BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
Universitas Gadjah Mada
Editor
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T.W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
Seminar Nasional ke-2
Pengelolaan Pesisir
dan Daerah Aliran Sungai
PROSIDING
Ikatan Geograf Indonesia MPPDAS Fakultas Geografi UGM Badan Informasi GeospasialDiselenggarakan oleh
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KE-2
Pengelolaan P
esisir dan Daerah Aliran Sungai
i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR
DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
Editor:
Djati Mardiatno
Dyah R. Hizbaron
Estuning T. W. Mei
Fiyya K. Shafarani
Faizal Rachman
Yanuar Sulistiyaningrum
Widiyana Riasasi
BADAN PENERBIT FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA, YOGYAKARTA
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGELOLAAN PESISIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI KE-2
ISBN: 978-979-8786-61-7
© 2016 Badan Penerbit Fakultas Geografi
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun
mekanis tanpa izin tertulis dari editor. Permohonan perbanyakan dan pencetakan
ulang dapat menghubungi Dyah R. Hizbaron, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah
Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 atau melalui email ke
semnas-mppdas@geo.ugm.ac.id
Hak kekayaan intelektual tiap makalah dalam prosiding ini merupakan milik para
penulis yang tercantum pada tiap makalahnya.
Tanggal terbit:
20 Juli 2016
Dipublikasikan oleh:
Badan Penerbit Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Jalan Kaliurang, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Telp:+62 274 649 2340, +62 274 589 595
Email: geografi@geo.ugm.ac.id
Website: www.geo.ugm.ac.id
Desain sampul:
iii
KATA PENGANTAR
Seminar Nasional Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai ke-2 dilaksanakan di Auditorium Merapi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tanggal 12 Mei 2016. Seminar ini diselenggarakan oleh Program Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) yang merupakan minat dari Program Studi S2 Geografi. Salah satu tujuan utama seminar ini adalah untuk mendiskusikan perkembangan dan tren penelitian pengelolaan di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Sebanyak 70 makalah yang telah direview dari tim editor ditampilkan dalam prosiding ini. Tema dari prosiding ini dibagi menjadi tiga, antara lain
1. Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai
2. Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
3. Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
Hasil dari seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kepadu-padanan pengelolaan pesisir dan DAS yang meliputi aspek fisik, lingkungan, regulasi, tata ruang, pemanfaatan ruang dan sumber daya. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat untuk acuan peneliti maupun praktisi pada bidang yang terkait.
Terima Kasih
Ketua Panitia Kegiatan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... iv
Pembicara Utama
PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 1
PERAN DAN FUNGSI EKOSISTEM BENTANGLAHAN KEPESISIRAN DALAM
PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 11 TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN PESISIR DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI ... 18 HOLOCENE SEA-LEVEL VARIABILITY IN INDONESIA ... 51
Tema 1: Ekosistem, tata ruang, dan manajemen bencana di kawasan pesisir dan daerah aliran sungai
PEMANFAATAN METODE GALDIT DALAM PENENTUAN KERENTANAN AIRTANAH TERHADAP INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR KOTA CILACAP ... 58 IDENTIFIKASI KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN PURWARUPA ARDUINO UNTUK MONITORING SAMPEL AIR OTOMATIS ... 68
PENDUGAAN KEBERADAAN AIRTANAH ASIN DI SEBAGIAN KABUPATEN
