• Tidak ada hasil yang ditemukan

pendaratan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pendaratan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Dari Aspek Operasi Amfibi dan Manfaatnya Bagi TNI AL. Dari Aspek Operasi Amfibi dan Manfaatnya Bagi TNI AL.

2.

2. Latar Latar BelakangBelakang a. Umum. a. Umum.

Korea adalah bangsa dengan sejarah yang panjang. Terletak di wilayah Korea adalah bangsa dengan sejarah yang panjang. Terletak di wilayah semenanjung Asia Timur, ke dua negara itu jika disatukan memiliki luas 219.629 semenanjung Asia Timur, ke dua negara itu jika disatukan memiliki luas 219.629 kilometer persegi termasuk 3.500 pulau kecil di lepas pantai.

kilometer persegi termasuk 3.500 pulau kecil di lepas pantai.11 Sejarah Sejarah perang perang koreakorea

diawali ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Korea terbelah, utara diduduki Uni diawali ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II. Korea terbelah, utara diduduki Uni Sovyet dan selatan dikuasai Amerika Serikat. Batas negara ditetapkan garis lintang Sovyet dan selatan dikuasai Amerika Serikat. Batas negara ditetapkan garis lintang 38°LU. Kedua negara itu meninggalkan daerah pendudukannya setelah keduanya 38°LU. Kedua negara itu meninggalkan daerah pendudukannya setelah keduanya merdeka. Korea Utara merdeka 1 Mei 1948 dan Korea Selatan 15 Agustus 1948. Tapi merdeka. Korea Utara merdeka 1 Mei 1948 dan Korea Selatan 15 Agustus 1948. Tapi perjalanan kedua negara bersaudara itu tidak lepas dari berbagai kepentingan negara perjalanan kedua negara bersaudara itu tidak lepas dari berbagai kepentingan negara lain, sampai akhirnya terjadi perang besar yang melibatkan Amerika Serikat, Uni Sovyet, lain, sampai akhirnya terjadi perang besar yang melibatkan Amerika Serikat, Uni Sovyet, PBB, China dan negara lain.

PBB, China dan negara lain.22 Amerika yang Amerika yang menduduki Korea bagian menduduki Korea bagian selatan inginselatan ingin

mempertahankan keberadannya di Korea dari serbuan Korea Utara yang didukung oleh mempertahankan keberadannya di Korea dari serbuan Korea Utara yang didukung oleh Uni Sovyet dan Cina serta ingin membendung faham komunis yang ada di Korea Utara Uni Sovyet dan Cina serta ingin membendung faham komunis yang ada di Korea Utara agar tidak

agar tidak menyebar ke menyebar ke Korea Selatan yKorea Selatan yang dibawah ang dibawah kendalinya. Sementara itu Koreakendalinya. Sementara itu Korea Utara ingin menyatukan Korea menjadi satu negara Komunis yang didukung oleh Uni Utara ingin menyatukan Korea menjadi satu negara Komunis yang didukung oleh Uni Sovyet dan Cina sebagai negara utama yang berfaham Komunis, dimana hal ini Sovyet dan Cina sebagai negara utama yang berfaham Komunis, dimana hal ini bertentangan dengan dunia internasional terutama PBB. Perang Ini terjadi pada tahun bertentangan dengan dunia internasional terutama PBB. Perang Ini terjadi pada tahun 1950 yang dikenal dengan Perang Korea. Pengusiran tentara Korea utara ini diawali 1950 yang dikenal dengan Perang Korea. Pengusiran tentara Korea utara ini diawali dengan operasi Amfibi di Incheon pada 15 September 1950.

dengan operasi Amfibi di Incheon pada 15 September 1950. b.

b. Kronologis. Kronologis. peristiwa peristiwa operasi operasi pendaratan pendaratan Amfibi Amfibi di di Inchon Inchon semenanjung semenanjung Korea Korea padapada September 1950 adalah sebagai berikut :

September 1950 adalah sebagai berikut : 33

1)

1) Pra Pra Kejadian.Kejadian. (a)

