5.1.2 Perkembangan Kinerja Keuangan Bank BRI Periode 2008-2012 Perkembangan Permodalan (CAR)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI yang dihitung menggunakan CAR selama priode penelitian yang dimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata-rata CAR Bank BRI adalah sebesar 14.44%. Artinya Bank BRI dapat menjaga kemampuannya untuk

(4)

menjamin aktiva aktiva beresiko dengan kecukupan modalnya, dimana setiap 100% aktiva tertimbang menurut resiko dapat dijamin oleh modal sebesar 14.44%. Rata-rata CAR masih lebih baik dari nilai minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Hal ini mencerminkan kinerja keuangan Bank BRI yang baik dan modal yang efektif. Apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun ke tahun CAR Bank BRI pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan sebesar 0,36%, hal itu di sebabkan karena meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebesar Rp 27.487.293 (dinyatakan dalam jutaan rupiah). Akan tetapi pada tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,56%. Sedangkan pada tahun 2010 ke 2011 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,19% dan begitu pula pada tahun 2011 ke 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,99%. Pada umumnya CAR Bank BRI mengalami peningkatan setiap tahunnya itu di sebabkan karena terus meningkatnya jumlah modal inti dan juga modal pelengkap maupun modal pelengkap tambahan setiap tahunnya

Perkembangan Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Perkembangan kinerja keuangan menggunakan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) selama periode penelitian yang dimulai pada tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata- rata KAP Bank BRI sebesar 2,2%. Apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun ke tahun KAP pada Bank BRI dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup dinamis. Pada tahun 2008 sebesar 2,39% Bank BRI, namun pada tahun 2009 terjadi kenaikan menjadi sebesar 2,83%, hal tersebut karena adanya peningkatan juamlah aktiva yang diklasifikasikan dengan tidak diimbangi peningkatan jumlah aktiva produktif. Pada tahun 2010 mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 1,82%, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar 2,16% dan pada tahun 2012 juga kembali mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 1,81%. Hal ini mencerminkan kualitas kinerja keuangan Bank BRI baik

(5)

dengan menunjukan adanya peningkatan terhadap total aktiva produktifnya dan berkurangnya total aktiva yang diklasifikasikan setiap tahunnya.

Perkembangan Earnings/Rentabilitas (ROA)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI yang dihitung dengan menggunakan ROA mengalami perubahan setiap tahunnya dengan diperoleh rata-rata ROA pada Bank BRI dari periode 5 taun yaitu sebesar 3,74 %. Artinya Bank BRI memiliki tingkat efesiensi kegiatan yang sangat baik dalam memperoleh laba karena rata-rata ROA Bank BRI lebih dari minimum standar yang telah di tetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5 %. Apabila dilihat dari perkembangan tahun ke tahun, ROA pada Bank BRI tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan sebesar 0.46 %, yang disebabkan oleh adanya kenaikan beban oprasional sebesar Rp 2.531.869 yang juga menyebabkan berkurangnya earning before tax (EBT) yaitu sebesar Rp 1.069.216,-. Akan teapi dari tahun 2009 ke tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup dinamis. Pada tahun 2010 meningkat sebesar 0,56%, hal tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan total aktiva tahun 2010 yaitu sebesar Rp 87.338.573 yang menyebabkan kenaikan pada earning before tax (EBT) yaitu sebesar Rp 5.017.002,-. Dan juga tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,31%, hal tersebut disebabkan karena meningkatnya total aktiva sebesar Rp 65.613.682 yang menyebabkan kenaikan pada earning before tax (EBT) sebesar Rp 3.847.650,-. Begitu juga pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,33% dikarenakan oleh peningkatan jumlah total aktiva sebesar Rp 81.437.506 yang juga menyebabkan kenaikan pada (earning before tax/EBT) sebesar Rp 5.103.692

Perkembangan Likuiditas (LDR)

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI yang dihitung menggunakan LDR selama periode penelitian dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami setiap tahunnya dengan diketahui bahwa rata-rata LDR Bank BRI adalah sebesar 73,20%.

(6)

Artinya bahwa 100% dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank BRI, sebesar 73,20%-nya disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan. Apabila dilihat dari tahun ke tahun, LDR pada tahun 2009 merupakan LDR paling tinggi diantara tahun-tahun yang lain yaitu sebesar 75,89%, hal ini disebabkan kenaikan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang menyebabkan total pembiayaan bank terhadap pendapatan masyarakat naik. Dan pada tahun 2010 merupakan LDR yang paling kecil diantara tahun-tahun lainnya, hal ini dikarenakan keadanan ekonomi yang kurang kondusif sehingga bank masih hati-hati dalam pengambilan keputusan pemberian kredit. LDR Bank BRI pada tahun 2009 mengalami kenaikan dibanding dengan tahun 2008 yang sebelumnya sebesar 75,52% menjadi sebesar 75.89%, hal ini disebabkan kelebihan dana pihak ketiga yang di himpun Bank. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu sebesar 69,82% disbanding taun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah kredit yang disalurkan jauh dibawah peningkatan dana pihak ketiga, namun Bank BRI lebih banyak berinvestasi pada sektor moneter seperti peningkatan Sertifikat Bank Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2011 kembali mengalami peningkatan sebesar 70,12 % dan tahun 2012 juga mengalami peningkatan sebesar 74,65%, yang disebabkan kelebihan dana pihak ketiga yang di himpun oleh Bank. Hal ini menunjukan bahwa kinerja keuangan Bank BRI cukup baik.