BANJARNEGARA, JAWA TENGAH ... 79 ANALISIS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DENGAN AIRTANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KAYANGAN KABUPATEN KULONPROGO ... 86 UJI AKURASI APLIKASI ELECTROMAGNETIC VERY LOW FREQUENCY (EM VLF) UNTUK ANALISIS POTENSI AIRTANAH DI PULAU SANGAT KECIL ... 96 KAJIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI BEBERAPA SUB DAS DENGAN FORMASI GEOLOGI PEGUNUNGAN SELATAN(Studi di Sub DAS Keduang, Temon, Wuryantoro, dan Alang) ... 106 RESPON HIDROLOGI SEBAGAI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI KAWASAN DANAU KASKADE MAHAKAM... 117 EMBUNG SEBAGAI SARANA PENYEDIAAN AIR BAKU DI PESISIR TARAKAN TIMUR .... 129 ANALISIS SPASIAL DAN TEMPORAL B-VALUE SEBAGAI IDENTIFIKASI POTENSI GEMPABUMI TSUNAMI DI PULAU JAWA ... 140 ANCAMAN BAHAYA PENGUATAN REFRAKSI GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT JEBAKAN STRUKTUR GEOMETRI TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK DESA RAWA MAKMUR KOTA BENGKULU ... 148 BAHAYA PENGUATAN GELOMBANG TSUNAMI AKIBAT CEKUNGAN TELUK SUNGAI SERUT UNTUK MITIGASI PENDUDUK KELURAHAN PASAR BENGKULU DAN PONDOK BESI, KOTA BENGKULU ... 159 FENOMENA BANJIR BANDANG DAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH ... 167 KONSEP TATA RUANG UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN PARIWISATA TERPADU DI WILAYAH PESISIR PULAU BANGGAI, PROVINSI SULAWESI TENGAH ... 177 ANALISIS MULTI KRITERIA UNTUK ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN MALANG BAGIAN SELATAN ... 187
ZONASI EKOSISTEM ZONA NERITIK UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN
v
EFEKTIVITAS CEMARA LAUT DALAM RANGKA PENCEGAHAN EROSI ANGIN DI PANTAI KEBUMEN ... 204 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI DI RESERVAT BATU BUMBUN DAS MAHAKAM ... 212 INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN DAS BERKELANJUTAN (Studi Kasus Daya Dukung Lingkungan Pemanfaatan Alur Sungai Kedang Kepala untuk Transportasi Tongkang Batubara) ... 223 ANALISIS KETERKAITAN EKOSISTEM DI SUNGAI CODE PENGGAL JETISHARJO, YOGYAKARTA ... 233 PERAMALAN LUAS HUTAN PENUTUP LAHAN PADA KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI INDONESIA TAHUN 2015 ... 242 INVESTASI DAERAH DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA TSUNAMI UNTUK KETANGGUHAN (Tingkat Kesiapan Pembangunan Sosial di Wilayah Pesisir Kulonprogo) ... 251 PEMETAAN GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BLUKAR, JAWA TENGAH ... 263 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG BERBASIS UPAYA PENCEGAHAN BENCANA KEKERINGAN DI KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BINANGA LUMBUA KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 270
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KEPULAUAN TANAH KEKE KECAMATAN
MAPAKASUNGGU KABUPATEN TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 280 PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK PENENTUAN LOKASI PERMUKIMAN DI KECAMATAN PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN ... 290 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LIMPASAN DI SUB DAS NGALE ... 299 ANALISIS POLA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN DAS MENTAYA, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ... 309 MONITORING PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO TAHUN 2012-2014 DENGAN PEMANFAATAN DATA LiDAR DAN UAV ... 323 KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH TANGGA PINGGIR SUNGAI/PARIT DI KECAMATAN TEMBILAHAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR ... 330
Tema 2: Teknologi geospasial dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
VARIASI BULANAN DAERAH PREDIKSI PENANGKAPAN IKAN DI WILAYAH
PENGELOLAAN PERIKANAN RI 711 ... 338 STRATEGI PEMETAAN DAERAH PASANG SURUT DENGAN CITRA SATELIT YANG DIREKAM PADA PASUT EKSTRIM ... 347 ANALISIS LINGKUNGAN GIANT SEA WALL DI TELUK JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN SPASIAL ... 355
KAJIAN ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN
KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG DENGAN PEMODELAN HEC GEORAS ... 367 PEMANFAATAN TEKNOLOGI SINGLEBEAM ECHOSOUNDER (SBES) DAN SIDE SCAN SONAR (SSS) UNTUK PEMETAAN KEDALAMAN PERAIRAN ... 380 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KAWASAN SAGARA ANAKAN, KABUPATEN CILACAP BERDASARKAN PENDEKATAN ANALISIS LANDSKAP ... 386