(a) Pada tanggal Pada tanggal 25 Juni 25 Juni 1950 pasukan 1950 pasukan Korea utara Korea utara dengan kekuatandengan kekuatan 90.000 prajurit dari 7 divisi infanteri NPKA dalam lindungan tembakan mortir 90.000 prajurit dari 7 divisi infanteri NPKA dalam lindungan tembakan mortir memasuki perbatasan Korea selatan pada garis perbatasan (lintang 38°LU) memasuki perbatasan Korea selatan pada garis perbatasan (lintang 38°LU)

1

1https://rappler.idntimes.com/christian-simbolon/di-balik-unifikasi-dua-korea-jalan-panjang-menuju-panmunjeom-

https://rappler.idntimes.com/christian-simbolon/di-balik-unifikasi-dua-korea-jalan-panjang-menuju-panmunjeom-1/full, diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 17.00 WIB. 1/full, diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 17.00 WIB.

2

2 https://dunia.tempo.co/read/372526/khttps://dunia.tempo.co/read/372526/k im-jong-il-dan-sejarah-kim-jong-il-dan-sejarah-k orea-utara, orea-utara, diakses paddiakses pada tanggal a tanggal 28 Juli 28 Juli PukulPukul

17.30 WIB. 17.30 WIB.

3

(2)

sepanjang 40 km. Kekuatan NKPA juga didukung lebih dari 150 Tank T34/85, 1.700 unit Howitzer 122 mm dan meriam Artileri Medan 76mm. Selain itu juga adanya dukungan dari Uni Sovyet lebih dari 200 unit pesawat serbu. Dari penyerbuan ini, akhirnya pada 4 Agustus 1950 NKPA berhasil menembus perimeter Pusan.

(b) Berdasarkan kondisi tersebut, setelah gagal dalam upaya diplomasi maka PBB memutuskan untuk melaksanakan operasi militer untuk memaksa pengunduran kekuatan militer Korea utara menuju lintang 38°LU sebagai garis demarkasi. PBB memutuskan untuk meminta bantuan Amerika Serikat dan beberapa negara lain yang dilibatkan. Ide operasi amfibi ini dicetuskan oleh Jendral McArthur setelah meninjau mandala pertempuran pada 29 Juni 1950. Operasi pendaratan Amfibi dengan sandi “Operation Chromite “dilakukan pada tanggal 15 September 1950 di Incheon, jauh di belakang kekuatan militer Korea utara yang telah menuju ke selatan.

G ambar 1 : Kronologis penyerbuan tentara Korea Utara4

(3)

2) Kejadian. Pelaksanaan pendaratan diatur dalam urutan sebagai berikut :

(a) Pada jam 6.30 Pasukan Korps ke-X Mendarat di Green Beach/Pantai Hijau. Pasukan ini terdiri dari Batalion 3 Satuan Marinir ke-5 dan 9 tank M26 Pershing dari Batalion 1 tank. Setelah berhasil menyerang titik-titik serbuan selanjutnya menunggu pasang naik sampai dengan jam 7.50 untuk pendaratan kesatuan lainnya/Ratmin.

(b) Pada jam 17.32 kesatuan Resimen Marinir ke-1 mendarat di pantai Biru/Blue Beach. Pendaratan di pantai ini didahului dengan BTK untuk membungkam meriam pantai NKPA yang berhasil menenggelamkan satu LST. (c) Pada jam 17.33 kesatuan Resimen Marinir ke-5 mendarat di pantai Merah/Red Beach. Kesatuan ini adalah Tim 5 Resimen Tempur/Combat Regimental Team 5 yang mendarat menggunakan tangga.

(d) Setelah seluruh daerah serbuan berhasil dikuasai maka dilanjutkan dengan pendaratan administrasi untuk mendaratkan supply logistik yang terdiri dari tim UDTs serta zeni konstruksi USMC dengan sebuah dock ponton di pantai Hijau/Green Beach dan melaksanakan pembersihan pantai ( beach clearence).

(4)

G ambar 2 : Kronologis pendaratan Amfibi di Inchon 5 3) Pasca Kejadian.