5.1.3 Perbandingan Kinerja Keuangan Bank BRI Syariah dan Bank BRI Periode 2008-2012

Permodalan (CAR)

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwah CAR pada Bank BRI Syariah terlihat lebih baik dibandingkan dengan Bank BRI, hal ini ditunjukan dengan tingginya rata-rata nilai CAR selama periode 2008-2012 dibandingkan dengan Bank BRI. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan Bank BRI Syariah dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya lebih baik dibandingkan dengan Bank BRI

(7)

konvensional. Jika dilihat dari nilai CAR Bank BRI Syariah masih tergolong lebih sehat dibandingkan Bank BRI selama periode penelitian 2008 – 2012 karena nilai CARnya lebih dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 8% dan lebih tinggi sebesar 7,35% dari Bank BRI. Semakin tinggi nilai CAR maka tingkat solvabilitas bank semakin baik. Hal ini mencerminkan bahwa pemodalannya semakin baik karena dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan.

Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa KAP Bank BRI lebih baik dibandingkan Bank BRI Syariah. Hal ini ditunjukan dengan rendahnya nilai rata-rata KAP selama periode penelitian yaitu tahun 2008 – 2012 dibandingkan dengan nilai rata-rata KAP Bank BRI Syariah. Karena sesuai dengan formulasi perhitungan KAP yang merupakan antara perbandingan jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif, maka semakin tinggi nilai KAP semakin besar pila jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan. Pengklasifikasian ini dimaksudkan sebagai pencadangan dana bagi Non Performing Loan (NPL). Dengan demikian bila jumlah aktiva produktif bank yang diklasifikasikan meningkat, maka bank tersebut mengalami penurunan kualitas. Maka dari itu semakin rendah nilai KAP Bank BRI menunjukan Bank BRI mengalami peningkatan kualitas dibandingkan dengan Bank BRI Syariah yang rata-rata nilai KAPnya lebih besar.

Earnings/Rentabilitas (ROA)

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa ROA pada Bank BRI lebih tinggi dibandingkan dengan Bank BRI Syariah. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun tersebut kinerja keuangan Bank BRI lebih baik dalam kemampuan menghasilkan labanya lebih tinggi dibandingkan kemampuan Bank BRI Syariah. Tingkat kesehatan juga dapat dilihat dari rasio ROA yaitu dilihat dari nilai rata-rata ROA, Bank BRI Syariah kurang sehat, hal ini ditunjukan dengan rata-rata nilai ROA yaitu sebesar -0,05% yang kurang dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

(8)

berkisar antara 0,50% - 1,25%. Sedangkan tingkat kesehatan Bank BRI sangat sehat, hal itu ditunjukan dengan tingginya nilai rata-rata ROA yaitu sebesar 3,74% melebihi dari ketentuan standar Bank Indonesia berkisar antara 0,50% - 1,25%.

Likuiditas (LDR)

Berdasarkan data pada tabel 4.12 diatas maka dapat diketahui bahwa LDR selama periode tahun 2008 – 2012 pada Bank BRI Syariah lebih tinggi dibandingkan dengan Bank BRI. Hal ini menunjukan bahwa dari 100% dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank BRI Syariah sebesar 153,288%-nya disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. LDR Bank BRI Syariah lebih besar nilai rata-ratanya dibandingkan dengan nilai Bank BRI yang nilai rata-rata-ratanya lebih kecil yaitu sebesar 73,202%. Dengan demikian menunjukan bahwa dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank BRI Syariah salurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan Bank BRI. Hal ini menunjukan bahwa minat masyarakat lebih baik dan percaya kepada Bank BRI Syariah. Apabila LDR dilihat dari tingkat kesehatan bank, rata-rata nilai LDR Bank BRI tergolong cukup sehat. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata LDR Bank BRI 73,202% yang tergolong sehat karena sesuai yang ditetapkan Standar Bank Indonesia yaitu < 110%. Sedangkan LDR Bank BRI Syariah mengalami kelebihan dari Standar Bank Indonesia tetapkan yaitu sebesar 153,228%, hal itu menujukan Bank BRI Syariah kurang sehat jika dibandingkan dengan Bank BRI.

