("LliHllll.".l4
nt;
fif
,KELIMPAHAN POPULASI TUNGAU MERAH
JERUIi
Panonychuscitri
(McGREGOR)
(ACARI:
TETRAITI.YCHIDAE,)PADA
PERTANAMAN
APEL:
TUNGAU EKSOTIIL HAMA
BARU
PADA PERTANAMAN APEL
Retno Dyah Fuspitarini,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jl. Vetsran Malang 65145
Tilp. (03a I ) 57 5843, email : riniwidyo@yahoo.com
ABSTRAK
Tungau merah
jeruk
(TMJ),
Panonychuscitri
(Mc.Gregor)(Acari:
Tetranychidae),merupakan hama baru pada pertanarnan apel, ditemukan pertama kali tahun 2002 oleh
penulis
di
Batu. TMJ tidak pemah diberitakan sebagaihmra
pada pertanaman apel diluar negeri. Tungau ini merupakan tungau
eksotit
masuk ke Indonesia sekitar tahun 1992dan
menyerang tanamanjeruk. Penelitian
bertujuar untuk mengetahui kelimpahanpopulasi TIvIJ dan tungau lainnya di lahan
P}ff
dao nonPHT.
Penelitian dilakukan dip€rtanarnan apel manalagi
di
PoncokusumoMalang.
Setiap lahandipilih
25 tanaman oontoh secara acakdm
sdiap tanaman contoh diambil 3 daun masing-masingdi
bagianatas, tengah dan bawah tajuk. Pengambilan daun contoh dilakukan setiap minggu mulai
bulan
Juli
sampai minggu kedelapan pada Agustus 2007. Setiap daun contoh diarnatisemua tahap kehidupan tungau, dihitung, dicatat kemudim diuji dengan
uji T
5%.
Dari penelitianini
ditemukan tungaufitofag
Tlvtl,
Eutetranychusbanbi,
Allonychus sp.(fetranycfudae),
Polyphagotarsanemussp.
(Tarsonernidae), Brevipalpus
sp.(Tenuipalpidae),
dan
tungau predator Amblyseiussp.
(Phytoseiidae). Kelimpahanpopulasi TMJ di lahan PHT dan non PHT adalah tertinggi.
Di
lahan PF{T populasi TIvIJlebih rendalr seoara nyata daripada non PHT. Persentase
daun
yang dihuni hanya olehTIvU tertinggi. Hampir setiap daun didapatkan populasi
TMI.
Kata kunci: apel, hama-hmra tungar4 kelimpahan, Panonychus
citri
ABSTRACT
Citrus
red
mite (CRM) Panonychus clrrl (Mc.Gregor)(Acari: Tetranychidae) is new pestin apple orchard.
It
was foundby
authorfor
the first time lrr-2002 atBatu.
In abroa4 there is no inforrnation that apple is hostof
CRM. The CRMis
exotic mite that enterIndonesia around 1992, and, citrus is the main host. The objective
of
this research is toobserve abundance of CRM and another mites at IPM and non IPM orchad. Each orchad
was chosen
randomly
25 sample plants, and3
sanrple leaves per sampleplant.
Theobservdion was done every
week
for
8 weeks, since July up to August2007.
All of
that were
found
were CRM, Euteffanychus banlai, Allonychus sp. (Tetranychidae), Polyphagotarsonemus sp. (Tarsonenridae), Brevipolpus sp. (Tenuipalpidae), and predatormite was Amblyseius sp. (Phytoseiidae). The abundance of CRM population at IPM and
non IPM orchads was the highest. In IPM orchad the abundance of CRMpopulation was
significantly lower than non
IPM.
The perceirtage of leaves that attacked ouly by CRM was the highest.Key words: apple, abundance, mite pest, Panonychus
citri
PENDAHULUAI{
Pada tahun 2002 penulis menernukan tungau yang diduga adalah tungau merah j€ruk (TMJ), Panonychus
citi
(Mc.Gregor) (Acari: Tetranychidae), pada pertananumapel
di
daerahBatq
Malarg;
setelah diidentifikasi secara seksoma tungauitu
adalahTlvIJ.
Pada waktuitu
hampir setiap daun apel yangdiama{
ditemukan satu atau dua ekor imago betinaTMJ.