Pada Tanggal 28 September, Seoul secara resmi berhasil dikuasai oleh pasukan sekutu dan pada tanggal 29 September Mac Arthur menyerahkan kembali pemerintahan kepada pemimpin Korea Selatan yaitu Syngman Rhee, maka secara resmi Operasi Chromite dinyatakan berakhir dengan korban sebanyak 566 personel pasukan PBB tewas dan 2.713 orang lainnya terluka, sementara dari pihak NKPA sebanyak 35.000 personel tewas, terluka, atau tertangkap. 6

G ambar-3 : Situasi Pantai Incheon setelah Operasi Amfibi.

3. Analisis

a. Tujuan Operasi.

Tujuan Operasi Chromite adalah merebut Incheon dan menciptakan tumpuan panta i (beachhead ), menduduki lapangan udara Kimpo, melintasi sungai Han dan merebut Seoul, serta menduduki posisi-posisi penghalang ke arah utara, timur dan arah timur Seoul. Dampak dan hasil Keberhasilan pendaratan Incheon ini membuat jalan pasukan

5  Ibid.

6 https://internasional.kompas.com/read/2014/09/19/16193321/Pertempuran Incheon Sebuah Mahakarya

Strategi Perang. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 23.00 WIB.

(5)

PBB untuk merebut Seoul terbuka lebar. Pada 25 September 1950, pasukan PBB berhasil merebut Seoul setelah melewati perang dari rumah ke rumah yang sangat brutal. Selain itu, keberhasilan pendaratan Incheon memicu keberhasilan pasukan angkatan darat AS ke-8 menerobos Pusan Perimeter dan memaksa NKPA melakukan gerak mundur yang panjang ke utara.

b. Pelaksanaan Operasi. 1) Penerimaan Direktif.

Pada tanggal 7 Juli 1950 McArthur menerima Direktif dari Presiden Truman dan resmi diangkat sebagai “Supreme Commander Allied Forces”   (Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam. Operasi yang dilaksanakan Mc Arthur dalam rangka membantu Korea Selatan selanjutnya disebut dengan nama sandi “Operation Chromite’’ .

2) Perencanaan.

Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Staf Gabungan, maka Jenderal Mac Arthur segera membuat perencanaan Operasi Amfibi bersama Mayjend OP.Smith di Tokyo. Dalam perencaan ini mereka merancang rincian pendaratan (Green Beach, red Beach, dan Blue Beach) dan penggunaan kekuatan kapa-kapal penyerang, kapal eskorta berkecepatan tinggi dan LSD (Landing Ship Dock ). Diputuskan juga tugas marinir adalah ; Merebut Inchon dan menciptakan suatu pertahan pantai ; Menduduki lapangan udara Kimpo ; Melintasi Sungai Han dan merebut Seoul ;Serta menduduki posis-posisi penghalang ke arah timur ibu kota.

a) Perencanaan Intelijen. Perencanaan intelijen ini diselenggarakan dengan mengirimkan tim intelijen militer dan CIA ke daerah sasaran dengan cara penyusupan dipimpin oleh Letnan Eugene Clark.

b) Rencana dukungan logistik. Dukungan penyelenggaraan operasi telah diberangkatkan sejak awal oleh tim aju yang mempersiapkan logistik untuk kepentingan operasi yang dipimpin oleh Mayor Jenderal John H Church. 3) Embarkasi.

Tahap embarkasi dimulai pada tanggal 3 September dimana pasukan Divisi Marinir I dari pantai barat Jepang mulai masuk ke kapal-kapal pendarat, yang selanjutnya bertugas melancarkan serangan kedua pada malam hari. Selama proses embarkasi mengalami kesulitan akibat cuaca yang buruk dengan terjadinya