vi
PENGELOLAAN KAWASAN KARST MELALUI PENDEKATAN KARAKTER BIOFISIK (Studi di Sub DAS Alang Kabupaten Wonogiri) ... 397
ANALISIS KEMAMPUANLAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PENTUNG,
KECAMATANPATUK, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 408 MITIGASI BENCANA GERAKAN TANAH PADA DAS SERAYU HULU, BANJARNEGARA . 421 PENYUSUNAN BASIS DATA PETA DESA UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN WILAYAH KEPESISIRAN: STUDI KASUS DESA PARANGTRITIS KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL ... 433 ATURAN TOPOLOGI UNTUK UNSUR PERAIRAN DALAM SKEMA BASIS DATA SPASIAL RUPABUMI INDONESIA ... 444 DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAN PANTAI DI WILAYAH PESISIR PAMEUNGPEUK GARUT ... 454
Tema 3: Sosial, politik, ekonomi, budaya, kependudukan, pendidikan dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai
KAJIAN KESESUAIAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA YOGYAKARTA
TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (Kasus di Bantaran Sungai Code) 464
URGENSI KONSERVASI PASIR VULKAN DI PESISIR SELATAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ... 476
LUBUK LARANGAN UJUNG TANJUNG DESA GUGUK: UPAYA PELESTARIAN
LINGKUNGAN DAN SUMBERDAYA PERIKANAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TIPE
TRANSPORTING SYSTEM ... 487
KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT ... 497 PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL DALAM PEMASANGAN TETENGER ZONA INTI SEBAGAI UPAYA RESTORASI GUMUK PASIR BARKHAN ... 507 KLASIFIKASI LIMBAH HASIL BUDIDAYA PEMANFAATAN LAHAN PESISIR DI DESA PATUTREJO PURWOREJO ... 519 KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PASIR BESI SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI SUMBER DAYA ALAM TERBARUKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENGELOLAAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO ... 528 WTP UNTUK KONSERVASI AIR DI KAWASAN RESAPAN SLEMAN, YOGYAKARTA ... 534 PEMANFAATAN DELTA BARITO SEBAGAI LAHAN PERTANIAN RAWA POTENSIAL DENGAN SISTEM BANJAR ... 547 ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR PULAU GILI KETAPANG DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT ... 557 PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA, MALUKU ... 564 OPTIMALISASI PELESTARIAN EKOWISATA MANGROVE BERBASIS LOCAL WISDOM DI BEDUL BANYUWANGI ... 582 PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANTAI DITINJAU DARI PENDEKATAN KELINGKUNGAN DI KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR ... 592 STRATEGI PENGHIDUPAN NELAYAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI PANTAI DEPOK ... 603 PERAN PARIWISATA UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WILAYAH KEPESISIRAN TANJUNGSARI DAN TEPUS, KABUPATEN GUNUNGKIDUL ... 610
vii
DAS SEBAGAI BASIS PENILAIAN MANFAAT LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG SUMBERDAYA HUTAN ... 618 ASPEK MORFOMETRI SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI STUDI KASUS DAS CITANDUY ... 629 PELUANG DAN TANTANGAN REVITALISASI DAS LIMBOTO, SEBUAH PENDEKATAN HASIL PROSES ... 638
KONFLIK SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN
DALAM MANAGEMENT DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU PROVINSI BANTEN ... 652 KONDISI PEMBANGUNAN DESA-DESA PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .... 661 KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PESISIR CANGGU, BALI ... 672 PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UTARA JAWA (Studi Kasus: Kota Semarang dan Kota Tegal) ... 689 EFEKTIFITAS TRANSPORTASI AIR ANTAR PULAU DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI ... 703 KEHARMONISAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR BERDASARKAN SUDUT PANDANG LINGKUNGAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI DESA PUTUTREJO, KECAMATAN GRABAG, KABUPATEN PURWOREJO ... 716 PENGELOLAAN PESISIR SELATAN SEBAGIAN KULON PROGO DAN PURWOREJO BERDASARKAN KONDISI BANGUNAN FISIK ... 725 STRATEGI PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERKELANJUTAN BERBASIS ANALISIS