Hal ini menaudakan bahwa imago itu merupakan imagomigan
dan baru me,nyerang pertanarnan apel karena gejala serangan belum tampak. Dikatakan oleh van de Vrie et
al. {1972)
bahwa perpindahan tetranychid ke tanarnm atau habitat lain dilalflIkan oleh betin4 khususnya betioa yang baru muncul dan belum berkopulasi. Tanaman inang utarna TMJ adatah tanamanjeruk
(Davidson dm Peairs 1966, Liang.lan Huang 1994, Smith et a1.I997, Puspitarini 2005). Tampaknya TMJ yang ditemukan pada tanama apelitu
merupakan TMJ yang berasal dmi pertanaman jeruk yang berpindah kepertanaman apel yang berada di sekiar pertanmm jeruk.
Di beberapa negara tidak pernah dilaporkan tanaman apel sebagai tanaman inang
TMJ.
Di
lum negeri spesies tetranychid yang menyerang tanaman apel adalah tungau merah Eropa (TME), Panonychus ulmiKoch. Oleh karenaitq
adanya serangan TMJ padapertanaman apel menunjukkan bahwa
TMI
mendapatkaninang
barudi
Indonesia.Sampai saat ini TME belum diberitakan menyerang pertanaman apel di Indonesia
TMJ masih merupakan salah satu hama yang meqiadi masalah
di
pertanamanjeruk
di
Indonesia saatini.
Kalshoven (1981) tidak menyebut TIvIJ sebagai salah satuhama tanaman pertanian
di
Indosesia. Dengan demikian harnaini
merupakan hamaeksot'rk tan4man pertanim khususnya jeruk
di
Indonesia. TIvIJ pertamakali
ditemukan sekitar tahun 1992di
perkebunanjenrk
di
daerah Malang (Sosromarsono 1997). TMJmerupakan salah satu harna tungau yang paling merugikan di perkebunm jeruk di Florida dan Catifornia (AS), Taiwan, dan Australia (Davidson dan Peairs l966,Liangdan Huang
Migrasi
TMJ
ke
pertanamanapel
tampaknya merupakanusaha
untukmendapatkan inang
baru.
Umumnya harna eksotik berhasil hidup di daerah baru dan ditanaman yang bukan inang di daerah asalnya. Karena tanman apel adalah tanaman yang
nilai
ekonomistinggi,
seranganTIvIJ
dikawatirkanbisa
menururkanproduksi, meskipua tanaman apel bukan merupakan inang utama
TMJ.
Karena itupenelitian
ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembargan populasiTMJ
danhmgau fitofag lain serta arthropodapredator. Sebagian petani apel di daerah Malang telah
mengelola kebunnya secara PHT karena
itu
penelitianini
dilalarkan di lahan apel yangdikelola secara PHT dan non PHT (konvensional). Diharapkan dari penelitian ini juga
bisa diketahui apakah perbedaan budidaya
itu
berpengaruh pada kelimpahan populasiTMJ
dan
tungau lainnya.Hasil
penelitianini
diharapakanbisa
digunakan untukmsrancang pengendalian yang tepat agar kelimpahan populasi T\dJ dan tungau fitofag lainnya selalu berada pada posisi yang tidak merugikan secara ekonomi.
METODOLOGI
Lokasi
penelitianadalah
di
Desa Poncokusumo Kecamatan PoncokusumoKabupaten Malang
dal
di
Laboratorium Entomologi Jurusan Hamadan
PenyakitTumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan pada bulan
Juli sarnpai Agustus 2007.
Penelitian
ini
dilalrukaadi
dua lahan apel yaitu lahan apel yang dikelola s@ata PHT dan lahan apel non PHT yang keduanya adalah lahan milik petani. Teknologi PHT di latran PHT telah diterapkan lebih kurang sebelas tahun. Luas lahan PHT adalah 6500 m2 dengan 575 pohon apel manalagi dan luas lahan non PHT adalah 10. 200m2
yarlg ditanami apel manalagi berjumlah lebih kurang 500 pohon.Tanrnan
contoh padakedua
lahan ditentukan secara acak dan setiap lahan ditetapkan 25 tanaman contoh. Pada setiap tanaman contoh ditetapkan tiga daun sectraacak sebagai daun coutoh, sehingga
jumlah
dauncontoh
pada masing-masing lahanadalah 75 helai. Daun contoh yang diambil adalah daun yang terletak pada bagian atas sejauhjangkauan tangan, daun di bagran tengah dar daun yang terdapat di bagian bawah.