(6)

topan Jane serta perlunya memindahkan setiap pasukan marinir yang usianya dibawah 18 tahun (kira-kira berjumlah 500 orang) ke status non-combatant, sesuai dengan keputusan US Navy pada saat-saat terakhir. Titik-titik embarkasih yang di tentukan adalah sebagai berikut :

a) Pusan (untuk embarkasi pasukan Korea Selatan) b) Sasebo

c) Kobe

d) Yokohama

G ambar 3 : Peta Titik-titik Embarkasi Pasukan dan Rute GMS8

Pelaksanaan Embarkasi Embarkasi dilaksanakan tanggal 3 Agustus 1950 oleh Divisi Marinir ke-1 dan bergabung dengan Corps X USMC untuk mendarat di Pusan. Kemudian tanggal 9-11 September berurutan Divisi ke-7 melaksanakan embarkasi dari Yokohama menuju ke Inchon dan Resimen ke-7 serta Resimen ke-1 melaksanakan embarkasi dari Kobe Jepang ke Inchon. Kekuatan laut yang digunakan sebanyak 261 kapal perang dari 17 negara.

4) Latihan umum.

Pendeknya waktu antara persiapan dan pelaks latihan umum tidak dilaksanakan.

(7)

5) Gerakan menuju Sasaran.

Pada tahap gerakan menuju sasaran rute yang digunakan adalah disesuaikan dengan daerah serbuan amfibi di barat semenanjung yaitu Samudera Pasifik-laut China Timur-Laut Kuning untuk yang titik embarkasi dari Yokohama dan Kobe. Sedang untuk Pusan dan Sasebo adalah Selat Tsushima-Laut China Timur-Laut Kuning. Pada tahap ini ditetapkan 2 titik RV yaitu titik IOWA dan ARKANSAS. Pada tahap ini pula dilaksanakan penggugus tugasan kedalam 7 gugus tugas oleh karena  jumlah kapal terlibat yang cukup besar yaitu lebih dari 230 kapal berbagai jenis.9

a) Task Force/TF 90: Attack Force/Kekuatan penyerang yang terdiri dari kapal-kapal eskort, dibawah pimpinan Rear Adm. James H. Doyle dari USN. b) TF 92: X Corps, dibawah pimpinan Maj. Gen. Edward M. Almond dari USMC, adalah pasukan pendarat.

c) TF 99: Patrol & Reconnaissance Force/Kekuatan Patroli dan pengintaian, dibawah pimpinan Rear Adm. G. R. Henderson, kekuatan ini terdiri dari kapal-kapal patroli.

d) TF 91: Blockade & Covering Force/Blokade dan kekuatan lindung, dibawah pimpinan Rear Adm. W. G. Andrews dari Inggris, melibatkan kekuatan kapal-kapal Inggris dengan jenis kapal-kapal destroyer.

e) TF 77: Fast Carrier Force/kapal induk, dibawah pimpinan Rear Adm. E. C. Ewen dari USN, dengan kekuatan kapal induk.

f) TF 79: Logistic Support Force, dibawah pimpinan Capt. B. L. Austin dari USN, dengan kekuatan kapal-kapal Bantu.

g) TF 70.1: Flagship Group/kapal komando, dibawah pimpinan Capt. E. L. Woodyard dari USN, dengan kekuatan kapal komando yang memiliki fasilitas kodal.

6) Serbuan Amfibi.

Tahap ini diawali beberapa kegiatan yang merupakan awal tahap serbuan atau disebut dengan pra serbuan. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

(8)

a) Serangan udara, tujuannya adalah untuk melakukan isolasi area pendaratan. Kegiatan ini dilaksanakan H-10 (mulai 4 September) sampai dengan pelaksanaan serbuan.

b) Serangan bom napalm oleh Marine air elemen.

c) Pelaksanaan BTK untuk menetralisir meriam-meriam pantai, pelaksanaan dilakukan oleh unsur-unsur BTK yang terdiri dari 2 unsur heavy cruisers  Amerika, 2 unsur light cruisers Inggris dan 6 destroyer Amerika.

d) Menetralisir bahaya ranjau pantai di selat ikan terbang dengan menugaskan unsur penyapu ranjau pada H-2.