SWOT PASKA KEGIATAN TAMBANG PASIR BESI KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH... 735 PELAJARAN BERHARGA DARI KEGIATAN TAMBANG PASIR PANTAI DI DESA SELOK AWAR-AWAR KECAMATAN PASIRIAN - LUMAJANG... 746 KAJIAN KOMPARATIF FAKTOR PENYEBAB PERKAWINAN ANAK DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN GROBOGAN (Analisis Survei Pernikahan Dini Tahun 2011) ... 756 KECENDERUNGAN AKSEPTOR MEMAKAI NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ... 765
290
PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR UNTUK
PENENTUAN LOKASI PERMUKIMAN DI KECAMATAN
PANDAWAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
Rosalina Kumalawati
a, Ellyn Normelani
b, Noerma Yuni Kartika
c, Dianita Anjarini
Kudiastuti
da Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP UNLAM, Email: rosalinaunlam@gmail.com b Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP UNLAM, Email: ellyne_melani@yahoo.co.id c Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP UNLAM, Email: noermartanto.blhd@gmail.com
d S2 Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, UGM, Email: deenssdata@gmail.com
ABSTRAK
Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi di musim penghujan. Banjir terjadi di negara berkembang dan negara maju yang frekuensinya selalu meningkat dari tahun ketahun. Dampak banjir juga semakin besar dirasakan oleh masyarakat dan sering memakan korban jiwa juga harta benda. Penelitian ini bertujuan memetakan daerah rawan bencana banjir untuk penentuan lokasi permukiman di Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap survei lapangan, serta tahap pengolahan dan analisis. Tahap survei lapangan dilakukan beberapa kegiatan, seperti wawancara terhadap penduduk. Tahap pengolahan dan analisis data mencakup analisis data primer dan sekunder. Analisis data multivariabel digunakan perangkat statistik, Arc View dan Arc GIS untuk pemetaa.
Sebagian besar Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di daerah rawan tinggi dan sedang (99,89%) dengan jumlah bangunan di rawan tinggi (1.333) dan rawan sedang (4.955). Lokasi paling aman untuk dibangun permukiman dapat di ketahui dari peta tingkat kerawanan yang sudah dihasilkan. Lokasi yang aman bagi pemukiman, seharusnya memanfaatkan lahan yang sesuai dengan kriteria pemukiman yang aman dan sesuai tata ruang. Apabila seluruh daerah rawan banjir maka daerah dengan kerawanan rendah dan tidak rawan yang sebaiknya dipilih untuk lokasi tempat pengungsian dan alokasi pemukiman.
Kata-kata kunci : rawan; banjir; lokasi permukiman
PENDAHULUAN
Bencana alam yang sering melanda sejumlah negara termasuk Indonesia dan
frekuensi semakin meningkat adalah banjir
(Okoye, C.B et al, 2015; Sakijege, 2013;
Indrianawati dkk, 2013; Tondobala L, 2011;
Daze, et. al. 2009; dan Nijland, 2005)
. Banjir
terjadi karena adanya genangan air yang berlebihan saat musim penghujan dan meluapnya air
sungai (Indrianawati dkk, 2013). Air sungai meluap karena di sebabkan oleh beberapa faktor
seperti pendangkalan dan penyempitan aliran. Pendangkalan dan penyempitan aliran sungai
banyak terjadi karena semakin banyaknya permukiman yang dibangun di sepanjang aliran
sungai. Pertumbuhan permukiman diikuti dengan pertumbuhan jumlah sampah. Masih banyak
masyarakat yang kesadarannya masih rendah dengan membuang sampah di aliran sungai, hal
tersebut semakin mempercepat proses pendangkalan dan penyempitan sungai.
291
Banjir akan semakin parah ketika banjir mengenai permukiman penduduk seperti
yang terjadi Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (lihat Gambar 1). Banjir
merupakan masalah bagi masyarakat karena menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda,
seperti munculnya wabah penyakit/gangguan kesehatan, kerusakan bangunan dan tempat
tinggal, kerusakan sarana prasarana infrastruktur, dan lain-lain (Rosyidie, 2013). Kejadian
banjir masih sulit dideteksi kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya
(Kumalawati, 2015).