Setiry
daun contoh ditempatkan dalam satu kantung plastik yang telahdiberi
labelpenanda yang kemudiaa ditempatkan di lemari pendingin di laboratorium unhrk medaga
kesegaran daun dan supaya tungau ddak bergerak aktif sebelum dilakukan penghitungan
dan id€,ntifikasi. Pe,ngambilan daun contoh dilakukan seminggu sekali selarna 8 minggu. Penglritungan populasi tungau dilakukan dengan bantuan miliroskop binokuler dan
dihitung
berdasarkan tahap telur, larva,dmfa
dewasa jantan dan dewasa betina.Guna keperluan identifikasr, setiap jenis tungau
ymg
diterrukan diarrbil sekitar 5 ekor dan dibuatslide
preparat dengan menggunakan media larutan Hoyer.Di
sampingkelimpahan tungau, dihitung
pula
kelimpahan artropoda predatoryang
ditemnukan.Identifikasi menggurakan pre,parat tungau yang disiapkan dengan medirun larutan Hoyer untuk diamati di bawah mikroskop kompoun guna menenhrkan jenis tungau fitofag dan tungau lainnya dengan menggunakan kunci identifikasi Muma (1961) ssrta Muma dnn Derunark (1970). Identifikasi Arthropoda predator digunakan kunci identifikasi Borror et al. (1989).
Data kelimpahan populasi tungau dan arthropoda predator diuji de,ngan
Uji
t 5%.HASIL
DAN PEMBAHASAI\{a.Praktek pemeliharaan taneman apel yang diterapkan pada lahan contoh
Praktek agronomi yang diterapkan pada tanamar apel di lahan PHT dan non PHT
disajikanpadaTabel 1.
Tanaman apel
di
lahanPI{T
dengan berbagai perlakuans€pfii
tercantum padaTabel 1, tampak tidak begitu sehat yang terlihat dari daun yang tidak lebat dan berukurm kecil. Sebaliknya tanaman apel di lahan non
Pfft
tumbuh subur dengan daun yang lebat.b. Karakteristik populasi tungau yang ditcmukan pada tanaman apel
Jenis tungau. Tungau fitofag yang terdapatpadapertanaman apol yang tergolong famili
Tetranychidae adalah
TMJ,
Eutetranychus banksi, Allonychus sp., tungau teh kuning(TTK) Polyphagotarsonemus sp. (Iarsonemidae), Brevipalpus sp. (Tenuipalpidae), dan
tungau predator dari golongan Phytoseiidae, Amblyeius sp.
Kelimpahan populasi. Rata-rata populasi tungau fitofag dan tungau predator
di
lahanPHT dan non PHT disajikan pada Tabel
2.
Dari Tabel2
terhhat bahwa kelimpahanpopulasi TMJ adalah tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa TMJ merupakan tungau
fitofag yang mendominasi tungau fitofag lainnya di pertanamm apel manalagi. Tampak
Tabel 1. Praktek Pemeliharaan yang Diterapkan pada Tanaman Apel di l,ahan
P[{f
dan NonPHT Lahan Pedakuan PHT Non PHT Fupukkimia Pupukkmdang Pupuk daunPerangsang bunga dan tunas Pestisida
Pemangkasan
Penyiangan Pengairan
Tanamanpenutup tanah
Pemantauan hama penyakit Ambang ekonomi (AE) Aplikasi pestisida
l;
1xb 9x" 2xlx
kacangp,wr 5 hmi sekali 4-5 ekor srg dan atau tungau berdasarkau AElx"
1x 6xo lxdt2{
1xr
@adwal per 8 hr sekali
Keterangan:
-:
tidak mendapat pedakuana: pupuk kimiaZA
b: MKP:PzO 5. 52Yo; KzO: 34Yo
c:
Vitabloom: N: 5oZ, PzAs:Sff/o, K2O, Magnesiunq Iron, Mangan, Cupper,Zing Boroq Molibdenurq Vit
Bl
d: Gibrazit&dormex
e: Metolkarb:345,5 gll; dimetoat: a}}gfi; permetrin: 20,04gll, Heksakonazol 50 grfl ; propineb 70olo, Bubur california" Propineb 7CIlo; difenokonazolZl0 gtfi,
Piridaben 150 grl1.