e) Pada jam J-1 BTK tetap dilaksanakan dan ditambah dengan serangan udara. Selanjutnya papal-kapal destroyer menunggu lebih kurang 1 jam kemudian bergerak dekat untuk lego jangkar di Wolmi-do setelah diyakinkan bahwa tidak ada tembakan balasan dari pantai ata u meriam pantai telah dapat dinetralisir.

f) Tahap berikutnya adalah serbuan, setelah diagram serbuan terbentuk. Pada tahap ini Korps ke-X pasukan pendarat mendarat di Inchon dengan kekuatan mendekati 70,000 personel, diikuti dengan pendaratan Advance  Attack Group termasuk unsur artileri/bantuan tembakan dan BTP yang mulai bergerak mendekat ke Inchon pada jam 2.00. Pasukan pendarat yang pertama menyentuh pantai hampir sama sekali tidak mendapatkan perlawanan. Selanjutnya diikuti gelombang yang disertai dengan kapal-kapal LSV's pembawa tank. Gelombang ketiga membawa dozer blades untuk menhancurkan pagar kawat berduri barbed wire, menutup parit-parit dan gorong-gorong.

7) Pengakhiran Operasi Amfibi.

Tahap pengakhiran pada operasi pendaratan di Inchon ini dinyatakan setelah tumpuan pantai berhasil dikuasai dan dilanjutkan dengan operasi darat lanjutan. Hal ini dinyatakan setelah pada sore tanggal 16 September, Jenderal Smith mendirikan pos komando di timur Ichon dan dari sini pada jam 18.00 Laksamana Doyle menyerahkan tanggung jawab untuk operasi darat lanjutan. Komando dan Pengendalian, pelaksanaan kodal selama operasi amfibi adalah dilakukan dari kapal Flagship Group/kapal komando, dibawah pimpinan Capt. E. L. Woodyard dari USN, dimana memiliki fasilitas kodal yang lengkap.

(9)

c. Hal – hal yang tidak dapat dilaksanakan. Operasi ini berjalan sukses , tidak ada kegagalan pelaksanaan dari hal yang telah di rencanakan. Ada berapa kesulitan yang harus di hadapi dalam pelaksanaan operasi yaitu :

1) Pasukan terdiri dari berbagai negara memerlukan kepemimpinan dan pengendalian yang rumit di lapangan.

2) Operasi yang digunakan adalah pendaratan amfibi yang mensinergikan berbagai kekuatan matra sehingga memerlukan kesiapan dan disiplin yang tinggi.

3) Daerah sasaran jauh dari pangkalan sehingga membutuhkan dukungan logistik yang banyak.

d. Tinjauan berdasarkan azaz dan prinsip Operasi Amfibi. Dalam penggelaran Operasi  Amfibi, dikenal adanya azas-azas dan Prinsip yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan pertimbangan. Analis Operasi pendaratan Amfibi yang dilakukan di Incheon ditinjau berdasarkan azaz dan Prinsip dijelaskan sebagai berikut :

1) Tinjauan bedasarkan Azaz-azaz Operasi Amfibi:10

a) Satu kesatuan Doktrin, pihak yang terlibat dalam Operasi Amfibi harus mempunyai satu kesatuan pandang dalam menggunakan doktrin mana yang akan dipakai. Dalam operasi Chromite ini , pasukan sekutu menggunakan doktrin Operasi Amfibi untuk melaksanakan serangan.

b) Keterpaduan, organisasi tugas yang dibentuk harus bisa saling mendukung satu dengan lainnya. Dalam operasi Chromite ini, organisasi tugas yang terdiri dari satgas laut US Navy, pasukan pendarat USMC dan pasukan Infanteri US Army dapat melaksanakan keterpaduan sehingga operasi berjalan sukses.

c) Memegang teguh tujuan, bahwa apa yang sudah ditetapkan dalam perencanaan harus dilaksanakan dengan konsekuen. Hal ini terbukti dengan pemilihan tempat pendaratan yang awalnya banyak ditentang oleh pejabat militer AS, namun karena Jend Mc Artur berhasil meyakinkan dan seluruh yang terlibat memegang teguh tujuan maka operasi dapat dilaksanakan dengan sukses.