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2016
Sistem penanggulangan banjir dengan melibatkan berbagai komponen sistem
diperlukan untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat banjir. Komponen sistem dapat
dimanfaatkan pada setiap tahapan penanggulangan bencana banjir adalah Sistem Informasi
Geografis (SIG) berbasis spasial. Aplikasi SIG untuk menanggulangi bencana banjir adalah
Pemetaan Daerah Rawan Bencana Banjir.
Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa penduduk yang tinggal di daerah
banjir mempunyai tingkat kerawanan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kerawanan penduduk terhadap bencana banjir dimasa depan perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pemetaan Daerah Rawan Bencana Banjir untuk Penentuan Lokasi
Permukiman di Kecamatan Padawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan”.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah menyusun dan menganalisis peta tingkat rawan
bencana banjir di Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan melakukan
penentuan lokasi permukiman di daerah rawan bencana banjir di Kecamatan Pandawan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
292
METODE
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap survei lapangan,
serta tahap pengolahan dan analisis. Tahap survei lapangan dilakukan beberapa kegiatan,
seperti wawancara terhadap penduduk. Tahap pengolahan dan analisis data mencakup
analisis data primer dan sekunder. Analisis data multivariabel digunakan perangkat statistik,
Arc View dan Arc GIS untuk pemetaan. Analisis data yang dilakukan adalah:
1.
Analisis Pemetaan Tingkat Kerawanan Bencana Banjir
Data yang digunakan untuk membangun pemetaan tingkat kerawanan bencana banjir
berdasarkan keempat faktor yang mempengaruhi kerawanan (Bacharudin dan Wirakusumah,
1998) adalah:
a.
Peta Tingkat Bahaya Banjir
Peta tingkat bahaya banjir mewakili pola dan distribusi terhadap elemen bahaya. Peta
tingkat bahaya banjir diperoleh dari Peta Buffer Sungai dan Peta Penggunaan Tanah.
Pengolahan selanjutnya adalah scoring dan pemberian bobot Peta Tingkat Bahaya Banjir
(lihat Tabel 1).
Tabel 1. Pembobotan Tingkat Bahaya Banjir
No. Tingkat Bahaya Banjir Bobot
1. Bahaya tinggi 4
2. Bahaya sedang 3
3. Bahaya rendah 2
4. Tidak Bahaya 1
Sumber : Hasil Pengolahan Peta Bahaya, 2016
b.
Peta Rumah
Peta rumah mewakili situasi geografik dan kepekaan elemen bahaya. Bacharudin
dan Wirakusumah (1998) menetapkan angka bobot suatu jenis guna lahan berdasarkan
akibat yang dapat timbul apabila suatu bahaya melanda kawasan (lihat Tabel 2).
Tabel 2. Pembobotan Rumah
No. Rumah Bobot
1. Rumah dengan kepadatan tinggi 4
2. Rumah dengan kepadatan sedang 3
3. Rumah dengan kepadatan rendah 2
4. Tidak ada rumah (kosong) 1
Sumber : Hasil Interpretasi Citra dan Pengolahan Peta Blok Bangunan (Rumah), 2016
c. Peta Ketinggian Tempat
Peta Ketinggian Tempat mewakili tempat atau situasi di daerah penelitian.
Penetapan angka bobot dilakukan berdasarkan ketinggian tempat. Banjir menuju wilayah
yang lebih rendah (lihat Tabel 3).
Tabel 3. Pembobotan Ketinggian Tempat
No. Ketinggian Tempat Bobot
1. 15 – 18, 75 meter 4
2. > 18, 75 – 22, 5 meter 3
3. > 22, 5 – 26, 25 meter 2
4. > 26, 25 – 30 meter 1
Sumber : Hasil Pengolahan Peta Ketinggian Tempat, 2016
Klasifikasi daerah rawan banjir diperoleh dari klasifikasi akumulasi bobot. Hasil
pemetaan tingkat kerawanan menunjukkan terdapat empat wilayah yang berbeda, yaitu
kerawanan tinggi, sedang, rendah dan tidak rawan.