f: Polabaq Propineb 70%; difenokonazol250 grl1, Bubur california, Propargit 570
gtfi
perbedaan perlakuan agronomi berdarnpak pada kelimpahan populasi tungau fitofag dan
predator. Pada lahan
non
PHT kelimpahan populasiTMJ lebih tinggl
secara nyatadibandingkan
di
lahan PHT. Hal sebaliknya t€dadi pada populasi E. banlci dan tungau pr edator Am b lys e i u s s p.Tabel 2. Rata - rata Kelimpahan Populasi Tungau Hama dan Tungau Predator per 1000
Daun Apel
di
Lahan PHT dan Non PHTLahan Jenis tungau Pr{T non PHT Panonychus citri Eutetranychus banksi Allonychus sp. P o$phagotarsonemus sp. Brevipalpus sp. Amblyseius sp.. 4010 a 2680 a 642 a 893 a
2a
6375 a 14400 b 1920b 138 a 793 a 15a 1000 bKeterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji T 5%.
* Tungau Predator
Aplikasi insektisida yang dilakukan secara terjadwal di lahan non PHT terr:lyata
tidak
bisa
mencegah perkembangan populasi TIvIJ. Dengandemikian
perlakuanagronomi yaitu pemupukan dan aplikasi pestisida te{adwal dapat memicu pertumbuhan
populasi
TI\[J.
Watson (1964)
menyatakanbahwa
pemupukan dapat mengubahmilaohabitat yang dapat menguntungkan pertumbuhan tungau fitof4g.
Di
sampingitq
pemberian pupuk juga dapat meningkatkan kualitas nutrisi bagi tungau fitofag sehingga meningkatkan keperidiannya.
Di
samping pemupukan yangintensi{
pengendalian kimia TMJ secara terjadwal pada lahan nonPlm
tampaknya telah menyebabkan TMJ resisten terhadap pestisida. Hal yang sama dijumpai ileh Fuspitarini (2005) pada pertanamanjerukyang mendapat perlakuan secara
intensif. Di
Jepang TMJ menjadi masalah besar diperkebunan jeruk karena perkembangan resistensi yang sangat cepat terhadap akarisida (Yamanroto et
al.
1995 dalam Osakabe dan Komazaki 1999). Aplikasi pestisida secaraterjadwal berdarnpak
negatif
pula
pada populasi tungau predator Amblyseius sp. Kelimpahan populasiitu di
lahan non PHT lebih rendah secaranyata
dibandingkan di lahan PHT (Tabel2).Persentase daun apel yang dihuni oleh tungau fitofag. Persentase daun apel
di
lahanPHT dan non
PHT
yang dihuni oleh tungau hama disajikan pada Tabel3.
Dari Tabel 3terlihat bahwa persentase daun yang dihuni oleh tungau fitofag lebih tinggi daripada daun yang tidak dihuni.
Tabel 4. Persentase Daun Apel di Lahan PHT dan Non PHT yang Dihuni oleh Tungau
Fitofag
Lahan
No Jenis tungau PHT NonPHT
1.
P.citri
2.
E.banhi
3.
Polyphagotarsonemus sp.4.
P. citri + E. banksi5.
P. citri + E. banksi + P olyphagotars onemus sp.6.
P. citri + Polyphagotarsonemus sp.7.
P. citri + E. banksi + Allonychus sp.8.
P. citri + E. banksi + Allonychus sp. + P o lwho go tars on emus sp.9.
P. citri + E. banksi + Brevipalpus sp.10.
P. citri + Alorrychus sp.11.
P. citri + Alonychus sp. +P olypha go tars on emus sF,.
12.
Daun yang dihuni oleh E. banksi,Allonychus sp, Brevipalpus sp.
dan P olyphagotdrs onemus sp.
13.
Daun vans tidak dihuni tungau hama16.00a 15.00a 3.167a 22.00a L2.83a 2.833a 2.000a L.167a 0.t67a 0.L67a 0.000a 7.333a 17.33a 30.s0b
tl.r7a
4.667a 21.00a 5.33b 6.667a I.167a 0.667a 0.500a 0.000a 0.167a 3.500a 15.50a Jumlah (%) 100.00 100.00Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda ny ata pada uii T 5%.