(10)

d) Kesatuan komando, bahwa semua perintah yang dikeluarkan harus berasal dari satu komando yang jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi unsur di bawahnya. Jenderal McArthur dengan seni kepemimpinannya melaksanakan operasi Chromite dengan kekuatan Darat, Laut dan Udara dari beberapa negara, namun mampu menyelenggarakan dengan baik dan sempurna.

e) Kesederhanaan, bahwa perencanaan yang dibuat haruslah sesederhana mungkin dan dapat diaplikasikan di lapangan. Perencanaan yang terpenting adalah dalam menyusun organisasi tugas. Dalam operasi ini McArthur menyusun satuan tugasnya dalam bentuk Gugus Tugas ke-7. Selanjutnya disusun dalam suatu komando bawah yang langsung dikendalikan oleh McArthur. Tiap-tiap komando bawahan dipimpin satu perwira yang memiliki hubungan komando langsung kepada panglima tertinggi operasi Chromite. f) Tidak mengenal menyerah, didalam melaksanakan operasi amfibi dibutuhkan semangat juang yang tinggi untuk memenangkan pertempuran sampai tugas pokok tercapai. Dengan semangat yang tinggi, meskipun pasukan bertahan di pantai sudah siap menghadang, operasi amfibi dapat terlaksana.

g) Pemusatan kekuatan, terdapat suatu bentuk konsentrasi kekuatan dari laut yang akan diproyeksikan ke darat.

2) Tinjauan bedasarkan prinsip-prinsip Operasi Amfibi :11

1) Penggugustugasan, dalam rangka melaksanakan operasi amfibi harus dibentuk gugus tugas yang bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang menyangkut proses operasi itu sendiri. Dalam operasi ini, dilaksanakan penggugus tugasan kedalam 7 gugus tugas dengan kapal terlibat yang cukup besar yaitu lebih dari 230 kapal berbagai jenis.

2) Penggunaan kekuatan secara ekonomis, kekuatan yang digunakan dalam pelaksanaan operasi amfibi harus dirancang seefektif dan seefisien mungkin, namun dalam operasi ini kekuatan yang di kerahkan adalah kekuatan sekutu yang besar.

3) Rantai komando yang sejajar, dalam proses perencanaan, kedudukan antara Pangkogasfib dan Pangkogasgabrat adalah sejajar.

(11)

4. Hal Positif dan Negatif

a. Hal Positif, pada penyelenggaraan operasi amfibi di pantai Inchon terdapat kelebihan sebagai berikut:

1) Kemampuan dan kejelian Jenderal McArthur dalam mengambil keputusan untuk menentukan tempat pantai pendaratan di Inchon yang didasari pertimbangan bahwa akan dapat memukul lawan dari belakang yang terkonsentrasi menyerang perimeter Pusan.

2) Prinsip dan azas-azas operasi amfibi yang dipegang secara teguh sehingga memupus segala keraguan baik staf bawahan maupun para pimpinan.

3) Waktu perencanaan yang cukup (lebih kurang 2 bulan) sejak mulai adanya gagasan tanggal 29 Juni 1950 sampai dengan pelaksanaan operasi (hari H tanggal 15 September 1950).

4) Adanya dukungan internasional melalui PBB sehingga memiliki kekuatan diplomasi. Selain itu hal ini akan mendapat dukungan yang sangat besar dari negara-negara lain.

5) Penugasan unsur pasrat yang memiliki keahlian dan pengalaman (kesatuan korps ke-X USMC) dari perang dunia ke-II.

b. Hal Negatif, pada penyelenggaraan operasi amfibi di pantai Inchon terdapat kekurangan sebagai berikut:

1) Adanya demobilisasi pasca perang dunia ke-II, sehingga saat persiapan operasi dibutuhkan waktu untuk dapat mengumpulkan kembali para prajurit yang telah kembali ke masyarakat dan memobilisasi untuk ikut dalam operasi.