293
2. Penentuan Lokasi Permukiman di Daerah Rawan Banjir
Penentuan lokasi permukiman di daerah rawan banjir dilakukan dengan cara
menyesuaikan dengan peta rawan banjir yang dihasilkan, dan RTRW (Rencana Tata Ruang
wilayah).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Peta Rawan Bencana Banjir
Peta tematik yang akan di overlay untuk menjadi peta tingkat rawan bencana banjir
adalah 1) Peta tingkat bahaya banjir mewakili pola dan distribusi terhadap elemen bahaya,
2) Peta rumah mewakili situasi geografik elemen bahaya, dan 3) Peta ketinggian tempat,
mewakili tempat atau situasi geomorfologi khusus. Setelah seluruh proses dilaksanakan
maka diperoleh peta tingkat rawan bencana banjir (lihat Tabel 4 dan Gambar 2). Overlaying
peta adalah salah satu fasilitas dari perangkat lunak SIG untuk melakukan analisis spasial
dengan menggunakan software Arc View dan Arc GIS. Hasil overlay diperoleh Peta Rawan
Banjir. Berdasarkan Peta Rawan Banjir di Kecamatan Pandawan dapat diketahui bahwa
sebagian besar daerahnya terletak di daerah rawan tinggi dan sedang (99,89%). Jumlah
bangunan di rawan tinggi sebanyak 1.333 dan rawan sedang sebanyak 4.955 (lihat Gambar 3).
Semakin banyak jumlah bangunan permukiman yang berada di daerah kerawanan
tinggi dan sedang maka apabila terjadi banjir jumlah kerugian akan jauh lebih besar. Dampak
banjir akan lebih dirasakan apabila mengenai daerah dengan permukiman yang padat
penduduk. Kerusakan bangunan permukiman, korban jiwa dan harta benda akan lebih besar
(lihat Gambar 4 dan Gambar 5). Melihat hal tersebut perlu adanya perencanaan yang lebih
tepat untuk pengembangan permukiman selanjutnya. Perlu adanya evaluasi pembangunan
permukiman dengan disesuaikan peraturan yang ada.
Tabel 4. Peta Jumlah Rumah di Setiap Tingkat Kerawanan di di Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah
No. Tingkat Rawan Banjir Jumlah Rumah %
1 Tinggi 1.333 21.18
2 Sedang 4.955 78.71
3 Rendah 7 0.11
4 Tidak Rawan 0 0
Jumlah 6.295 100.00
Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan dan Pengolahan, 2016
2.
Penentuan Lokasi Permukiman di Daerah Rawan Bencana Banjir
Penentuan lokasi permukiman di daerah rawan bencana seperti banjir harus
berdasarkan :
a.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menekankan bahwa
secara garis besar penyelenggaraan penataan ruang diharapkan (1) dapat mewujudkan
pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (2) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan
ruang; dan (3) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan ruang di
daerah rawan banjir harus memperhatikan daerah rawan bencana sebagai basis dalam
mengembangkan dan mengelola suatu daerah (Tondobalo, 211).
294
Ga mb a r 2. P eta Tin g ka t R a w a n B a n jir K ec a ma ta n P a n d a w a n K a b u p a ten Hu lu S u n g a i Ten g a h295
Gambar 3. Banjir Mengenai Permukiman Penduduk dan Menggenai jalan di Kecamatan Pandawan (Kumalawati, 2016)
296
Gambar 5. Banjir Menggenangi Rumah Penduduk di Kecamatan Pandawan (Kumalawati, 2016)
b. UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
Komponen utama dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana yaitu, melakukan
identifikasi, asesmen, dan pemantauan terhadap resiko bencana dan pemantauan terhadap berbagai
resiko bencana dan meningkatkan kemampuan deteksi dini. Fokus dalam penanggulangan bencana
yang dicantumkan dalam undang-undang ini adalah penguatan Penataan Ruang. Domain pengelolaan
dampak bencana seperti banjir tidak hanya bergerak pada segi penanggulangan saja, melainkan harus
juga memasukkan segi antisipasi.
c. Lampiran Perturan Menteri No 33 Tahun 2006 Tentang Mitigasi Bencana
Hal penting dalam mitigasi bencana disini, yaitu :
1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi
bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika
bencana timbul, dan Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.