Dari tabel di atas bahwa persentase daun yang torserrng hanya oleh TIWI dan E.
banksi lebih tinggi dibandingkar daun yang diserang tungau lainnya dan persentase daun
terserang TMJ pada lahan non PHT tertinggi secara nyata. Selain
itu
tampak bahwahampir semua daun yang
dimati
terdapat populasiTMJ.
Fenomena ini perlu diwaspadaikarena tidak tertutup kemungkinan apabila kondisi lingkungan menunjang kehidupan
TMJ, peningkatan populasi bisa terjadi. Apabila populasi TI\{J meningkat secara cepat
dan nnrsuh
alami
tidak
bisa
mengendalikarU kerugian secara ekonomitentu
akanmenimpa petani
apel.
Kondisi seperti munculnya tunas muda (flush) pada tmaman apel yang tedadi setelah perompesan daun, memungkinkanpopulasi
Tlvu
bisa dengan cepatmeningkat terutama
di
lahan non PHT. PopulasiTMJ
dapat meningkat dengan cepatkare,na tersedianya nutrisi oleh tanaman inang. Jeppson (1957, dalom van de
Yie
et al.1972) mengemukakan bahwa ketika terjadiflush populasi TMJ dapat meningkat dengan cepat karena kondisi pakan yang mendukung untuk perkembangannya. Hasil penelitian
Puspitarini (2005) menunjukkan bahwa kehidupan TIvIJ pada daun muda lebih baik
tingginya keperidian, dan lebih lamanya lama hidup betina pada TMJ yang hidup pada
darm muda.
Struktur
populasi tungau. Stuktur
populasi
TMI E.
banksi,Allonychus
sp.Polyphagotarsonemus sp. dan Amblyseius sp
di
lahan PHT dan non PHT diuraikan di bawahini.
Seluruh tahap hidup tetranychid yang terdiri dari telur, larva, nimfq jantandan
betina dapat dijumpai
selama penelitianini.
Sedangkanstruktur
populasi Brevipalpus sp. tidak diuraikan, karena selama penelitian hanya ditenrukan 10 nimfa dan satu dewasa betina. Garnbar 7 menunjuk*an proporsi tatrap hidup tetranychid.trTeir &NiEfa &Jete OBetina
Panonychu citri Eutetranychus bsahs,
Jais hrngau
Allonychu sp.
Garnbar I Struldur Populasi Tefianychid pada Tanaman Apel Manalagyang Dikelola secara
PIfl
dan Non PHTDari
grafik
tersebut terlihat batrwa kelimpahan tatraptelur
adalah tefiinggi..Tingginya jumlah telur yang diletakkarU kemungkinan untuk menghadapi banyaknya
telur yang dimangsa predator (Huffaker et
al.
1969). Tungau predatorA.
longispinosuslebih
banyak mernangsatelur TMJ
daripada tahaplainnya
(Puspitarird, 2005).Keperidian yang tinggl merupakan suatu strategl untok mempertahankan
diri
terhadappengaruh kondisi lingkungan yang
tidak
m€nguntungkan kehidupan tungau fitofag.Tahap telur adatah tahap yang paling tahan terhadap kondisi cuaca yang panas dar angin
kering (Kranzt 1978, Jeppson 1963).
Gambm 2 di bawah ini menyajikan proporsi tahap hidup Polyphagotarsonenus sp. dan tungau predator Amblyseias sp.
m @ Yso t E ,lo €30 .E 3,n e l0 o
tr Tehrr ENimg tr Jute El Bctioa
PolypdthotaMnems q). Amblysiwsp.
Ienir tuaga
Garnbar 2. Struktu Populasi Polyphagotarsonemus sp. danAmblyseius sp. pada Tanaman Apel manalagi yang Dikelola secara PIIT dan Non PHT
Dmi
Gambw2
terbhat bahwa proporsi betina kedua spesies tungauitu
adalah tertinggi. Proporsi betina yang tinggr padaAmblyseius sp. tampaknya karena singkatnyastadia pradewasa. Menurut Huffaker et al. (1969) siklus hrdap Amblyseius spp. bervariasi
tergantung dari suhu, umunnya cukup singkat yaitu antara 4 sampail0 hari. Pada spesies
A.
longispinosus sp. stadia telur sekitar2
hari dandmfa
2.5 har: (Puspitarini 2005). Dengansingkatrya
stadium pradewasa dibandingkanlama hidup imago
betinaAmblyseius spp, unumnya 15- 30 hari, maka semakin cepat waktu yang dibuhrhkan oleh tahap pradewasa menjadi
i*ugo,
karena itu proprosi imago dalam poppulasi lebih tinggi. Keadaani1i
5nngat menguntungkan kehidupan predator, karena dalarn waktu singkatmenjadi dewasa dan berkembang biak.