2) Birokrasi eksekutif dan legislatif yang cukup memakan waktu sesuai dengan peraturan ketata negaran untuk tujuan pengerahan kekuatan militer. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode diplomasi guna meyakinkan kepentingan untuk dilaksanakannya operasi amfibi guna membantu pasukan Korea selatan yang tidak cukup kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan kekuatan militer Korea uatara yang mendapat pelatihan intensif dari Uni Sovyet dan China serta merupakan para veteran perang dunia ke-II.

(12)

5. Manfaat yang dapat diambil a. Edukatif.

1) Keahlian dan ketrampilan serta pengalaman seorang komandan/manajer yang memimpin pelaksanaan kegiatan mulai dari tahap perencanaan sampai pengakhiran sangat dibutuhkan. Hal ini hanya dapat terbentuk dari pendidikan, pelatihan dan penugasan.

2) Ketrampilan profesi dalam pelaksanaan operasi amfibi masih sangat relevan untuk menjadi materi kurikulum pendidikan di lingkungan TNI AL. Namun pada pelaksanaannya harus selalu dilakukan penelitian dan pengkajian melalui analisa atau studi kasus yang harus dilaksanakan oleh lembaga pendidikan TNI AL dengan memasukan unsur perkembangan Ilpengtek yang aplikatif bagi pelaksanaan operasi amfibi di Indonesia.

3) Pemahaman mendasar secara keilmuan tentang operasi amfibi setidaknya harus dikaji tidak dalam segi kualitatif namun juga kuantitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan civitas akademika perguruan tinggi bidang riset operasi, ilmu intelijen, sosial politik, hukum dan ekonomi guna dapat terlibat dalam pengkajian edukatif keilmuan operasi amfibi khususnya dan operasi militer lainnya.

b. Instruktif.

1) Perlunya dukungan internasional memberikan makna pengajaran bahwa TNI  AL harus mampu melaksanakan fungsi diplomasi untuk membantu tugas

pemerintah dalam menjaga hubungan dengan negara lain.

2) Pengajaran strategi, taktik, doktrin dan azas-azas operasi amfibi adalah materi mendasar yang harus senantiasa melekat sebagai ketrampilan prajurit TNI AL. Hal ini tidak hanya dapat dilakukan dalam jalur formil pendidikan tapi juga jalur non formil dengan pelatihan di Kolat kotama operasi.

c. Inspiratif.

1) Indonesia perlu memiliki sistem dan metode mobilisasi kekuatan militer yang komprehensif melibatkan berbagai instansi untuk pelaksanaan pendataan dan administrasi, dukungan logistik, pelatihan sehingga bila sewaktu-waktu dibutuhkan akan dapat tersedia untuk kepentingan pertahanan negara.

(13)

2) Sosialisasi kepada personel birokrat baik di lembaga eksekutif dan legislatif harus intensif dilaksanakan untuk mendapatkan pemahaman yang sama terhadap pelaksanaan operasi militer baik untuk perang maupun selain perang. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan pemahaman yang menyebabkan terjadinya proses negasi/saling meniadakan, saling menyelahkan dan tidak sinergis mengingat operasi militer adalah operasi yang kompleks dan tidak dapat berdiri sendiri.

6. Penutup.

a. Kesimpulan.

1) Operasi amfibi di Inchon terjadi sebagai bagian dari perang Korea yang melibatkan sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat menghadapi Korea Utara dimana terlihat bagaimana pihak sekutu menerapkan teori operasi amfibi yang meliputi tujuan operasi, kesatuan yang digunakan dan pentahapan operasi dalam meraih tujuan dari operasi tersebut.

2) Operasi pendaratan amfibi di Incheon sangat riskan untuk dilaksanakan, karena kondisi geografi didaerah operasi tersebut sangat tidak lazim digunakan untuk melaksanakan pendaratan amfibi, dimana tempat tersebut rawan terhadap bahaya navigasi yaitu alur yang sempit dan dangkal, pasang surut yang cepat kemudian kondisi pantai berkarang dan terjal serta kondisi laut yang bergelombang karena badai taifun yang sering terjadi di Laut Kuning. Namun kondisi seperti ini  justru tidak pernah diperhitungkan oleh musuh sehingga dapat memberikan dampak

pendadakan.