Berbagai potensi bencana diuraikan dalam lampiran Peraturan Menteri No 33 Tahun 2006
termasuk bencana banjir. Penelitian identifikasi kawasan Rawan Bencana seperti Bencana Banjir
dapat menggunakan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir. Pedoman tersebut
diatur dengan Peraturan Menteri pekerjaan Umum No.21, 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Berdasarkan beberapa peraturan di atas dapat dijadikan dasar untuk menentukan lokasi
permukiman di daerah rawan banjir. Penentuan lokasi pemukiman di daerah rawan banjir sangat perlu
mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Penataan ruang sebaiknya dapat menjalankan peran penting dalam penetapan rencana pemanfaatan
297
ruang yang aman dari dampak bencana alam seperti banjir. Penataan ruang harus mampu
memunculkan kriteria lokasi rawan bencana, sebaran lokasi kawasan kritis dan kawasan yang
beresiko banjir. Penataan Ruang dapat meminimalisasi dampak bencana karena premis penataan
ruang adalah keseimbangan lingkungan hidup. Penyelenggaraan penataan ruang adalah sama dengan
usaha mitigasi bencana. Jangan sampai pemukiman dibangun kembali pada daerah yang mempunyai
tingkat kerawanan tinggi maupun sedang terhadap bencana banjir.
Identifikasi kawasan rawan bencana banjir terutama di daerah yang padat penduduk berguna
untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang suatu wilayah. Landasan yang digunakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan permukiman adalah
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang pemukiman. Permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Perwujudan permukiman yang mitigatif dan adaptif membutuhkan adanya intervensi
kebijakan yang menyeluruh terutama di daerah rawan bencana banjir. Mitigasi merupakan titik tolak
utama dari manajemen penanggulangan bencana. Dengan mitigasi dilakukan usaha-usaha untuk
menurunkan dan/atau meringankan dampak/korban yang disebabkan oleh suatu bencana pada jiwa
manusia, harta benda, dan lingkungan. Mitigasi juga merupakan tindakan pencegahan bencana. Salah
satu kegiatan dalam mitigasi bencana banjir adalah identifikasi kawasan rawan bencana banjir
meliputi :
a. Identifikasi sumber bencana banjir dan memetakannya, terutama di wilayah dan/atau kawasan
yang sudah menunjukan ciri-ciri perkotaan dan/atau terbangun,
b. Mengklasifikasikan kawasan-kawasan yang berpeluang terkena bencana banjir berdasarkan jenis
dan tingkat besar/kecilnya ancaman bencana banjir dan dampak bencana banjir yang ditimbulkan
(tipologi bahaya).
c. Menginformasikan tingkat kerentanan wilayah terhadap masing-masing tipologi bahaya.
Identifikasi kawasan rawan bencana banjir tersebut sangat diperlukan untuk menentukan
lokasi permukima yang aman dari banjir. Penentuan lokasi permukiman di Kecamatan Pandawan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah melihat perkembangan kawasan permukiman. Perkembangan
kawasan permukiman dapat dilihat dari peta citra dan penggunaan tanah. Daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi, terletak pada daerah kerawanan tinggi dan sedang menjadi fokus utama dalam
perencanaan tata ruang. Jangan sampai hunian sementara atau huntara di bangun di daerah rawan
tinggi dan sedang.
Berdasarkan peta tingkat kerawanan yang sudah dihasilkan dapat diketahui lokasi paling
aman untuk dibangun permukiman. Lokasi yang aman bagi pemukiman, seharusnya memanfaatkan
lahan yang sesuai dengan kriteria pemukiman yang aman dan sesuai tata ruang. Apabila seluruh
daerah rawan banjir maka daerah dengan kerawanan rendah dan tidak rawan yang sebaiknya dipilih
untuk lokasi tempat pengungsian dan alokasi pemukiman.
KESIMPULAN
1.
Sebagian besar Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di daerah rawan
tinggi dan sedang (99,89%) dengan jumlah bangunan di rawan tinggi (1.333) dan rawan sedang
(4.955),
2. Lokasi paling aman untuk dibangun permukiman dapat di ketahui dari peta tingkat kerawanan
yang sudah dihasilkan.