KESIMPULAI{
Tungau fitofag yang terdapat pada pertanaillar apel di Poncokusumo adalah TMJ,
E.
banlrsi, Allonychus sp. yangtergolong
Famili
Tetranychidae, anggota FamiliTarsonemidae, Polyphagotarsonemus
sp.,
Brevipalpussp.
yang
termasuk FamiliTenuipalpidae dan tungau predator Amblyseius sp. dari Famili Phytoseiidae.
Kehadiran
TMJ
pada pertanaman apelperlu
diwaspadai karena kelimpahanpopulasi
TMJ
adalah tertinggi baikdi
lahan PHT maupun non PHT.Di
samping itu persentase daun yang hanyadi serang
oleh TMJ juga tertinggi dan hampir semua daun contoh terdapat populasi TMJ.Budidaya tanaman apel secara PHT menguntungkan secara ekologis yang tampak dmi kelimpahan populasi TMJ di lahan PHT lebih rendah secara nyata dmipada di lahan
60 o50
$*
8:o
s4n
t(S,o
0non
Pfm.
Demikian juga populasi tungau predator Amblyseius sp. lebih tinggi secara nyatadi lahan PHT.Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Aci Widyana, SP dan Dr. Aminudin A, MS yang berperan dalam penelitian ini.
DATTAR PUSTAKA
Borror
DJ,
Triphlehorn CA, JobnsonNF.
1989. An introduction to the study of insects. Sixth editions. Sanders College Fublishing.Davidson RH, Peairs
LM.
1966. Insect pests of farm, garden, and orchad. Sixth edition.John Willey dan Sons Inc.
Huffaker CB, van de Vrie
M
, McMurtryJA.
1969. The ecology of tetranychid mites and their natural control. Ann Rev Entomol14
125-174.Jeppson
LR.
1963.
lnterrelationshipsof
weather and acaricideswith
citrus mite infestations. Dalam Naegele JA (ed.). Advances in acarology.Vol
I.
Ithac4 NewYork : Comstock Publishing Associates. Hal. 9-13.
Krantz
GW.
1978.A
manualof
acarology. Secondedition.
Oregon State University Book Storeg Inc., Corvalis. USA.Liang
W,
HuangM.
1994. Influence
of
citrus orchards ground cover plants onarthropod communities in China: a review. Agric Ecosys Environ. 50 (199a): 29-37.
Muma
MH.
1961.
Mites associatedwith
citrusin
Florida. Universityof
Florida. Agriculture experiment stations. Gainesville Florida. Bulletin 640.Muma
MH,
DenmarkHA.
1970.
Phytoseiidaeof
Florida. Arthropodof
Florida andneighboring land areas.
Vol6.
Osakabe
MH,
KomazakiS.
1999.
Laboratory experimentson
changeof
geneticstructure
with
an increaseof
population densryin
the citrus red mite populationPanonycus clrri (McGregor) (Acari: Tetranychidae). App Entomol
Zool34(4):413-420.
Puspitarini
RD.
2005.Biologi
dan
ekologi tungau merahjerulq
Panonychus citri(Mc.Gregor)(Acari: Tetranychidae). Disertasi. Institut Pertranian Bogor.
Smitft D, Beattie GAC, Broadly
R
(ed.).
1997. Citrus pests and their natural enemies.Integrated pest management in
Ausffalia
HDRC.DPI Queensland, Australia.Sosromarsono
S.
1997. Tungau merah jentk Panonychus c#ri (McGregor): pendatang baru di Indonesia. Komrurikasi singkat. BuI HPT 9(2): 38-39.van de Vrie
M,
McMurtry JA, Hu{faker CB.. 1972. Biology, ecology, pest status, and host plant relations of tetranychids. Hilgardia I 4( I 3): 3 43 -432.Watson TF. 1964. Influence of host plant condition on population increase
of
Tetranychus telarius (Liruraeus) (Acarina: Tefianychidae).
Hilgardia35(ll):
273-320.
/.i i"!ri I *
r'a r