3) Dihadapkan dengan segala faktor-faktor penghalang, Operasi amfibi akan mencapai kesuksesan jika langkah-langkah operasi amfibi dilaksanakan dengan baik mulai perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran.

b. Saran.

1) TNI AL diharapkan mampu mengembangkan taktik dan seni operasi amfibi, oleh sebab itu Marinir sebagai pasukan pendarat TNI AL perlu melaksanakan latihan secara periodik dan berlanjut dengan lokasi dan daerah pendaratan yang

(14)

berbeda sehingga pasukan dapat memperoleh pengalaman dan ilmu yang bermanfaat bila sewaktu-waktu dilaksanakan operasi amfibi yang sesungguhnya. 2) TNI AL perlu melakukan evaluasi dan inventarisir peralatan dan persenjataan termasuk di dalamnya kendaraan tempur apakah masih sesuai untuk mendukung pelaksanaan operasi pendaratan amfibi.

3) TNI AL harus selalu mengkaji doktrin operasi amfibi yang ada dengan beberapa penyesuaian dihadapkan dengan faktor geografis Indonesia serta mengikutu perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi.

7. Alur Pikir. ( Lampiran A )

8. Daftar Referensi. ( Lampiran B )

Jakarta, Agustus 2018 Perwira Siswa,

Rudi Sutisna

(15)

DAFTAR PUSTAKA

A. DAFTAR BUKU

 Akhmad Iqbal.(2010).Perang-Perang Paling Berpengaruh di Dunia. Edisi Pertama. Jogjakarta : Jogja Bangkit Publisher.

 Appleman, Roy E.(1992). South To The Naktong, North To The Yalu. Washington, D. C. Ballard, John.R.(2001). Operation Chromite ; Counterattack at Incheon. Joint Force Quarterly Journal.

Fransminggi Kamasa.(2016). Perang Korea. Jogjakarta; Narasi.Publisher. Seskoal.(2013).Paket Instruksi Opsgab TNI Tentang Operasi Amfibi.

B. DAFTAR WEBSITE

https://rappler.idntimes.com/christian-simbolon/di-balik-unifikasi-dua-korea-jalan-panjang-menuju-panmunjeom-1/full, diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 17.00 WIB.

https://dunia.tempo.co/read/372526/kim-jong-il-dan-sejarah-korea-utara, diakses pada tanggal 28 Juli Pukul 17.30 WIB.

http://www.koreanwaronline.com/arms/pusan.htm. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 19.00 WIB.

https://internasional.kompas.com/read/2014/09/19/16193321/Pertempuran Incheon Sebuah Mahakarya Strategi Perang. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Pukul 23.00 WIB. https://weaponsandwarfare.com/2015/10/05/inchon-landings/ diakses pada 29 Juli 2018

Pukul 00.30 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini didukung dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru kelas VII SMP Negeri 1 Pogalan yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi pola

Dari beberapa definisi akuntansi pertanggungjawaban diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem pengumpulan data dan pelaporan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Bappeda Tahun Anggaran 2020 disusun dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

pengertian konstitusi dalam arti luas menurut Wheare adalah suatu sistem pemerintahan negara dan himpunan norma yang mendasari dan mengatur suatu pemerintahan;

Dengan rumus Euclidean Distance, dapat diinterpretasikan apabila jarak penyedia jasa operator seluler prabayar GSM yang dimaksud semakin dekat dengan titik atribut

Yang terakhir adalah yang kelima yaitu penyerahan atau delivery mobil setelah ken- daraan selesai diperbaiki dengan melakukan scanning ID barcode yang pertama kali diperoleh

Pendaratan merupakan tahap terpenting, karena pada saat pendaratan semua gerakan harus dikoordinasikan agar mencapai hasil yang maksimal. Gerakan yang harus dikoordinasikan

Tesis ini berjudul: “Pengembangan Modul Pemasaran Berbasis eCommerce pada UMKM Kerajinan Kayu untuk Meningkatkan Pemahaman Pemasaran Pengrajin Era Masyarakat Ekonomi