(9)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan maka penulis mencoba memberikan saran yang kiranya dapat bermanfaat, antara lain:

1) Bagi Bank Syariah

Secara umum, kinerja Bank Syariah yang diwakili Bank BRI Syariah cukup baik dengan waktu yang terbilang baru berdiri, hal tersebut dapat dilihat dari rasio-rasio yang telah diuraikan diatas. Pada CAR Bank BRI Syariah sangat baik dengan menandakan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya sangat baik dan perlu dipertahankan namun jangan terlalu besar karena itu akan mempengaruhi ke kemampuan dalam menghasilkan laba. Untuk KAP Bank BRI Syariah masih kurang baik, hal itu dibuktikan dengan masih tingginya nilai rata-rata selama periode penelitian. Akan tetapi jika dilihat dari perkembangan setiap tahunya menunjukan perbaikan oleh karena itu Bank Syariah harus bisa menurunkan lagi nilai KAPnya dengan menekan aktiva produktif yang diklasifikasikan terutama untuk yang macet agar tidak terjadi penurunan kualitas. Untuk ROA Bank BRI Syariah masih kurang baik, hal itu dibuktikan dengan rendahnya nilai rata-rata selama 5 tahun kebelakang. Namun jika dilihat dari perkembangan setiap tahunnya mencerminkan terus pada peningkatan, oleh sebab itu Bank BRI Syariah harus bisa meningkatkan lagi kemampuannya dalam menghasilkan laba dengan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Usahakan setiap ekspansi senantiasa menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan asset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas. Dan pada LDR sangat baik dengan menandakan kemampuan Bank BRI Syariah dapat mengimbangi pemberian kredit kepada nasbah dengan kewajibannya untuk segera memenuhi penarikan kembali dana yang digunakan untuk pemberian kredit dan perlu dipertahankan namun jangan terlalu besar juga karena itu akan berdampak pada kegiatan oprasional lainya yang menunjukan kerawanan dan kemampuan suatu bank.

(10)

2) Bagi Bank Konvensional

Secara umum, kinerja Bank Konvensional yang diwakili Bank BRI baik, hal tersebut dapat dilihat dari rasio-rasio yang telah diuraikan diatas. Pada CAR Bank BRI cukup baik dengan menandakan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya cukup baik dan perlu dipertahankan, namun jangan terlalu besar karena itu akan mempengaruhi ke kemampuan dalam menghasilkan laba dan jika dilihat dari perkembangan CAR setiap tahunnya menunjukan terus meningkat. Untuk KAP Bank BRI Sangat baik, hal itu dibuktikan dengan rendahnyanya nilai rata-rata selama periode penelitian dan menunjukan kualitas aktiva yang dimiliki Bank BRI sangat baik oleh karena itu harus dipertahankan. Untuk ROA Bank BRI sangat baik, hal itu dibuktikan dengan tingginya nilai rata-rata selama 5 tahun kebelakang. Namun jika dilihat dari perkembangan setiap tahunnya mencerminkan terus pada peningkatan, oleh sebab itu Bank BRI harus bisa meningkatkan lagi kemampuannya dalam menghasilkan laba dengan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Usahakan setiap ekspansi senantiasa menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan asset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas. Dan pada LDR sangat baik dengan menandakan kemampuan Bank BRI Syariah dapat mengimbangi pemberian kredit kepada nasbah dengan kewajibannya untuk segera memenuhi penarikan kembali dana yang digunakan untuk pemberian kredit dan perlu dipertahankan namun jangan terlalu besar juga karena itu akan berdampak pada kegiatan oprasional lainya yang menunjukan kerawanan dan kemampuan suatu bank.

3) Bagi nasabah atau investor yang ingin menginvestasikan dananya di bank syariah sebaiknya lebih memahami aturan dan teknis dari produk bank syariah, karena produk bank syariah berbeda dengan bank konvensional sehingga perlu dipahami lebih lanjut.

4) Universitas Widyatama dapat digunakan sebagai referensi atau sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahsiswa.

Referensi

Dokumen terkait

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 16 TAHUN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala Karunia dan Hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Analisis Hubungan Faktor Rumah Sakit

Pendapatan yang diperoleh selain dari pendapatan yang telah disebutkan diatas.. Anggaran  pendapatan operasional terdiri dari anggaran pendapatan kamar, makanan dan

Tujuan penataan gizi pada wanita hamil adalah Cukup kalori, protein, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta plasenta, pada makanan

password tidak diisi kemudian tekan tombol login Username : (admin) password : (kosong) sistem akan menolak login dan menampilkan pesan “ Login gagal, username dan

Penelitian ini berawal dari kenyataaan bahwa dalam proses pembelajaran masih bersifat monoton dan pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa

: 1.20.16. KEUDA, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN 01. Program Peningkatan Disiplin Aparatur.. ) - PERENCANAAN PEMBANGUNAN. 21. ) - KEPEMUDAAN