3. Lokasi yang aman bagi pemukiman, seharusnya memanfaatkan lahan yang sesuai dengan kriteria
pemukiman yang aman dan sesuai tata ruang. Apabila seluruh daerah rawan banjir maka daerah
dengan kerawanan rendah dan tidak rawan yang sebaiknya dipilih untuk lokasi tempat
pengungsian dan alokasi pemukiman.
298
UCAPAN TERIMAKASIH (Acknowledgement)
Penelitian ini adalah bagian dari Penelitian yang dikerjakan Rosalina Kumalawati yang di
danai oleh DIKTI tahun pertama. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang
sudah mendukung penelitian ini, para enumerator atas dukungan data, informasi, SIG, dan
kesediaannya berdiskusi.
REFERENSI
Bacharudin, R., and D. Wirakusumah., 1998. The Role of Geomophology in Volcanic Hazard Mitigation, Apllied in Indonesia, Volcanological Survey of Indonesia, Paper, Remote Sensing and Natural Disaster Symposium, Tsukuba, Japan.
Daze, A. Ambrose, K. and Ehrhart, C.(2009), Climate Vulnerability and Capacity Analysis (1stedition),
available at http://www.careclimatechange.org, accessed 23rd March 2012.
Indrianawati, D. Muhally Hakim, Albertus ., 2013. Penyusunan Basis Data untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir dikaitkan dengan Infrastruktur Data Spasial Studi Kasus: Provinsi Jawa Barat. Jurnal Itenas
Rekayasa ©LPPM Itenas | No.1 | Vol. XVII. ISSN: 1410-3125 Januari 2013.
Kumalawati, Rosalina., 2015. Penginderaan Jauh: Pemetaan Daerah Rawan Bencana Lahar Gunungapi Merapi. Ombak.Yogyakarta.
Kumalawati, Rosalina., Rijal, Seftiawan Samsu., 2015. Evaluasi Pengembangan Wilayah Pemukiman di Daerah Risiko Banjir Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Prosiding
Konferensi Nasional III. Inovasi Lingkungan Terbangun “Restorasi Permukiman Desa Kota”.
Yogyakarta : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII.
Kumalawati, Rosalina., Rijal, Seftiawan Samsu., 2015. Evaluasi Faktor Penyebab Banjir Berbasis Masyarakat di Daerah Risiko Banjir Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.
Prosiding Seminar Nasional. Kemandirian Daerah dalam Mitigasi Bencana Menuju Pembangunan Berkelanjutan. Surakarta : Program Studi S2 PKLH FKIP Universitas Sebelas Maret dengan Ikatan
Ahli Kebencanaan Indonesia.
Kumalawati, Rosalina. 2015. Analisis Profil Kependudukan untuk Evaluasi Pengembangan Wilayah Pemukiman di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional dan
PIT IGI XVIII. UNJ: IGI Pusat, UNJ dan BIG.
Lampiran Perturan Menteri No 33 Tahun 2006 Tentang Mitigasi Bencana
Nijland, H. J. (2005), Sustainable Development of Floodplains (SDF) Project, Journal of Environmental Science
and Policy (8) 245-252.
Okoye, C.B, Ojeh, V.N., 2015 Mapping of Flood Prone Areas in Surulere, Lagos, Nigeria : A GIS Approach.
Journal of Geographic Information System, 2015, 7, 158-176. Published Online April 2015 in SciRes. http://www.scirp.org/journal/jgishttp://dx.doi.org/10.4236/jgis.2015.72014
Rosyidie, Arief. 2013., Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm. 241 – 249.
Sakijege, Tumpale. 2013. Managing Flood Risks : Lesson From Keko Machungwa Informal Settelment in Dar Es Salaam, Tanzania. ISSN 0024-9521. IJG Vol. 45, No.1, June 2013 (1- 14).
Tondobala, Linda., 2011. Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana dan Tinjauan terhadap Kebijakan dan Peraturan Terkait. Jurnal Sabua Vol.3, No.1: 58-63, Mei 2011 ISSN 2085-7020. @Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Undang-undang nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
UURI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725.